Saturday, May 5, 2007

Syariat dan Tharekat itu Menyatu

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kepada Allah (Swt) atas nikmat, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad (saw), keluarga dan sahabatnya. Amin. Saya sering mendengar kata syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat; tetapi saya belum begitu paham apa arti semua itu. Tolong jelaskan satu per satu.

Bagaimanakah caranya jika saya berbaiat langsung, bolehkan melalui surat, atau datang sendiri? Bolehkah seorang santri memiliki dua atau tiga guru tarekat? Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

M. Riyadiy Pamiritan,

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Syariat, tarekat, dan hakikat itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Bertarekat meninggalkan syariat, tidak benar. Karena, tarekat adalah buah syariat. Jadi, kalau bertarekat, tidak terlepas melalui pintunya dahulu, yaitu syariat. Syariatlah yang mengatur kehidupan kita, dengan menggunakan hukum, dari mulai akidah, keimanan, keislaman, sehingga kita beriman kepada Allah, Malaikat, kitab Allah, Rasul, hari akhir, dan takdir baik dan buruk. Dari syariat pula kita mengetahui rukun Islam, yaitu dua kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Serta keutamaan shalat, juga hubungan antara manusia, seperti jual-beli, pernikahan, dan lainnya.

Setelah menjalankan syariat dengan baik, kita bertarekat, untuk menuju jalan kepada Allah dengan baik. Jadi, secara sederhana menuju jalan kepada Allah disebut tarekat. Bertarekat perlu dibimbing para mursyid, yang akan mengantar murid dari mengerti dan mengenal Allah sampai nanti "dikenal" Allah (swt), yakni dekat dan disayang oleh Dia (Swt). Amalan utama tarekat adalah berzikir.

Hanya, perlu dipahami, pengertian tarekat tidak terbatas hal itu. Yang dituntut oleh tarekat di jalan Allah adalah perilaku para pengikut tarekat yang mulia. Terutama membersihkan kotoran-kotoran yang ada di dalam batin dan lahirnya, sehingga secara lahir dan batin kita bersih dalam menuju ke jalan Allah.

Sebagai contoh berwudhu. Wudhu adalah peraturan syariat, guna menjalankan shalat dan lain-lainnya. Biasanya kita hanya berwudhu untuk mendapatkan keutamaan wudhu, serta sebagai syarat untuk menjalankan shalat. Sedangkan tarekat menuntut buah wudhu. Berapa kali kita membasuh muka ketika berwudhu. Dan berapa kali kita membasuh tangan setiap hari untuk menjalankan ibadah. Coba kita aplikasikan dalam kehidupan kita, sosialisasikan untuk kehidupan kita masing-masing. Kalau sudah sering membersihkan muka, kita harus lebih mengerti serta merendahkan hati, malu kalau kita berlaku sombong.

Dari hasil wudhu, kita cari buahnya yaitu lebih berakhlak, lebih rendah hati, lebih beradab, sehingga ada peningkatan dari hari ke hari. Itulah buahnya, sehingga kita semakin dekat kepada Allah. Sebab, justru di hadapan Allah, kita semakin menundukkan kepala. Karena semua itu adalah pemberian-Nya semata-mata. Kalau bukan karena pemberian-Nya (Swt), bagaimana bisa mengerti segala yang kita miliki ini.

Begitu juga, kita pun diberi pemahaman oleh Allah terhadap junjungan kita Nabi Muhammad (saw) atas limpahan rahmat kepadanya, sehingga kita menjadi pengikutnya yang setia. Untuk itulah kita selalu memuji Rasulullah (saw) dengan tujuan supaya kita lebih dekat kepada Rasulullah. Dengan begitu, sosok Rasulullah akan menjadi idola bagi kita dalam menapaki kehidupan hingga akhir hayat.

Bertarekat akan memupuk sikap rendah hati kita kepada para wali, ulama, dan guru-guru kita yang telah memberikan pemahaman tentang kebenaran ajaran syariat dan tarekat. Itu baru dari segi membersihkan muka secara lahiriah dan batiniah. Begitu pula kalau kita selalu membasuh kedua tangan, lahirah maupun batiniah, hal itu akan mencegah tangan kita dari berbuat maksiat. Kita akan selalu diperingatkan untuk tidak mengambil yang bukan hak kita, apalagi melakukan korupsi, misalnya, yang sangat merugikan rakyat. Sebab tangan kita sudah disucikan setiap hari. Kalau kita bisa mempelajari banyak hal dari wudhu saja, insya Allah, masalah korupsi itu bisa terberantas. Lalu telinga kita yang digunakan untuk mendengarkan sesuatu yang baik. Kita tidak akan menyampaikan yang kita dengar kalau informasi itu justru akan memancing masalah atau memanaskan situasi, apalagi menimbulkan pecah belah dan kekacauan. Tentu saja, hal itu berlaku pula bagi mata kita, kedua kaki kita, dan anggota badan lainnya. Itulah hasil karya, hasil didikan, yang mendapatkan bimbingan dari Allah.

Mengapa kita harus berwudhu ketika akan mendirikan shalat? Berwudhu tidak hanya membersihkan kotoran lahiriah kita, tetapi pada hakikatnya juga membersihkan kotoran batiniah. Al-Qur'an menyebutkan bahwa shalat mencegah dari kemungkaran dan kerusakan, karena kita sudah memahami makna wudhu dan shalat itu secara tarekat.

Bagi para murid yang ingin belajar tarekat, saya anjurkan, mulailah dari seorang guru yang dipercaya. Tapi sebaliknya, bagi guru yang ingin ditaati muridnya, cobalah didik para murid itu seperti timba yang mendekati sumurnya, bukan sumur yang mendekati timbanya. Maka akan terbentuklah kewibawaan guru terhadap muridnya. Bagi murid, saya anjurkan untuk belajar hanya pada satu guru. Sebagai contoh mudahnya, kalau air teh dicampur susu lalu dicampur dengan kopi atau lainnya, meskipun halal, apa jadinya? Bagaimana rasanya? Jadi kalau ingin minum teh, minum saja teh tanpa dicampur dengan lainnya. Nikmati minum teh dengan gula, kemudian cari manfaatnya bagi tubuh. Begitu juga kalau ingin minum kopi, susu, atau lainnya. Itu hanya sebagai perumpamaan. Jadi, kalau ingin belajar tarekat, jangan sekadar melihat organisasi itu besar. Meski organisasi tarekat itu kecil, kalau lebih berpengaruh terhadap jiwa kita, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Allah, tidak perlu ragu lagi untuk mengikutinya.

Thorekat dan Aliran Kejawen

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di Indonesia banyak sekali aliran yang bercorak kebatinan. Di antaranya tarekat dan kejawen. Selain memiliki kesamaan, keduanya berseberangan dalam banyak hal. Aliran kejawen mengajarkan Tapa Pendhem. Pelakunya ditanam layaknya orang meninggal. Mereka yang berhasil, mendapatkan kesaktian, mengetahui peristiwa jarak jauh, tahu isi hati orang, dan lain-lain. Sebaliknya, aliran tarekat tidak mengajarkan kesaktian. Tarekat mengarahkan pengikutnya agar hatinya bersih, sabar, dan mencari kerelaan Tuhan semata.


Pertanyaan saya yang pertama, seandainya kedua aliran tersebut dipersandingkan, apakah kejawen yang lebih unggul daripada tarekat, atau sebaliknya? Kedua, seandainya ada pengikut aliran tarekat minta agar bisa sakti, bagaimana solusinya? Apakah harus bergabung dengan aliran kejawen? Apakah Kejawen itu selalu dianggap ilmu hitam? Mohon penjelasan. Atas jawabannya, kami ucapkan terima kasih. Wassala-mualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Herman Kardiaman

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Bagi pengikut tarekat, karamah bukanlah tujuan. Karamah itu bagi para kekasih Allah, tanpa diminta pun, Allah (Swt) akan memberinya. Dan itu bukan suatu kebanggaan. Sekali lagi, itu bukan tujuan bagi para waliyullah.


Kalau mereka diberi kelebihan yang luar biasa seperti Syeikh Abdul Qadir Jailani, itu semata-mata karena Allah. Bahkan mereka malu kepada Allah (Swt) apabila diberi kelebihan yang luar biasa. Kalau seseorang sudah dekat dan semakin dekat dengan Allah (Swt), mungkinkah ada ilmu yang bisa mengalahkan orang yang dekat pada Sang Pencipta. Kami tidak mau mengatakan kejawen itu lebih rendah, itu tidak. Sekali lagi, apakah ada orang yang sudah dekat benar kepada Allah (Swt) lantas bisa dikalahkan?


Maaf, tarekat tidak mengajarkan ilmu kanuragan atau kebal tembak dan bacok. Itu ada bagiannya tersendiri. Sedangkan tarekat itu urusannya adalah bagaimanakah caranya agar diri mampu semakin berdekatan dengan Allah dan Rasul-Nya. Adapun ilmu kekebalan di atas itu merupakan nilai ikhtiar menjaga keselamatan diri secara lahiriah.


Tapi ingat, orang yang tidak mempan ditembak atau dibacok itu belum tentu seorang yang selalu melakukan pendekatan kepada Allah. Sebab, hal ini terkadang bisa menimbulkan kesombongan dan berakibat menjauhkan dirinya dari Allah (Swt). Terkecuali orang-orang yang makrifatnya tinggi. Dia akan lebih memahami makna dan rahasia kebesaran ayat-ayat Allah. Jadi semua itu tergantung pada manusianya. Tapi tidak semua kejawen itu aliran hitam. Perlu diketahui, ilmu kejawen itu dirintis oleh tokoh-tokoh ulama pada zaman Wali Sembilan dulu dan para ulama sesudahnya. Mereka itu mencari jalan untuk menerjemahkan kitab-kitab fikih dan kitab-kitab tasawuf, khususnya dengan bahasa Jawa. Maka kitab itu disebut kitab kejawen, karena peralihan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Jawa, baik yang Kawi atau krama inggil. Misalnya, kitab yang dikarang oleh Kiai Saleh Darat Semarang. Kitab Majmu' dan kitab Munjiyat, misalnya, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, sehingga sering juga disebut kitab kejawen.


Kitab-kitab itu bermaksud menjembatani para penganut agama pada waktu itu—zaman Wali Sembilan atau sesudahnya—untuk memudahkan memahami agama yang baru, yaitu Islam, dari agama sebelumnya. Para wali itu memberikan warna tersendiri dalam dunia tasawuf, dan dari situlah muncul Kejawen. Misalkan orang bertapa. Dalam Islam bertapa ini kemudian diganti dengan khalwat (menyendiri). Dalam khalwatnya mereka selalu menjaga wudhu, dan tidak boleh melepaskan zikir kepada Allah (Swt). Tapi, memang, ada nilai-nilai kejawen yang bertujuan mencari kesaktian atau yang lain, termasuk untuk pengobatan dan sebagainya. Ada pula Kejawen yang tumbuh terlepas dari ajaran Islam. Nah, dari sinilah kita harus pandai-pandai memilah dalam masalah ini.

Apakah Wirid dan Doa Harus Dihafal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kami ingin bertanya tentang ilmu, ijazah, dan barakah. Pertama, suatu saat ada seorang kiai mengatakan kepada saya, ilmu itu letaknya di dalam dada, Bukan di buku atau kitab. Artinya, sewaktu menjalankan wirid, harus di luar kepala, harus hafal. Kalau menjalankan atau mengamalkannya masih dengan membaca, berarti masih belum menguasai wirid tersebut.


Kedua, apabila kita diberi sebuah ijazah zikir oleh seorang kiai dan kita berikan kepada orang lain, apakah keberkahan wind tersebut akan pindah kepada orang yang kita beri ijazah itu? Diumpamakan, kita hanya menerima gelasnya, sedangkan isinya diambil oleh orang yang kita beri amalan tersebut. Apakah, meskipun kepada istri atau anak, kita tidak boleh memberikannya? Mohon penjelasan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Fahrurrozi

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Jadikanlah ilmu itu berada di dalam dada (fi shudur), jangan jadikan ilmu itu sebatas tulisan (fis sutur). Jadikanlah ilmu itu disimpan mengukir, mewarnai di dalam hati. Jangan hanya menghiasi atau berada hanya di mulut atau menyimpan ilmu hanya di rak, lemari. Tapi jadikanlah kita ini bagaikan kitab-kitab yang sudah berjalan. Maksudnya, kalau ilmu kita letakkan di dalam sanubari, perilaku kehidupan kita selalu bagaikan kitab-kitab yang berjalan. Itu yang dimaksud sebetulnya. Masalah ijazah, tinggal bagaimana cara memetik pada waktu kita menerima ijazah. Kalau dari guru, ijazah itu boleh diberikan kepada siapa pun, lebih-lebih keluarga, tidak ada masalah. Yang menjadi persoalan bilamana tidak mendapatkan izin dari guru, karena akan mengurangi kedudukan barakahnya. Istilahnya, kurang garamnya.

Cara Memilih Amalan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Banyaknya amalan yang saya dapati dan jelas semakin memperkaya spiritualitas seseorang. Amalan-amalan itu tersari dari berbagai kitab salaf dan memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan. Seperti Khasiat istighfar, shalawat, basmalah, Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Kanzul Arsy, Ratib Haddad, ayat Kursi, Doa Akasah, dan masih banyak lagi. Karena semua amalan di atas khasiatnya sama-sama baik, mereka yang berniat mengamalkan bisa jadi mengalami kesulitan memilih amalan yang terbaik, bahkan mungkin bingung. Dengan segala kerendahan hati, kami mohon kepada pengasuh spiritual kiranya berkenan memberikan arahan, bagaimana sebaiknya memilih amalan. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumirlan

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Semua amalan yang datang dari Baginda Rasulullah (saw) adalah yang terbaik. Tapi, perlu diketahui, amalan atau bacaan-bacaan itu dalam rangka meningkatkan pendekatan diri kepada Allah dan Rasul-Nya, selain menunaikan kewajiban shalat lima waktu. Amalan itu berfungsi untuk meningkatkan nilai tambah kita.


Kalau hanya melaksanakan kewajiban, tidak diringi shalat sunnah atau wirid lainnya, kita akan mendapatkan sebatas fardhiyah atau shalat-shalat wajib. Padahal pendekatan kita, dalam arti pendekatan diri, bukan hanya dalam shalat lima waktu. Wirid itu sendiri bentuknya bisa apa saja yang keluar dari Baginda Nabi (saw). Adapun keutamaannya itu adalah keistimewaan yang diberikan Allah kepada umat Nabi Muhammad (saw). Bagaimana baiknya seorang pengamal? Pilihlah salah satu di antaranya, namun yang terpenting adalah istiqamah atau konsistensi, dan amalan itu tidak harus dibaca semua. Silakan bila ada yang mau membaca Ratib Haddad, misalnya, amalkan secara konsisten. Nanti bacaan itu bagaikan pisau, yang setiap hari diasah makan akan semakin tajam dan lebih tajam lagi.

Antara Tharekat dan Keluarga

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya adalah pengikut Tarekat Qadiriyyah wan Naqshabandiyyah (PP Suralaya, Tasikmalaya) yang ingin sekali mencapai cita-cita tasawuf yaitu makrifatullah menyeluruh, termasuk suluk (jalan ke arah kesempurnaan batin), zuhud, dan memperbanyak zikir kepada Allah. Namun saya juga seorang ayah dua anak yang masih balita, sehingga sulit sekali mengatur waktu untuk kedua hal tersebut. Padahal dalam batin, saya tersiksa oleh kerinduan melihat Al-Haq, Allah (Swt). Mohon kiranya membantu memberikan jalan keluar sekaligus mendoakan saya agar Allah berkenan memakmurkan jasad, ruh, dan sirr (hal yang gaib dan tersembunyi) saya dalam ketaatan, mahabah (kasih sayang), makrifat, dan musyahadah (penyaksian). Mudah-mudahan Allah membalas kebaikan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Al-Faqir adh-Dhaif

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Insya Allah akan saya doakan, dan saya mendukung apa yang menjadi cita-cita Anda. Tapi perlu diingat, kewajiban, harapan, dan dambaan anda bukanlah untuk pribadi saja. Anak dan istri Anda adalah harapan dan kebanggaan di dunia sampai akhirat nanti. Beruntunglah seorang bapak atau kedua orangtua yang bisa mencetak putra-putrinya menjadi generasi yang utama, baik bagi umat Islam khususnya maupun bangsa pada umumnya. Sehingga mereka tidak akan memalukan kedua orangtuanya di hadapan Allah (Swt). Dan itu, saya kira, merupakan harapan semua orang.

Namun, tanpa didukung sarana yang berbentuk materi, mungkin keinginan Anda akan sedikit tersendat. Sebab, sarana itu pula yang akan menjadi sebab peningkatan diri kepada Allah (Swt), walaupun tidak harus terfokus ke sana. Seperti ketika kita ingin berhaji, atau membayar zakat, hal tersebut tentu tidak terlepas dari urusan dunia.

Maka, dalam menempuh dan menggapai cita-cita, pelihara dan pupuklah niat yang baik itu di dalam hati Anda. Jangan sampai niat yang baik itu tercampuri emosi atau nafsu. Dukunglah niat itu dengan pancaran kecintaan kita kepada Allah dan Rasulullah (saw), dan angkatlah sesuai dengan kemampuan kita, dari mana harus memulai. Jangan membebani dan memberatkan diri sendiri sebelum waktu kemampuan itu ada.

Amalan mencari Ilmu Laduni

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ada pertanyaan singkat saja. Apakah ada amalan yang menjadikan pengamalnya bisa memiliki ilmu Laduni. Mohon jawabannya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Zain H.A.

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Kita harus percaya, ilmu Laduni itu memang ada. Namun tidak mudah menggapainya, dan tidak sembarang orang bisa mendapatkan. Tata cara untuk mendapatkan ilmu Laduni itu juga ada dan bisa dilakukan.


Hal terpenting, kuatkan dahulu fondasi syarat mendapatkan ilmu Laduni. Bagai sebuah bangunan rumah, bila kita tidak membuat fondasinya terlebih dahulu, mana mungkin bangunannya akan kukuh. Termasuk letak ruangannya.


Pada dasarnya orang yang akan mendapatkan ilmu Laduni harus memiliki syarat seperti dikatakan Rasulullah, "Barang siapa bertakwa dan mendekat diri kepada Allah dengan baik, Allah (Swt) akan memberikan satu ilmu yang tidak diberikan kepada semua orang ('allamahullahu ma lam ya'lam)." Itulah salah satu syaratnya.


Sedangkan awrad atau serangkaian wirid yang bisa diamalkan untuk mendapatkan ilmu Laduni, banyak sekali. Di antaranya, shalawat Nabi, kemudian Asma al-Husna dengan membaca Ya 'Allam al-Ghuyub, Ya 'Alim, tapi tetap dengan keharusan tidak meninggalkan fondasi yang utama tadi. Yaitu, selalu bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah.

Thoriqoh Yang Mu'tabaroh

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh. Pada suatu pengajian, guru saya, KH. Syeikh Abdul Jalil Thoyyib as-Said (Gus Jalil) di Kudus, menyatakan, tarekat itu ada yang muktabarah dan ada yang tidak. Setelah pengajian usai, saya memberanikan diri bertanya. Beliau menjawab, "Tanyalah pada ahlinya." Maka lewat surat ini saya ingin sekali mengetahuinya. Pertama, bagaimanakah yang muktabarah itu?

Pertanyaan selanjutnya, ada berapakah tarekat yang muktabarah? Wasalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.

Azhari

Jawaban:

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tarekat muktabarah yang ada di Indonesia ada sebanyak 43 buah, tetapi yang belum muktabarah banyak sekali. Antara yang muktabarah dan yang bukan muktabarah, muamalahnya hampir sama. Perbedaan antara yang muktabarah dan bukan muktabarah adalah dari sanadnya. Seperti kriteria Hadist, ada yang sahih, dhaif (lemah), dan ada pula yang maudhu' (palsu). Kalau yang muktabarah, sudah jelas keabsahannya dan kemutawatirannya, di atas sekadar sahih.

Sekadar mengembalikan ingatan, tarekat ialah ilmu untuk mengetahui hal ihwal nafsu dan sifat-sifatnya, mana yang tercela kemudian dijauhi dan ditinggalkan, dan mana yang terpuji kemudian diamalkan. Tarekat muktabarah adalah aliran tarekat yang memiliki sanad yang muttashil atau bersambung sampai kepada Rasulullah (saw). Beliau menerima dari Malaikat Jibril (as), dan Malaikat Jibril (as) menerimanya dari Allah (Swt). Adapun aliran-aliran tarekat yang dinilai muktabarah sebagai berikut:

(1) Abbasiyyah, (2) Maulawiyyah, (3) Akhbariyyah, (4) 'Alawiyyah, (5) Baerumiyyah, (6) Bakdasyiyyah, (7) Bakriyyah, (8) Bayumiyyah, (9) Buhuriyyah, (10) Dasuqiyyah, (11) Idrisiyyah, (12) Ghazaliyyah, (13) Haddadiyyah, (14) Hamzawiyah, (15) Idrisiyyah, (16) 'Idrusiyyah, (17) 'Isawiyyah, (18) Jalawiyyah, (19) Justiyyah, (20) Kalsyaniyyah, (21) Khadiriyyah, (22) Khalwatiyah, (23) Khalidiyyah wa an-Naqshabandiyyah, (24) Kubrawiyyah, (25) Madbuliyyah, (26) Malamiyyah, (27) Zainiyyah, (28) Qadiriyyah wa an-Naqshabandiyyah,
(29) Rifa'iyyah, (30) Rumiyyah, (31) Sa'diyyah, (32) Sammaniyyah, (33) Sumbuliyyah, (34) Sya'baniyyah, (35) Syadzaliyah, (36) Syattariyyah, (37) Syuhrawiyyah, (38) Tijaniyyah, (39) 'Umariyyah, (40) 'Usyaqiyyah, (41) 'Utsmaniyyah, (42) Uwaisiyyah, dan (43) Ahmadiyyah (bukan aliran Ahmadiyah).

Syarat Belajar Thoriqoh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya seorang pemuda berumur 27 tahun, belum menikah, ingin belajar tarekat, tetapi tidak diperbolehkan oleh bapak saya. Katanya, saya baru boleh belajar tarekat setelah berumur 40 tahun. Benarkah hanya orang-orang yang sudah berumur 40 tahun atau lebih yang boleh mempelajari tarekat? Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Amiruddin

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Jawaban saya untuk Sdr. Amiruddin, untuk sementara patuhilah nasihat orang tua. Karena umur Anda masih muda, lebih baik memperkaya ilmu, entah itu melalui jalur sekolah, madrasah, maupun pesantren. Kesempatan yang baik itu saya namakan peluang emas. Jangan disia-siakan. Adapun bahwa mengikuti tarekat harus setelah umur 40 tahun, perlu saya luruskan.


Tarekat itu untuk orang-orang yang sudah cukup ilmunya. Terutama sudah mengetahui yang sudah diwajibkan syariat Allah, seperti mengetahui mana yang wajib, mustahil, ja'iz (mungkin) bagi Allah. Maksudnya, dia telah mengerti 20 sifat Allah.


Kedua, dia telah mengetahui hukum-hukum ibadah, seperti rukun wudhu, rukun iman, yang membatalkan wudhu, rukun shalat, yang membatalkan shalat, dan bisa membedakan mana yang halal dan haram. Bilamana itu sudah tercukupi, dipersilakan menambah amalan-amalan atau ibadah dalam tarekat, karena tarekat tidak mengatur yang zahir belaka. Tarekat juga mengatur hati supaya bersih dari sifat-sifat yang tidak dibenarkan oleh Allah dan RasulNya. Hal demikian itu, perlu kita rintis dari sedini mungkin. Ya, kita belajar untuk membersihkan lahiriah maupun hatiniah.


Tapi, nasihat ayah Anda bahwa mengikuti tarekat menunggu setelah umur 40 tahun, itu pun tidak salah. Karena dia mengambil kebijaksanaan seorang bapak yang sayang kepada anaknya, supaya anaknya mempersiapkan diri lebih matang. Tuntunan seseorang ayah kepada anaknya merupakan tanggung jawab, dengan harapan bahwa anaknya akan semakin dewasa. Karena, si anak akan menghadapi berbagai tantangan yang nanti hasilnya akan menjadi bekal hidupnya. Sebagai seorang ayah, ia berharap kepada anaknya untuk bisa mendapatkan pekerjaan, misalnya. Pertama-tama, untuk diri Anda sendiri. Yang kedua, tentu Anda harus bisa memperingankan beban kepada kedua orang tua Anda dalam menyongsong masa tua mereka.


Ketiga, tidak selamanya nanti Anda sendirian. Paling tidak, sebagaimana manusia yang normal, ingin mendapatkan pasangan untuk teman hidup di dunia sampai akhirat. Apakah Anda sudah mempersiapkan itu semua? Dari situlah orang tua yang bijak lebih jauh pandangannya dalam memberikan nasihat.

Meneruskan Thoriqoh Yang Terhenti

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya pernah menjalani tarekat, tetapi karena suatu hal saya berhenti hingga lima tahun. Pada suatu hari saya ingin menjalaninya lagi, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus berbai'at lagi kepada guru tarekat saya? Mohon petunjuk . Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

M. Sahrul

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Sahrul, coba kita menengok kembali saat kita masuk tarekat yang dahulu. Ketika masuk ke tarekat tersebut, apakah tarekat tersebut benar-benar menjadi keperluan kita apa tidak? Apakah pada waktu mengambil tarekat itu semata-mata hanya untuk bacaan kita atau menambah nilai ibadah? Sedangkan dalam tarekat dituntut adanya ihsan yaitu merasa selalu diawasi Allah. Dan ihsan itu semakin mantap, di antaranya, dengan sebab tarekat.

Setelah kita mengetahui dengan benar tentang Islam dan iman, barulah kita mengetahui ihsan. Akan tetapi kalau kita mengetahui kedudukan ihsan untuk pribadi kita masing-masing, sudah pasti bahwa tarekat akan dijadikan pegangan, dan sulit bagi kita untuk meninggalkannya. Sebab tarekat, yang isinya pendekatan kepada Allah dalam membersihkan hati, bernilai di atas segala-galanya. Jangan sampai keperluan untuk tarekat itu kalah dengan keperluan makan, minum, dan lain-lainnya.

Memang, makan dan minum adalah keperluan sehari-hari dan kita berani membanting tulang untuk bisa mendapatkannya, namun setelah kita mati, apa yang kita makan dan minum itu tidak dibawa ke dalam alam barzakh. Yang dibawa adalah buah zikir kita, yaitu pendekatan diri kepada Allah, khususnya melalui tarekat. Maka, kalau Anda ingin kembali kepada tarekat, perbaharuilah amalan tarekatnya. Tapi, sebelumnya, saya sarankan untuk mempelajari dan mengenal sejauh mana pengertian atas keperluan tarekat untuk pribadi kita.

Muslim Berthariqoh dan Tidak Berthoriqoh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ingin mengajukan pertanyaan penting yang berhubungan dengan masalah kemurniaan dan kesempurnaan iman.

Pertama, apakah, di dalam mendalami masalah keimanan, setiap muslim lebih baik menjadi jamaah tarekat? Kedua, apakah dengan cara menjadi anggota jamaah tarekat di bawah bimbingan mursyidnya, seseorang dapat lebih tenang dan mantap dalam mengamalkan tuntunan agama Islam, karena dianggap merujuk pada ajaran Nabi Muhammad (saw) melalui bimbingan mursyid tersebut? Bagaimana dengan para ulama atau ustad yang mengajarkan Islam tanpa menjadi anggota jamaah tarekat? Demikian pertanyaan dari saya, semoga menjadi manfaat. Amin ya rabb al-alamin. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Rusman Ependi

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Tentang keimanan seseorang sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an,

"Katakanlah, jika kamu mencintai Allah..."
(Ali Imran: 31).

Ketika ayat ini turun, seorang sahabat bertanya kepada Baginda Nabi Muhammad (saw), "Matta akunu mu'minan shadiqan?" atau "Bilamanakah aku menjadi mukmin yang sesungguhnya?" Dijawab oleh Baginda Nabi (saw), "Idza ahbabtallah," atau "Apabila engkau mencintai Allah."

Selanjutnya sahabat itu bertanya lagi, dan dijawab oleh Rasulullah (saw), "Orang itu mencintai Rasul-Nya. Berikutnya mengikuti sunnah-sunnahnya, dan mencintai orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya."

Dan akhirnya, Nabi Muhammad (saw) bersabda lagi, "Wayatawaffatuna fil- imani qadri tawannutihim fi mahabati," atau "Dan keimanan mereka bertingkat-tingkat menurut tingkatan kecintaan kepada Allah." Itu diucapkan sampai tiga kali oleh Rasulullah (saw). Hadist itu melanjutkan bahwa kadar bobot iman seseorang, tergantung pada kecintaannya kepada Nabi Muhammad (saw). Sebaliknya kadar kekafiran seseorang juga tergantung pada kebenciannya kepada beliau (saw). Kalau kecintaannya kepada Rasulullah (saw) bertambah, keimanannya kepada Allah (Swt) pun akan bertambah. Bertambah dalam arti bersinar, bercahaya, dan semakin menerangi hidupnya. Maka, apabila kita melihat ayat,

"Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampunimu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(Ali Imran: 31).

Lalu bagaimanakah cara mencintai Allah dan apa yang terkandung di dalam makna mencintai tersebut? Jawabannya, di antaranya bahwa Allah dan Rasul-Nya jelas tidak bisa dipisah-pisahkan. Kalau seseorang mencintai Allah, pasti dan harus mencintai Nabi-Nya. Dan tentu saja, dia akan menjalankan sunnah serta mencintai orang yang dicintai Rasul-Nya. Di sinilah pengertian tarekat yang sebenarnya, yakni untuk membimbing orang itu mencapai keimanan sempurna.

Keimanan terbentuk secara terbimbing. Di situlah peran para mursyid, sehingga tingkatan tauhid kita, makrifat kita, tidak salah dan tidak sembarangan menempatkan diri, sebab Ada bimbingan dari mursyid tersebut. Bagaimana orang yang tidak bertarekat? Saya jelaskan dulu, syaratnya bertarekat itu harus tahu syariat dulu. Artinya, kewajiban-kewajiban yang harus dimengerti oleh individu sudah dipahami. Di antaranya, hak Allah (Swt): wajib, mustahil, dan jaiz (berwenang). Lalu hak para rasul, apa yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi mereka.

Setelah kita mengenal Allah dan Rasul-Nya, kita meyakini apa yang disampaikannya. Seperti rukun Islam, yaitu membaca syahadat, mengerjakan shalat, melaksanakan puasa, berzakat bagi yang cukup syaratnya, serta naik haji bagi yang mampu. Begitu juga kita mengetahui rukun iman, serta beberapa tuntunan Islam seperti shalat, wudhu', dan lainnya.

Namun Anda harus bisa membedakan, orang yang menempuh jalan kepada Allah dengan sendirian, tentu tidak sama dengan orang yang menempuh jalan kepada Allah bersama-sama, yaitu melalui seorang mursyid. Kalau kita mau menuju Mekkah, sebagai satu contoh, seseorang yang belum mengenal Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah, tentu berbeda dengan orang yang datang ke dua tempat tersebut dengan disertai pembimbing atau mursyid.

Orang yang tidak mengenal sama sekali kedua tempat itu, karena meyakini berdasarkan informasi dan kemampuannya, sah-sah saja. Namun orang yang disertai mursyid akan lebih runtut dan sempurna, karena si pemimbing tadi sudah berpengalaman dan akan mengantar ke rukun zamani, sumur zam-zam, makam Ibrahim, dan lainnya. Meski seseorang itu sudah sampai di Ka'bah, namun kalau tidak tahu rukun zamani, dia tidak akan mampu untuk memulai tawaf, karena tidak tahu bagaimana memulainya. Itulah perbedaannya.

Merasa Panas Ketika berdzikir Setelah Mimpi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada tahun 1997, setelah selesai kuliah, saya menemukan pengalaman yang sangat berbekas. Diawali dari sebuah mimpi pada suatu malam. Saya menggemari bacaan tasawuf karangan Imam Al-Ghazali dan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.

Suatu ketika, saya berkeinginan merantau ke Jakarta. Saat itu saya bertemu seorang ustad dari Lubuk Basung, Pasaman, Sumatra Barat. Dari mata batinnya beliau mengatakan, saya lebih baik tetap tinggal di kampung tanpa perlu pergi jauh dari orangtua. Karena, menurut beliau, saya termasuk orang yang suka membantah. Sejak saat itu saya sering bermimpi. Bahkan mimpi-mimpi yang saya temui sempat berpengaruh terhadap kejiwaan. Berikut ini mimpi-mimpi yang saya alami secara berturut-turut.

Dalam salah satu mimpi, saya bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Ia berambut hitam legam, tidak bisa dilihat untaian rambutnya. Waktu itu saya akan masuk rumah, sementara beliau duduk. Saya coba menyapa, namun beliau diam dan hanya memandang. Pandangan matanya yang tajam, mampu menembus hati saya. Makin dalam memandang, makin terasa seperti melihat ke batin sendiri. Mata beliau berwarna hijau, sedangkan bulatan mata seperti batas antara laut dan langit. Batas itulah yang makin saya pandang makin jauh hingga ke dalam lubuk hati. Peristiwa ini terjadi di Padang.

Lalu, saya bermimpi melihat orang disiksa pada hari Kiamat. Bangun tidur saya berkeringat dan pucat, dan itu terjadi di Tangerang. Pada saat di Tangerang pula, saya bermimpi mengenal seseorang yang mengaku bernama Zaid bin Haritsah. Waktu itu saya belum mengenal nama tersebut. Setelah itu timbul keinginan membaca buku agama, sehingga mengetahui siapakah Zaid bin Haritsah. Kemudian saya bermimpi melihat dua orang berbadan cokelat hitam dan berbulu. Orang di depan mengatakan, ia orang baik-baik. Sedangkan di belakangnya mengatakan, ia orang jahat.

Kemudian keduanya masuk ke dalam jasad tubuh saya. Habis itu saya terbangun di waktu subuh. Mimpi ini terjadi di Jakarta.

Lantas, saya bermimpi bahu belakang dipegang sepasang tangan. Itu kira-kira pukul 24.15 WIB tanggal 01 Maret 2004 di kampung halaman kami di Batu Sangkar, Sumatra Barat. Kebetulan rumah tersebut berada di atas makam yang sudah hilang pusaranya. Orang di kampung sering melihat penunggu yang hanya bisa dilihat oleh keturunan dari pihak Ibu. Almarhum adalah seorang datuk atau pemimpin kampung kami. Dari kedua tangan tersebut, terasa seperti ada tusukan jarum yang menusuk ke seluruh aliran darah.

Sekarang saya merasakan pada saat-saat tertentu berada dalam kondisi yang baik, dan di lain saat dalam kondisi tidak stabil. Saya merasakan perjuangan dalam batin ini dan benar-benar sadar, sehingga berusaha melawannya, namun sering gagal, karena kurangnya ilmu dan bimbingan - belum pernah belajar secara serius pada seorang guru. Dan setelah kejadian itu, jika saya berzikir, merasa panas dan berkeringat. Sampai sekarang pun saya masih merasakan, jika berzikir dikhusyukkan pada pikiran dengan hati hanya ke Allah (Swt), terasa badan tersentak-sentak dan bergetar. Demikianlah ungkapan hati saya. Wassalamualaikum warah-matullahi wabarakatuh.

Riswandi Nazar

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya sarankan saja, perbanyaklah membaca shalawat Nabi. Zikirnya sementara dikurangi sedikit dari jumlahnya, tapi bukan berarti meninggalkan sama sekali. Hanya mengurangi, dan diganti dengan memperbanyak shalawat kepada Baginda Nabi (saw). Semoga dengan adanya shalawat akan mendatangkan syafaat Baginda Nabi (saw) dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan kepada Allah (Swt), kepada RasulNya, dan juga kepada kedua orangtua.

Anda sebaiknya bertanya kepada orang yang ahli. Saya ingin mengingatkan Anda, jangan sampai terpengaruh oleh bujukan dan rayuan yang datang dari nafsu sendiri. Itu satu gambaran saja. Mungkin dengan bisa menahan diri dari bisikan atau rayuan nafsu, kita akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang kurang baik.

Menyikapi masalah mimpi, baiknya kita berpegang pada suatu Hadist Nabi (saw). Kalau mimpi itu ada kaitannya dengan Baginda Nabi, itu satu hal yang baik sekali. Sesungguhnya beliau bersabda, "Seorang yang melihat aku dalam mimpi orang, ia dalam keadaan yang sesungguhnya. Karena sesungguhnya setan itu tidak bisa menyerupaiku."

Itu Hadist tentang mimpi yang bisa kita pegang kuat. Namun adakalanya mimpi itu sebagai isyarat atau perlambang, tapi sulit untuk bisa memecahkannya. Dan hal-hal yang demikian memerlukan uraian atau bahasan yang ukup panjang. Ringkasnya, menurut hemat saya, jangan terlalu banyak mengikuti kata mimpi. Kita kembalikan semuanya kepada Allah (Swt). Kalau kemudian perlambang itu memiliki pertanda yang baik, mari kita ikuti. Tapi kalau perlambang itu kurang baik dan kurang kita pahami, jangan kita yakini. Sekalipun yang baik, jangan terlalu percaya. Sebaiknya kita hanya percaya kepada Sang Maha Pemberi, yang memberikan perlambang itu, yaitu Allah (Swt).

Amalan bertemu Nabi (saw)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya senang dapat berkonsultasi. Saya mohon penjelasan tentang beberapa hal.

Pertama, benarkah ada wirid dan amalan agar dapat bertemu dengan Nabi Khidhir dan Wali Sanga? Jika benar, apa wirid dan amalan tersebut?
Kedua, ada beberapa orang yang katanya dapat bertemu dengan Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Benarkah yang mereka temui untuk berkonsultasi itu adalah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga?

Ketiga, bolehkah penganut tarekat belajar menjadi paranormal? Samakah paranormal dengan Kahin yang disebutkan dalam Hadist Rasulullah (saw)?

Keempat, bolehkah seseorang berbaiat kepada dua orang mursyid sekaligus, misalkan Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah dan Sadziliyah? Demikian pertanyaan kami. Atas penjelasannya, kami haturkan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Taufiq S.

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Amalan atau wirid yang bisa mengantar atau membantu kita agar bertemu Nabi Khidhir dan Nabi Muhammad itu memang betul ada. Tapi masalah bertemu dengan para Wali Sembilan atau bertemu dengan para wali lainnya itu adalah bagian dari nilai tambah membaca amalan itu. Beberapa wirid yang insya Allah bisa membantu maksud dan tujuan Anda, antara lain dengan membaca al-Ismu al-A'zham yang tertera dalam kitab Sa'adatu Ad-Darrayn. Shalawat tersebut adalah milik Syekh Muhammad Taqiyyudin al-Hambali. Bunyi shalawat itu cukup panjang dan dimulai dengan kata-kata "Allahumma Inni as'aluka bismika al-a'zham" yang artinya, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan berkat nama-Mu Yang Maha Agung." Atau bacaan lain berupa kalimat shalawat. Beberapa wirid itu dapat membantu mempermudah untuk bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad (saw) atau Nabi Khidir (as).

Masalah bertemu dengan para wali Allah, seperti pertanyaan Anda yang kedua, bisa dikatakan mudah. Para wali Allah yang sudah sempurna kedudukan dan kewaliannya adalah bagian dari para pewaris Nabi. Sedangkan setan tidak bisa menyerupai Nabi. Makanya para wali Allah yang benar-benar mencapai derajat yang tinggi adalah bagian dari pewaris Nabi, yang tidak mampu diserupai oleh setan.

Masalahnya, orang yang bertemu itu sendiri harus bisa memahami, ilmu tauhidnya harus benar, bisa membedakan mana Sunan Bonang yang sebenarnya dan mana yang mengaku sebagai Sunan Bonang (bukan menyerupai). Mengaku berbeda dengan menyerupai. Kalau menyerupai, setan dijamin tidak bisa menyerupai para wali Allah. Kebenarannya, semua berpulang kepada apa yang diberikan oleh beliau, melanggar syariah atau tidak.

Perlu dicatat, pertama, yang membedakan antara zat yang sekadar mengaku dan yang sebenarnya, terletak pada apa yang diperintahkan. Kedua, bila sudah bertemu, bagaimanakah orang tersebut, apakah ia semakin kuat dalam agamanya atau tidak. Kalau semakin tekun terhadap agamanya, itulah yang disebut khaddam. Tapi, kalau maksiatnya semakin menjadi-jadi, berarti yang datang itu sekadar mengaku. Belajar untuk memenuhi kewajiban dalam menuntut ilmu, termasuk belajar menjadi paranormal, itu tidak ada persoalan. Yang jadi masalah kalau seorang ahli tarekat yang sudah benar mau belajar menjadi paranormal. Alasannya pertama karena, pembukaan hijab (tirai) paranormal itu sudah ada dalam tarekat. Kalau paranormal hanya enam buah hijab, sedangkan tarekat itu ada sebelas buah. Makanya, sesungguhnya malah tidak masuk akal dan tidak akan terurai sebenarnya, di mana seorang ahli tarekat belajar menjadi paranormal (yang derajatnya lebih rendah).

Mengapa para ahli tarekat enggan mempelajari ilmu paranormal. Karena ada batasan atau koridor bahwa ahli tarekat itu tidak mau mendahului kehendak Allah. Ada paranormal yang bisa dikatakan sebagai seorang Kahin, dan ada yang tidak. Perbedaannya adalah bagaimana memulainya. Kalau pemahaman agamanya kuat, maka ia merupakan seorang yang beretika, beradab, dan hanya tunduk kepada-Nya. Dengan keahlian batinnya, justru akan menambah keimanan, karena ia tahu berbagai rahasia yang diberikan kepada hamba-Nya.

Tidak ada masalah kalau berbaiat terhadap dua orang mursyid, asalkan memahami benar koridor yang harus diperhatikan. harus diperhatikan bahwa baiat yang pertama itu sifatnya mutlak. Persoalannya, setelah menjalani baiat yang kedua, apakah dia menanggalkan baiat yang pertama atau tidak. Kalau sampai meninggalkan, itu berbahaya, karena bisa terkena dosa.

Selanjutnya, kenapa banyak mursyid yang tidak memperkenankan dua kali baiat, karena ada asrar (rahasia) yang berbeda dari kedua tarekat yang diikutinya. Ini bisa sangat berbahaya bagi orang yang dibaiat, apalagi kalau dia belum mengetahuinya. Satu orang mengikuti dua tarekat sekaligus bisa diumpamakan satu rumah dengan dua mesin listrik yang berasal dari mesin diesel dan listrik PLN. Diesel digunakan untuk menggantikan listrik sewaktu padam. Tapi bagaimana bisa dibayangkan kalau diesel dan listrik itu dinyalakan secara bersama-sama. Demikian, semoga Anda puas.

Mungkinkah Saya Bisa Melihat Jin?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya memang tertarik dengan masalah alam gaib. Sewaktu tinggal di desa, saya sering mendengar cerita tentang alam jin, tentang Mushalah yang dijaga jin, hingga tentang pohon beringin tua angker yang konon banyak dihuni oleh makhluk jin. Sewaktu belajar agama, saya juga sering mendengar tentang jin. Salah seorang ustad saya mengaku pernah melihat jin ketika keluar dari kamar mandi di tengah malam. Seorang ustad saya yang lain pernah diserang jin ketika menunaikan shalat Shubuh.

Kini, yang menjadi pertanyaan di otak saya, mungkinkan jin itu bisa berhubungan dengan manusia? Mungkinkah saya bisa melihat jin, mengenal dan menjadikannya sebagai sahabat? Dapatkah jin dipercaya untuk menjadi sahabat? Bagaimana pula hukumnya menjadikan jin sebagai sahabat. Terima kasih atas jawabannya. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

H. Totok Afianto

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih atas perhatian Anda dengan mengajukan pertanyaan ini. Jin adalah makhluk Allah yang sama dengan kita. Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan jin diciptakan dari api. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Kami menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas"
(AI-Hijr: 26-27).

Jin juga diciptakan untuk menghamba kepada Allah. Jadi, jin seperti juga manusia, diperintahkan untuk beriman dan beribadah kepada Allah, tentunya yang beramal baik di antara merekalah yang akan menikmati surga Allah.

Dalam beberapa pendapat seperti dikutip Syaikh Farid Wajdi dalam Dairat al-Ma'arif Lil Qarnil 'Ishrin, jin disebutkan sama dengan manusia sebagai makhluk Tuhan. Yang membedakannya hanya soal jasad sebagai baju jiwa itu saja. Jin hanya rüh, seperti kita setelah mati dan meninggalkan kehidupan wadak kita. Jin juga mengalami sakit dan kematian. Bahkan, Syaikh Farid Wajdi mengutip seorang ulama, jin justru lebih rentan dari manusia, lebih gampang sakit dan cepat mati. Jin juga bereproduksi seperti manusia. Tapi, dari semua itu, hanya Allah yang tahu tentang alam jin yang sulit dimasuki itu.

Alam ruh adalah sebuah alam yang misterius meskipun harus diyakini keberadaannya. Orang yang mengingkari keberadaannya sama dengan mengingkari keberadaan Al-Qur'an, karena kitab suci umat Islam itu juga membahas tentang jin di dalam sebuah surah yang disebut Surah Jin.

Tentu, jin dan manusia memliki alam yang bebeda. Alam manusia adalah alam wadak atau alam nyata. Berbeda dengan alam ruh yang halus, luas dan tak terbatas. Boleh jadi pada suatu ruang akan terjadi pertemuan tempat antara jin dan manusia. Tapi, tak bisa bertemu karena masing-masing memiliki matra yang berbeda. Jin dan manusia selalu bisa berhubungan dan bahkan bersentuhan. Karena ada Hadist. Rasulullah (saw) yang menyatakan bahwa jin itu makanannya tulang binatang sisa makanan manusia dan kotoran lainnya.

Lantas seperti yang dipertanyakan, mungkinkah manusia bertemu jin dan bersentuhan? Jawabannya adalah sangat mungkin, bahkan ada yang menyebutkan tentang kemungkinan perkawinan antara dua jenis makhluk Tuhan itu.

Seseorang mungkin bertemu dengan jin lantaran dua hal. Pertama, karena kemampuan manusia itu sendiri dengan amalan-amalan tertentu sehingga bisa melihat dan berkomunikasi dengan jin. Bisa juga terjadi karena keturunan. Karena ayahnya memiliki kemampuan melihat dan memelihara jin, maka anaknya atau keturunannya yang lain juga bisa mewarisi kemampuan itu. Dalam beberapa kitab klasik memang disebutkan jika ingin melihat jin maka perbanyaklah membaca surah Jin. Ada yang menyatakan membaca surah itu di malam hari di sebuah Masjid tua. Nanti akan muncul seseorang yang menyapa dengan tutur sapa yang baik. Mengapa dipilih Masjid sebagai tempat berburu jin? Karena di tempat itulah jin-jin muslim bertempat tinggal.

Hal kedua adalah kemampuan jin itu sendiri untuk menjelma sehingga dapat terlihat manusia. Hal ini bisa dilihat ketika seseorang menyaksikan jin yang menakutkan. Hal tersebut bukan berarti muncul dari kemampuan manusianya, tapi karena kemampuan jin itu untuk menyapa manusia dan menakutinya.

Lalu, mungkinkah memanfaatkan jin? Mungkin saja. Tapi, terus terang tak bisa dijadikan pegangan karena akan menimbulkan fitnah. Beberapa ulama yang bersentuhan dengan jin selalu merahasiakan hubungannya dengan mereka lantaran takut akan fitnahnya. Sehingga, bisa kita lihat, jika ada seseorang yang memamerkan kemampuannya menggunakan jin dengan cara menampilkan beberapa keajaiban tertentu, itu adalah orang bodoh.

Cara Memilih Khodam Makhluk Halus

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Saya ingin berkonsultasi tentang hal sebagai berikut. Saya kira semua tahu bahwa kita dilahirkan dalam keadaan fitrah. Allah meniupkan ruh ke dalam jasad kita sebagai mesin dan penggerak untuk hidup. Yang saya pertanyakan, benarkah dalam jasad kita itu terdapat ruh atau khadam (pembantu dari kalangan makhluk halus). Kalau benar, bagaimana solusinya untuk mewujudkan serta menguasainya? Atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Safe'i

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih atas pertanyaan Anda yang cukup unik. Sebenarnya dalam tubuh kita memang ada malaikat yang senantiasa mencatat perbuatan kita. Sebagaimana ayat Al-Qur'an menyebutkan :


"Tiada satu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir"
(Surah Qaf ayat 18).


Di sini menunjukkan bahwa malaikat itu (Raqib dan Atid) diberi tugas untuk mencatat amal perbuatan kita untuk kemudian dilaporkan kepada Allah pada Hari Kiamat. Malaikat itu tidak diberi tugas menghamba kepada kita untuk menjadi khadam. Untuk tataran malaikat, tak mungkin manusia bisa memerintahnya apalagi mengendalikannya. Malaikat memiliki pekerjaan yang telah ditentukan oleh Allah. Para malaikat itu telah memiliki tugas sendiri dari Allah yang tidak diwakilkan dan tidak pula digantikan. Karena itu jika pengertian khadam ditujukan kepada malaikat, maka hal itu tidaklah mungkin.


Memang pada beberapa buku hikmah disebutkan adanya beberapa malaikat yang mengawal ayat-ayat Al-Qur'an serta asma-asma Allah yang indah (asma al-Husna). Namun ini pun tidak bisa diartikan menjadi khadam kita.


Misalnya pada asma Allah Al-Hasib, menurut Imam al-Buni nama itu dikawal oleh malaikat Matha'il. Pada asma Allah al-Karim dikawal malaikat Kalya'il. Namun, para malaikat itu sudah ditugasi Allah sesuai dengan pekerjaannya. Misalnya, Malaikat Kalya'il akan bertugas mengawal asma Allah al-Karim agar melancarkan rezeki pembacanya. Maka, ketika asma Allah itu dibaca oleh seseorang, maka malaikat itu mengerjakan tugasnya yang telah diberikan Allah, bukan dalam rangka mengikuti kehendak kita. Tapi, hal tersebut akan mungkin terjadi pada kalangan jin yang memiliki nafsu, keinginan, dan "kenakalan" sebagaimana manusia. Namun, sejauh mana kemampuan memiliki khadam yang bisa mempengaruhi majikannya, misalnya menambah kekayaan dan lain sebagainya.


Yang jelas, yang harus Anda ingat, jin itu tak ubahnya seperti manusia juga. Ia hamba Allah semata yang tak memiliki kemampuan memberi dan kemuliaan lainnya. Hanya, karena jin itu bersifat tak tampak, maka hal tersebut dijadikan kelebihan dari manusia. Misalnya, jin bisa disuruh mencuri informasi. Tapi, banyak ulama yang meragukan informasi yang diberikan jin, mengingat jin dianggap lebih nakal dari manusia. Seburuk-buruknya manusia, masih lebih baik daripada jin yang terbaik.


Untuk menaklukkan jin tentu saja tidak mudah. Anda harus kuat olah batinnya. Jika tidak, justru Anda yang akan tejermus pada hal-hal yang tak diinginkan. Misalnya, karena tak kuat mengamalkan wiridnya, bisa terganggu pikirannya. Bahkan, bisa jadi justru Anda nanti yang akan menjadi khaddam jin.


Menurut hemat kami, sesuai dengan usia Anda yang masih muda, tak perlu mencoba menguasai hal-hal seperti itu. Anda—dan juga kami—lebih baik hidup wajar seperti Rasulullah (saw). Hidup sederhana dan apa adanya. Tidak menuntut banyak dan menjalani hidup dengan penuh keikhlasan. Maka, perkuatlah batin Anda dengan ilmu dan amal, sehigga membawa Anda pada martabat yang lebih tinggi di sisi Allah. Anda pun akan bisa menguasai segala hal yang diinginkan, tentunya atas izin Allah (Swt).

Tak Perlu Takut Orang Mati

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ingin menanyakan beberapa hal tentang jenazah atau mayat orang meninggal. Setiap daerah punya cara yang berbeda dalam memperlakukannya. Kata orang, jenazah itu rohnya masih berada di sekitar halaman rumah sebelum empat puluh hari terhitung sejak kematiannya.

Dulu saya pernah mengalami kecelakaan di sekitar kota Semarang. Mobil yang saya kemudikan terselip hingga masuk jurang. Saat itu saya terlempar keluar, dan sempat melayang di udara. Pada saat itu, ada yang menangkap tubuh saya dan meletakannya di pinggiran jurang. Begitu saya membuka mata, ternyata yang menangkap badan saya adalah Mas Son, kakak saya yang baru meninggal seminggu sebelumnya.

Alhamdulillah saya diselamatkan Allah lewat almarhum Mas Son. Saya cepat pulang ke Jogya dan berziarah ke makamnya. Pertanyaan pertama, siapakah sebenarnya yang menolong saya, apakah itu jin ataukah memang almarhum kakak saya? Kedua, apakah jenazah yang belum dimandikan boleh didoakan dan dishalatkan? Dulu pernah ada perselisihan, seorang ustad mengatakan tidak boleh karena jenazah itu masih kotor, dan doanya tidak akan sampai. Tapi ada ustad lain yang mengatakan boleh didoakan, soal sampai atau tidak, hanya Allah yang tahu.

Pertanyaan ketiga, pernah saya memikul jenazah di bagian terdepan tanpa ada seorang pun yang menggantikannya hingga tiba di perkuburan, padahal orang yang memikul di bagian lain sudah berkali-kali digantikan. Setelah itu terasa sakit di bagian leher saya selama seminggu. Pertanyaannya, ada apakah sebenarnya sehingga banyak orang yang enggan dan takut untuk memikul jenazah di bagian terdepan? Atas perhatian dan jawaban, saya ucapkan banyak terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Didik Wasono

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pertanyaan Anda cukup menggelitik. Memang cara memperlakukan jenazah secara adat sangat banyak dan beragam. Tapi, dalam Islam, ada tuntunan baku. Sementara adat hanya menjadi tuntunan pelangkap. Sebagai tuntutan pelengkap, maka adat tidak boleh melanggar agama. Jika soal berdoa atau tahlil, itu juga soal adat yang tidak bertentangan dengan agama. Namun, bagaimana dengan peringatan hari ketiga, ketujuh hingga hari keempat puluh? Saya dapat katakan bahwa hal itu juga masalah adat. Ada Hadist Nabi yang menyatakan, "Ma ra'ahu al-mukminuna hasanan wahuwa 'indalláh hasan"atau artinya, "Apa saja yang dianggap baik oleh kaum beriman, maka bagi Allah itu juga baik." Jadi, ukurannya melanggar agama atau tidak.

Lantas soal empat puluh hari, memang ada pendapat yang menyatakan seperti itu. Tapi, terus terang saya tidak tahu pastinya, karena masalah ruh ini adalah masalah yang hanya diketahui Allah sebagaimana yang dikatakan Al-Qur'an,

"Katakan (wahai Muhammad), sesungguhnya ruh itu adalah urusan Tuhanku. Dan ilmu yang diberikan kepadamu hanyalah sedikit."

Lalu masalah doa kepada mayit tidak harus menunggu dimandikan. Doa bebas dilakukan kapan dan di mana saja, serta untuk siapa saja. Hanya mungkin, kawan Anda itu melihatnya pada persyaratan shalat untuk jenazah, dan itu benar. Jenazah yang akan dishalati harus terlebih dahulu dimandikan dan dikafani. Shalat jenazah dilakukan sebagai proses terakhir sebelum dimakamkan.

Lalu, siapakah yang menolong Anda kala kecelakaan itu? Sebenarnya dalam menolong hamba-Nya, Allah (Swt) memiliki cara-Nya tersendiri. Jadi, yang menyelamatkan Anda semata-mata hanyalah Allah, yang bisa saja melalui malaikat-Nya. Sebab, jika malaikat akan behubungan dengan manusia ia akan menjelma menjadi manusia juga. Berkali-kali malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad dengan menyamar seperti laki-laki jembel dan kemudian menyampaikan sesuatu yang penting kepada Rasulullah.

Jika malaikat, lalu apakah maksudnya jika ia harus menyamar menjadi kakak Anda yang baru sepekan meninggal? Wallahu ‘alam. Mungkin saja, bermaksud lebih mendekatkan diri Anda kepadanya. Malaikat memilihnya karena kakak Anda termasuk orang baik yang perlu dikenang. Atau, Anda telah melupakannya sehingga kurang berdoa untuknya, dan lain sebagainya. Karena itu, langkah Anda untuk segera berziarah ke makamnya adalah tepat.

Jelas, orang yang sudah meninggal tidak bisa berbuat upaya penyelamatan fisik seperti itu dengan cara hidup kembali. Orang yang sudah mati itu kini tengah hidup di alam arwah yang kita tidak ketahui. Tentu, yang menyelamatkan Anda bukan kakak Anda yang telah almarhum tadi, tapi Allah sendiri melalui para malaikatnya.

Lantas mengapa orang takut memikul jenazah? Ini memang unik juga. Sebenarnya tak perlu ditakuti. Mengapa harus takut? Justru itu perbuatan yang sangat mulia. Ada sebuah Hadist yang menyatakan bahwa Allah akan malu menyiksa hamba yang suka bertakziah, menshalatkan jenazah saudaranya, memandikan, menguburkan, dan lain sebagainya. Kesan takut seperti itu harus dihilangkan. Apakah takut menjadi hantu? Sebenarnya itu kepercayaan salah yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk menganggu manusia. Orang yang mati adalah saudara kita yang kini tengah menghadap kepada Allah. Mengapa harus ditakuti? Seharusnya kita iringi kepergiannya menuju sisi Allah dengan doa agar segala amalnya diterima, bukan harus dihadapkan dengan kepercayaan yang aneh-aneh.

Nenek Misterius Mengajarkan Al-Ikhlas

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Beberapa bulan yang lalu saya hampir putus asa, karena saya tidak dipercaya lagi oleh atasan tanpa diketahui apa alasannya. Maklum, suasana perusahaan tempat saya bekerja, banyak saingan yang saling cari muka dan menjatuhkan untuk mendapatkan posisi yang lebih bagus. Saya pun baru sadar bahwa saya kena fitnah.


Di tengah kebingungan dan keputusasaan itu, sepulang dari tempat kerja pada pukul 20.00 wib, saya bertemu dengan nenek berkerudung yang jalan menuju halte. Tidak tahu kenapa, nenek tersebut memberi nasihat agar setiap jam 24.00 wib saya shalat sunnah dua rakaat, dan bila sudah maka bacalah surah Al-Ikhlas sebanyak 40 kali sambil membayangkan wajah atasan atau sambil melihat fotonya. Kalau bisa, selama satu minggu jangan sampai putus. Pesan nenek asing itu, waktu membaca surah Al-Ikhlas jangan membaca bacaan yang lain. Saya tanyakan kenapa harus membaca surah Al-Ikhlas, bukan surah yang lain, nenek itu menjawab,"Saya cuma menjalankan perintah! Kalau mau tanya, ya tanya saja sama kiai atau ustad."


Ritus dari nenek tersebut saya jalankan sampai tujuh hari tanpa putus. Sekarang, alhamdulillah, hasilnya cukup mengejutkan. Atasan saya percaya lagi pada saya, bahkan saya dipercaya menjadi supervisor. Terima kasih, ya Allah, dan terima kasih saya untuk nenek misterius. Sampai sekarang saya mencari-cari nenek misterius tersebut, tetapi belum juga bertemu. Pertanyaan saya yang pertama, sewaktu saya tanyakan surat Al-Ikhlas, nenek itu bilang tidak tahu, beliau hanya menjalankan perintah. Menurut kira-kira nenek tersebut diperintah oleh siapa? Sampai sekarang saya ragu, nenek tersebut benar adanya atau gaib? Atas jawabannya saya haturkan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

S. Rochnawati

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pertanyaan dan pengalaman Anda menarik. Banyak cara Allah membantu mengatasi kesulitan hamba-Nya. Misalnya, dengan perantara mimpi dan berbagai cara lainnya. Seperti yang Anda alami itu, yang secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang lantas mengajarkan sesuatu kepada Anda untuk memecahkan masalah.


Di dunia ini, menurut istilah sufi, banyak wali, kekasih Allah, yang selalu membantu hamba Allah dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya. Karena itu dilarang mencaci dan menghina orang, karena ditakutkan orang yang kita hina dan caci itu justru adalah seorang wali Allah. Menurut kami, orang yang datang secara tiba-tiba dan mengetahui persoalan Anda itu adalah seorang wali Allah yang memiliki kewaskitaan tinggi. Seorang wali, apakah wali qutub atau abdal, bisa saja berada di mana-mana, dan bisa membantu hamba Allah yang mengalami kesulitan.


Siapa yang memerintah nenek itu? Saya kira nenek itu sendiri, karena ia adalah seorang wali, yang mengetahui kebutuhan saudaranya. Perkataan nenek yang menyuruh Anda bertanya kepada seorang kiai atau ustad adalah isyarat bahwa yang ia anjurkan itu tidak melenceng dari sudut agama.


Lantas, bagaimana mencari nenek gaib itu? Bisa saja Anda membaca surah Al-Fatihah untuknya. Seorang wali akan merasakan terpanggil bila ada seseorang yang menghadiahkan bacaan tersebut kepadanya, dan siapa tahu, ia tergerak untuk menemui Anda. Dan, dalam hal ini ada sebuah hikmah bahwa jika Anda merasa berada pada pihak yang benar, maka Anda tidak perlu takut, karena yang benar akan selalu dimenangkan. Jika Anda membela yang benar, Allah akan membantu Anda, yang otomatis para wali, malaikat, serta jin-jin muslim, juga berdiri di belakang Anda.


Tentang manfaat surah Al-Ikhlas, harus diakui memang sangat besar. Dalam Hadist disebutkan, "Barang siapa membaca Qul Huwallahu Ahad sekali saja, maka Allah akan memberinya pahala seperti pahala seratus orang syahid." Dalam Hadist lain juga disebutkan, jika kita membaca Qul Huwallahu Ahad, maka Allah akan mengampuni kita atas dosa kita selama lima puluh tahun.


Dalam beberapa Hadist lain juga disebutkan bahwa membaca surah Al-Ikhlas tiga kali memiliki pahala seperti mengkhatamkan Al-Qur'an. Jika membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 11 kali, kita akan dibangunkan sebuah rumah di surga. Banyak Hadist lainnya yang mengetengahkan keutamaan surah itu. Apalagi membaca surah Al-Ikhlas pada tengah malam setelah menunaikan shalat Tahajud atau shalat Hajat. Kami kira, pengalaman spiritual Anda ini sangat menarik. Dan, teruslah mendekat kepada Allah dengan memperkaya ibadah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabara katuh.

Hubungan Wirid Dengan Jin

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Singkat saja, sebagai seorang muslim yang tergolong awam dalam hal dunia spiritual Islam, saya ingin mempertanyakan masalah artikel yang berjudul M. Jasan Munadi, Menolong Sesama dengan Bantuan Jin. Yang menjadi pertanyaan saya:

1. Bagaimanakah hukumnya meminta bantuan jin? Apakah tidak syirik?
2. Mengapa orang yang rajin membaca wirid atau zikir justru malah didatangi jin?
3. Bukankah seluruh amalan wirid dan zikir, yang menjaga adalah Allah Swt sendiri?
4. Konon, orang yang mempunyai jin akan mengalami kesulitan ketika menghadapi sakratulmaut. Benarkah hal itu, dan kesulitannya itu seperti apa? Dan bagaimana solusinya sehingga mereka yang mempunyai jin, matinya bisa husnul khatimah?
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ika Permana

Jawaban:

Waalaikumsalani warahmatullahi wabarakatuh. Sebenarnya sangat tepat jika pertanyaan Anda ditujukan kepada bapak M. Jasan Munadi sendiri. Namun, pada masalah yang terkait secara umum akan kami jawab.

Meminta bantuan jin, memang ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan boleh dalam batas-batas tertentu. Karena jin juga seperti manusia. Sepanjang bantuan yang dimintanya adalah sesuatu yang bisa dilakukan oleh jin, maka hal itu diperbolehkan. Jika yang dimintakan adalah bantuan yang mustahil dilakukan jin namun sudah masuk wilayah kekuasaan Ilahi, dilarang. Itu yang namanya syirik. Misalnya, meminta penyembuhan kepada jin, maka hal itu jelas salah. Sama dengan meminta kesembuhan kepada manusia juga. Tetapi, jika meminta obat kepada jin atau manusia, bukan merupakan masalah.

Pendapat kedua melarang, karena akan mengundang fitnah bagi orang yang tidak mengerti dan mengarah kepada hal yang bukan-bukan. Sebab, bertemu dengan jin adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi, sehingga ditakutkan timbul syirik dengan menyekutukan Tuhan dan menjadikan jin memiliki kekuatan. Jadi, dalam pengertian permintaan bantuan ini adalah dalam lingkaran bantuan yang bisa dilakukan makhluk. Seperti juga manusia. Jika kita meyakini seorang dokter bisa menyembuhkan penyakit, kita bisa jadi syirik. Jika kita menganggap dokter hanya memberi obat yang menjadi penyebab kesembuhan, maka hal itu diperbolehkan. Sebab, yang menyembuhkan itu hanyalah Allah (swt).

Wirid sebenarnya aman saja dilaksanakan. Hanya, menurut kami, jika Anda hendak mengamalkan wirid, sebaiknya, pertama, yang diwiridkan itu adalah doa-doa atau wirid yang ma'tsur dari Rasulullah. Misalnya membaca ayat-ayat Al-Qur'an, doa dari Nabi, tahlil, tahmid, tasbih, dan sebagainya. Kedua, berwirid dengan niat yang baik untuk mencari ridha Allah, bukan untuk mencari hal yang lain. Ketiga, sebaiknya melalui seorang guru, ijazah, agar tahu ilmunya dan lebih aman. Sebab, jika di luar hal tiga ini, biasanya jin suka mengganggu. Tentu dengan wirid itu kekuatan Tuhan yang muncul. Tuhan memberi kekuatan kepada kita berkat kedekatan kita melalui wirid tersebut. Ingat, wirid itu juga dalam rangka dzikrullah.

Soal pemilik jin yang mengalami kesulitan jika hendak mati, bisa saja hal itu terjadi karena jin tersebut telah dimanfaatkan untuk tujuan negatif. Tetapi, jika memiliki jin untuk tujuan positif, bahkan mengarahkan jin itu ke arah yang benar, tidak ada masalah.

Biasanya, kesulitan dalam menghembuskan napas terakhir itu terlihat ketika seseorang begitu sakit saat dicabut nyawanya. Berguling-guling di tanah, mengerang sakit yang luar biasa, sehingga menimbulkan rasa kasihan, iba, dan juga takut, bagi yang melihatnya. Cara mengatasinya tak lain dengan bertobat. Biasanya, sulit mati itu karena memiliki tanggungan. Segeralah bertobat dan selesaikan tanggungan yang ada. Misalnya, tanggungan hutang, belum meminta maaf kepada orang yang pernah dizaliminya, dan sebagainya. Dengan cara itu insya Allah kematiannya akan menjadi mudah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mungkinkah Bertemu Malaikat?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang ingin saya tanyakan di sini, mungkinkah kami bisa bertemu malaikat? Apakah ada doa tertentu untuk bisa bertemu dengan malaikat? Bagaimana hukumnya seseorang yang mengaku melihat malaikat? Dapatkah dipercayakah? Apakah sama kemungkinan melihat malaikat dengan kemungkinan melihat jin? Terima kasih. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Ridwan Amri

Jawaban:


Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Bertemu malaikat, kenapa tidak? Setiap orang bahkan didatangi Malaikat Israfil. Malah sudah setiap hari kita membaca doa tersebut. Salah satunya surah Al-Fatihah. Ihdinasy-syiratal mustaqim. Syiratalladzina an'amta 'alayhim. Kata 'alayhim itu termasuk minannabiyyin, wa siddiqin wa syuhada, walmalaikati ajmain (Para nabi, orang-orang benar, syuhada, dan para malaikat).


Jadi, pertanyaan Anda sudah masuk dalam surah AlFatihah. Lantas saya malah ingin bertanya, mengapa kita harus bertemu dengan malaikat? Mengapa tidak terlintas untuk ingin bertemu dengan Baginda Nabi (saw)? Mempercayai seseorang melihat malaikat termasuk boleh-boleh saja. Bisa saja dipercaya, dengan syarat orang tersebut benar-benar mengenal sifat para malaikat. Itu hak pribadi masing-masing, kami tidak bisa memaksakan. Tolok ukurnya hanya itu. Sebab misalnya orang mengaku bertemu si fulan atau wali ini atau wali yang itu, namun ilmu atau makrifatnya sendiri masih kurang. Apakah mereka bisa semudah itu mempercayainya?


Pertanyaan Anda yang terakhir itu jawabannya tidak bisa. Karena jin dibuat dengan sebab api. Sedangkan malaikat diciptakan oleh Allah dengan sebab cahaya. Selain itu dimensi malaikat lebih tinggi. Dilihat dari asal pembuatannya saja sudah berbeda.

Rahasia huruf Hijaiyyah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada sebuah buku spiritual disebutkan, setiap huruf Hijaiyah memiliki karakter. Ada yang dingin, sejuk dan panas. Bila rangkaian huruf Hijaiyah dibaca berulang-ulang, akan menimbulkan kekuatan tertentu. Semua kekuatan dari Tuhan, tapi bisa saja Tuhan mengutus jin muslim atau malaikat agar membantu atau memberi kekuatan bagi orang yang membaca berulang-ulang huruf Hijaiyah. Sehingga makhluk gaib bisa dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Benarkan pernyataan di atas? Mohon ulasan . Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Muiz

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Allah (Swt) tidak pernah meminta bantuan kepada siapa pun. Tapi Ia bisa memberi perintah kepada setiap hambanya untuk menjaga ayat atau doa-doa yang diturunkan. Sehingga orang yang membaca mendapat pelayanan yaitu mengantarkan si pembaca kepada Allah (Swt). Itu tugas khaddam yang mungkin Anda maksudkan.

Memang benar, setiap huruf Hijaiyah, memiliki kandungan asrar (rahasia) masing-masing. Yang mengetahui hal tersebut adalah orang yang ahli al-asrar atau para wali tertentu. Tidak jarang, mereka tahu makna dan penggunaannya, misalkan alif lam mim, ha mim, dan seterusnya.
Tapi kalau mau mempelajari, sebenarnya mudah. Al-Qur'an adalah gudang segala kebaikan dan kehebatan. Kelebihannya tidak hanya dipandang dari sudut maknawi.

Misalkan, pepohonan kita kenal tidak memiliki mulut. Ada kumis kucing, meniran, temulawak dan sebagainya. Mereka tidak pernah bicara kelebihan dan manfaat yang dimiliki. Tapi orang yang mempunyai ilmu asrar atau rahasia tumbuh-tumbuhan, bisa mengetahui kelebihan itu. Mereka bisa menerangkan bahwa tetumbuhan tertentu mengandung obat untuk penyakit tertentu. Apalagi ayat-ayat Al-Qur'an.

Khodam Malaikat dan Khodam Jin

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di tengah keawaman kami mengenai dunia spiritual, terlebih dalam masalah makhluk Allah yang disebut khaddam, karena sangat menarik hati kami, maka itu kami ingin menyampaikan sebuah permasalahan. Dengan harapan, bisa menambah pengetahuan. Seseorang yang bertanya bahwa dia pernah mendapat bisikan gaib setelah mengamalkan sekian lama doa Nurbuwat. Telah dijawab bahwa yang memberi bisikan adalah jin, bukan malaikat, karena malaikat sudah mendapat tugas sendiri dari Allah (Swt).

Dari sini muncul pertanyaan mengapa Allah mengutus jin dalam membantu manusia yang rajin dan banyak membaca doa? Padahal dalam kasus yang sama pengasuh menegaskan, seburuk-buruknya manusia masih lebih baik daripada jin yang terbaik. Lalu ini bagaimana, sepertinya berseberangan?

Menyimak pengalaman si orang yang bertanya di atas, ada rasa khawatir di benak kami manakala akan mengamalkan wirid-wirid, jangan-jangan nanti kami didatangi jin. Bagaimanakah solusinya? Ataukah untuk mendekati Allah meniru metode, yaitu setiap ada kesempatan membaca wirid Subhanallah walhamdulillah wala ilaha Wallah dan La hawla wala quwwatala billah sampai 33 kali? Shalat Tahajud tiap malam? Bukankah katanya, "Kalau berlama-lama wirid, nanti yang datang jin muslim"?

Bahwa, kalau tidak kuat wirid, bisa gila. Apa tidak bertentangan dengan firman Allah surah Al-Ahzab ayat 41 yang intinya justru kita diperintahkan banyak berzikir, "Ya ayyuhalladzina Smanudzkurullaha dzikran kastiran'? Dan Hadist Nabi, "Berzikirlah kamu sampai majnun"? Bagaimana ini? Atas komentar dan nasihat pengasuh, kami sampaikan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Fawzi Machbub

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Fawzi, pertama yang patut Anda ketahui adalah, setiap ayat Allah diberikan satu kelebihan oleh-Nya, yaitu adanya penjaga yang disebut khaddam al-ayat. Khaddam al-ayat terdiri dari para malaikat. Untuk membantu malaikat, diutuslah wakalah (wakil), yang diambil dari kalangan jin yang terpilih. Dalam hal ini, kita harus yakin, mana mungkin Allah memerintah jin biasa, seperti yang tersebut dalam pertanyaan Anda. Allah (Swt) Mahatahu, mana yang bisa dititipi, mana yang diamanati.

Khaddam atau jin itu banyak yang menjadi waliyullah. Coba kita lihat salah satu ayat,
"Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk bersujud dan beribadah kepada-Ku"
(Adz-Dzariyat ayat 56).
Mengapa disebut sehalus jin lebih buruk dari sekasar manusia? Jelas, sebab jin mennpunyai alam yang berbeda. Ia tidak terpengaruh gravitasi (daya tarik) bumi. Sedangkan manusia hidup di bumi, manusia terpengaruh daya tarik bumi yang sangat kuat. Alam jin yang sebenarnya itu ada di lepas atmosfer. Setelah itu ada udara hampa. Itulah yang membatasi jin dan manusia. Mereka sendirilah yang mau bermigrasi atau pindah ke bumi. Tapi, sekali lagi, kehidupan mereka tidak terpengaruh daya tarik bumi. Alam mereka begitu kuat mempengaruhi. Magnetnya juga kuat sekali.

Satu contoh, pengaruh magnet atas pergerakan jin terhadap manusia. Satu meter jarak manusia dengan jin, akan berakibat terpentalnya manusia jika makhluk jin itu bergerak. Orang akan terjatuh mendadak karena gerakan lari jin meskipun telah satu jam berlalu. Hal tersebut karena daya tarik dan magnetnya yang kuat sekali. Karena itu disebut sehalus-halusnya jin itu sekasar-kasarnya manusia.

Lalu, banyak juga tokoh jin. Dari kalangan jin juga banyak yang belajar kepada ulama-ulama dari kalangan manusia. Turunnya surah Jin dalam Al-Qur'an mengisyaratkan hal itu. Coba kita pelajar, karena itu juga ada asal-usulnya, sama seperti ketika Islam masih di berada tangan Rasulullah (saw).

Yang kedua, Anda juga patut tahu, tidak semua awrad (wirid-wirid) itu mengandung khadam. Penjagaan malaikat memang diperuntukkan pada semua ayat. Ada malaikat yang menjaga bagian seluruh ayat, tapi ada juga yang menjaga bagian yang terkait dengan ilmu hikmah atau kandungan yang ada di dalam ayat itu. Hal satu ini tidak bisa dilihat dari kacamata maknawi semata. Tapi, jangan sampai semua keterangan yang saya berikan itu, membuat Anda takut berdoa dan berzikir karena takut didatangi jin. Sebab masalah itu ada bagian dan tempatnya masing-masing.

Kalau Anda berpegang teguh pada ketakutan itu, lalu pertanyaannya, bagaimana orang yang selalu membaca Al-Qur'an? Apakah orang-orang yang hafidz Al-Qur'an (penghafal Al-Qur'an) itu akan memiliki banyak jin? Yang jelas, tidak sesederhana itu. Semoga Anda puas.

Dukun Kahin dan Dukun Tabib

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Saya mohon penjelasan yang terperinci mengenai perdukunan. Dikatakan bahwa yang dilarang dalam Islam adalah dukun Káhin (peramal). Sedangkan yang tidak dilarang adalah dukun penyembuh (tabib).

Pada suatu waktu, di luar kebiasaan, masakan di rumah makan saya rusak. Sajian makanan tidak berbau tetapi basi, termasuk masakan yang baru dimasak. Pelanggan pun mulai berkurang sedikit demi sedikit. Sehingga saya biasa membuang masakan basi itu. Itu berjalan sampai satu tahun, saya tidak tahan dan bangkrut. Anehnya, kalau masak di rumah, untuk keperluan sendiri, tidak basi.

Jarak antara rumah tinggal dan rumah makan cukup jauh. Pernah suatu kali, yang menunggu rumah makan pamit semalam, besoknya rumah makan saya penuh dengan pasir dan kotoran manusia. Apakah saya musyrik bila mendatangi dukun untuk menyembuhkan rumah makan saya yang "sakit" itu? Mohon penjelasan atas masalah ini. Dan, apakah dukun tabib itu mengobati penyakit manusia saja, ataukah juga penyakit seperti yang "diderita" oleh rumah makan saya? Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Bachrum

Jawaban:

Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh. Kemusyrikan itu maknanya menyekutukan. Atau mengambil atsar (pengaruh) selain dari Allah. Misalnya pakai batu cincin. Setelah saya pakai batu cincin ini, saya bisa begini-begini. Itu namanya mengambil atsar dari satu benda, dan itu tidak dibenarkan. Tapi, apabila saya memakai cincin karena mengikuti jejak Rasulullah, sekalipun cincin besi, itu jadi lain.

Sejak saya mengikuti sunnah dengan memakai sebuah batu cincin, yang dengan sebab batu itu, Allah (Swt) memberikan saya sesuatu manfaat. Itulah mungkin saja yang terjadi, karena kita mengikuti jejak sunnah Nabi. Bukan karena batu cincinnya. Itu tidak syirik.

Seperti kita ke dokter. Setelah makan obat dokter, anak saya sembuh. Perkataan seperti ini harus ditata. Kalau mengatakan bahwa dokter itu yang menyembuhkan, itu syirik. Tapi kalau kita berbicara dengan baik dan beriktikad yang benar, kita akan katakan, "Alhamdulillah, setelah diberi petunjuk oleh Allah dengan sebab teman saya, ketika anak saya sakit datang kepada seorang Dokter, ternyata Allah (Swt) memberikan kesembuhan." Maka hal itu tidak syirik.

Demikian juga dengan masalah dukun. Di Indonesia, kata dukun bisa berarti banyak. Istilah itu bisa dipakai untuk siapa saja karena adat bahasa. Sedangkan Kahin adalah peramal, tukang ramal, yang tidak bisa disamakan dengan tabib atau orang yang bisa mengobati penyakit. Entah itu dengan ramuan atau dengan ilmu hikmahnya. Kita harus memisahkan istilah itu. Makanya ada kalimat "datang ke mbah dukun", karena belum tentu setiap dukun itu jelek. Kadang, dukun adalah istilah, sesuai bahasa setempat. Ini perlu dipisahkan dan dimengerti. Di sini kita harus mengenal betul adat istiadat dan bahasa yang berlaku di daerah kita.

Seperti di Indonesia, khususnya di Jawa. Seorang ulama dipanggil kiai, mbah yai. Tapi di daerah Kalimantan dia disebut tuan guru. Padahal tujuannya sama, yaitu ulama. Juga as-syeikh dan al-ustad. Sama-sama mengajar ilmu agama, yang satu di panggil ustad dan lainnya dipanggil as-syekh.

Untuk persoalan yang sedang Anda hadapi, saya sarankan, datang ke tempat ulama atau kiai, yang bisa memberikan nasihat dan ikhtiar. Dengan datang pada mereka, iman kita akan bertambah kuat dan terpelihara. Sama dengan dokter, niatnya ikhtiar dan hasilnya semuanya datang dari Allah. Kalau kita datang ke tempat yang tidak tepat, bisa menimbulkan dosa.

Dalam kasus seperti di atas, kalau di rumah tidak terjadi apa-apa terhadap masakan Anda, tapi kalau di warung basi, misalnya, setelah datang pada orang yang dianggap mengerti atau pandai, sesuai hitungan, umpamanya dikatakan bahwa ada orang yang jahat. Setelah pulang, kita malah berprasangka buruk pada orang lain. Ini tidak pas, kita telah memvonis orang yang belum tentu berbuat kejahatan. Tapi kalau datang pada orang shaleh, insya Allah, mereka tidak akan mengatakan sesuatu yang menimbulkan su'uzhan atau buruk sangka.

Kalau Anda bertanya, adakah ilmu-ilmu yang seperti itu, yang membuat rumah makan Anda "sakit", jawabnya, sejak zaman Nabi Allah Musa (as) ilmu itu sudah ada. Bahkan dalam Al-Qur'an ilmu sihir itu disebutkan. Waktu itu, Kahin-Kahin mengubah tali menjadi ular. Nabi Musa kemudian membalasnya dengan mengubah tongkatnya menjadi ular. Itu satu contoh saja. Semoga Anda puas.

Penyembuhan Penyakit Dengan Jin

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Akhir-akhir ini, bahkan sudah agak cukup lama, layar kaca marak dengan penayangan acara-acara yang berkaitan dengan makhluk halus. Dan, katanya, terkadang ada yang datang. Pertanyaan saya, pertama, apakah yang datang ini benar-benar makhluk halus, sebangsa jin? Orang yang didatangi membaca ayat-ayat Al-Qur'an, tetapi si makhluk halus tetap menggoda, bahkan masuk ke dalam tubuh orang tersebut, membuatnya kesurupan. Kenapa demikian?


Kedua, apa bedanya kita membaca wirid-wirid tertentu dengan atau tanpa ijazah dari seorang guru? Ketiga, banyak praktik penyembuhan dengan bantuan makhluk halus, jin, apakah hal itu diperbolehkan? Keempat, di televisi, kami melihat, ada seseorang yang diberi bacaan-bacaan tertentu oleh orang pintar. Lalu bacaan-bacaan itu diusapkan ke mukanya, dan tidak lama kemudian ia bisa melihat penjelmaan makhluk halus. Apakah ini bisa dibenarkan?


Kelima, bagaimana pandangan Islam tentang hipnotis? Apakah hipnotis dibenarkan, atau dianggap semacam ilmu penipuan? Wassala-mualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Apip Abdurrahman

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya saya mohon maaf, karena saya tidak biasa menonton acara TV seperti yang Anda tanyakan. Patut diketahui, ikhtiar untuk menyembuhkan penyakit merupakan kewajiban. Selain itu perlu diketahui pula, Nabi Muhammad (saw) bersabda, "Seseorang yang terkena cobaan, penyakit atau lainnya, dan dia ridha atas penyakit yang menimpa dirinya, Allah akan mengampuninya atas dosa-dosanya, bagaikan sang bayi yang baru keluar dari rahim ibu."


Ini menunjukkan derajat ridha orang yang menerima cobaan dari Allah (Swt). Pahala karena ke ridhaan menerima cobaan sangat luar biasa. Ditambah lagi dengan pahala atas melaksanakan perintah Allah untuk berikhtiar. Artinya, kita mendapatkan pahala ganda. Ikhtiar bisa didapati di mana saja, selagi masih dalam tuntunan agama. Yang perlu diketahui di sini, ikhtiar itu antara lain berobat. Perlu ditekankan, dalam ikhtiar, kita tidak boleh menyekutukan Allah (Swt). Itu prinsip. Contoh, minum obat atau pergi ke dokter. Kedua cara itu adalah ikhtiar, namun yang menyembuhkan hanyalah Allah (Swt). Adapun seseorang yang mengundang jin dan sebagainya itu, kadang kita juga bertanya, yang dipanggil itu siapakah sebenarnya? Apakah mereka adalah khaddam, seperti yang diterangkan dalam kitab-kitab tertentu, atau sebaliknya, yang tidak diterangkan dalam ajaran agama?


Apabila kita menggunakan jalur obat-obatan yang berasal dari asmaillah, nama-nama Allah, Allah (Swt) memberikan kesembuhan dengan perantara khadam, hamba yang dikasihi-Nya. Sebab, khadam itu bertugas menjaga bacaan atau ayat-ayat Allah (Swt). Adapun masalah kesurupan, sebetulnya itu sir, misteri, layaknya magnet. Seperti halnya aki, yang disetrum dahulu baru mengandung setrum, sehingga bisa digunakan. Setrumnya bisa berasal dari mana saja. Yang masuk bukan PLN-nya, atau perusahaan listriknya, tapi setrumnya. Tinggal pemanfaatannya, apakah orang itu bisa mendorong si pasien agar makin dekat kepada Allah, atau malah menjauhkannya. Tergantung si pemakainya.


Yang tahu rahasia, misteri, termasuk di dalamnya rahasia di balik bacaan-bacaan Al-Qur'an, adalah ahlil asrar, ulama-ulama yang diberi keistimewaan oleh Allah untuk mengetahui sebagian rahasia-Nya. Mereka ini tidak pernah lepas dari Baginda Rasulullah (saw), dan diberi kemampuan oleh Allah (Swt) untuk mengetahui kandungan rahasia ayat per ayat. Maka inilah perlunya diijazahkan. Sama halnya dengan obat-obatan yang tanpa resep atau dengan resep dokter. Melakukan wirid tanpa guru, akan timbul letupan-letupan yang tidak seimbang di dalam jiwa orang itu. Akibatnya muncul sikap kurang kontrol atau efek yang kurang baik.


Contohnya, menemukan kegaiban-kegaiban sendiri. Karena mentalnya belum siap, muncul kesombongan diri, dan tidak mendekatkan dirinya kepada Allah. Inilah yang dikhawatirkan bila mengamalkan awrad atau wirid-wirid tanpa guru. Sangat berbeda bila ada guru pembimbing. Ia tahu persis harus bagaimana. Di sinilah pentingnya seorang guru dalam segala hal, tidak hanya dalam masalah agama.


Hipnotis adalah kekuatan mata yang ditujukan pada satu titik. Kekuatan yang terfokus itu bisa digunakan untuk mempengaruhi satu titik saraf manusia dalam membantu pengobatan. Selagi benda atau ilmu tersebut positif, tidak melanggar syariatillah, masih diperbolehkan. Sebaliknya, apabila merugikan orang lain, jelas dilarang.


Seperti misalnya pisau. Pisau untuk niat ibadah, dipakai untuk ibu rumah tangga, sangat membantu. Sebaliknya, kalau pisau itu untuk merampok, jadi tidak benar. Piring atau gelas, kita beli dengan halal dan baik. Tapi keduanya dipakai untuk mewadahi sesuatu yang najis, jadi tidak baik.


Sama saja dengan hipnotis. Pemberian Allah (Swt) pada hamba-Nya yang mau menjalankan bacaan yang bisa mendekatkannya pada Allah bukan sesuatu yang berlebihan. Itu memang bisa. Karena kelebihan bacaan-bacaan tersebut, ia dapat melihat kegaiban yang ada di luar jangkauan logika.


Satu contoh, stasiun TV dengan pesawat televisi. Sebaik apa pun stasiun TV, bila antena pesawat televisinya rusak, kita tidak bisa melihat tayangannya. Atau antenanya bagus, tapi pesawat televisinya rusak, kita juga tidak bisa menyaksikan tayangan stasiun tersebut. Demikian seterusnya.


Yang perlu kita ketahui, betapa kecil frekuensi yang telah ditembakkan oleh stasiun TV dalam memancarkan gambar agar sampai ke pesawat televisi. Kita tidak bisa melihat apa yang terjadi di studio, yang hanya bisa dilihat melalui televisi. Kacamata kita tidak bisa melihat bagaimana jalannya frekuensi yang membawa gambar tersebut. Namun, karena kelebihan, seseorang justru bisa melihat tanpa memakai pesawat televisi sekalipun.

Gangguan Pasir Kubur

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Saya mempunyai tempat usaha yang insya Allah rezekinya lumayan baik. Tetapi suatu hari, sampai saat ini, rezeki saya agak berkurang. Biasanya orang antre, sekarang sudah tidak ada lagi. Kemudian hal itu saya tanyakan pada paranormal. Jawabannya, tempat usaha saya ini telah diganggu oleh orang yang iri. Halaman tempat saya berusaha ditebari pasir kuburan. Jawaban itu sudah diberikan oleh dua orang paranormal.


Bagaimana cara membuang hawa jahat yang ditebarkan orang tersebut? Kemudian zikir apa saja yang dapat menangkal perbuatan orang itu? Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Indra

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pertama sekali, marilah kita menghindarkan diri dari prasangka buruk kepada siapa pun. Cobalah mengoreksi diri sendiri, kemungkinan munculnya kekurangan yang menjadi penyebab kemunduran dalam menjalankan profesi Saudara. Apakah kita kurang dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan, dan seterusnya. Cobalah renungkan dengan kepala dingin dan kelapangan dada.


Setelah melakukan introspeksi namun belum juga ditemukan sebab-sebabnya, barulah kita berikhtiar dengan cara yang lain. Asal, dengan dasar syariat kita berikhtiar dan mau mengakui kekurangan yang ada pada diri kita sendiri.


Tapi bukan tidak mungkin kejahatan itu muncul karena dimanfaatkan dan digunakan siapa pun yang memiliki kekotoran atau penyakit hati. Antara lain, hasut, dengki, dan takabur. Penyakit-penyakit hati tersebut harus kita hilangkan.


Munculnya penyakit hati bisa menyebabkan timbulnya niat mencapai tujuan menggunakan hal-hal yang bisa merugikan orang lain. Di antaranya, memakai tanah kuburan.


Ada satu contoh dari Rasulullah yang melarang para peziarah kubur, khususnya yang mengantar jenazah, duduk di atas kijingan atau makam sekitar di mana si A mau dikuburkan. Karena kijing itu memiliki hubungan erat dengan orang yang ada di dalam makam.


Tanah kuburan tersebut, bagi orang yang hatinya kurang baik, bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang tidak baik, buat merugikan orang lain. Lebih-lebih bila tanah kuburan itu tanah wakaf. Diambilkan dari tanah wakaf, ditaburkan kepada tanah yang bukan tanah wakaf. Itu bisa juga menjadi sebab terhambatnya konsumen atau menghalangi konsumen.


Jalan keluarnya, bersihkan tempat itu. Walaupun letaknya belum jelas, setidaknya kita sudah berikhtiar. Selanjutnya tanah yang dianggap sebagai sumber petaka itu kita ambil dan buang ke laut. Bacakan surah Al-Fatihah dan doa untuk ahli kubur yang tanahnya telah diambil oleh orang yang kita duga berbuatan jahat itu—dengan prasangka baik bahwa kuburan tadi adalah kuburan muslim. Itulah solusinya.

Mengusir Bayangan Setan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya heran, mengapa sering dibayangi oleh bayangan wajah setan yang menakutkan, seperti yang kerap saya lihat di layar televisi, terutama pada malam hari, saat akan mengambil air wudhu.

Bagaimana cara menghilangkan rasa takut seperti itu, dan apakah ada doa-doa yang harus dibaca? Yang terakhir, bagaimana mengatasi seseorang yang kesurupan, kemasukan jin, agar jin itu keluar dari jasadnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Fathur Rahman

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Rasa takut adalah hal yang wajar. Tapi, menjadi tidak wajar kalau kita lebih takut kepada setan daripada pencipta setan itu sendiri, yaitu Allah (Swt). Singkat saja, untuk mengusir rasa takut itu, Anda bisa membaca a'udzubillahi minasysyaythanir-rajim sebanyak tiga kali, dilanjutkan Surah An-Naas tiga kali. Insya Allah rasa takut itu akan hilang.

Sedangkan untuk mengusir jin yang merasuki tubuh seseorang, Anda bisa membaca Ayat Kursi satu kali, kemudian tepuk lengan atau pundak orang yang kerasukan tersebut.

Jimat dan Al-Qur'an

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ssaya selalu membawa jimat jika bepergian, untuk keselamatan. Berdosakah membawa jimat tersebut? Toh saya menganggap, jimat ini hanya sarana, tapi yang memberi keselamatan hanya Allah (Swt). Juga, bolehkah berpendapat bahwa jimat itu hanya sarana?

Dalam Al-Qur'an, ada ayat yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamr, berjudi, berkurban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan, maka jauhilah agar mendapat keberuntungan." Apa yang dimaksud dengan "mengundi nasib dengan anak panah"? Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Agus Bagus Tyas

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Sekadar membawa jimat saja tidak berdosa, tergantung bagaimana niatnya. Anggap saja seperti kalau kita bepergian suka membawa pil, obat, atau kapsul. Obat, pil, atau kapsul itu, kita tidak tahu khasiatnya. Dan yang memberi tahu bahwa di dalam pil, obat, atau kapsul itu ada khasiatnya adalah bungkusnya, keterangan dokter, atau laboratorium.

Sekali lagi, karena kapsul benda mati, dia tidak bisa mengatakan bahwa "khasiat saya ini dan itu". Apakah kapsul atau obat itu bisa menjamin seseorang yang membawanya selamat atau terhindar dari penyakit? Tentu tidak, tablet itu toh bukan Tuhan. Kita hanya berikhtiar. Ini sama seperti kalau kita membawa jimat.

Namun, yang membedakan, jimat mengandung nilai religius, karena biasanya memuat kutipan-kutipan ayat Al-Qur'an atau nama-nama Allah. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau jimat harus diperlakukan secara khusus, misalnya tidak boleh dibawa ke kamar mandi, dan lain-lain. Bukan karena kekuatan atau kesaktian jimat itu sendiri, melainkan karena kemuliaan ayat Al-Qur'an atau nama-nama Allah yang termaktub di dalamnya.

Pada zaman jahiliah dahulu, atau sebelum datangnya agama Islam, orang-orang di dunia Arab biasa mengadu nasib di muka berhala. Dengan cara mengumpulkan anak panah yang sudah ada tulisan nasib lalu mengocoknya sambil memejamkan mata.

Anak panah yang jatuh dari kocokan tersebut diambil dan dianggap sebagai nasibnya. Begitu itulah perbuatan orang pada zaman jahiliyah dahulu. Semua prosesi mengetahui nasib seseorang tersebut harus dilakukan di depan berhala, yang dianggap sebagai tuhan mereka.

Bayi Meninggal Menolong Orang Tuanya

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Melalui surat ini saya ingin berkonsultasi, bahkan kalau Allah mengizinkan saya ingin bertemu langsung untuk berkonsultasi. Tetapi, berhubung saat ini belum memungkinkan, cukuplah memberikan jawaban dari pertanyaan saya.


Pertama, saya pernah diberikan amalan zikir oleh seseorang yang saya anggap alim, walaupun itu didapat melalui telepon karena jarak yang berjauhan. Beliau menganjurkan agar zikir itu dibaca setiap saat, bahkan kalau bisa jangan sampai putus. Zikir itu berbunyi, Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar. Ketika saya membaca sebuah hadist, ternyata di sana disebutkan, bacaan itu adalah jantungnya zikir. Benarkah begitu? Kalau setelah shalat, sebaiknya dibaca berapa kali? Dan apakah kelebihan zikir tersebut? Kedua, benarkah bayi yang meninggal ketika dilahirkan akan menjadi penolong (memberikan syafaat) kelak di alam akhirat bagi ibu-bapaknya? Selama ini kepercayaan masyarakat juga mengatakan, anak tersebut menjadi perantara pemberian syafaat bagi ibu-bapaknya. Jika benar, surat dan ayat berapa yang menerangkan hal tersebut? Dan jika ada Hadistnya, bagaimana bunyinya?


Ketiga, apa yang harus dilakukan oleh ibu-bapaknya agar anak yang meninggal waktu bayi tersebut menjadi penolong di akhirat? Dan wajibkah bagi orangtuanya untuk mengakikahkan anak yang sudah meninggal, walaupun pada kenyataannya akikah itu sunnah? Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ny. Dewi R.

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Yang kedua dulu saya jawab. Bayi itu dilahirkan suci dan bersih. Kelak di alam maghsyar, ia menjadi penolong bagi kedua orangtuanya. Namun perlu diingat, anak itu hanya bisa menolong orangtuanya kalau mereka masih berada dalam jalan Islam. Kalau mereka sudah menyimpang dari jalan Islam atau berbagai peraturan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, pertolongan itu akan batal dengan sendirinya.


Contoh, orangtuanya telah meninggalkan shalat lima waktu hingga ajalnya tiba. Lebih-lebih mereka dengan kekayaannya yang berlimpah tidak mau menjalankan ibadah haji. Sekali lagi, anak tersebut hanya bisa menolong orangtuanya, sebatas jika orangtuanya juga menaati perintah Allah dan Rasul-Nya. Orang yang ditinggalkan tidaklah wajib menahlilkan. Jadi, ditahlilkan boleh, tidak juga tidak apa-apa. Sebab anak itu suci, langsung masuk ke surga.


Yang dimaksud dengan bayi atau anak kecil adalah anak yang belum baligh. Batasannya mungkin sekitar 10 tahun. Sedang dalam ilmu fikih, yang disebut belum baligh, bagi perempuan sebelum haid, dan bagi lelaki belum pernah mengalami ihtilam (mimpi basah).


Sedang pertanyaan pertama, bacaan yang Anda sebutkan di atas-adalah kalbu tasbih. Mengapa bacaan ini disebut kalbu dari berzikir? Kalau orang membaca, Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil adzim, belum tentu itu masuk kategori zikir. Bisa disebut tasbih (menyucikan Allah), tetapi belum termasuk kategori tahmid (memuji Allah), tahlil (mengesakan Allah), dan takbir (membesarkan Allah). Jadi kalau mau lengkap memang harus dibaca, Subhanallah walhamdulillah wala ilaha Wallah wallahu akbar.

Ahli Kubur Bisa Mendengar Doa

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada tanggal 12 Juni 2005 saya diajak ke makam Syeikh Subakir di Gunung Tidar, Magelang, oleh guru saya, K.H. Syekh Abdul Jalail bin Thoyyib Assa'id (Gus Jalil), Kudus. Beliau membaca berbagai bacaan yang selalu diikuti jemaah. Antara lain, Salamullah ya sadah dan seterusnya, Al-Fatihah, Yasin, Al-Wáqi'ah, Asma al-Husna, tahlil, kemudian ditutup dengan bacaan Maulid, dengan Asyraqal kaunubtihajah dan seterusnya. Adakah dasar-dasarnya amalan tersebut? Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

K.A. Rifai

Jawaban:

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Doa para alim ulama dalam ziarah kubur pasti ada dasar-dasarnya. Ketakutan seorang ulama itu kepada Allah (Swt) sangat tinggi. Jadi mereka tidak mau berbuat sesuatu yang mengada-ada, yang tidak ada dasarnya, yang mengundang pertanggungjawaban di hari Kemudian.

Contoh, mengambil sepotong ayat, "Dan Tuhanmu berfirman,
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"
(QS Al-Mukmin: 60).

Lalu bab perintah ziarah kubur dalam Hadist, "Dahulu aku melarang kamu ziarah kubur, sekarang berziarahlah." Namun banyak orang yang memotong Hadist ini, dan tidak dilanjutkan, jadi bunyinya hanya, "Aku telah melarang kamu berziarah kubur." Kalau tidak dilanjutkan, akan mengundang pertanyaan. Karena, dalam uslub (tata bahasa) dalam kalimat yang didahului dengan kata kerja madhi' (past tense, kata kerja lampau), kalau kata kerja lampau itu diucapkan, selalu mengundang pertanyaan: Lalu sekarang bagaimana?

"Dulu aku melarang kamu berziarah kubur", mestinya orang bertanya, sekarang bagaimana. Di sini, Hadist itu dilanjutkan oleh Rasulullah, "sekarang berziarahlah."

Tujuan orang berziarah, pertama, mengingatkan kembali kepada kita bahwa setiap manusia akan kembali kepada Allah. Kedua, mengingatkan kita, apa yang harus kita bawa (bekal) ketika keluar dari dunia yang fana ini. Ketiga, dzikr al-maut bertujuan untuk membangkitkan amal saleh, bukan untuk memupuk rasa takut mati, tapi takut kalau mati dalam keadaan yang buruk.
Berziarah kubur akan mendorong kita mengubah sikap serta amal yang tidak baik. Adapun doa-doa ziarah kubur, karena ada perintah dari Allah "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan", sangat luas. Kita bisa minta kepada Allah dengan perantaraan bacaan surah Al-Fatihah. Atau dengan lantaran bacaan Al-Qur'an yang lain. Dan pahala bacaan Al-Qur'an itu kita hadiahkan kepada para ulama yang kita cintai.

Siapakah yang mengatakan doa seperti ini tidak sampai kepada Allah (Swt)? Kita tidak bisa mengklaim suatu doa itu sampai atau tidak kepada Allah, yang bisa mengetahui hanya Allah.
Apalagi tentang mendoakan orang lain, shalat lima waktu kita saja kita tidak tahu, apakah diterima Allah atau tidak. Itu hak Allah. Jadi, perlu diingat, tidak ada satu tindakan pun yang dilakukan para wali maupun ulama yang saleh akan menyimpang dari keteladan Nabi dan para sahabat.

Bacaan, "Salamullah ya sadah" merupakan bagian dari ajaran Rasulullah (saw). Rasulullah kalau berziarah kubur mengucapkan salam,"Assalamu'alaikum, ya ahlul kubur, wal mukminin wal mukminat." Ada lagi Hadist, "Ya daril kaumul mukminin". Artinya, kalau Rasulullah memberikan salam kepada ahli kubur, berarti ahli kubur itu mendengar apa yang diucapkan Rasulullah. Bahkan telapak sandalnya saja mereka mendengar. Para ahli kubur mendengar setiap telapak kaki yang masuk ke kuburan. Apalagi orang membaca doa. Apalagi orang membaca Al-Qur'an. Apalagi orang membaca tahlil. Dari situlah, ungkapan "Assalamu'alaikum, ya darul mukminin" di dalamnya diteruskan oleh para alim ulama, "Salamullah, ya sadah minar-rahman yaghsyakum, ibadallah ji'nakum, qashadnakum thalabnakum". Itulah di antaranya luasnya doa ziarah kubur yang artinya, Semoga Allah memberikan keselamatan, wahai orang yang mulia, (keselamatan) dari Yang Maha Pengasih. Itu semua merupakan doa, permintaan kepada Allah, untuk siapa yang diziarahi, yaitu orang-orang yang dekat kepada Allah.
Seperti kita mengucapkan kalimat "Assalamu'alaika ayyuhannabiyyu warrahmatullahi wabaraktuh, assalamu'alaina wa'ala 'ibadillahish-salihin."

"Assalamu'alaina" di sini memiliki arti yang luas. Sebab di sini lafalnya jamak. Namun secara terperinci sudah merangkum semuanya, dan diucapkan lagi oleh Baginda Nabi, karena cintanya Rasulullah kepada para salihin. Sedang di dalam kalimat tersebut, para salihin sudah termasuk di dalamnya. Seperti ketika shalat, kita senantiasa mengucapkan "Ihdinash-shirathal mustaqim, atau "tunjukkanlah kami jalan yang lurus." Di sini lafal tersebut menggunakan kata "kami", bukan "saya", untuk menunjukkan bahwa subjeknya umat Islam secara umum.

Membakar Kemenyan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada suatu hari saya diajak guru saya K.H. Syech Abdul Jalil Thoyyib Assa'id (Gus Jalil) Kudus, untuk menghadiri undangan haul. Pada waktu itu beliau ikut membakar kemenyan. Adakah dasarnya membakar kemenyan itu? Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

A. Rohim

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Perlu saya beri tahukan lebih dahulu latar belakangnya. Ini kembali kepada tradisi Rasulullah (saw), beliau adalah seorang pencinta harum-haruman. Sedang pada waktu itu, belum ada wangi-wangian atau parfum seperti sekarang. Karena saat itu untuk wangi-wangian yang ada hanya kayu garu yang dibakar (bukan kemenyan), ya benda itulah yang digunakan sebagai pengharum. Bukankah sekarang mobil-mobil juga diberi parfum di dekat AC-nya? Ini kan tujuannya untuk mengharumkan ruang mobil.


Cuma, dalam hal kemenyan, ada yang digunakan untuk kepentingan sakral secara ritual. Dalam hal ini, kita memanfaatkan harum-haruman itu untuk mengikuti sunnah Nabi.

Tumpengan dan Islam

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Tumpengan merupakan warisan tradisi Hindu-Buddha. Di dalamnya terkandung maksud sesaji untuk para dewa yang dimuliakan oleh mereka, tepatnya sebelum Islam masuk ke Indonesia. Tumpengan memiliki hubungan yang erat dengan peribadatan mereka. Dimasak dari hasil bumi (padi), dibentuk sedemikian rupa seperti bangunan ruang kerucut, diberi hiasan, dibumbui wewangian agar para dewa yang diberi sesaji senang menerimanya.


Inilah salah satu segi budaya yang masih melekat erat sampai sekarang. Sampai-sampai kelekatan itu masih membekas tatkala agama berganti Islam. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, saya lihat, masih ada orang Islam yang membuat tumpeng pada acara-acara tertentu. Bolehkah tradisi itu masuk dalam Islam, dan kalau Islam menerima apakah ada dasarnya? Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Arbain

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Masalah nama tumpeng itu sesuai dengan nama dan budaya satu daerah dengan daerah yang lain. Tidak selamanya masalah tumpengan muncul dari agama Hindu atau Buddha saja. Cuma adat itu bisa macam-macam. Sebab waktu itu, sebelum Islam masuk ke sini, di Indonesia khususnya, tidak semua penduduk memeluk agama Hindu atau Buddha. Karena saat itu sudah ada animisme dan kepercayaan lainnya.


Ajaran Hindu atau Buddha saat itu memang sangat mewarnai kehidupan masyarakat sehingga muncul istilah tumpengan, dan sebagainya. Dengan cara-cara sesuai dengan aturan agama yang mereka anut waktu itu. Kebudayaan ini sudah mengakar pada penganutnya, sedang ajaran Islam sendiri sangat bijak. Ia tidak berusaha untuk serta merta membuang kebudayaan itu, seperti halnya membalikkan tangan.


Karena itu, para wali yang masuk ke Indonesia khususnya, tidak langsung mengubah hal tersebut. Mereka mengubahnya sedikit demi sedikit. Dan selagi kultur itu sesuai dengan pandangan agama dan tidak bertentangan, itu hanya akan disempurnakan dan diluruskan.


Kalau tumpengan itu dianggap sesaji untuk para dewa waktu itu, Islam sendiri memiliki pandangan yang lebih luas dari sekadar anggapan tersebut. Seperti, misalnya, "Ashshadaqatu bala" (sedekah itu untuk menolak bala), dan sedekah itu seperti doa. Sementara "ad-du'a sayf al mukmin" (doa itu pedang seorang mukmin). Mungkin ada doa yang kurang makbul. Tapi, karena didukung sedekah, menjadi makbul.


Adakalanya doa itu dipanjatkan secara bersama-sama. Kalau mungkin secara perorangan atau individu, belum tentu cepat diterima. Maka muncullah ajakan para ulama dengan cara berdoa bersama, berjemaah. Shalat menjadi contoh hal tersebut. Jika dalam shalat berjamaah ada shalat yang tidak diterima, karena ada yang lain diterima, shalat semua yang berjemaah itu diterima semuanya. Bahkan jikalau seluruh imam dan makmum shalat itu tidak diterima shalatnya, shalat mereka akan tetap diterima oleh Allah, karena dilakukan dengan cara berjemaah. Hal itu juga berlaku dalam doa.


Ditambah lagi misalnya dengan membuat tumpengan karena adatnya, tapi tidak memasukkan niat sebagaimana orang-orang terdahulu, namun justru dipakai untuk sedekah. Jadi acara seperti tumpengan itu, tergantung niatnya. Tidak semua tumpengan jelek atau salah. Kalau kita mau menjadikan tumpengan sebagai alat dakwah, agar orang-orang yang belum mengerti Islam dan sebagainya bisa tertarik pada agama ini, mengapa tidak kita lakukan? Artinya, niatnya kita alihkan, yang tadinya menjurus ke syirik, menjadi sarana untuk mengajak kepada tauhid. Itu saja yang penting. Tumpengan, walaupun di dalam ajaran agama Islam tidak ada, kita jadikan saja sebagai sarana sedekah. Bukan tumpengnya yang diutamakan, tapi sedekahnya itu yang kita jadikan niat yang utama.