Maka masing-masing Kami siksa
disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan
batu kerikil dan di antara mereka ada yang
ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di
antara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang
Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
tidak hendak menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri.
QS. Al Ankabuut (29) : 40
Indonesia telah menjelma menjadi negeri bencana. Betapa tidak. Dalam kurun waktu yang relatif singkat, negeri ini dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan korban ratusan ribu jiwa dan harta benda yang tiada terkira. Mulai dari gempa dan tsunami Aceh di akhir tahun 2004, disusul ancaman gunung Merapi, disusul lagi gempa dan tsunami di Yogyakarta, diteruskan dengan banjir bandang di berbagai wilayah Indonesia, meluapnya Lumpur di Sidoarjo, dan sejumlah gempa lainnya di berbagai kawasan. Ada apa dengan Indonesia?
Sebagian kawan berpendapat bahwa Indonesia sedang diperingatkan oleh Allah agar segera menyadari berbagai kesalahan yang telah kita perbuat. Mulai dari korupsi, mafia peradilan, penyalahgunaan kekuasaan, pornografi, perjudian, narkoba, pelacuran dan berbagai penyimpangan seksualitas, serta segala jenis kemaksiatan lainnya.
Allah masih menyayangi kita, katanya. Karena itu DIA mengingatkan agar kita segera kembali. Perbaiki diri dan kehidupan kita secara keseluruhan agar menjadi masyarakat yang adil dan makmur dalam Ridha Allah. Sebagaimana dicantumkan oleh pendiri negara ini dalam pembukaan Undang Undang Dasar kita...
Sementara itu, sebagian kawan yang lain berpendapat bahwa bencana-bencana yang kita alami ini tak ada kaitannya dengan murka Allah. Ini semata-mata adalah konsekuensi logis dari wilayah Indonesia yang berada di pertemuan lempeng-lempeng Bumi, Eurasia, Australia, dan Pasific.
Karena berada di pertemuan tiga lempeng besar itu, maka wilayah Indonesia menjadi tidak stabil. Sehingga gampang terkena gempa tektonik. Dan juga banyak memiliki gunung-gunung berapi aktif.
Namun, kawan yang lain bertanya lagi, meski pun Indonesia berada di dalam kawasan aktif, kenapa bencana itu datang bertubi-tubi akhir-akhir ini. Kenapa dulu tidak segencar ini?
Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan segala macam perbuatan kita yang semakin tidak tahu diri. Yang manakah yang harus kita ikuti sebagai kepahaman atas segala yang terjadi?
Sebenarnyalah Indonesia adalah negeri bencana. Setiap tahun Indonesia selalu ditimpa bencana sebanyak ratusan kali di seluruh wilayahnya. Hanya saja, karena tidak diinventarisasi, menjadi tidak ketahuan dan tidak kelihatan.
Menurut laporan WALHI, antara tahun 1998 sampai dengan 2003 saja, Indonesia diterpa bencana sebanyak 647 kali. Sebagian besarnya adalah banjir dan tanah longsor. Masing-masing sebanyak 302 kejadian banjir dan 245 tanah longsor. Tersebar di dalam wilayah yang sangat luas, mulai dari kota-kota di pulau Jawa, kalimantan, Sumatera, Nusa tenggara sampai Maluku.
Bencana pada urutan berikutnya adalah angin topan sebanyak 46 kali, gempa bumi 38 kali, dan gunung berapi 16 kali. Seluruh bencana itu memakan korban jiwa sebanyak lebih dari 2.000 orang. Dan kerugian material ratusan miliar rupiah. Belum lagi sepanjang tahun 2003 dan 2004, ratusan bencana lagi yang menimpa negeri ini.
Dan puncaknya terjadi di akhir tahun 2004 sampai 2006. Indonesia dihantam oleh berbagai bencana beruntun dengan skala yang jauh lebih besar dari sebelumnya berupa tsunami, gempa bumi, gunung berapi, banjir bandang, luapan Lumpur, dan tanah longsor. Korbannya melonjak menjadi ratusan ribu orang, dengan kerugian material triliunan rupiah.
Sebenarnya, kita paham bahwa bencana alam adalah bagian dari kehidupan manusia di muka bumi. Sebagaimana telah kita bahas di bagian sebelumnya, bahwa bumi kita ini setiap harinya diincar oleh bencana dari segenap penjuru. Dari angkasa, dari perut Bumi, dari lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, kita menjadi bertanya-tanya kepada diri sendiri, kenapa ini tidak henti-hentinya menghantam kita. Dan, semakin lama semakin besar skalanya. Apakah tidak ada yang salah dengan kita? Bukankah Allah memotivasi kita untuk selalu mengambil pelajaran dari berbagai kejadian yang menimpa kita?
QS. Az Zukhruf (43) : 55-56
Maka tatkala mereka membuat Kami marah, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya,
dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.
Sebagian kita mengatakan bahwa bencana itu ada yang bisa di-manage dan dikendalikan. Sedangkan sebagian yang lain lagi tidak bisa kita kontrol. Di antara yang bisa kita kontrol itu adalah banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, dan kekacauan musim. Sedangkan yang tidak bisa kita kontrol adalah gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan angin topan.
Nah, ternyata berbagai bencana yang menimpa negeri ini sebagian besarnya adalah bencana-bencana yang seharusnya bisa kita kontrol dan dimanajemeni. Ya, 85% bencana di Indonesia adalah disebabkan oleh salah urus, korupsi, keserakahan, dan perusakan lingkungan. Hanya 15% yang di luar kontrol manusia. Itu pun sebenarnya, tidak sama sekali terlepas dari perilaku manusia dalam memanajemeni planet Bumi ini.
Kalau kita mau, Indonesia bisa mengontrol dan menekan sebagian besar bencana yang akan terjadi di tahun depan. Atau pun di tahun-tahun mendatang dengan menerapkan manajemen pengelolaan bencana secara maksimum. Sayangnya, banyak di antara kita yang tidak mau. Terutama mereka yang berada di lingkaran strategis pembuat keputusan.
Kalau rakyat sih pasti mau. Karena kitalah yang selama ini menjadi korban atas keserakahan beberapa gelintir orang itu. Kuncinya, hanya ada pada beberapa orang raja. Maka merekalah sesungguhnya yang paling bertanggungjawab atas bencana-bencana itu.
Jika tidak segera diatasi, bencana-bencana ini akan semakin membesar skalanya. Baik tingkat kerusakan, maupun luas wilayahnya. Dan tentu, korbannya akan semakin besar. Jiwa maupun kerugian material. Sungguh Allah tidak suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan.
QS. Asy Syu'araa' (26) : 183
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;
Kita harus segera menghentikan rentetan bencana di negeri ini. Allah telah menunjukkan caranya yaitu segera hentikan berbuat kerusakan. Saya kira di abad modern ini kita sudah tahu bahwa kerusakan lingkungan hidup bakal menjerumuskan kita semua kepada bencana.
Yang paling parah adalah perusakan hutan habis-habisan. Yang ke dua adalah penambangan liar dan lepas kontrol. Yang ke tiga, polusi alias pencemaran gila-gilaan, baik di perairan, daratan maupun udara. Ke empat, adalah tataguna dan tata kelola ruang perkotaan atau pedesaan. Dan yang terakhir, perbaiki akhlak bangsa ini agar menyembah dan mentaati petunjuk-petunjuk Allah.
Jika tidak, bangsa Indonesia akan semakin sulit untuk lepas dari terpaan bencana bertubi-tubi. Dulu dililit bencana penjajahan. Lantas berganti dengan bencana politik. Dilanjutkan dengan bencana ekonomi. Dan kini dihajar dengan bencana alam.
QS. Al A'raaf (7) : 56
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ayat di atas mengajarkan kepada kita agar kita segera menahan diri untuk terus berbuat kerusakan. Karena sebenarnya, Allah sedang mengembalikan lingkungan hidup kita dalam keseimbangannya kembali. Berdoalah kepada Allah dengan penuh harap. Maka Allah akan segera melepaskan kita dari bencana bertubi-tubi ini, asalkan kita memperbanyak berbuat kebajikan. Yaitu memperbaiki akhlak bangsa ini dan bekerja keras untuk memanajemeni lingkungan yang sudah amburadul...