BENCANA ITU
Sejumlah orang sedang duduk bersantai
bersendau gurau di tepi pantai
menikmati hangatnya pasir dan air laut
"Hai, betapa indah ombak bergulung"
teriak salah satu mereka.
Ternyata itu adalah bencana!
Tsunami datang menggulung kota
dengan segala isinya
Orang-orang di pantai yang sedang santai
Orang-orang di stadion yang sedang olahraga
Orang-orang di rumah yang sedang tidur-tiduran
Orang-orang di tempat maksiat
yang sedang terjerat syahwat
Atau orang-orang yang sedang sholat
dan melakukan jihad
Bencana datang tak memandang siapa
Bencana menggulung apa pun yang dia suka
di Aceh, di Serambi Mekkah
Di dekat kota Yogyakarta
Gunung Merapi terbatuk-batuk
mengeluarkan awan panas ratusan derajat
Rumah-rumah dan pepohonan terbakar
sesekali memuntahkan lava minta korban jiwa
Di tepi pantai Parangtritis yang indah
tiba-tiba bumi bergetar dahsyat
mengguncang segala yang ada di permukaannya
Ribuan manusia menjerit histeris
berlarian menghindari reruntuhan rumahnya
Nenek-nenek tua renta
dan anak-anak balita tergeletak tak berdaya
tertimbun puing-puing reruntuhan
Bumi mengamuk, bergetar-getar
menghancurkan isi kota,
rata dengan tanah
Pantai selatan pulau Jawa dilanda gempa
Tak jauh dari pantai
di sebuah kota Delta, dekat Surabaya
Hiruk pikuk aparat kota, sejumlah pengusaha,
dan penduduk saling melontar kata
Tuding menuding 'siapa yang salah'
Rumah-rumah dan hektaran sawah
telah terendam lumpur panas
menyembur dari dalam tanah
Tanya : kenapa?
Ya, kenapa?
Kenapa bencana terus melanda?
Ya, Kenapa?
Kenapa banjir, Tsunami dan gempa
terjadi di mana-mana?
Ya, kenapa?
Kenapa korban terus berjatuhan sia-sia?
Ya, kenapa?
Benarkah Bumi sedang marah?
lya, kenapa?
Jangan-jangan Allah pun telah 'murka'
lyaa, tapi kenapa ... ?!!
Si Bahlul terus saja bertanya ... !!!
Wednesday, March 7, 2007
Bencana Itu
Ketika Bencana Datang Beruntun
Bukankah di sini juga banyak orang shalat, banyak kumpulan pengajian, doa bersama, dzikir-dzikir, musabaqah tilawatil Qur'an, dan bahkan terus membangun masjid-masjid lewat sumbangan di berbagai jalan raya?
Apa yang salah dengan kita? Jangan-jangan para pemimpinnya banyak dosa? Atau, jangan-jangan para wakil rakyat sering korupsi, dan tak peduli nasib rakyatnya? Atau, jangan-jangan karena para ulama sekarang ini sudah tak menjadi ulama lagi, dan lebih tertarik rebutan kekuasaan politik? Atau, jangan-jangan karena mubaligh dan mubalighatnya yang terpesona oleh berbagai pujian, tampil di tv-tv dan berbagai media dengan baju indah dan merdu-merduan suara? Dan agama tak lebih hanya sebagai hiburan belaka? Berebut rating dan kue iklan semata ... ?!!
Atau, karena kita telah menjadi bangsa yang semakin aneh. Lebih senang menikmati pornografi daripada mendidik generasi muda menjadi orang-orang yang sopan dan berakhlak mulia. Lebih senang melindungi koruptor dan praktek korupsi daripada melibasnya. Lebih senang menghukum pencoleng ayam dari pada pengedar narkoba. Lebih senang melegalkan prostitusi dari pada menghukum mati para pemerkosa dan pelaku woman trafficking...
Entahlah! Kawan saya hanya garuk-garuk kepala. Tak tahu apa jawabnya. Yang jelas, inilah negara kita, Indonesia. Yang sudah 60 tahun merdeka, tak pernah lepas dari kemalangan nasibnya. Bencana penjajahan berganti menjadi bencana politik. Lantas berubah menjadi bencana ekonomi. Kemudian bergeser menjadi bencana moral. Dan kini menuai bencana alam bertubi-tubi...
Ah, kapan bencana-bencana ini sirna? Kapan kita semua merasakan hidup sejahtera, adil dan bahagia sebagai bangsa merdeka? Dan, kapan pula kita semua merasakan indah dan nikmatnya surga dunia? Kepada siapakah kita harus bertanya?
Kalau wakil rakyat sudah tak peduli rakyatnya. Kalau para pemimpin sudah silau oleh kekuasaannya dan sekadar ingin mempertahankan untuk periode berikutnya. Kalau para ulama sudah lupa ilmunya, dan sibuk dengan berbagai aksesori penampilannya. Kalau penegak hukum sudah tak kenal hukum, dan lebih suka menjual perkara. Kalau para orang kaya semakin serakah, dan tiada pernah mau berhenti sesaat pun untuk mengeruk dan menghisap sumber alam sekitarnya. Entahlah, apa jadinya kehidupan bangsa
Dan bukan hanya Indonesia. Kehidupan masyarakat dunia pun kini semakin semrawut dan menggelisahkan. Yang kuat menindas yang lemah. Yang kaya menghisap yang miskin. Yang pintar membodohi dan membodohkan sesamanya. Budaya kelembutan berganti dengan kekerasan. Budaya kesopanan berbalik menjadi jorok dan vulgar. Budaya bangga pada kebaikan berubah menjadi bangga pada kejahatan...
Entah apa yang ada dalam pikiran kita. Kita mengira semua itu bakal membawa dunia pada kehidupan yang sejahtera dan membahagiakan? Damai penuh ketentraman?
Kalau seandainya, anda jadi penguasa bumi, dan berhak menghabisi atau meneruskan kehidupan di planet ini, apakah yang akan anda lakukan? Meneruskan kesemrawutan ini ataukah menghentikan saja sampai di sini?
Boleh jadi anda akan bilang begini: "Ah, dari pada pusing-pusing mikir orang-orang yang tak tahu diri, lebih baik dihabisi saja sampai di sini. Kita bikin saja makhluk baru yang lebih tahu diri.."
Sayangnya kita bukan Sang Penguasa. Jadi kita tak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya mengelus dada. Sedangkan Allah, dengan segala sifat Rahman dan RahimNya, ternyata masih menunggu, apakah manusia segera menyadari kesalahannya...
Menunggu Kematian
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan menghidupkan bumi sesudah matinya.
Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan
(dari dalam kuburmu).
QS. Ar Ruum : 19
Bumi kita ini sebenarnya sudah sangat tua. Usianya sudah hampir 5 miliar tahun. Penelitian para pakar Geologi dengan menggunakan metode radiosotop menunjukkan hal itu. Maka, tidak heran Bumi mulai memperlihatkan gejala-gejala ketuaannya. Ibarat manusia, semakin renta dan digerogoti oleh penyakit degeneratif. Tulang-tulangnya mulai rapuh, kulitnya mengeriput, otot-ototnya mengeras dan kaku, pikirannya mulai pikun...
Selama 5 miliar tahun itu, bumi telah mengalami berbagai macam peristiwa. Mulai dari kelahiran dirinya sendiri, sampai gilirannya melahirkan berbagai macam makhluk di dalamnya.
Bumi terlahir sebagai anak matahari. Ia dulu bagian dari matahari, ketika masih berbentuk awan panas alias nebula. Awan panas itu berpusar-pusar, dengan bagian tengah yang paling panas. Semakin ke pinggir semakin dingin.
Maka bagian terpinggir pun bertambah dingin, dan mengarah, pada terbentuknya padatan. Menjadi cikal bakal planet. Begitulah, berangsur-angsur terbentuk planet-planet di sekitar matahari. Termasuk planet ke tiga, yang dinamakan Bumi. Seluruh planet di tata surya kita, yang sudah diketahui, ada 8 buah. Yaitu, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus. Sedangkan Pluto dan Xena, kini bukan kategori planet lagi.
Bumi terlahir berupa magma pijar berbentuk bola berputar. Tidak ada kehidupan apa pun pada awalnya. Karena suhunya ribuan derajat. Maka bebatuan pun leleh karenanya. Allah berfirman di dalam Al Qur’an bahwa Allah menciptakan bumi dari awan panas yang masih berupa asap.
QS. Fush shilat (41) : 11
Kemudian Dia mengarah kepada langit dan langit itu masih berupa asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Di ayat yang lain Allah menginformasikan bahwa langit dan Bumi itu memang dulunya satu. Kemudian dipisahkan antara keduanya. Dalam konteks ini adalah terbentuknya tatasurya.
Ayat berikut ini bisa bermakna universal menunjuk kepada cikal bakat alam semesta, atau bersifat parsial menunjuk kepada cikal bakal tatasurya. Keduanya memiliki proses yang kurang lebih sama. Bahwa benda-benda langit berasal dari kumpulan benda langit lainnya yang lebih besar.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Dalam berbagai ayat, Allah bercerita bahwa penciptaan Bumi itu terjadi dalam 2 fase. Penciptaan atmosfernya dalam 2 fase. Dan menciptakan segala isinya dalam 4 fase.
QS. Fush shilat (41) : 9-10
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? Demikian itulah Tuhan semesta alam".
Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Ini adalah penjelasan) bagi orang-orang yang bertanya.
Ayat di atas menggambarkan bahwa Bumi diciptakan Allah dalam dua fase. Yang pertama adalah fase pembentukan habitat dan kawasannya, berupa daratan, gunung-gunung, lautan, dan berbagai fasilitas dasar. Dan yang ke dua adalah fase menciptakan berbagai makhluk hidup seperti tumbuhan, binatang dan manusia. Fase penetapan mekanisme rantai makanan bagi makhluk hidup.
Fase ke dua ini, oleh Allah dibagi lagi menjadi empat fase. Yang pertama, adalah fase ketika Allah menyiapkan komponen dasar kehidupan berupa munculnya unsur-unsur biokimiawi seperti hidrogen, oksigen, karbon dan sebagainya.
Unsur-unsur ini terbentuk di daratan maupun di udara. Di dalam Al Qur’an, Allah menyebut fase itu sebagai fase dimana makhluk manusia belum bisa disebut.
QS. Al Insaan (76) : 1
Bukankah telah datang atas manusia satu fase dari waktu, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Fase ke dua, adalah fase terbentuknya molekul-molekul biokimiawi, terutama air. Maka terbentuklah lautan dan mekanisme hujan. Zat utama yang bertanggungjawab atas munculnya kehidupan di muka bumi. Allah menegaskan bahwa semua makhluk hidup diciptakanNya dari air. Ada yang memahami ini secara harfiah dari molekul air. Ada juga yang memahaminya sebagai dimulai dari wilayah perairan.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Bagi yang memahami segala makhluk hidup diciptakan dari air, mereka menunjuk komposisi cikal bakal makhluk hidup memang didominasi oleh air. Manusia misalnya. Manusia dewasa badannya terdiri dari 70% air. Pada anak-anak lebih besar, yaitu sekitar 80%. Sedangkan pada sel telur dan sperma, komposisinya adalah 96% air. Jadi komposisi air semakin besar ketika kita mengarah ke sumber asal-usulnya.
Sedangkan pemahaman yang ke dua, mengacu kepada munculnya kehidupan di muka bumi untuk pertama kalinya diperkirakan dari wilayah perairan. Kemudian menyebar ke daratan. Hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Namun demikian, kita bisa mengambil kesimpulan secara simultan, bahwa makhluk hidup diciptakan dari air dan sekaligus muncul dari wilayah perairan.
Kenapa demikian? Karena lautan yang terbentuk di permukaan bumi untuk pertama kalinya itulah tempat paling ideal untuk memulai kehidupan. Seluruh zat yang diperlukan sebagai penyusun makhluk hidup ada di dalam lautan.
Air lautan, kita tahu berasal dari berbagai wilayah di permukaan bumi. Mata airnya berasal dari berbagai pegunungan di seantero daratan. la mengalir sebagai air sungai, dan melarutkan berbagai macam mineral dari seluruh wilayah bumi. Semuanya dibawa menuju lautan. Berkumpul di air samudera. Maka, seluruh zat penyusun tubuh makhluk hidup tersedia di sini.
QS. An Nuur (24) : 45
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS. Al Baqoroh (2) : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui
Air adalah komposisi utama makhluk hidup. Karena itu munculnya kehidupan di suatu planet mesti didahului oleh munculnya mekanisme sirkulasi air yang sempurna terlebih dahulu. Sehingga di ayat tersebut di atas Allah memberikan gambaran, setelah menjadikan bumi sebagai hamparan, Allah menurunkan hujan dari langit. Muncul mekanisme sirkulasi air: air hujan menyirami bumi, menghasilkan mata air, muncul sungai dan danau, lantas menuju ke lautan, dan akhirnya menguap kembali menjadi awan. Awan menghasilkan hujan yang menyebar di seluruh wilayah daratan. Mekanisme seperti ini memungkinkan munculnya kehidupan di muka bumi. Semua wilayah mendapat suplai air, dalam kadar yang berbeda-beda.
QS. Al An'aam (6) : 99
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (keberadaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Itulah fase ke dua dan ke tiga dalam penciptaan makhluk hidup, munculnya mekanisme air, yang kemudian diikuti oleh munculnya tumbuhan dan binatang dalam proses rantai makanan. Allah menetapkan kadar makanan untuk kelangsungan hidup di muka bumi, demikian Dia berfirman.
Sedangkan fase yang ke empat adalah munculnya makhluk berderajat paling tinggi di muka Bumi, yaitu manusia. Masuknya manusia adalah pada fase terakhir, ketika semua fasilitas kehidupan di muka bumi telah tersedia dalam mekanisme yang sempurna. Dalam keseimbangan berkelanjutan.
Sehingga, Allah menyebut segala yang ada ini diciptakan untuk manusia. Semuanya. Baik itu berupa habitat, tumbuh-tumbuhan, maupun binatang. Tetapi celakanya, meski manusia menjadi raja atas semua fasilitas itu, kelak terbukti, manusia pula yang lantas menghancurkan segala keseimbangan di bumi. Yang kemudian mencelakakan dirinya sendiri.
QS. Al Baqoroh (2) : 29
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
QS. Al Baqoroh (2) : 205
Dan ketika ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
Begitulah Allah menciptakan Bumi sebagai habitat manusia. Planet istimewa ini telah berusia lanjut, hampir 5 miliar tahun. Meskipun kehidupan manusia modern diperkirakan baru berlangsung sekitar puluhan ribu tahun saja.
Kita semua memang hidup di fase-fase terakhir dari penciptaan Bumi. Fase dimana Bumi justru sedang mendekati ajalnya. Menjelang kematiannya.
Ya, Bumi semakin tua. Kini sedang menunggu datangnya maut. Entah kapan. Yang jelas kondisinya semakin lama semakin memburuk. Para 'dokter' mulai khawatir, Bumi sedang memasuki sekarat. Jika, 'pengobatan' yang diberikan tidak tepat dan segera, maka Bumi tidak akan tertolong lagi.
Celakanya, beban Bumi bukan sedang bertambah ringan. Melainkan semakin berat. Jumlah penduduknya berlipat 400% dalam waktu 100 tahun terakhir. Dari 1,5 miliar manusia di tahun 1900-an menjadi 6 miliar dewasa ini.
Konsekuensinya, Bumi dipaksa untuk menyediakan segala kebutuhan dasar kehidupan manusia seperti makanan, air bersih, energi, dan lain sebagainya secara cepat. Maka bumi pun goyah dan kelimpungan. Hilang keseimbangan. Apalagi, manusia melakukan eksploitasinya secara brutal. Tak mempertimbangkan kondisi Bumi yang sudah melemah. Bumi benar-benar memasuki fase-fase sekarat..!!
QS. Az Zalzalah (99) : 2
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?"...
Kiamat Sudah Dekat
hari perhitungan segala amalan mereka,
sedang mereka berada dalam kelalaian
lagi tak menghiraukannya
QS. Al Anbiyaa' : 1
Kiamat sudah dekat! Begitulah kata Allah di dalam Al Qur’an. Itulah hari hancurnya segala kehidupan di muka bumi. Maka, Hari Berbangkit pun bakal terjadi tidak lama lagi. Yaitu ketika manusia dibangkitkan dari kematiannya. Dari dalam kuburnya. Dan, karena itu, Hari Perhitungan pun sudah hampir datang. Saat manusia dihitung segala amal perbuatannya. Antara perbuatan buruk dan amalan baiknya, kemudian dibalasiNya...
Benarkan semua itu sudah dekat dan bakal terjadi tidak lama lagi? Ya begitulah. Ada dua penjelasan tentang dekatnya hari Kiamat, hari Berbangkit dan hari Perhitungan itu.
Pertama, Hari Kiamat bakal terjadi tidak lama lagi dihitung dari saat-saat terjadinya kematian kita. Kenapa demikian? Karena saat berada di dalam Kubur, kita tidak akan merasakan waktu yang lama. Terasa singkat. Seperti satu hari atau setengah hari. Sebagaimana dikemukakan Allah di dalam FirmanNya.
QS. Al Israa' (17) : 52
Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.
Di ayat lain lebih tegas, bahwa waktu di alam kubur itu memang terasa demikian singkat. Satu hari atau setengah hari saja. Bahkan, kehidupan di Bumi pun ketika dibandingkan dengan kehidupan akhirat menjadi sangat singkat. Juga, seperti satu hari atau setengah hari. Semua itu, disebabkan adanya relativitas waktu antara Dunia dan Akhirat.
QS. Al Mukminuun (23) : 112-113
Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung."
Secara umum Allah mengatakan bahwa masa penantian di alam Barzakh itu memang berlangsung sangat cepat. Bagaikan waktu satu hari, atau lebih cepat tagi. Berarti, jika seseorang meninggal pada hari Minggu, sehari kemudian, yaitu hari Senin dia sudah akan dibangkitkan dari dalam kuburnya.
Anda mungkin masih merasa aneh dengan penjelasan ini. Akan lebih gamblang jika saya contohkan dengan orang tidur. Ya, kematian adalah ibarat orang tidur lelap. Tak merasakan apa-apa. Ketika terbangun, dia tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur. Jika anda tanyai: hei berapa lama kamu tidur? dia pasti akan geleng-geleng kepala sambil mengatakan: entahlah, mungkin satu atau dua jam. Padahal ia telah tertidur selama 6-7 jam.
Ya, orang yang terbangun dari tidur lelapnya tidak akan pernah tahu berapa lama ia tertidur. Ia baru akan tahu lama tidurnya, jika ia melihat ke jam tangannya: 'Oh, ternyata saya tertidur selama 6-7 jam. Lama juga, ya...'
Begitulah yang digambarkan oleh Allah dalam Al Qur'an terhadap orang-orang yang dibangkitkan dari dalam kuburnya. Ia merasa seperti bangun dari tidur saja.
QS. Yaa Siin (36) : 52
Mereka berkata: "Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya).
Maka kembali kepada hari Kebangkitan, Allah menegaskan bahwa saat-saat itu akan datang dengan cepat. Tak lama lagi. 'Sehari' sesudah kematian datang menjemput kita. Padahal, datangnya kematian itu pun tidak pernah kita ketahui. Yakinkah anda bahwa anda bakal masih hidup di tahun depan? Atau bulan depan? Minggu depan? Besok pagi? Satu jam lagi? Tidak, bukan?
Nah, inilah misteri kehidupan paling besar dalam kehidupan manusia: 'kematian', dan seluruh peristiwa yang bakal terjadi sesudah kematian. Yang jelas saat-saat itu bakal datang kepada setiap orang. Semakin mendekati kita semua...
Penjelasan yang ke dua tentang sudah dekatnya kiamat itu muncul dari prediksi astronomi. Bahwa Bumi ini bakal mengalami 'kecelakaan' dan bertabrakan dengan segerombolan benda langit di kabut Oort.
Itulah saat-saat hancurnya planet bumi, dengan kerusakan yang sangat fatal. Bumi bakal dibombardir oleh jutaan bebatuan dari angkasa luar, sehingga muncul angin badai, gempa bumi, gunung meletus dan bencana tsunami di mana-mana.
Kapan itu terjadi? Para pakar Astronomi mulai melihat tanda-tandanya dan menduga-duga waktu terjadinya. Yang jelas, kehancuran kehidupan bumi itu sudah pernah melanda bumi beberapa kali secara periodik, setiap 150-200 juta tahun sekali. Yang terakhir adalah di jaman Dinosaurus, sekitar 200 juta tahun yang lalu. Waktu itu, kehidupan makhluk raksasa itu mengalami kehancuran dan musnah.
Jika itu terjadi secara periodik, berarti peristiwa berikutnya akan terjadi tidak lama lagi? Ya, begitulah. Sekaranglah waktunya, planet bumi bakal didatangi lagi oleh segerombolan batuan dari angkasa luar dalam jumlah besar. Dan kemudian mengalami kehancurannya. Kapan persisnya? Allah mengatakan bahwa Dia masih merahasiakannya...
QS. Thaahaa (20) : 15
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri dibalas dengan apa yang ia usahakan.
QS. Al Ahzab (33) : 63
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.
Tanda-Tanda Kiamat
kecuali hari kiamat (yang) datangnya kepada
mereka secara tiba-tiba, karena sesungguhnya
telah datang tanda-tandanya...
QS. Muhammad (47) : 18
Kalau kiamat sudah dekat, maka adakah tanda-tandanya? Ternyata Allah telah menginformasikannya di dalam Al Qur’an. Bahwa tanda-tanda kiamat itu sudah kelihatan. Akan tetapi, Allah tidak merincinya lebih lanjut. Sehingga kita harus mencari dari sumber lainnya. Yang pertama, info itu muncul dari penjelasan Rasulullah saw. Dan yang ke dua dari pengamatan ilmiah tentang memburuknya kondisi bumi dan kehidupan di dalamnya.
Dalam ayat berikut ini Allah menjelaskan kepada kita bahwa tanda-tanda kiamat itu sudah kelihatan. Namun, kepastian datangnya kiamat ternyata berada di luar kuasa manusia. Bahkan, soal waktu datangnya pun sulit ditentukan.
QS. Muhammad (47) : 18
Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang?
Kenapa demikian? Karena gerombolan batu yang bakal datang menghancurkan Bumi itu berada di luar jangkauan manusia. Lintasannya belum bisa diamati. Yang diketahui hanyalah, bumi dulu pernah mengalami kejadian serupa beberapa kali. Nah, kini saatnya sudah dekat. Cuma itu informasinya.
Allah sengaja merahasiakannya agar manusia tidak bisa menghindari bencana dahsyat itu. Dia hanya memberikan tanda-tandanya. Di antaranya, Allah sudah menyebut nabi Muhammad sebagai Rasul penutup jaman. Rasul terakhir.
Berarti, tidak ada lagi rasul-rasul sesudah beliau. Atau dengan kata lain, beliau adalah rasul untuk jaman akhir. Jaman yang sudah dekat dengan peristiwa kiamat.
QS. Al Ahzab (33) : 40
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Dan dalam sebuah hadits (Bukhari-Muslim), Rasulullah saw membenarkan hal itu, sebagaimana diceritakan oleh Anas r.a.
Anas r.a. berkata, Nabi saw bersabda: aku diutus oleh Allah pada saat yang sangat dekat dengan hari kiamat bagaikan kedua jari (yang bersebelahan).
Maka, dalam berbagai hadits lain, Rasulullah menceritakan tentang tanda-tanda datangnya hari kehancuran itu. Di antaranya, Rasulullah bersabda sebagaimana diceritakan dalam Shahih BukhariMuslim berikut ini.
Anas r.a. berkata, Nabi Bersabda bahwa sungguh di antara tanda-tanda datangnya kiamat itu adalah hilangnya ilmu (agama), dipertahankannya kebodohan (dalam beragama), dan tersebar luasnya minuman keras, serta pelacuran.
Apakah tanda-tanda itu sudah terlihat kini? Oh ya, sangat jelas. Kita melihat betapa manusia semakin meninggalkan petunjuk Al Qur’an. Meskipun kebenaran Al Qur’an itu sendiri semakin terbukti. Tetapi manusia cuek dengan kebenaran itu dan lebih suka mengikuti keinginan hawa nafsunya.
Selain itu, pembelajaran ilmu agama semakin terpinggirkan. Kita lebih suka belajar agama hanya kulit luarnya saja. Hanya tata caranya saja. Jauh dari makna yang terkandung di dalamnya. Bahkan kita lebih suka menjalankan ritual-ritual agama tanpa paham maknanya. Karena itu, ibadah yang kita jalankan ini seringkali tidak memberikan dampak positif.
Itulah yang disebut Al Qur’an, dalam surat Al Maa'uun: banyak orang shalat tapi tetap celaka (masuk neraka), karena mereka lalai terhadap shalatnya, dan sekadar pamer alias riya' dalam beribadah.
Tanda-tanda kiamat lainnya menurut hadits di atas adalah, banyak manusia yang lebih suka mempertahankan kebodohan di dalam beragama. Banyak orang beragama tidak lagi menggunakan akal, melainkan sekadar ikut-ikutan. Padahal, jelas-jelas Allah melarang kita untuk ikut-ikutan di dalam beragama. Orang yang beragama tanpa menggunakan akalnya, bakal mengalami masalah. Bahkan bisa tersesat.
QS. Al Israa' (17) : 36
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
QS. Yunus (10) : 100
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
QS. Adz Dzaariyaat (51) : 11
(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai.
Begitulah kalau beragama hanya sekadar ikut-ikutan, dan tidak mempergunakan akal, yang terjadi adalah kerusakan. Atau, setidak-tidaknya tidak bermanfaat. Bahkan, seringkali diakali oleh orang-orang yang punya kepentingan di dalamnya. Sehingga, Allah 'murka' kepada orang-orang yang tidak menggunakan akal.
Jika cara demikian ini diterus-teruskan, bukan rahmatan lil alamiin yang akan kita peroleh, melainkan kehancuran. Kiamat! Beragama harus dilakukan dengan kepahaman yang baik. Dan dijalankan dengan penuh pengertian akan maksudnya. Tujuannya. Kepentingannya.
Tanda-tanda datangnya kiamat juga terlihat dari semakin banyaknya peredaran khamr dan pelacuran. Khamr adalah sesuatu yang memabukkan seperti minuman keras dan narkoba. Yang menyebabkan hilangnya akal sehat.
Kita semua tahu, hal-hal semacam ini kalau dibiarkan merajalela bakal menghancurkan suatu masyarakat ataupun bangsa. lni adalah perbuatan yang merusak generasi masa depan. Islam sangat melarang perilaku yang seperti ini. Jika, diterus-teruskan pastilah yang akan terjadi adalah kiamat bagi masyarakat itu.
Kita lihat saja, bangsa-bangsa yang melakukan praktek demikian akan mengalami penurunan kualitasnya. Dan sedang menuju kehancurannya.
Kalau kita lihat di sekitar kita, banyak bangsa yang telah terjebak dalam kondisi itu. Apakah mereka juga bakal mengalami kehancuran? Tentu saja. Kapankah itu terjadi? Bergantung kondisinya. Yang jelas Allah mengatakan: Tidak lama lagi, tinggal menghitung hari.
QS. Maryam (19) : 84
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.
Maka, tanda-tanda terjadinya kiamat itu sebenarnya adalah sesuatu yang logis dalam kehidupan kita. Jika kondisi seperti itu sudah meluas di seluruh permukaan bumi, semua bangsa, maka bumi ini bakal mengalami kehancurannya.
Nah, apakah kita telah melihat tanda-tanda itu dalam kehidupan modern? Ya, telah terjadi dimana-mana. Kejahatan dan 'kebodohan agama' telah meruyak dimana-mana. Merata di berbagai bangsa.
Maka bergantung kita. Apakah hal ini akan kita teruskan ataukah kita surutkan. Jika kita surutkan, Insya Allah kiamat tidak akan segera terjadi. Allah menunda kehancuran itu sampai kejahatan dan kebodohan terjadi dalam kadar yang sangat fatal.
Di suatu hadits dikatakan, jika masih ada manusia yang beribadah kepadaNya, Allah masih belum akan menghancurkan kehidupan di muka bumi. Atau dalam kalimat yang berbeda dikatakan bahwa sejahat-jahatnya manusia adalah orang yang masih hidup saat datangnya kiamat...
Tanda-tanda akhir jaman lainnya adalah terjadinya pembunuhan dimana-mana. Nyawa manusia seperti tidak ada harganya. Entah karena rebutan kekuasaan politik, ekonomi, harga diri, atau apa pun, begitu gampangnya manusia membunuh sesamanya...
Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi saw bersabda: saatnya semakin dekat, amal kebaikan makin berkurang, dan kebakhilan makin merata, fitnah merajalela, serta banyak haraj. Sahabat bertanya: apakah haraj itu? Jawab Nabi saw: pembunuhan, pembunuhan.
[HR. Bukhari-Muslim]
Tiap Saat Diincar Bencana
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Sebenarnya Bumi adalah planet yang rawan bencana. Tapi memang begitulah, setiap benda langit memiliki kondisi yang kurang lebih sama. Selalu diincar oleh bencana. Hanya, khusus Bumi, Allah memberikan perlindungan ekstra, sehingga bisa dihuni oleh makhluk hidup. Termasuk manusia.
Bumi memang planet istimewa yang paling aneh di antara sembilan planet lainnya di tatasurya ini. Tidak ada satu pun benda langit anggota tatasurya yang bisa ditempati oleh makhluk hidup, karena tidak memenuhi prasyarat untuk itu. Dan teristimewa karena selalu diancam bencana yang menghancurkan kehidupan.
Merkurius, planet yang paling dekat matahari, jelas-jelas tidak bisa dihuni disebabkan oleh ekstrimnya suhu permukaan planetnya. Perputaran rotasi Merkurius demikian lambatnya, sehingga ada bagian yang membara karena terlalu lama menghadap matahari, sedangkan bagian lainnya membeku karena terlalu lama membelakangi matahari. Dengan suhu seekstrim itu, tidak ada makhluk hidup yang tahan berada di permukaannya.
Venus sebagai planet ke dua, memiliki suhu yang 'lumayan'. Namun, tetap saja tidak bisa dihuni oleh makhluk hidup. Suhunya mencapai 450 derajat celsius. Cukup untuk melelehkan logam timbal. Inilah 'planet pemanggang' raksasa. Atmosfernya memiliki tekanan sangat besar dan berat. Kurang lebih sama dengan kalau kita berada di kedalaman 1.000 meter di bawah permukaan laut.
Yang lebih mengerikan, atmosfernya memiliki kandungan asam sulfat - H2SO4 - yang sangat besar dengan ketebalan ribuan meter. Sehingga permukaan planet ini selalu diguyur oleh hujan asam. Tak mungkin ada kehidupan di planet seperti ini.
Planet yang lebih jauh adalah Mars. Inilah planet ke 4 setelah Bumi. Dulu, banyak ilmuwan berharap akan menemui kehidupan di planet ini. Namun setelah AS mendaratkan pesawat tanpa awaknya ke Mars, terbukti tidak ada kehidupan di sana.
Bagaimana mungkin bisa ada kehidupan, karena ternyata Mars tidak memiliki prasyarat untuk munculnya kehidupan. Tak ada air. Tak ada kandungan oksigen yang cukup. Atmosfernya dipenuhi oleh gas beracun CO2 dalam kadar yang sangat tinggi.
Angin badai pasir terjadi selama berbulan-bulan tanpa henti. Permukaannya penuh dengan kawah-kawah selebar ratusan meter, yang sangat dalam dan membahayakan.
Planet ke 5 adalah Jupiter. Inilah planet terbesar di tatasurya kita. Sebuah planet gas tanpa daratan. Ya, tak ada daratan di sana. Semuanya berbentuk gas dengan suhu yang sangat dingin. Dan angin badai yang berlangsung selama ratusan tahun. Planet ini besarnya sekitar 318 kali Bumi.
Planet ke 6 adalah Saturnus. Bentuknya sangat khas dengan adanya cincin berisi gas, batu dan es, yang berputar di sekeliling planetnya. Planet ini juga terdiri dari gas dengan komposisi 75% Hidrogen dan 25% Helium. Kerapatannya lebih rendah dibandingkan air. Tentu saja tak mungkin ada kehidupan di planet ke 5 & 6 ini.
Planet ke 7 adalah Uranus. lnilah planet yang terdiri dari bongkahan batu dan es. Atmosfernya terdiri dari gas beracun metana yang mematikan, bercampur dengan Hidrogen dan Helium. Planet ini memiliki waktu mengelilingi matahari yang sangat panjang. Jika Bumi butuh waktu setahun untuk mengelilingi matahari, maka Uranus butuh waktu 84 tahun untuk sekali keliling matahari.
Planet ke 8 dan 9 adalah Neptunus dan Pluto. Keduanya adalah bongkahan es yang mati. Suhu di Neptunus berkisar minus 218 derajat celsius. Sedangkan Pluto sekitar minus 328 derajat celsius. Di atas permukaan Neptunus sering terjadi badai dengan kecepatan tinggi sampai 2000 km per jam. Atmosfernya juga dipenuhi Hidrogen, Helium dan Metana sangat tinggi.
Sedangkan planet ke 10, juga sebuah bongkahan es mati di balik Pluto. Planet ini masih terus diteliti keberadaannya oleh para ahli astronomi.
Bumi, sebagai planet ke 3 di tatasurya, sungguh memiliki keistimewaan luar biasa. Sehingga memenuhi syarat untuk dihuni makhluk hidup. Seluruh kondisinya sangat unik dan 'aneh', karena memiliki mekanisme yang saling mengontrol dalam keseimbangan sempurna.
Atmosfernya tersusun sempurna dengan ketebalan 1000 km, bersaf-saf melindungi penghuninya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Komposisinya juga sempurna, mengandung gas Nitrogen yang tak gampang bereaksi, sebesar 78%. Sementara, oksigennya stabil pada kisaran 21%. Sedangkan gas-gas beracun semisal CO2, CO, dan lainnya, total hanya berjumlah 1%.
Yang lebih menakjubkan adalah sirkulasi air. Planet ini memiliki keseimbangan sirkulasi air yang mengagumkan. Tak kurang dari 400 miliar ton air mengalami sirkulasi dan penjernihan otomatis sepanjang tahun.
Hujan air, benar-benar hanya terjadi di planet bumi. Mekanisme hujan akibat pemanasan air di permukaan Bumi oleh sinar matahari ini menjadi sebuah mekanisme penyediaan air bersih yang benar-benar sempurna. Entah apa jadinya jika di Bumi tidak ada mekanisme hujan. Pastilah tidak ada air bersih dalam kadar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara berkualitas.
Semua air terkumpul di lautan dengan kadar garam yang tinggi. Tak ada air tawar, karena semua air di daratan bakal mengalir ke laut. Maka, manusia akan mengalami masalah besar, karena kesulitan air tawar bersih.
Bukan hanya air dan udara, planet Bumi dipenuhi oleh segala macam makanan. Uniknya cadangan makanan itu tersedia secara otomatis melalui sebuah mekanisme sempurna yang disebut sebagai 'rantai makanan'.
Air, udara, sinar matahari, tumbuh-tumbuhan, dan binatang, bekerjasama untuk membangun suatu mekanisme saling menguntungkan sehingga selalu 'tercipta' makanan. Berupa buah-buahan, sayuran, segala macam binatang laut, ternak, unggas, dan lain sebagainya. Semua itu bermunculan dalam mekanisme abadi. Tiada henti, selama berjuta tahun.
Jika terus kita cermati, maka kita bakal menemukan segala kondisi Bumi ini sangatlah 'aneh'. Sebagaimana planet yang lain, sebenarnya Bumi ini menyimpan potensi bencana yang luar biasa dahsyatnya. Selain yang datang dari luar, seperti batuan angkasa, sinar matahari, gelombang elektromagnetik dari luar angkasa, maka Bumi sendiri menyimpan bencana yang tiada terkira.
Di dalam Bumi sendiri ada potensi energi yang demikian besar, berupa magma sebagai inti Bumi. Selain itu ada gas-gas beracun dan bertekanan tinggi di dalam perutnya. Atau lempeng-lennpeng tektonik yang menyimpan energi gempa yang sangat besar dan membahayakan.
Gelombang air laut, angin badai, petir, banjir, dan semacamnya juga menjadi potensi bencana yang sewaktu-waktu bisa memporak-parandakan kehidupan di muka Bumi. Belum lagi kacaunya iklim, dan berkembang biaknya segala macam penyakit ganas.
Maka, sebenarnya kehidupan manusia di permukaan planet Bumi ini sangatlah rawan bencana. Terutama ketika mekanisme keseimbangannya telah bergeser jauh dari yang seharusnya. Bencana bakal susul menyusul menghantam semua makhluk yang ada di atasnya, dan menyengsarakan kita semua...
Bencana Dari Angkasa Luar
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Bencana dari luar angkasa adalah bencana yang berpotensi menghancurkan Bumi dengan kekuatan sangat dahsyat. Bahkan, sebagaimana telah kita singgung di depan. Kiamat Bumi agaknya memang terjadi akibat planet ini dibombardir oleh batu-batuan dari angkasa luar. Bencana terbesar yang bakal dialami oleh Bumi sepanjang sejarahnya.
Selain bebatuan dalam bentuk komet dan meteor, apa sajakah ancaman bencana dari angkasa luar itu? Cukup banyak. Di antaranya, yang paling dekat adalah sinar matahari.
Sebenarnya, pancaran sinar matahari sangatlah berbahaya untuk makhluk hidup. Termasuk manusia. Karena di dalam sinar matahari itu terkandung energi yang sangat besar. Berupa panas, ultraviolet, maupun gelombang elektromagnetik.
Panas matahari yang sampai ke Bumi, sebenarnya sangatlah besar. Sehingga bisa membahayakan kehidupan. Meskipun, tentu saja, masih jauh jika dibandingkan dengan yang terjadi pada Merkurius dan Venus.
Ada beberapa faktor yang menyelamatkan Bumi dari matahari. Yang pertama adalah faktor jarak. Posisi Bumi sebagai planet ke tiga dengan jarak sekitar 150 juta km dari matahari, sangatlah bermanfaat untuk menurunkan suhu.
Di permukaan matahari, suhunya bisa mencapai jutaan derajat. Akan tetapi, seiring dengan jarak, suhu itu menurun sampai berlipat kali lebih kecil. Apalagi setelah melewati atmosfer Bumi setebal 1000 km.
Akan tetapi, bukan hanya faktor jarak. Perputaran Bumi pada sumbunya juga berperan sangat besar. Karena, ternyata, perputaran Bumi dengan kecepatan 1.669 km per jam ini menyebabkan tidak terjadinya pemanasan secara berlebihan di permukaan Bumi. Bandingkan dengan Merkurius yang berputar sangat lambat. Siang dan malam harinya sangat panjang. Sehingga, permukaan yang menghadap matahari menjadi membara. Sebaliknya, yang membelakangi, membeku.
Dengan berputar 24 jam sekali rotasi, maka suhu Bumi menjadi cukup hangat untuk menunjang berlangsungnya kehidupan. Panasnya merata ke seluruh permukaan planet. Apalagi, posisi sumbu Buminya miring 23,5 derajat. Hal ini menyebabkan terjadinya angin, yang berfungsi mendistribusikan panas itu dalam jalur utara-selatan. Iklim Bumi menjadi dinamis antara kutub utara dan kutub selatan. Kadang di utara musim panas, dan di selatan musim dingin. Atau sebaliknya, di utara musim dingin, di selatan musim panas.
Meskipun jaraknya cukup jauh dari matahari, jika Bumi berputar lambat, atau bahkan tidak berputar, sungguh akan menjadi bencana buat kita. Tetap saja wilayah yang menghadap ke matahari terus menerus akan mengalami penumpukan panas yang mematikan makhluk Bumi. Sebaliknya daerah yang tidak memperoleh matahari akan membeku, dan terus mendingin secara ekstrim.
Jadi kita melihat betapa kondisi Bumi telah diatur sedemikian cermat oleh Allah. Jarak Bumi Matahari demikian pas, kemiringan Bumi pun demikian pas, dan kecepatan putar Bumi juga demikian pas. Bahkan, Ketebalan atmosfer sampai komposisinya pun sangat pas terkait dengan distribusi panas matahari itu.
Jika tidak, maka sinar matahari itu bukan membawa berkah bagi kehidupan di muka Bumi, melainkan bakal membawa bencana. Di antaranya disebutkan Allah dalam ayat berikut ini.
QS. Al Qashash (28) : 71 - 72
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?"
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
Dengan kata lain, apakah yang bakal terjadi jika Bumi ini tidak berotasi? Sungguh bakal muncul bencana bagi kehidupan di muka Bumi disebabkan oleh ketidakseimbangan distribusi panas matahari. Belahan Bumi yang satu akan sangat panas, dan belahan Bumi lainnya akan sangat dingin.
Ancaman bencana lainnya dari sinar matahari adalah sinar ultraviolet. Sinar ini sangat bermanfaat buat kehidupan manusia jika jumlah yang sampai di permukaan Bumi proporsional. Berguna untuk membantu terbentuknya vitamin D di dalam tubuh manusia. Namun, jika berlebihan justru akan sangat membahayakan. Bisa memicu timbulnya kanker kulit pada manusia.
Allah mengatur kadar ultraviolet ini lewat lapisan atmosfer di bagian atas, yang disebut Ozonosfer. Lapisan ozon itulah yang berfungsi menapis alias memfilter kadar ultra violet agar sesuai dengan kebutuhan manusia. Jika lapisan ini terlalu tebal, maka suhu Bumi akan lebih rendah dari sekarang. Dan jika lebih tipis, maka suhu Bumi akan lebih tinggi disebabkan oleh semakin banyaknya sinar matahari yang sampai ke permukaan Bumi. Selain itu, radiasi sinar ultraviolet juga akan terlalu besar. Ketebalan lapisan ozon ini diciptakan Allah dengan sangat pas.
Sayangnya sebagian lapisan ozon ini mulai mengalami kerusakan disebabkan berbagai gas yang diproduksi oleh manusia sendiri. Di antaranya adalah gas freon dalam AC, atau gas-gas dalam tabung penyemprot parfum dan obat nyamuk tertentu. Maka, Bumi mulai terancam dengan serbuan ultraviolet yang semakin besar. Dan bisa berubah menjadi bencana dalam skala massal.
Ancaman lainnya dari Matahari adalah medan elektromagnetiknya. Selain memancarkan panas dan ultraviolet, Matahari memancarkan gelombang elektromagnetik dan awan plasma akibat ledakan di Matahari. Hal ini bisa membahayakan kita.
Medan elektromagnetik yang terlalu besar akan mengacaukan sistem elektromagnetik yang telah bekerja secara seimbang di dalam tubuh kita. Bahkan boleh jadi akan mengacaukan sistem kemagnetan Bumi secara menyeluruh. Dan kemudian mengacaukan kehidupan secara massal.
Sistem elektromagnetik yang kacau akan sangat berpengaruh pada fungsi-fungsi kesehatan pada umumnya. Dan, bakal memunculkan penyimpangan-penyimpangan perilaku makhluk Bumi, termasuk manusia.
Akan tetapi Allah mengontrol kadar elektromagnetik itu dengan salah satu lapisan langit yang bernama Magnetosfer. Bahaya medan elektromagnetik dari luar dibelokkan oleh perisai magnetik di lapisan ini. Jika pun masih ada yang menembus lapisan ini, akan diarahkan menuju ke Kutub Utara atau Selatan, sehingga tidak membahayakan makhluk Bumi.
Bandingkan, misalnya, dengan planet Jupiter yang memiliki kadar elektromagnetik sangat tinggi sehingga medan magnet yang terjadi bisa memusnahkan makhluk hidup apa pun yang ada di atasnya. Tegangan listrik yang muncul di bulan Jupiter - 10 - pun tak kalah menakutkan, karena bisa mencapai tegangan 400 ribu volt.
Gravitasi benda langit, juga bisa membahayakan. Apalagi jika terjadi konjungsi alias posisi segaris antar benda-benda langit, yang bisa menyebabkan terjadi perlipatan gaya gravitasi benda langit terhadap Bumi.
Gravitasi yang besar dari angkasa luar bisa menyebabkan meningkatnya berbagai aktifitas geologis di muka Bumi. Seperti semakin aktifnya gunung berapi, gempa tektonik, angin badai, atau pun meningkatnya gelombang lautan, dan terganggunya mekanisme sirkulasi hujan.
Demikianlah. Sebenarnya Bumi kita ini rawan mengalami bencana dari angkasa luar. Setiap Bumi diancam oleh berbagai faktor yang bisa menghancurkan kehidupan di dalamnya. Akan tetapi, Allah melindungi planet istimewa ini dengan berbagai sistem langit yang sempurna, sehingga sampai detik ini kehidupan di muka Bumi tetap berlangsung dengan baik.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 32
Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka tak menghiraukan segala tanda-tanda yang terdapat padanya.
Bencana Dari Perut Bumi
QS. Al Ahzab (33): 17
Bumi menyimpan potensi bencana di dalam perutnya sendiri. Inti Bumi adalah bola pijar yang bersuhu ribuan derajat. Bola pijar itu tersusun dari besi membara, dengan jari-jari 1.200 km. Di luarnya ada lelehan logam campuran Besi dan Nikel, dengan ketebalan 2.200 km, yang berpusar mengelilingi intinya, sehingga menimbulkan medan magnet yang meliputi planet Bumi.
Jadi, kita sebenarnya hidup di atas sebuah bola api raksasa. Bola itu diselimuti berbagai lapisan bebatuan. Yang paling tebal di sekitar inti Bumi disebut Mantel. Tersusun dari bebatuan berat, campuran antara besi, magnesium dan silika. Tebalnya sekitar 3.000 km. Menempati komposisi lebih dari 60% massa Bumi. Sedangkan Inti Bumi menempati komposisi 35%.
Sebagaimana inti, Mantel terdiri dari 2 lapisan, yaitu Mantel bagian atas dan bawah, yang dipisahkan oleh daerah transisi, pada kedalaman sekitar 1000 km dari permukaan Bumi. Di daerah peralihan inilah terbentuk panas sangat tinggi akibat gesekan yang meleburkan bebatuan. Sehingga terbentuklah magma. Leburan batu pijar itu ketika keluar melalui letusan gunung berapi disebut sebagai lava.
Bagian-bagian yang lebih ringan terdorong ke permukaan Bumi. Seperti bebatuan Ferosilika di Mantel, dan aluminium silika di bagian Kerak. Termasuk juga air, yang kemudian menutupi sekitar 60 % permukaan Bumi.
Mekanisme letusan gunung berapi menjadi salah satu cara munculnya berbagai zat yang kini ada di permukaan Bumi. Pada sebuah letusan gunung berapi, lava mengandung komposisi 77% air, 12% CO2, 7% Sulfat, 3% Nitrogen, dan sejumlah kecil kandungan hidrogen, Karbon Monoksida, belerang, Chlorin dan Argon.
Lebih ke atas lagi dari Mantel, bagian yang paling luar dari lapisan-lapisan Bumi disebut sebagai Kerak Bumi. Tebalnya bervariasi antara 30-100 km.
Menempati tidak sampai 1 % dari massa Bumi. Kandungannya adalah campuran antara air, Aluminium Silika, Kalsium, dan sebagainya. inilah daerah yang paling brittle alias gampang retak-retak dan patah. Misalnya, ketika terjadi gempa.
Struktur Bumi bisa dianalogikan dengan sebutir telur. Bagian paling luar adalah cangkang alias kulit telur, itulah Kerak Bumi. Bagian lebih dalam adalah putih telur, alias Mantel Bumi. Dan bagian paling dalam adalah kuning telur, alias inti Bumi.
Bedanya, pada Bumi, semakin ke dalam suhunya semakin tinggi. Sehingga tidak mungkin ada kehidupan di kedalaman ribuan kilometer. Jari-jari Bumi sendiri diperkirakan sekitar 6.350 km. Dari permukaan sampai ke pusat inti Bumi. Kehidupan ditemukan hanya di bagian atas lapisan Bumi. Yaitu bagian yang disebut sebagai Biosfer. Di sinilah kita menemukan habitat makhluk hidup, di daratan maupun di perairan.
Keberadaan air di Bumi sempat menjadi kontroversi, dari mana ia berasal. Sebagaimana besi yang menjadi inti Bumi. Keduanya tidak diketemukan di planet-planet anggota tata surya lainnya. Teori terbaru menduga, bahwa logam-logam berat seperti Besi dan Nikel, serta air bukan terbentuk di Bumi, melainkan 'dikirim' dari angkasa luar, lewat batu-batu meteor dan komet yang jatuh ke Bumi. Karena berat, maka logam tersebut menjadi inti Bumi. Berkaitan dengan teori ini, ada yang menghubungkan ayat berikut ini dengan datangnya besi dari angkasa luar. Ayat ini difirmankan Allah datam surat Al Hadiid yang bermakna 'Besi'.
QS. Al Hadiid (57) : 4
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Ayat yang dimulai dengan cerita penciptaan langit dan Bumi itu menyebut-nyebut sesuatu yang masuk ke dalam Bumi, dan turun dari langit. Karena ayat ini berada di dalam Surat Al Hadiid (Besi), maka ia diinterpretasikan sebagai datangnya besi ke Bumi dari angkasa luar.
Tidak seperti cangkang telur yang utuh, ternyata lapisan kerak Bumi terdiri dari lembaran-lembaran, yang disebut sebagai Lempeng Tektonik. Lempeng tektonik itu ternyata mengambang di sebuah lapisan lunak-panas yang disebut Asthenosphere.
Maka, lempeng-lempeng kerak Bumi itu selalu bergerak-gerak disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah akibat perputaran Bumi secara rotasi. Penyebab lainnya adalah gaya-gaya dari dalam Bumi sendiri, disebabkan oleh panas tinggi di bawahnya. Atau, bisa pula disebabkan oteh ketidakseimbangan struktur pendukungnya.
Runtuhnya struktur lempeng-lempeng itu bisa menyebabkan getaran dahsyat yang disebut sebagai gempa tektonik. Karena kerak Bumi bersifat brittle maka getaran itu seringkali menyebabkan retakan-retakan dan patahan yang sangat membahayakan kehidupan di atasnya. Gedung dan bangunan lainnya bisa ambruk disebabkan munculnya retakan-retakan tersebut. Apalagi jika getaran yang muncut sedemikian dahsyat, misalnya sampai mencapai angka 8 skala Richter.
Jadi, kehidupan di muka Bumi ini sangatlah rawan, karena kita sedang berada di atas lempeng yang senantiasa bergerak. Ada 6 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil. Di antaranya adalah lempeng Eurasia, lempeng Australia, lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, lempeng Arabia, dan lempeng Afrika.
Selama miliaran tahun lempeng-lempeng itu bergerak mengikuti gaya-gaya yang bekerja padanya dan membentuk permukaan Bumi yang selalu berubah. Pada masa-masa sebelum ini, bentuk benua, gunung-gunung, lembah, sungai dan lautan memiliki bentuk yang berbeda. Semua berubah secara dinamis.
QS. An Naml (27) : 88
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Ath Thuur (52) : 10
dan gunung benar-benar berjalan.
QS. An Nahl (16) : 15
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,
Deretan gunung-gunung itu terbentuk dari bertabrakannya lempeng-lempeng tektonik. Akibat pertemuan lempeng tersebut, maka terjadi bagian yang meninggi, membentuk pegunungan. Di antaranya adalah pegunungan Himalaya. Sampai sekarang puncak Himalaya, Mt. everest, mengalami pertambahan tinggi beberapa cm setiap tahunnya.
Di bagian bawah daerah pertemuan itu terjadi aktifitas gesekan dahsyat yang menghasilkan magma. Yang kemudian muncul sebagai lava di gunung-gunung berapi.
Ada ratusan gunung berapi tersebar di muka Bumi. Ada yang sangat aktif dan sering meletus. Ada yang setengah aktif dan tertidur. Tapi ada juga yang sudah tidak aktif lagi.
Pergerakan lempeng-lempeng Bumi, serta saluran-saluran magma di dalamnya berperan terhadap aktif tidaknya gunung berapi. Gravitasi benda-benda langit di sekitar planet Bumi juga ikut mempengaruhi aktif tidaknya gunung berapi.
Gunung-gunung di Indonesia dan Jepang terjadi dengan mekanisme yang sedikit berbeda. Di jalur ini terjadi patahan lempeng bumi, dan kemudian merekah ke arah yang berlawanan. Bagian yang terpisah itu lantas melesak ke daratan alias kontinen. Di bagian yang melesak itulah terjadi deret pegunungan aktif.
Pecah dan terpisahnya lempeng-lempeng tersebut menyebabkan terjadinya patahan yang seringkali memunculkan gempa tektonik. Sampai tercapainya kestabilan kembali. Akibat pecahnya lempeng Bumi ini bisa terbentuk jurang-jurang terjal di daratan, maupun di dasar lautan. Jika terjadi di dasar lautan bisa menyebabkan munculnya tsunami, beberapa saat setelah terjadi patahan.
Begitulah kondisi planet Bumi. Manusia hidup di atas 'Bom waktu' yang sewaktu-waktu bisa 'meledak' berupa gempa, letusan gunung berapi, tsunami, dan berbagai bahaya yang muncul dari dalam perut Bumi. Panggung drama kehidupan kita ini ternyata sangat rapuh dan rawan bencana...
QS. Al A'raaf (7) : 91
Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka,
Bencana Hujan dan Banjir
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Bencana lainnya yang selalu mengintai kehidupan di muka Bumi adalah potensi yang terkandung dalam sirkulasi air. Ada sekitar 400 miliar ton air disirkulasi oleh Allah setiap tahunnya. Air itu diuapkan dari lautan dan daratan lewat panas matahari, menjadi awan. Lantas, diturunkan kembali secara berangsur-angsur ke permukaan Bumi sepanjang tahun sebagai air hujan.
Keberadaan air di Bumi sebenarnya adalah rahmat terbesar bagi kehidupan makhluk planet ini. Tanpa adanya air yang cukup, kehidupan tidak bisa terjamin keberlangsungannya. Bahkan meskipun ada, tetapi dengan jumlah yang tidak memadai, juga tidak memungkinkan kehidupan.
Air menjadi kata kunci munculnya kehidupan. Sehingga Al Qur’an mengatakan bahwa dari airlah Allah menciptakan segala yang hidup.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Di ayat lain lagi, malahan, Allah mengatakan 'Arsy-Nya berada di atas air. Menunjukkan betapa pentingnya peranan air dalam kehidupan di alam semesta. Arsy adalah suatu 'tempat' yang dipersepsi sebagai pusat 'pemerintahan' kerajaan langit dan Bumi, dimana Allah mengendalikan segala sesuatu sepenuhnya.
Akan tetapi yang perlu dicermati, setelah Allah mengatakan bahwa Arsy-Nya di atas air, Allah lantas mengikutinya dengan kalimat: 'agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya'. Artinya, kontrol Allah atas air sebagai faktor utama kehidupan manusia itu berkait dengan kualitas amalan kita. Air, rupanya dijadikan sebagai media yang paling efektif untuk mencatat amalan manusia. 70% penyusun tubuh manusia dewasa adalah air. Pada anak-anak 80% air. Pada embrio di dalam rahim mencapai 95%. Penelitian Dr Masaru Emoto dari Jepang membuktikan bahwa air bisa merekam energi makna dalam pikiran dan ucapan kita.
QS. Huud (11) : 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
Sangat aneh memang, bahwa Bumi adalah satu-satunya planet di tata surya ini yang memiliki kadar air berlimpah. Bahkan, 2/3 permukaan Bumi tertutup oleh air. Bandingkan dengan planet-planet lain yang tak memiliki air. Jelas, tak mendukung munculnya kehidupan.
Darimanakah air di planet ini berasal? Tidak begitu jelas, dan masih kontroversial. Tetapi ada teori yang mengatakan bahwa air itu tidak terbentuk di muka Bumi. Melainkan dikirim dari angkasa luar dalam bentuk komet.
Komet-komet dalam bentuk bongkahan es itu berjatuhan ke Bumi di awal masa pembentukannya. Awalnya, Bumi adalah sebuah bola pijar seperti matahari, karena ia memang pecahan dari matahari. Tak ada air dan oksigen di dalamnya.
Jika kita lihat kandungan matahari, maka kita hanya akan menemukan gas hidrogen dan helium. Ini gas tertua di alam semesta. Hidrogen adalah unsur paling sederhana, karena ia hanya berisi 1 proton di intinya, dan 1 elektron di kulit atomnya. Tak ada unsur kimia yang lebih sederhana dari gas hidrogen.
Unsur yang lebih tinggi derajatnya adalah Helium. Intinya mengandung 2 proton, 2 neutron. Sedangkan kulit atomnya dikelilingi oleh 2 elektron. Matahari kita termasuk jenis bintang tua yang terbentuk di awal-awal penciptaan alam semesta. Nah, sebagai 'anak matahari' Bumi kita pun terdiri dari gas-gas tersebut, sebagaimana kebanyakan planet-planet di tatasurya kita. Akan tetapi, ternyata Bumi memiliki kandungan unsur yang sangat kaya. Lebih dari 100 jenis unsur ada di planet Bumi.
Sebagai perbandingan, planet Uranus, Saturnus, dan Yupiter didominasi gas-gas hidrogen dan helium tersebut. Disamping juga ada gas metana yang sangat mematikan. Begitulah Bumi pada awalnya. Di planet lainnya, selain H dan He, bertambah dengan adanya CO2. Termasuk Mars yang dekat dengan Bumi, ternyata tak memiliki kehidupan apa pun.
Sehingga banyak yang menduga, kemungkinan besar unsur-unsur yang ada di planet Bumi, khususnya air, dikirim dari luar angkasa. Diasumsikan pada saat awal usia Bumi, planet ini dibombardir oleh banyak komet dan meteor, yang kaya dengan kandungan logam dan air.
Cikal bakal Bumi yang sedang membara itu pun lantas mendingin seiring dengan bertambahnya material dari luar angkasa. Logamnya, menjadi inti Bumi. Sedangkan airnya berangsur-angsur naik ke permukaan Bumi, karena terdorong oleh panas dan tekanan di perut Bumi. Dan kemudian mendinginkan permukaannya. Terbentuklah kerak Bumi, daratan dan lautan. Lantas, muncul mekanisme hujan, sehingga memunculkan kehidupan.
Lebih jauh, yang sangat aneh, Bumi lantas bisa mempertahankan keberadaan air itu. Entah kenapa tidak menguap habis, lepas ke angkasa kembali. Anehnya, ketika air ini menguap membentuk awan, gumpalan awan itu mengambang beberapa kilometer di atas permukaan Bumi.
Ada desain yang sangat harmonis antara besarnya gravitasi Bumi, berat molekul air, dan panas matahari yang sampai ke Bumi, serta bobot awan dibandingkan dengan atmosfer.
Jika saja gravitasi Bumi lebih besar dari yang ada sekarang, mungkin air itu tidak akan gampang menguap dan mengambang di angkasa sebagai awan. Atau pun jika berat molekul air lebih ringan dari yang ada sekarang, boleh jadi uap air itu sudah lepas ke angkasa luar.
Atau juga, seandainya panas matahari yang sampai ke Bumi lebih panas dari yang ada sekarang, pastilah air di muka Bumi ini telah menguap semuanya. Sulit ditemui air dalam bentuk cairan.
Atau juga misalnya, bobot awan dibandingkan dengan gas-gas di atmosfer lebih berat, pastilah awan itu tidak bisa bergerak naik, mengapung. la akan tetap berada di permukaan daratan atau di permukaan lautan.
Maka, sungguh luar biasa ketika kita mendapati bahwa semua faktor memberikan dukungan untuk mencapai keseimbangan tanpa cela. Sehingga muncul mekanisme sempurna air hujan. Dan akhirnya menjadi faktor utama pendukung berlangsungnya kehidupan, hingga kini, selama miliaran tahun.
Akan tetapi, disamping sebagai kunci terbentuknya kehidupan, air juga bisa menjadi ancaman bencana yang mengerikan bagi kehidupan. Kenapa demikian? Karena, dalam skala besar air juga menyimpan tenaga merusak yang luar biasa. Terutama jika ia bergerak dalam kecepatan dan kekuatan yang tidak terkendali. Baik saat jatuh dari langit, maupun ketika terkumpul di daratan.
Bayangkan saja, di atas kita sebenarnya ada suatu bahaya besar yang mengancam kita. Ada ratusan miliar ton air yang sedang mengambang di atas kita sepanjang tahun. Menjadi sangat menakutkan ketika kita berpikir bagaimana seandainya air sebanyak itu jatuh ke permukaan Bumi tanpa terkendali. Pastilah kehidupan di muka Bumi ini bakal hancur ditimpa air terjun dalam skala raksasa.
Tapi ternyata semua itu tidak terjadi. Allah menurunkan hujan dengan cara yang aman, bahkan dalam bentuk tetes-tetes air yang indah menyejukkan. Kadarnya pun sangat terukur sesuai dengan kebutuhan. Kecepatan jatuhnya maupun volumenya.
QS. Zukhruf (43) : 11
Dan Yang menurunkan air hujan dari langit menurut kadar (yang diperlukan). Lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati. Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
Kecuali, jika mekanisme sirkulasi air telah mengalami pergeseran sebagaimana akhir-akhir abad ini. Air bukan menjadi rahmat, tetapi telah menjadi bencana yang mengerikan. Memakan korban jiwa ratusan ribu orang dan harta benda yang tidak sedikit jumlahnya. Hujan deras telah berubah menjadi banjir bandang di mana-mana.
QS. Al Mukminuun (23) : 41
Maka dimusnahkanlah mereka oleh suara yang mengguntur dengan hak dan Kami jadikan mereka (sebagai) sampah banjir maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim itu.
Mekanisme alam telah mengalami ketidakseimbangan. Bumi mengalami kenaikan suhu akibat efek rumah kaca dan rusaknya lapisan ozon, sehingga penguapan air menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Dalam waktu yang bersamaan, hutan-hutan mengalami kerusakan yang parah. Padahal pepohonan itu berfungsi untuk menahan laju air, dengan cara menyerapnya, dan kemudian keluar berangsur-angsur dalam bentuk mata air sepanjang tahun.
Yang terjadi tidak demikian. Volume air hujan semakin besar, tetapi hutannya gundul. Maka, munculnya air bah alias banjir bandang. Diikuti dengan tanah longsor, akibat struktur tanah yang rapuh, tanpa pepohonan.
Bahkan yang lebih menyedihkan, banjir bandang terjadi juga di musim kemarau, seperti yang terjadi di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Ini jelas bukanlah banjir biasa, karena bisa menenggelamkan 7 propinsi dengan ketinggian 3 - 6 meter!
Ternyata bukan hanya di Indonesia, China dan Jepang pun dilanda oleh banjir yang sama. Telah terjadi kekacauan musim, bukan hanya dalam skala regional, melainkan global...
Bencana Iklim dan Musim
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Ya, musim dan iklim telah mengalami kekacauan. Ini tidak bisa tidak, disebabkan oleh terjadinya pergeseran mekanisme keseimbangan di permukaan Bumi. Penyebabnya adalah aktifitas manusia sendiri. Kerusakan lapisan ozon, meningkatnya gas-gas rumah kaca, kerusakan hutan dan menipisnya jumlah pepohonan, telah mengacaukan mekanisme sempurna itu.
QS. Ar Ruum (30) : 41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Padahal, dengan mekanisme musim itulah Allah memberikan berbagai rahmat kepada manusia. Di antaranya adalah munculnya berbagai jenis buah-buahan, sayuran, perkembangbiakan segala macam jenis binatang di darat maupun di lautan. Dengan iklim dan musim itu juga Allah memberikan suasana yang indah dan nikmat dalam kehidupan manusia.
Musim hujan yang sejuk, musim kemarau yang panas, musim semi yang indah berwarna-warni, musim panas yang bertaburan cahaya matahari, musim rontok yang meranggas, dan musim dingin yang eksotik. Semuanya itu memberikan nuansa kehidupan yang dinamis penuh keindahan. Enak dipandang mata.
QS. Qaaf (50) : 7
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata
Bagi kalangan petani, nelayan, dan pekerja yang dekat dengan alam, pergerakan musim telah memberikan gerak kehidupan yang penuh dengan harapan. Mereka bercocok tanam dan melaut di waktu-waktu tertentu. Dan menikmati hasilnya di waktu-waktu yang lain.
Semuanya berjalan secara alami dan teratur seiring dengan perputaran Bumi sepanjang tahun. Seorang petani mengatakan: "Dulu iklim dan musim berjalan secara teratur. Sehingga memudahkan kami untuk bercocok tanam dan berkebun. Kini semuanya jadi serba sulit dan tidak bisa diduga," paparnya.
Ia menjelaskan, di kalangan petani Jawa ada yang disebut sebagai Pranoto Mongso. lni adalah patokan para petani ketika menjalankan pekerjaannya. Mereka tahu persis, kapan harus memulai menanam bibit padi. Kapan menuai. Kapan menggantinya dengan tanaman palawija. Kapan dan bagaimana memberantas hama secara alamiah. Dan seterusnya.
Tapi semua itu kini telah kacau. Manusia lebih mengandalkan teknologi, zat-zat kimiawi, dan pemaksaan-pemaksaan atas kondisi alam. Yang terjadi bukan produktifitas yang meningkat. Melainkan semakin kacaunya proses produksi pertanian. Hama lebih sulit dikendalikan. Unsur-unsur hara di dalam tanah mengalami kerusakan. Dan yang paling merepotkan, iklim dan musim kini semakin sulit diprediksi.
Hujan salah musim. Volume air yang turun jauh melebihi biasanya. Banyak lahan-lahan gundul yang memicu terjadinya tanah longsor. Lapisan subur permukaan tanah pun mengelupas, sehingga semakin banyak daerah kritis dan tandus. Maka, Indonesia yang demikian subur dan luas ini pun terpaksa harus mengimpor beras, gula, sayuran dan berbagai macam buah-buahan dari negara-negara tetangga yang lebih kecil ... !!?
Sebenarnya, Bumi kita ini telah memiliki mekanisme sempurna untuk mengendalikan musim dan iklim. Rezeki yang disediakan Allah di muka Bumi untuk kehidupan manusia ini tidak akan habis sampai tujuh turunan. Asal saja manusia tidak serakah. Mementingkan diri sendiri.
QS. Al Baqoroh (2) : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui
QS. An Nahl (16) : 11
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
QS. An Nahl (16) : 14
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur.
QS. Al An'aam (6) : 142
Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Jadi, mekanisme alam sudahlah sangat jelas. Ada sebuah keseimbangan yang mengatur iklim, cuaca, dan musim agar bermanfaat dan mengenakkan kehidupan manusia.
Tapi akibat perbuatan kita sendiri mekanisme yang memberi nikmat itu kini berubah menjadi bencana yang setiap saat mengincar kita.
Mekanisme air bersih mengalami gangguan yang sangat serius. Sehingga, kalau abad lalu manusia bertengkar karena berebut minyak dan sumber energi lainnya, maka diperkirakan abad ini manusia akan banyak bertengkar untuk berebut air bersih. Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat langka. Buka hanya karena jumlahnya yang semakin sedikit, namun kualitas air yang ada pun telah tercemar oleh berbagai macam polusi bahan-bahan kimia yang berbahaya. Baik karena limbah industri, transportasi, maupun dampak kehidupan sehari-hari lainnya.
Selain langka air, udara bersih juga semakin sulit. Udara perkotaan penuh polusi. Sedangkan jumlah pepohonan dan hutan semakin menyusut seiring dengan bertambahnya penduduk Bumi.
Bayangkan, jumlah manusia di muka planet Bumi sekarang telah mencapai angka 6 miliar. Padahal seabad sebelumnya baru sekitar 1,5 miliar. Hanya dalam kurun waktu 100 tahun penduduk Bumi telah meningkat 4 kali lipat. Betapa berat beban planet Bumi.
Secara drastis Bumi harus menyediakan dalam waktu yang bersamaan: bahan pangan, air bersih, udara segar, sumber energi, dan berbagai kebutuhan pokok kehidupan lainnya, empat kali lipat dari biasanya. Padahal, dalam waktu yang sama manusia telah merontokkan sendi-sendi keseimbangan bumi itu sendiri, dengan cara merusak ekosistemnya secara brutal.
Bumi mulai limbung. Setidak-tidaknya mulai terlihat pada rusaknya iklim, cuaca dan musim. Di beberapa negara Utara - Eropa dan Amerika -, dikabarkan sedang diserang cuaca panas yang menyengat. Dan ratusan orang meninggal dunia.
Bencana iklim dan musim kini semakin sering menerpa kehidupan manusia. Barangkali karena kita semakin jauh dari alam. Tidak bersahabat dengan alam. Padahal alam setiap saat memberikan milik terbaiknya untuk kebahagiaan manusia.
QS. Al Ahqaf (46) : 24
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,
Bencana Angin
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Bencana lain yang selalu mengintai manusia di Bumi adalah angin. Sebenarnya angin sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan manusia. Akan tetapi, ia bisa juga menjadi musuh yang sangat menakutkan, karena bisa menghancurkan kota dan permukiman. Hal itu telah terjadi di berbagai wilayah permukaan Bumi dan memakan korban yang tidak sedikit. Nyawa maupun harta.
Angin terbentuk karena adanya perbedaan suhu dan tekanan di berbagai wilayah permukaan Bumi. Sebenarnya ini sangat bermanfaat buat manusia. Di antaranya adalah untuk mendistribusikan suhu antara wilayah kutub dan daerah sepanjang katulistiwa. Ada perbedaan suhu sekitar 100° celsius di antara kedua wilayah itu, disebabkan pemanasan matahari sepanjang tahun.
Sebagaimana kita ketahui musim panas dan dingin berganti-ganti antara wilayah selatan dan utara. Ini dikarenakan kemiringan posisi Bumi terhadap matahari. Perbedaan suhu itu menimbulkan tekanan yang berbeda antara wilayah-wilayah tersebut. Dengan adanya angin, suhu atmosfer Bumi selalu dalam keadaan seimbang dan hangat, sesuai untuk berlangsungnya kehidupan. Jika tidak, akan menjadi masalah, yaitu terjadi penumpukan panas di daerah-daerah tertentu, dan lainnya akan bertambah dingin dari waktu ke waktu.
QS. Al Jaatsiyah (45) : 5
dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal.
QS. Al Baqoroh (2) : 164
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda bagi kaum yang memikirkan.
Perlu diketahui, perbedaan suhu 100° derajat antara kutub dengan katulistiwa itu sebenarnya bisa menyebabkan munculnya angin berkecepatan tinggi, sampai 1000 km per jam. Dan, pasti akan menimbulkan masalah besar buat manusia.
Akan tetapi kenapa tidak? Ternyata Allah mengendalikan agar tidak terjadi angin badai terus menerus. Caranya Allah menciptakan gunung-gunung dan lembah, sehingga angin menjadi terhalang dari pergerakan bebasnya. Bergerak lebih lambat mengikuti lekuk permukaan Bumi. Seandainya permukaan Bumi ini datar, bisa dipastikan manusia akan mengalami masalah besar disebabkan kecepatan angin yang demikian tinggi.
Ditambah lagi adanya perbedaan kondisi antara permukaan daratan dan lautan. Daerah di atas lautan lebih cepat mengalami perubahan suhu disebabkan oleh pantulan sinar matahari dari permukaan laut. Ketika siang hari, udara di atas lautan lebih cepat panas, sehingga angin akan bergerak ke daratan. Sebaliknya, pada malam hari udara di atas lautan lebih cepat dingin, sehingga angin bergerak dari daratan ke lautan.
Begitulah Allah nnengatur pergerakan angin, di antaranya, sangat bermanfaat untuk para nelayan yang ingin melaut dengan perahu layarnya. Malam hari mereka berangkat mencari ikan, dan esok harinya mereka pulang. Betapa besar nikmat Allah kepada manusia.
QS. Ar Ruum (30) : 46
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintahNya dan supaya kamu dapat mencari karuniaNya, semoga kamu bersyukur.
Dengan pergerakan angin yang demikian itulah Allah memberikan rezeki kepada para nelayan. Dan kemudian ikannya bisa kita nikmati, meskipun kita tidak mencarinya langsung dari lautan. Mudah-mudahan manusia bersyukur, begitu firman-Nya.
Sayangnya tidak banyak yang mau bersyukur. Sehingga Allah mengingatkan kepada kita agar tidak lupa atas perlindunganNya saat kita kritis di lautan lepas. Angin yang tadinya jinak, lembut dan membawa rezeki itu bisa saja lantas berubah menjadi ganas dan mengancam keselamatan kita. Menjadi angin topan bagi mereka yang tak pandai bersyukur atas segala nikmat yang diberikan.
QS.Al Israa' (17) : 69
atau apakah kamu merasa aman dari dikembalikanNya kamu ke laut sekali lagi, lalu Dia meniupkan atas kamu angin topan dan ditenggelamkan-Nya kamu disebabkan kekafiranmu. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun dalam hal ini terhadap Kami.
Di ayat yang lain, Allah juga bercerita bahwa angin itu sangat bermanfaat buat tumbuh-tumbuhan. Agar terjadi perkembangbiakan. Dan akhirnya untuk mencukupi kebutuhan manusia yang juga terus berkembang biak.
QS. Al Hijr (15) : 22
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukan kamu yang menyimpannya.
Namun bagi mereka yang tidak pandai bersyukur, angin pun bisa menjadi bencana bagi para petani. Atau bahkan bagi kita semua. Tanaman pangan yang kita harap-harapkan untuk dipanen pun hancur musnah diterpa bencana.
QS. Ar Ruum (30) : 51
Dan sungguh, jika Kami mengirimkan angin lalu mereka melihat (tumbuh-tumbuhan itu) menjadi kuning (kering), benar-benar tetaplah mereka sesudah itu menjadi orang yang ingkar.
QS. Fush Shilat (41) : 16
Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.
Jadi, kehidupan di Bumi ini memang butuh angin. Akan tetapi sekali waktu akan diporakporandakan oleh angin juga. Ada angin badai, angin topan, puting beliung, angin panas dan dingin, angin berdebu dan berbatu, dan berbagai macam angin lainnya. Bumi senantiasa diincar oleh bencana angin.
Prinsip dasar semua itu adalah keseimbangan alamiah di permukaan Bumi. Jika karena sesuatu hal tekanan udara di suatu wilayah jauh lebih tinggi dari wilayah di sekitarnya, maka bakal muncul angin yang kekuatannya seiring dengan besarnya perbedaan suhu dan tekanan di wilayah itu.
Jadi, ada beberapa faktor yang harus kita hindarkan, agar kita tidak sampai merusak keseimbangan mekanisme alamiah itu. Misalnya, jangan sampai kita berbuat kerusakan yang akan menjadi penyebab naiknya suhu atmosfer bumi. Seperti meningkatnya polusi dan gas-gas rumah kaca. Atau penggundulan hutan, merusak lapisan ozon, dan lain sebagainya.
Kenaikan suhu global itu akan menyebabkan perubahan tekanan udara, kecepatan angin, mekanisme hujan, dan proses-proses tertentu yang merusak keseimbangan. Akhirnya, kita sendiri yang bakal menuai akibatnya...
Bencana Penyakit
Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Penyakit menjadi salah satu bentuk bencana yang mengancam kehidupan manusia di muka Bumi. Dari tahun ke tahun kita melihat betapa penyakit mengalami perkembangan yang semakin menakutkan. Begitu banyak penyakit mematikan dalam skala massal yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari SARS, Flu Burung, AIDS, serangan hama tanaman, maupun pada hewan piaraan. Semua itu muncul seiring rusaknya tatanan keseimbangan mekanisme alamiah Bumi.
Dari semua jenis penyakit itu yang paling menakutkan adalah munculnya berbagai macam virus. Gejala penyebarannya sangat cepat, massal, dan sulit ditanggulangi. Karena virus sulit dimatikan, dan bisa bermutasi menjadi bentuk lain yang tak terduga.
Karenanya, kita selalu kecolongan. Penyakitnya sudah menyebar duluan. Sudah memakan korban banyak. Barulah kita kelabakan untuk mencari obat penawarnya. Dan ketika obat penawarnya sudah ditemukan, ternyata virus sudah merubah bentuk dan fungsinya.
Munculnya berbagai macam virus mematikan itu tidak lepas dari kondisi Bumi dan perilaku manusia yang semakin kacau. Sebagaimana yang terjadi pada flu, virus memang terbukti tidak pernah bisa dimatikan. Ia selalu muncul ketika daya tahan tubuh kita sedang menurun.
Jadi kunci utamanya adalah pada daya tahan tubuh alias imunitas kita sendiri. Padahan imunitas kita mengalami penurunan yang signifikan di abad modern ini. Penyebabnya adalah pola makan dan gaya hidup.
Pola makan yang jelek dan gaya hidup yang penuh tekanan bakal menyebabkan turunnya imunitas seseorang. Pada saat itulah virus-virus menyerang kita, dan kemudian sakit.
Penyakit yang menyerang kita secara massal itu menunjukkan bahwa terjadi sebuah kesalahan atau kelemahan yang bersifat sistemik. Bukan orang per orang. Banyak orang mengalami kondisi yang sama, disebabkan oleh menurunnya 'daya tahan' sistem dalam masyarakat kita, sehingga bencana penyakit itu menyerang secara massal.
Jika pada orang per orang yang mengalami sakit penyebabnya adalah buruknya pola makan dan pola hidup secara individual, maka penyakit massal ini pun sangat dipengaruhi oleh buruknya perilaku sosial dan pola makan sosial kita.
Ya, bencana penyakit yang mengincar masyarakat kita itu juga hanya bisa ditanggulangi oleh upaya membangun imunitas sosial yang tangguh. Lewat berbagai ibadah-ibadah sosial, di antaranya puasa dan zakat.
Jika tidak, maka bencana penyakit massal itu akan semakin meluas dan mengancam kehidupan masyarakat secara massal pula. Yang terjadi bukan hanya penyakit-penyakit fisik, tetapi lebih kompleks dari itu, berkombinasi dengan penyakit-penyakit sosial.
Sebagai contoh HIV-AIDS. Ini sebenarnya adalah penyakit kompleks kombinasi antara penyakit fisik dan perilaku. Jika kita hanya mengobati gejala fisiknya, tanpa mengobati perilaku masyarakat seperti narkoba dan seks bebas, maka penyakit ini akan terus menjadi bencana yang mengganas dalam kehidupan kita.
Jangan heran, setiap hari jumlah penderita HIV-AIDS ini semakin besar saja. Kita tangani satu, muncul puluhan penderita penderita lainnya. Bagaikan gunung es di lautan. Yang tampak hanya puncaknya yang kecil, padahal di bawah permukaan junnlahnya jauh lebih besar.
Bencana terus mengintai kehidupan kita. Kunci penanganannya kembali kepada perilaku kita sendiri. Karena semakin terbukti bahwa berbagai macam penyakit yang muncul itu sangat erat kaitannya dengan kualitas kepribadian seseorang.
Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Dr Masaru Emoto dari Jepang membuktikan bahwa energi negatif dari pikiran kita sendirilah yang meresonansi organ-organ tubuh kita sehingga menjadi sakit. Faktor luar seperti bakteri, virus dan kuman-kuman, hanyalah pelengkap saja. Semua itu tidak akan berdaya jika tubuh kita memiliki imunitas alias daya tahan yang tangguh.
Masaru Emoto sampai membuat tabel, hubungan erat antara sifat-sifat jelek dengan munculnya penyakit dalam diri kita. Di antaranya, dia menyimpulkan bahwa orang yang sakit liver itu ternyata disebabkan oleh sifat-sifat pemarah dan sulit memaafkan. Hati yang 'keras', ternyata menjadi penyebab liver kita sakit, dalam berbagai bentuk. Mulai dari hepatitis sampai pada kanker hati...
Bencana Sosial Politik
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17
Akhirnya, dari berbagai macam bencana yang mengancam manusia di muka Bumi ini, yang paling besar adalah yang datang dari sistem sosial politik. Inilah bencana abadi yang telah hadir di muka Bumi sejak manusia pertama diciptakan. Sejak Adam dan Hawa meninggalkan surga, dan kemudian terbentuk masyarakat kecil dalam bentuk keluarga, keturunan Adam - Qabil dan Habil - telah berebut kekuasaan atau peran sosial. Maka, darah pun tumpah untuk pertamakalinya di kalangan umat manusia.
Bencana akibat rebutan pengaruh sosial politik terus menggema hingga kini. Selama ribuan tahun manusia saling menyakiti, menumpahkan darah, dan membunuh serta menghancurkan satu sama lain. Bukan semakin surut, tapi semakin brutal dan massal.
Dulu, perseteruan Qabil dan Habil hanya menyebabkan satu orang tewas, yaitu Habil. Tetapi kini ribuan bahkan jutaan orang bisa tewas dalam sebuah peperangan berebut substansi yang sama, yaitu kekuasaan dan kepuasan egoistik.
Kemajuan peradaban dan teknologi manusia bukan hanya mengantarkan manusia pada kesejahteraan, tapi justru memiliki peranan sangat besar untuk menjadi mesin penghancur dirinya sendiri. Dulu dalam sebuah peperangan, sekali serang manusia bisa menghancurkan puluhan orang lainnya.
Kini, dengan menggunakan senjata penghancur massal manusia bisa menghancurkan sesamanya dalam jumlah ribuan kali lipat. Ratusan ribu jiwa atau bahkan bisa mencapai jutaan jiwa bakal melayang dalam sebuah serangan senjata kimia atau bom nuklir ke sebuah kota padat penduduk. Sungguh semakin mengerikan.
Tapi, potensi terbesar bencana kemanusiaan itu sebenarnya bukan pada kemajuan teknologinya itu, melainkan ada pada diri manusia sendiri. Ada di dalam hawa nafsunya. Mesin-mesin :perang dan berbagai macam kemajuan teknologi itu hanyalah salah satu bentuk saja dari nafsu membunuh dan menghancurkan, yang telah lama bersemayam di jiwa manusia sejak penciptaannya pertama kali.
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.
QS. Al Mukminuun (23) : 71
Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.
Begitulah, bencana terbesar sebenarnya adalah hawa nafsu yang telah bersemayam di dalam diri setiap orang. Sehingga Allah berfirman, andaikata kebenaran harus mengikuti hawa nafsu, maka bakal rusaklah langit dan bumi dan segala isinya.
Dan menariknya, prediksi bahwa manusia akan saling menumpahkan darah disebabkan oleh rebutan kekuasaan itu memiliki sejarah sama tuanya dengan sejarah penciptaan manusia sendiri. Hal itu telah dikemukakan oleh malaikat saat Allah memberikan informasi kepadanya bahwa Allah akan menciptakan pemimpin alias khalifah di muka Bumi.
QS. Al Baqoroh (2) : 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Coba cermati ayat di atas. Ada kaitan yang sangat erat antara 'kekuasaan' alias khilafah dengan 'membuat kerusakan' dan 'menumpahkan darah'. Itulah yang terjadi di sepanjang sejarah manusia. Bahkan juga di sepanjang sejarah kekhalifahan Islam sendiri. Antar umat Islam sampai saling membunuh demi kekuasaan. Sampai-sampai keluarga Rasulullah saw -cucu beliau- pun ikut menjadi korban pertarungan kekuasaan dan pamer keserakahan itu.
Ya, bencana terbesar atas diri kita sebenarnyalah berada di dalam diri kita sendiri. Di dalam keinginan-keinginan kita sendiri. Di dalam kehendak kita sendiri. Di dalam kebebasan kita sendiri.
Hawa nafsu manusia yang bersumber dari kehendak bebasnya melampaui besarnya planet Bumi. Bahkan melampaui langit, dan seluruh alam semesta. Sehingga Allah menggambarkan, kalau manusia dituruti terus hawa nafsunya, akan rusaklah seluruh langit dan bumi, dan segala isinya.
Dan bukan hanya besar melampaui alam semesta tetapi juga selalu mengarah pada kerusakan. Merusak diri sendiri. Merusak orang lain. Merusak masyarakat luas. Merusak lingkungan hidup. Dan merusak apa saja yang bersentuhan dengannya.
Begitulah sejak awal manusia diciptakan. Kecenderungan itu demikian kuat, seringkali mengalahkan akal sehat. Lawan hawa nafsu adalah akal sehat. Yang bisa memberikan pertimbangan-pertimbangan secara seimbang dan rasional.
Namun demikian, sejarah membuktikan, akal sehat pun seringkali kali kalah melawan hawa nafsu Maka Allah menurunkan petunjuk berupa agama. Agar manusia berlindung kepada Allah dari cengkeraman hawa nafsunya. Dari kekuasaan setan. Dari keinginan-keinginan bodoh yang menjerumuskan dirinya sendiri dan umat manusia.
Maka, sudah tak terhitung manusia telah menciptakan bencana bagi kehidupan manusia sendiri. Bunuh membunuh dan menumpahkan darah adalah 'hal biasa' dalam sejarah kemanusiaan. Sejak awal. Rebutan kekuasaan dan wanita menjadi komoditas sejarah yang paling menarik di muka bumi. Setan telah sukses menciptakan komoditas yang menjerumuskan manusia dalam pertarungan dan perpecahan dirinya sendiri.
Rebutan harta benda juga menjadi komoditas yang lain lagi, yang tak kalah serunya. Semua energi digunakan untuk memburu harta benda yang dikiranya akan memberikan segala kebahagiaan yang diinginkannya. Padahal setelah keinginan itu tercapai, ternyata dia tidak sempat menikmatinya, karena setan sudah menghasutnya lagi untuk berburu harta berikutnya.
Maka yang diperolehnya tak lain hanya sebuah fatamorgana. Kebahagiaan semu. Yang sesungguhnya terjadi adalah 'perburuan tanpa batas' atas yang kita sebut kebahagiaan. Lantas kita korbankan semuanya untuk mengejar fatamorgana itu. Kita tumpahkan darah saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita, keluarga dan anak cucu kita, bangsa dan seluruh umat manusia. Muncullah BENCANA..!
Bencana itu lantas berubah menjadi apa saja. Menjadi perang saudara. Menjadi fitnah-fitnah. Menjadi perkosaan dan pelecehan sosial. Menjadi kesombongan dan arogansi. Menjadi penjajahan ekonomi. Menjadi pemusnahan budaya. Menjadi penindasan atas yang lemah. Bahkan penghancuran bangsa oleh bangsa...
Kita lupa bahwa penghancuran akan menuai penghancuran berikutnya. Pembunuhan akan memunculkan pembunuhan berikutnya. Caci maki akan diikuti caci maki berikutnya. Fitnah pun bakal berbuah fitnah. Dan begitulah selanjutnya. Bencana bakal menimbulkan bencana..
Maka, jadilah umat manusia di muka Bumi ini terjebak dalam lingkaran setan, yang memang diciptakan oleh bangsa setan. Agar manusia kesetanan dan kemudian menjadi pengikut setan. Dan kemudian menjadi setan yang lebih setan daripada setan yang paling setan...
Ya, manusia telah menciptakan bencana bagi dirinya sendiri. Karena pekerjaan setan itu tidak lain hanyalah membawa kita kepada azab dan bencana.
QS. An Nahl (16) : 63
Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.
Maka sungguh bencana selalu mengintai kehidupan manusia di muka Bumi dari segala penjuru. Dari lingkungan hidupnya. Dari angkasa luar. Dari dalam perut Bumi. Dan dari perbuatannya sendiri yang dituntun oleh kebodohan hawa nafsunya...
Lantas, kapan dan bagaimana kita bisa selamat dari semua potensi bencana itu? Jawabnya adalah, kembali kepada keseimbangan alam yang telah diciptakan oleh Sang Pencipta...
Keseimbangan adalah fitrah alam. Termasuk diri kita pun diciptakan oleh Allah dalam keseimbangan. Siapa yang menabrak keseimbangan itu ia sedang menyiapkan bencana di masa depannya. Baik untuk dirinya sendiri mau pun orang lain yang ada di sekitarnya...
QS.Al Mulk (67) : 3
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
QS. Infithaar (82) : 7
Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang.
Kalau pun bencana masih juga mengenai kita, maka orang yang beriman selalu mengembalikan semua yang diterimanya kepada Allah Sang Maha Bijaksana. Pasti di dalamnya ada hikmah, yang kita bisa memperoleh pelajaran darinya...
QS. Az Zukhruf (43) : 56
dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.
Bencana Nabi Nuh
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh
Kepada kaumnya (dengan memerintahkan):
"Berilah kaummu peringatan sebelum
Datang kepadanya azab yang pedih".
QS. Nuh (71) : 1
NABI NUH, dikenal dengan bencana banjir bandangnya. Inilah banjir terbesar yang pernah terjadi di muka Bumi. Digambarkan gelombang air bah itu sampai setinggi gunung. Sehingga Kan'an, anak nabi Nuh yang dicap kafir dan berusaha menyelamatkan diri ke puncak bukit pun dilibas oleh gelombang setinggi gunung itu. Umat nabi Nuh semuanya binasa, termasuk istri dan anaknya. Yang selamat hanyalah beberapa orang yang jumlahnya tidak banyak. Beserta beberapa pasang binatang yang sengaja dibawa.
Cerita tentang nabi Nuh itu panjang lebar difirmankan Allah di dalam Al Qur’an agar kita bisa mengambil pelajaran dari padanya.
QS. Al Ankabuut (29) : 14-15
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.
Dalam ayat tersebut Allah memang menyebut bencana itu sebagai banjir besar. Dan seluruh umat kafir pada waktu itu ditenggelamkan, tanpa tersisa. Kemudian perahu nabi Nuh mendarat di sebuah puncak bukit bernama Judi.
Besarnya banjir pada waktu itu ditandai oleh beberapa kejadian, di antaranya adalah gelombang yang menggunung. Yang ke dua digambarkan Kan'an lari ke puncak gunung. Yang ke tiga, nabi Nuh diperintahkan untuk membawa serta binatang berpasang-pasangan. Artinya, bukan hanya manusia yang mengalami kebinasaan pada waktu itu, melainkan juga binatang-binatang, dalam wilayah yang sangat luas. Sehingga dikhawatirkan tak ada kehidupan yang tersisa.
QS. Huud (11) : 42-43
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
QS. Huud (11) : 40
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
Begitulah Allah memusnahkan kaum Nuh disebabkan oleh kedurhakaan mereka. Padahal nabi Nuh mencoba menyadarkan umatnya dalam kurun waktu yang panjang. Digambarkan oleh Al Qur’an usia nabi Nuh adalah seribu tahun kurang lima puluh tahun. Alias 950 tahun. Jika tugas kerasulan itu dimulai usia 40 tahun, maka masa kerasulan beliau adalah 910 tahun. Sungguh waktu yang sangat panjang.
Akan tetapi umat nabi Nuh tergolong bandel. Bahkan kemudian mereka lebih berani dalam menentang tugas kerasulan beliau. Mulai dari mengejek, mencaci maki, sampai pada mengancam secara fisik. Hal itu digambarkan oleh Allah dalam beberapa ayat yang cukup jelas memberitakan peristiwa itu.
QS. Huud (11) : 32
Mereka berkata: "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
Awalnya, masih bisa diajak diskusi dan berdebat tentang kebenaran risalah yang dibawa nabi Nuh. Akan tetapi lama kelamaan mereka tak mau lagi mendengarkan nasehatnya. Bahkan menantang untuk didatangkan azab.
Nabi Nuh masih berusaha untuk bersabar. Akan tetapi mereka semakin brutal. Dan mengancam akan menyiksa secara fisik dengan cara merajam, yaitu hukum mati dengan cara melempari batu. Maka nabi Nuh pun mengadu kepada Allah. Mereka sudah sangat membahayakan dan melampaui batas.
QS. Asy Syu'araa' (26): 116-118
Mereka berkata: "Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam".
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mu'min besertaku".
Itulah keputusan final yang diambil oleh nabi Nuh. Setelah sekian lama berusaha menyadarkan mereka, namun tak memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Bahkan semakin jauh. Maka, tak ada jalan lain lagi kecuali membuat keputusan tegas. Beliau memohon kepada Allah agar diturunkan ketetapan yang bersifat final. Serta menyelamatkan orang-orang yang sudah beriman, bersama nabi Nuh. Karena situasinya semakin tidak kondusif dan membahayakan.
QS. Al Mukminuun (23) : 26
Nuh berdo'a: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku."
Sehingga di ayat lain, digambarkan nabi Nuh pun akhirnya menantang orang-orang kafir yang menentangnya. Jika memang mereka mau menangkap dan merajamnya, silakan dilakukan secara terbuka. Tidak usah bermain tipu muslihat. Terang-terangan saja. Nabi Nuh dan pengikutnya siap menghadapi.
QS. Yunus (10) : 71
Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan sekutu-sekutumu. Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
Dalam kondisi genting itulah Allah memerintahkan kepada nabi Nuh dan umatnya untuk membuat perahu besar. Allah mewahyukan bakal terjadi banjir bandang yang akan membinasakan orang-orang kafir semuanya. Termasuk anggota keluarga nabi Nuh yang durhaka, yaitu istri dan anaknya, Kan'an.
Maka orang-orang kafir seperti memperoleh bahan ejekan baru, karena nabi Nuh membuat perahu besar. Padahal tempatnya jauh dari laut.
QS. Huud (11) : 38
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek.
Karena kedurhakaan dan kekafiran mereka itu, sampai-sampai terlontar kalimat doa dari bibir nabi Nuh agar mereka dimusnahkan saja, seluruhnya. Jangan sampai ada yang tertinggal. Beliau rupanya sudah menyimpulkan bahwa mereka adalah umat yang tidak bisa diperbaiki lagi. Buktinya, diajak pada kebaikan selama lebih dari 900 tahun tidak juga sadar. Tak ada gunanya lagi dipertahankan.
QS. Nuh (71) : 26
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
Begitulah, umat nabi Nuh dibinasakan oleh Allah akibat perbuatan mereka sendiri. Tak ada yang tersisa. Kecuali orang-orang yang beriman, yang menumpang perahu besar bersama nabi Nuh.
QS. Asy Syu'araa' (26) : 119
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan.