Thursday, May 10, 2007

Ghost in The Machine

Pernah nggak kepikiran apa yang menyebabkan kita merasa "tertarik" pada "sesuatu" setelah mata kita dihujani pantulan kemilau cahayanya. Sebenarnya ini hal yang lumrah karena dari dulu, sejak SMP atau SMA (jurusan IPA), prinsip-prinsip dasarnya sudah diajarkan sebagai fenomena cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda. Istilah kerennya Black Body Radiation (BBR). Meskipun istilah BBR diungkap-kan sejak Max Planck merumuskan teori kuantum, tetapi fenomena bagaimana kita melihat dengan bantuan cahaya sebenarnya sudah di kenal sejak zaman Mesir Kuno yang dulu menyembah Matahari.

Satu2nya alasan kalau orang mesir Kuno pernah menyembah matahari juga dikait-kan dengan kekuatan spektrum-spektrum cahaya tampak yg jatuh pada benda dan memantul ke arah retina mata kita sehingga kita bisa melihat "botol", "buku", "tulisan", "intan" dan lain sebagainya.

Yang paling elok tentunya pantulan cahaya pelangi, cahaya gemerlap di prisma yang dipake Newton untuk meneliti perilaku cahaya, sampai yang dipendarkan intan berlian dan bisa memunculkan hasrat tak tertahankan dalam diri manusia, bahkan sampai bunuh-bunuhan pun mau dilakukan. Intan dalam bentuk manusia, tentunya wanita yang cantik molek yang bisa membuat raja-raja dan pangeran semaput sampai berperang seperti dilukiskan dalam film Troy. Itu semua ter-nyata gara-gara cahaya yang dipantulkan dari obyek yang mematuhi hukum BBR. Gimana wujud sebenarnya dari obyek tersebut? Wallahu alam kita nggak tahu persis. Mungkin sesuai dengan warna aslinya , mungkin justru bertolak belakang atau SERBA TERBALIK (hiiiiiii... ) .

Semua kekuatan Sinar Mentari nampaknya diketahui betul oleh orang Mesir Kuno sebagai suatu kekuatan yang luar biasa. Tidak heran kalau di Mesir, dan beberapa kawasan lain yang nampaknya dipengaruhi bangsa Mesir Kuno, terjadi pemujaan terhadap Matahari (Dewa Ra).

Di bagian lain, ada juga yang lebih mempercayai cahaya yang lebih terasa me-nyengat dan membara dikit yaitu api seperti di Persia yang memunculkan agama Zoroaster dengan ungkapan tertingginya Ahura Mazda. Ungkapan ini anehnya justru mendewakan tuhan yang feminim karena sebab-sebab yang berkaitan dengan kemampuan Wanita menjadi medium penciptaan dengan beranak pinak.Sampai hari ini, pengaruh cahaya matahari yang menampilkan bayangan bentuk benda, bentuk sosok wanita, bentuk perhiasan sprti berlian, mobil, rumah, binatang piaraan,makanan, minuman sampai sandal jepit, sebenarnya terlihat seperti itu oleh mata kita karena sebab-sebab yang terjadi pada hukum pemantulan cahaya yang ukurannya tertentu. Nah, cahaya yang dipantulkan ini nampaknya secara langsung mempengaruhi hawa nafsu kita. Contoh gamblangnya kalau sampeyan melihat cewek/cowok kinyis-kinyis dengan belahan dada dan paha sedikit terbuka sampe terbuka pisan, atau mobil kluaran baru pastilah (sebagian besar) pada ngiler sampe ngeces, dan suatu hasrat misterius menggelorakan darah kita, adrenalin kita, trus menyodok perut sampai muncul mual2, lantas masuk ke dada yang kemudian ber-asa menjadi sesak, lalu mengalir ke ubun-ubun sampai kepala nyut-nyutan dengan tak lepas membayangkan gambaran indah "kapan ya bisa punya yang seperti itu?". Nah kalau sudah begitu, hati-hatilah jaga pandangan Anda karena kelak bisa membuat Anda tergelincir berbuat maksiat hanya gara-gara dipicu oleh pantulan cahaya dari cewek/cowok cakep atau cat mobil keluaran baru, yang rupa aslinya kita nggak tahu.

Melihat sesuatu menjadi benda sebenarnya kita melihat dengan hijab. Hijab itu formalnya adalah simbol, bilangan dan abjad-abjad, yang secara psikologis menampilkan gambaran realitas maya di korteks selebral otak kita. Film kehidupan diputar di sono sebagai film yang terus-menerus diputar sepanjang usia kita, merekam apa saja sampai sekecil-kecilnya.

Film yang merekam semua tindakan kita adalah komposisi bit-bit yang kita susun berdasarlan respon akhlak dan perilaku kita terhadap cahaya yang masuk ke retina dan diolah di bagian otak kita. Kalau otak kita tidak menyambung dengan bagian dalam kita, yaitu hati sebagai sumber yang sebenarnya menyatukan realitas kehidupan kita karena erat kaitannya dengan medan gravitasi dan juga menyatu dengan munculnya Sang Waktu, maka gambaran yang dinyatakan akan di-pengaruhi oleh interaksi cahaya yang kita terima saja lengkap dengan kontaminasi-nya. Dan tentunya interferensinya dengan sumber-sumber cahaya atau sumber-sumber api lain di luar diri kita yang sering disebut makhluk halus sebangsa jin, iblis, setan, wewe gombel, kuntilanak sampai laler ijo.

Kalau ini terjadi, panas tubuh kita tiba-tiba sedemikian mudah menjalar, meledak, dan tumpah menjadi berbagai rupa kelakuan yang buruk. Yang paling buruk adalah ketika akal pikiran menjadi buntu trus buta dan akhirnya rusak alias gila, baik secara ruhaniah maupun gila beneran. Kalau akal buta maka manusia pun seperti zombie saja, cuma berjalan sekedar saling memakan antar sesamanya. Itulah pengaruh cahaya yang kita terima dalam keadaan biasa.

Nah, skarang dengan zaman digital dan semua tampilan virtual bisa ditampilkan dimana-mana, sumber cahaya yang bisa merusak pandangan mata, akal pikiran dan hati ternyata muncul darimana-mana, baik di kantor dengan komputer kita, baik di jalan dengan PDA dan handphone kita yang sudah multimedia, bahkan tanpa sadar di hadirkan dari sisi yang dikira paling aman, yaitu dari RUANG TAMU ATAU RUANG KELUARGA RUMAH KITA yang setiap hari menayangkan iklan-iklan yang merayu-rayu, film2 yang dibilang lucu tapi nggak lucu, sinetron terbaik ternyata ceritanya ngawur dan bahasanya sembrono, berita yang membuat miris karena sengaja buat ngejar peringkat prime time, dan acara-acara lainnya yang justru semakin memperparah kondisi jiwa dan raga kita.

Iblis dan setan pun sebenarnya dengan mudah mempunyai medium dan sarana yang canggih, melalui personal device kita, TV, Film, bioskop, dan tayangan lainnya. Di televisi kondisinya makin parah, suku-suku Yakjuj dan Makjuj pun turun dari tempat-tempat tinggi imajinasi manusia, menghadirkan hiburan yang mencekoki mata kita, menumpulkan otak, membutakan hati, meningkatkan hasrat keinginan2 yang ngak perlu dan akhirnya kiamat yang real pun tiba. Saat itu mungkin kita masih bengong di depan TV menunggu infotainmen terbaru sambil bengong membayangkan seandainya.. ...seandainya. ... seandainya.. .. Ghost In The Machine memang Real bukan Fiksi lagi. Jadi jagalah keluarga Anda dan diri Anda sendiri supaya tidak dikadalin gerombolan cahaya virtual yang muncul dari Ghost InThe Machine (TV) yang Anda pelihara di rumah Anda atau di kamar-kamar Anda. Achtung!!!

Fenomena Dajjal

Wa Nafsi
Cahaya yang sampai di hexel-hexel (hexagonal pixel) retina mata kita sebenarnya cahaya yang dipantulkan oleh benda lainnya yang memenuhi hukum Black Body Radiation. Setiap foton cahaya adalah suatu zarah yang memuat informasi sebagai kadar yang ditanggungnya yang sesuai dengan komposisi rapat masa tertentu sehingga ia bisa ditarik oleh mata kita yang mengandung kekuatan Wa Nafsi yang muncul dari Qalb. Ketika foton yang dipantulkan suatu benda jatuh di retina, secara langsung foton-foton ini membangkitkan energi panas yang muncul karena gesekan antara materi di jasad kita dan karena adanya energi yang muncul dari hasrat Tuhan yang dinyatakan dari Qalb.

Energi itulah yang disebut sebagai Wa Nafsi yang mempunyai potensi baik atau buruk (QS 91:7-10) tergantung bagaimana kita mengolahnya dan bagaimana kita mengatur asupan energi lainnya ke dalam tubuh kita berupa makanan dan minuman, serta energi yang digunakan untuk memperoleh makanan dan minuman itu (cara kita mendapatkan makanan dan minuman tersebut)

Komplemen atau pasangan Wa Nafsi adalah Athmaan yang mensinkronkan Wa Nafsi dengan sumber asal cahayanya baik dari sumber eksternal (matahari) maupun internal (bisikan hati, mintalah fatwa dari hatimu adalah hadis yang menjelaskan hal ini). Athmaan inilah yang dimaksudkan sebagai graviton oleh Einstein. Athmaan dan Wa nafsi berinteraksi sedemikian rupa sehingga muncul Chemical God yang mengaktualkan energi menjadi gambaran realitas yang berubah yaitu Waktu yang menyimpan kesejarahan kita sebagai makhluk berpikir dan mampu memaknai. Bayang-baynag realitas maya pun kemudian tampil bagai-kan film di korteks selebral kita. Lalu kitapun merasa ada.

WaktuDengan lahirnya Sang Waktu dan Realitas Materialistik yang bisa dipikirkan dan dirasakan ada, maka setiap makhluk dibatasi oleh siklus yang mengikuti keseimbangan dinamis dalam sistem kehidupannya yaitu siklus kelahiran, kehidupan, kematian dan kehidupan setelah alam dunia fisikal (akhirat). Waktu yang nyata kita lihat dan kita ukur dengan satuan 24 jam sehari semalam, satu jam 60 menit, satu menit 60 detik, satu detik 1000 mikro detik sebagai proses terkecil, sebenarnya tidak real karena dilogikakan dari kekurangan kita yang tak bisa melihat dan membuat bentuk sempurna (misalnya lingkaran).

Waktu yang kita kenal sekarang ini dan disebut sebagai waktu nyata meskipun relatif menyimpan akumulasi dari masa lalu dan masa depan yang akhirnya muncul sebagai masa kini dari superposisinya di dalam celupan ilahiyah yang kita sebut ilmu pengetahuan tauhid dalam koridor jumlahan sejarah atas semua ketentuan, lokasi, pelaku dan masa kejadian atau peristiwanya.

Dasar-dasar yang menyatakan peristiwa karena itu bergantung pada penentuan lokasi, tempat, nama dan waktu kejadiannya dalam lingkungan yang bebas tapi terbatas (sebatas 0-9,a-z,alif- ya, dan sistem huruf lainnya). Dan karena itu pula, kita bisa belajar dari masa lalu, memproyeksikan masa depan sebagai idea imajinal atau cita-cita yang diinginkan, kemudian di tarik ke masa kini sebagai titik tolak pelaksanaan. Dengan kata lain, kitab-kitab yang meramalkan masa depan sebenar-nya BUKAN MERAMAL tetapi ACTION PLAN dengan Idea Imajinal yang hendak dinyatakan oleh kita. Manusia nampak bisa meramal sebenarnya belajar dari kebiasan-kebiasaan yang muncul dari dunia nyata dengan simbologi-simbologi yang ditentukannya menjadi suatu siklus, kebiasaan dan kemudian dirumuskan menjadi hukum-hukum alam atau penafsiran-penafsiran lainnya misalnya horoskop dengan tanggal kelahiran, horoskop dengan nama Anda dll.

Contoh demikian sebenarnya tersirat dalam kisah Nabi Yusuf a.s yang menafsirkan mimpi Raja Mesir. Kisah Yusuf a.s sebenarnya ungkapan yang menyatakan siklus kejadian yang sering muncul dalam suatu lokasi misalnya banjir Sungai Nil dengan periode tertentu, jadi ia berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan alam. Akan tetapi kapan kejadiannya sebenarnya tidak diketahui dengan persis karena pengetahuan kita muncul dari ketidaksempurnaan kita. Namun apa yang akan terjadi, peristiwa apa yang akan terjadi selama siklus tertentu sebenarnya bisa diperkirakan termasuk dampak-dampaknya dan cara menanggulanginya seperti solusi yang diajukan Nabi Yusuf a.s untuk menafsirkan mimpi sang raja (mimpi sang raja sebenarnya kiasan untuk mimpi dengan hawa nafsu yang menyampaikan ilham dari Allah, Cuma karena dominasi nafsu manusia sangat kuat seringkali gambaran mimpi menjadi begitu aneh). Dalam masa modern, kebiasaan yang muncul sebagai siklus akhirnya muncul sebagai hukum-hukum alam dengan penisbahan pada penemunya atau mereka yang menelitinya misalnya teori gelombang harmonis dll. Bisa kebayang-kan kalau orang tidak sadar lingkungan?

Yang Tersurat & Tersirat
Ketika seseorang mulai memicu kesadarannya dengan Idea Imajinal, maka ia sebenarnya sedang menafsirkan gerak-gerik Wa Nafsi-nya yang menjadi gangguan dari ilham Tuhan yang abadi (yaitu Pesan CintaNya, EROS) yang muncul dari hati atau dari luar (dengan melihat fenomena alam), yang ingin menyatakan hasrat ideal atau cita-cita yang bisa dijangkaunya dan bisa dipahaminya sesuai dengan wa-nafsi yang diolahnya (dan karena itu cita-cita ini bergantung pada pendidikan orang tersebut atau lingkungannya atau yang diinginkannya sendiri sebagai ilham atau sama sekali tidak mempunyai cita-cita khusus tetapi menjalani takdir apa adanya saja, atau sekedar menggenapi takdir yang ditentukan Tuhan saja).

Misalnya, orang bercita-cita jadi insinyur maka ia sebenarnya telah menetapkan Idea Imajinal dengan wa Nafsinya sehingga dalam masa hidupnya setiap gerak geriknya sebenarnya suatu proses pembangunan cita-cita yang memerlukan konsistensi untuk menjalaninya atau istiqomah. Kalau Wa Nafsinya ini tak dikendalikan maka Idea Imajinal itu bisa menimbulkan berbagai hal yang merugikan dirinya, jadi ia bisa menjadi manusia yang menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya itu. Ini adalah manusia yang terpenjara oleh hawa nafsunya. Meskipun orang mungkin tidak mencapai apa yang diinginkannya, Action Plan sebenarnya telah disuratkan sejak awal mulanya karena adanya faktor pewarisan dari penciptaan dirinya.

Sang Pewaris yang murni terilhami oleh Pesan Tuhan yang kelak menjadi Wahyu Yang Diwahyukan adalah dia yang kelak menerima apa yang telah ditakdirkan padanya sebagai Kodrat Ciptaan. Sedangkan yang mewarisi akan dinyatakan melalui pengemban amanat penciptaan yaitu "Ibu atau kaum wanita yang melahirkan" dengan pasangannya sebagai suaminya (Adam dan Hawa). Dari pasangan suami dan istrilah berbagai format bentuk manusia kemudian dihadirkan dengan kadarnya masing-masing dengan suatu proses dimana anugerah Cinta Tuhan dinyatakan. Si baik dan si buruk pun akhirnya bisa muncul dari satu rahim yang sama, sesuai dengan potensi laten yang diwarisi dari pihak Ibu dan bapak, dan sesuai dengan bagaimana pendidikan dan interaksinya dengan lingkungan dilakukan, khususnya dengan pengelolaan Wa Nafsi dirinya.

Setiap takdir yang tersurat pada setiap manusia sebenarnya mengemban amanat Tuhan untuk menampilkan Kemahagungan dan Kemahaindahan Tuhan (Cinta Ilahi) dengan memberikan kemampuan terbatas tapi memadai untuk dikembangkan mulai dari titik "sadar", mengenalNya, patuh, dan sampai kepadaNya. Dan untuk menunjukkan KemahaberilmuanNya Tuhan tidak menciptakan makhluk yang wujudnya serupa di tatanan materialistik yang bisa kita lihat, bisa kita rasakan, dan bisa kita sadari bahwa Dia Maha Berilmu. Sedangkan ditatanan esensial, semua makhluk asal muasalnya sama yaitu bayangan DiriNya yang menyaksikan ke-Esa-anNya (Qs 7:172) sebagai Jiwa Yang Satu (Qs 6:98). Kalau tidak demikian, Tuhan kita menjadi tidak Rabbul ‘Aalamin dan kekurangan ilmu. Dalam menciptakan makhluk dengan tatanan yang bertingkat, Tuhan memang menyisipkan perintah-Nya yang kemudian menyebutkannya sebagai Ruh ‘Amrina, Dia memang meng-hitung segala sesuatu satu demi satu (Qs 72:28) dan menuliskan kode penciptaan dengan filosofi algoritma genetik,

“Tulis sekali saja, selanjutnya biarkan semua berkembang sesuai dengan Pesan-pesan Tuhan yang dipahami manusia sebagai makhluk yang menanggung amanat penciptaan untuk Wushul atau sampai kepadaNya dengan potensi yang dikembangkannya masing-masing” .
Proses demikian selama kesejarahan manusia akan terus berlangsung sampai terjadi suatu titik temu yang aktualitasnya atau kejadiannya sesuai dengan kemunculan kekuasaan mutlak Tuhan yang tak bisa dicegah dan tidak pandang bulu karena ketidak sempurnaan manusia yang tidak menyelaraskan diri dengan hasrat, keinginan, dan kehendak Tuhan.

666 & Dajjal
Jadi, penyimpangan dari kondisi awal mula yang dinyatakan dengan Kun fa Yakun dan Basmalah untuk mengaktualkan Jamal dan Jalal Allah bisa menyimpang dari tujuan semula karena hukum-hukum yang sekarang ini dipahami manusia dimulai dari kondisi kaotik dan fraktal yang sifatnya "pendekatan diskrit", akumulatif, eksponensial, logaritmik dan mengandung ketidaksempurnaan yaitu 1/6 (0,666667).Orang zaman dulu dengan keterbatasannya akal pikirannya dan kisruhnya nafsu dirinya mengira ketidak akuratan ini kesialan dan dinisbahkan sebagai SETAN atau simbol mata dajjal 666 (bentuk lingkaran dengan 3 garis atau seperti bentuk kipas turbin). Ketika menafsirkan bola mata dajjal ini manusia berbeda-beda memaknainya, dan lahirlah banyak agama dan kepercayaan. Nabi Muhammad Saw memahami hal ini dengan hawa nafsu yang lebih terkendali sehingga ketika Pesan Tuhan yang menjelaskan bahwa manusia tidak sempurna dipahami, yang muncul adalah ungkapan Wahyu supaya manusia jangan melampaui batas Al-Mizan (QS 55: dan Kesadaran Atas Waktu untuk bersabar dan saling menasihati di dunia yaitu QS 103 sebagai titik tolak penyingkapan tabir jiwa manusia sampai akhirnya manusia ASLIM di hadapan Tuhan. Komposisi QS 55:8 ini menarik karena jumlah nilai hurufnya total 1667, sedangkan QS 103 menyimpan rahasia teknik memenggal kepala dajjal yaitu QS 103-1 disusun dengan 6 huruf untuk menyata-kan sumpah Tuhan “Demi Waktu”, terus diungkapkan cara menyisati kehidupan dengan 15 huruf (Qs 103:2) dan 51 huruf (QS103:3), totalnya 6 dan 66 huruf, meleklah kebutaan matahati manusia setelah sadar atas waktu kehidupannya yang terbatas dan hanya sementara dengan anjuran seperti disebutkan dalam QS 103 untuk sabar dan saling menasihati. Dulu banget mungkin ada orang-orang pendengki yang membuat tafsiran ganjil karena tidak paham maksudnya tentang simbologi 666 sampai muncul kisah dajjal dan lain sebagainya. Dajjal yang benar adalah manusia, lingkungan, sistem sosial, perusahaan, organisasi, atau negara yang summum bukmun dan umyun yang diungkapkan di dalam surat al-baqarah ayat 171 Qs (2:171) dengan titik tolak komponen mendasar sistem kehidupan yaitu manusia yang telah tuli, bisu dan buta karena mereka tidak mengerti. Juga diungkapkan dalam QS 21:3 sebagai orang yang hatinya lalai untuk memahami realitas dirinya, lingkungannya dan Tuhannya yang sebenarnya wajah-Nya ada dimana-mana.Surga Atau Neraka Di Dunia

Kalau manusia alpa atau lalai atas dirinya yang lemah (jadi manusianya menjadi jumawa atau sombong) dan atas fenomena alam yang tampil dari Kekuasaan Tuhan secara langsung (tidak sadar lingkungan malah merusak lingkungan) maka semua kehidupan manusia akan menuju ke wilayah yang sebenarnya tidak diinginkannya.Karena itu, neraka bisa muncul di bumi dalam skala masing-masing karena kelalaian diri sendiri yang mau dijajah nafsu atau diri rendah (bisa dalam diri sendiri yang rasanya bete, kesel atau tersesat atau summum bukmum umyun, bisa dalam lingkup keluarga yang tidak harmonis, bisa dalam lingkup wilayah/daerah, nasional, sampai global). Surga bisa diciptakan karena adanya kesadaran atas semua fenomena Tuhan yang dirasakannya dengan keberserahdirian yang mutlak (Aslim) di hadapan Tuhan dan patuh dengan perintah dan larangannya serta mematuhi pedoman universal yang sudah diinformasikan oleh Nabi Muhammad SAW.Jadi, tinggal Anda pilih mau membangun neraka di dalam diri dan lingkungan hidup Anda atau mau menciptakan surga? Kehendak bebas terbatas sudah dianugerahkan kepada manusia, jadi silahkan anda pertimbangkan sendiri keselarasan tindakan, akal pikiran dan hati Anda dengan hasrat, keinginan, dan kehendak Tuhan yang hukum asalnya sederhana sekali “Keseimbangan dan Keadilan Tatanan” untuk menampilan “Rahmaatan Lil ‘Aalamin” sebagai “Jamal dan Jalal Allah” dengan naungan kalimat tauhid.

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS 13:11)

Konsep Dasar

Di rumah, pagi ini saya menguraikan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan paling modern dengan cara sederhana. Konsep itu antara lain Quarks yang mewakili dunia kuantum dengan 6 citarasa dasarnya yang ditemukan sejak tahun 1964 yaitu UDSCBT, teori atom yang sudah dikenal idenya sejak zaman Demokritus Yunani dengan proton, elektron dan netronnya (PEN), unsur-unsur dasar penunjang kehidupan yaitu carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen (CHON) yang merupakan unsur-unsur dasar yang bisa ditemui di meteorit, dan komposisi genetika manusia yang telah diuraikan menjadi suatu untaian rumus dengan komposisi senyawa kimiawi yang disebut ACGT. Selain tatanan materialistik diatas, saya kemudian menggabungkannya dengan konsep Energi dan Gaya Fundamental yaitu Gravitasi (G), Elektromagnetik( E), dan Energi Nuklir (GEN), dan satu sumber azali sebagai ALLh atau A.

Pemilihan ke-5 konsep tatanan materialistik itu kemudian saya uraikan dengan teori dasar bilangan dan huruf yang tercakup dalam pengertian Geometry Matrix atau Gematrix atau al-Jumal. Pilihannya adalah huruf Arab yang mempunyai 28 huruf dan sistem desimal 0-9.


Hanya dengan mengkomposisikan huruf-huruf awalnya saja, saya kemudian menggunakan Geometri Matrix hurufnya dan menguraikannya dengan cara jumlah, tambah, kurang , bagi, kali dan unifikasi.

Hasilnya ternyata mencitrakan Makna dan Rasa yang tersembunyi dalam komposisi bilangan dengan artikulasi yang menarik seperti bilangan 66 (Lafaz Allah), bilangan 69 (Thaasin, QS 27:1), bilangan 76 (‘Abd, QS 76), bilangan 195 (Kaf ha Ya Ain Shaad, QS 19:1), dan komposisi sebelah tangan kita (tangan kanan) dimana Ibu Jari dan Telunjuk kita yang setiap akhir rakaat ke-2 selalu kita acungkan ke depan (untuk rinciannya, saya serahkan pembaca menguraikannya sendiri hehehe..).

Kesimpulan awalnya adalah, setiap rasa dan gerak yang kita nyatakan sejatinya muncul dari keinginan dan kehendak ALLh sebagai suatu kenyataan alamiah yang muncul dari rasa dan gerak yang penuh Kemahaindahan dan Kemahaagungan ALLh, yang akhirnya menguraikan Pesan Tuhan menjadi sistem simbolik, bilangan dan huruf atau abjad, desimal, dan biner yang dinyatakan sebagai 12 huruf Laa Ilaaha illaa Allah (numeriknya 165).

Melalui suatu proses yang selama ini kita sebut sebagai rasa, gerak dan tindakan dan kemudian kita nyatakan dengan simbol, geometri, bilangan dan huruf, menjadi nama-nama, kata-kata, kalimat-kalimat, wacana-wacana, dan kitab-kitab, semuanya itu adalah keinginan ALLh untuk dikenal oleh makhluk yang berbeda dengan Realitas DiriNya. Baik dari dongeng, legenda, mitos, tulisan, maupun muncul sebagai karya ilmiah dan gosip murahan, baik dari teori kuantum maupun Kitab Wahyu, semuanya merupakan simbologi gerak dan keinginan yang direspon manusia sesuai dengan pemahamannya sampai akhirnya muncul sebagai tindakan.

Makhluk adalah diskontinuitas yang dihadirkan dari sifat-sifat dasar ALLh untuk dikenal. Sifat dasar itu dikenali dari ketidaksempurnaan makhluk yang tidak bisa secara utuh mengenali bentuk-bentuk kesempurnaan atau bentuk ideal. Bentuk ideal tersebut yang masih dikenali adalah bentuk titik atau zarah menjadi suatu lingkaran wujud yang ideal dengan nilai irrasional karena tak pernah habis bagi yaitu rasio lingkaran 1:2:4 yang merupakan komposisi Golden Ratio.

Setelah bentuk-bentuk ideal melakukan transformasi dalam keadaan yang mematuhi hukum asal yaitu keseimbangan dan dinamika perubahan (QS 67:3-4), muncul bentuk ideal lain yaitu bentuk 69 (Thaasin) atau bentuk yang terpetakan dalam konstruksi kerang Nautilius dan proporsi ideal lainnya yang berkaitan dengan simbologi 6 sebagai bilangan sempurna.


Makhluk baru bisa mengenaliNya dengan apa yang kemudian disebut PengetahuanNya yang dinyatakan yaitu Rasa dan Gerak yang kemudian diikat, dilukiskan dan dibunyikan menjadi simbol, bilangan dan huruf.

Jadi setiap simbol dasar sebenarnya muncul karena KETIDAKSEMPURNAAN MAKHLUK yang tidak bisa mengenali dan membangun BENTUK SEMPURNANYA meskipun bentuk itu sudah dihadirkan didalam IDEA dasarnya yaitu AKAL dan HATI sebagai wadah manifestasi keinginan dan kehendak ALLh yang disebut secara generik sebagai TUHAN YANG MAHA ESA.

Ketika Gerak dan Rasa dinyatakan, maka gerak dan rasa itu dilukiskan dengan simbol yang muncul dari rasa dan gerak si makhluk. Karena itu, jejak kaki binatang, kerang, bentuk bunga, perubahan gerak si Geulis kaki 1000, polah, tingkah gerakannya dan semua penampilannya sebenarnya Pesan-Pesan Tuhan yang tersembunyi yang dapat mengilhami makhluk yang mampu menyimpan, mengolah, dan menjelaskan Pengetahuan Tuhan dengan bantuan geometri, desimal maupun abjad dan sistem huruf lainnya.

Dalam hal ini makhluk itu adalah Makhluk Yang Mengemban Amanat Penciptaan yaitu Amanat Untuk mengenal Tuhan dan menjadi HambaNya yang patuh dengan Perintah dan LaranganNya. Anugerah Tuhan kepada makhluk tersebut adalah anugerah untuk bisa MEMAHAMI DAN MEMAKNAI GERAK DAN RASA ITU sebagai gerak dan rasa Penciptanya. Karena itu ungkapan “Yang akan mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya” merupakan konsep kesejatian untuk mengungkapkan hubungan makhluk tersebut dengan Peciptanya. Makhluk itulah yang kita sebut sekarang sebagai Manusia Anak Cucu Adam atau animale rationale.

Setiap ungkapan keinginan dan kehendak Tuhan yang diucapkan maupun dituliskan, maupun dinyatakan dengan tindakan sejatinya mengandung Pesan-pesan. Pesan Nyata adalah akhlak dan perilaku yang mencitrakan kemuliaan, kesucian, keindahan dan keagungan Penciptanya yang dikonfirmasikan di QS 9:128-129. Dari pengertian ini setiap pesan dasar sebagai KATA adalah KUNCI pengenalan akan keinginan dan kehendakNya.

KATA paling dasar yang menjadi fondasi diwakili oleh ungkapan CINTA atau al-Mahabbah dengan keintiman disebut ISYIQ. Tapi dari setiap kata terdapat inti KUNCI yang tidak lain adalah HURUF PERTAMA.

Dari huruf pertama yang diungkapkan dengan sempurna maka huruf itu adalah ALIF dengan simbol numerik dan makna 1 sebagai ALIF, ALPHA, ESA, ONE, SATU, SIJI, HIJI, dan berbagai ungkapan lainnya. Setiap huruf awal karena itu mengandung makna yang mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep dasar pengetahuan Tuhan yang kemudian diungkapkan oleh manusia dengan akal pikiran dan hatinya yang telah mengintegrasikan pengertian simbolik, filosofis, rational dan kreatifnya menjadi suatu ungkapan multidimensional dengan tujuan yang tertentu. Tujuan paling utama adalah ungkapan yang mengarahkan manusia mengenal Tuhan dan sampai kepadaNya (Wushul) yang saat ini kita kenal sebagai Firman-firman Tuhan dalam Kitab Suci Agama.

Bagaimana suatu Idea diungkapkan menjadi suatu konsep pengetahuan dan diyakini kebenaran relatifnya berkaitan dengan sintesis filosofis, rasional dan kreatif. Dalam ruang-waktu kekinian dapat diambil contoh misalnya ketika orang menemukan suatu partikel dasar yang tak bisa diindra, manusia kemudian mengungkapkannya dengan cita rasa yang dikenal sebagai QUARKS dengan nama UDSCBT, demikian juga ketika dunia atom dikenal dan muncul PEN semua itu sebenarnya diwakili oleh HURUF PERTAMANYA. Dengan geometri dan simbol yang muncul dari kemampuan RASA ME-MAQNAA-I dengan CINTA atau SUKA BGT, ia kemudian dijembatani dengan LOGIKA yaitu bilangan.

Dari sini maka hubungan antara bilangan dan huruf dinyatakan dengan sebutan GEOMETRY MATRIX atau Gematrix atau al-Jumal. Karena itu pula maka saya bisa menguraikan konsep-konsep dasar RASA dan GERAK dari huruf pertama setiap ungkapan kata yang mewakili suatu kalimat atau uraian seperti Energi, Quarks, Atom, Unsur, Gen, Sel, Jaringan, Obyek, Benda Bermassa (batu), Benda Bernyawa (binatang dan tumbuhan), dan Benda Berakal dan Berhati (manusia).

Ketika benda bermassa, berakal, dan berhati dihadirkan di bumi, maka pengenalan benda tersebut, yang kemudian kita sebut sebagai Manusia sebagai BANI ADAM atau An-Naas, hanya dimungkinkan jika dan hanya jika terdapat INTEGRASI HORISONTAL ANTARA TINDAKAN-AKAL- HATI sebagai suatu siklus tertutup yang pertama. Namun, yang diungkapkan dengan TINDAKAN-AKAL- HATI yang benar adalah suatu kenyataan yang diungkapkan sebagai suatu integrasi vertikal (dalam arti khusus maksudnya transenden) dengan suatu lingkaran yang berada di dalam lingkaran yang lebih besar dan maha meliputi yang kita sebut dengan ungkapan TUHAN YANG ESA .

Jadi lingkaran tersebut bukan sekedar membatasi, namun juga menembusi ke semua arah atau mencelup semua eksistensi makhluk, simbologi CintaNya barangkali adalah sebuah CINCIN tipis berlapis dua atau sebuah Bunga Sidrath. Akan tetapi simbologi logisnya kemudian muncul sebagai bentuk melingkar dengan nilai perbandingan keliling dan diameternya disebut pi=355/113 yang irrasional, dan dapat dapat dinyatakan sebagai PHI=1,618 dan PI=22/7 yang REAL.

PI dan PHI YANG IDEAL, yang membangun Lingkaran Wujud Yang Maha Meliputi adalah lingkaran yang mewakili Keinginan, Kehendak dan Kekuasaan Tuhan yang meliputi semua makhluk untuk DIKENAL dengan melalui sistem inderawi yang dinyatakan ada pada makhluk yang mengemban amanat penciptaan yakni manusia. Sebelum muncul dikenali, Lingkaran Wujud diwakili oleh Rasa dan Gerak FundamentalNya yaitu GRAVITASI dan Elektromanetisme.

Dari GRAVITASI maka RASAlah yang bisa menangkapnya karena semua itu akan mengikat apa yang akan ditampilkan oleh Gelombang Elektromagnetik sebagai Implementor Gerak dan Perubahan Dinamis di muka bumi, di akal pikiran manusia dan dihadirkan di dalam HATI dengan aktualnya MAQNAA dan Yaqin dengan Haqq untuk kemudian dengan GRAVITASI yang nilainya identik dengan nilai asli JAMAL dan JALAL disampaikan kembali kepada TUHAN sebagai ORIGINATOR segala sesuatu, maka jadilah manusia menjadi asma yang menampilkan Jamal dan Jalal Allah dimuka bumi, menjadi kekasih yang diterima Tuhan karena mampu merespon asma dan sifatNya dengan benar, tegak lurus, dan murni, serta memenuhi hukum dasar dan ketentuan yaitu INHARMONIA PROGRESSIO, yang mematuhi perintah dan larangan-Nya dan akhirnya akan kembali kepadaNya dengan meniti GRAVITASI KUANTUM atau SHIRATHAAL MUSTAQIIM yang telah menghadirkan Bunga-bunga Cinta Ilahi di Muka Bumi dengan menjadi HambaNya dengan kekhususan menjadi Kekasihnya (Habib), Temannya (Khalil), HadiahNya (Hibah), dan istilah-istilah lainnya yang menunjukkan keistimewaan WaliNya dan KhalifahNya atau Penguasa PengetahuanNya.

Jadi, yang menerima kekhususan bukan sekedar HambaNya semata, karena atribut Hamba adalah anugerah bagi semua makhlukNya, Hamba adalah RahmatNya yang tak pandang bulu, tapi atribut kekhususan sebagai Khalifah hanya milik makhluk yang dikendakiNya semata, yang mampu merespon Asma, Sifat dan Af’alNya dengan murni, dan TEGAK LURUS sehingga mampu mengembalikan CahayaNya dengan utuh tanpa Gradasi Warna, kontaminasi hasrat hawa nafsu, dan embel-embel lainnya.

Bentuk Pesan Tuhan pertama kali yang aktual adalah simbol, geometri, bilangan dan huruf yang kita kenal saat ini dengan sempurna yaitu susunan 2 dijit dari penguraian 10 dijit 0 sampai 9, dan menjadi huruf sempurna 28 buah ditambah 1 huruf istimewa sebagai simbol Cinta dan Unifikasi Akbar yaitu Laam-Alif.

Simbol, geometri, bilangan dan huruf yang elementer menajdi Wahyu-wahyu Elementer, ketika kata bermakna muncul maka Asmaa-a Kullaha dipahami. Setelah geometri suci dinyatakan sebagai simbol ideal, maka bilangan muncul dengan ideal juga, dan akhirnya huruf dilukiskan dengan MAQNAA paling murni dan mewakili citarasa, akal pikiran, keinginan dan kehendak pembuatnya, makanya perbedaan bentuk huruf sebenarnya suatu rahmat bahwa POTENSI ORANG untuk menangkap PESAN TUHAN berbeda-beda, Bhinneka Tunggal Ika adalah Realitas Rahmaatan Lil Aalamin!

Apa konsep fundamental manusia ketika pertama kali memahami pesan Tuhan. Ternyata setelah manusia melihat ke atas, ke bawah, ke samping kiri dan kanan, ke depan dan ke belakang, konsep itu merujuk kepada diri sendiri. Lha, siapa saya, darimana, mau kemana dan ngapain. Itulah pertanyaan Sangkan Paraning Dumadhi yang menjadi picu barokah manusia untuk kemudian melakukan pengenalan intensif siapakah aku dan siapakah Tuhan.

Umat Islam sebenarnya Umat Manusia yang paling beruntung dimuka bumi sebagai pewaris ajaran Kebijaksanaan Agung yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW dengan pedoman yang diformalkan sebagai Kitab Suci al-Qur’an dan as-Sunnah. Keberuntungan itu nampak nyata dengan adanya Kitab Wahyu dan pendukungnya, dan tatacara ubudiyyah yang menjadi implementasi praktis dari semua pengetahuan tentang Tuhan dan Manusia sebagai suatu penyatuan akbar antara makhluk dan PenciptaNya. Ketika Isra dan Miraj dilakukan Nabi, maka anugerah itu adalah barokah Allah bagi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia bagaimana cara praktis paling murah dan meriah supaya makhluk bisa meniti Shirathaal Mustaqiim dan sampai PadaNya dengan selamat dan sentosa.

Barokah itu adalah Maghfirah dengan Shalat sebagai mirajnya Umat Islam ketika ia berada didalam shalat dengan IHSAN setelah fase Iman dan Islamnya dilalui. Didalam Shalat lah Rasul merasakan kebahagian, jadi bukan karena BISA sholat tetapi karena DI DALAM SHOLAT kesadaran kudus manusia BISA disuperposisikan atau diunifikasikan dengan kepatuhan pada sunnatullah yaitu hukum keseimbangan dinamis, dengan Kesadaran akan RASA dan MAQNAA Allah sebagai satu-satunya Realitas Absolut atau AL-HAQQ.

Sholatnya sendiri adalah anugerah Allah dengan la Hawla Walla Quwaata illa Billah. Artinya ketika Umat Islam shalat sebenarnya itulah puncak penyaksian atau musyahadah ketuhanan yang dinyatakan oleh Allah sebagai suatu tanda bagaimana Allah sebagai Pecinta menghadirkan Yang Dicinta sebagai KekasihNya dengan simbologi Laam-Alif.

Didalam sholat gerak dan ucapan kita adalah keinginan dan kehendak Tuhan yang dinyatakan dengan REAL, maka dari gerakan sholat itu pula sebenarnya tersembunyi Maqnaa dan arti tentang segala sesuatu. Ketika dengan ketukan 2 rakaat kita mengakhiri satu fase shalat, maka ketukan itu mewakiki aktualisasi dari titik di bawah huruf Ba kalimat Basmalah. Dan dengan posisi duduk akhir dengan tangan kanan di atas paha, telunjuk tangan kita menuding ke depan bertumpu pada Ibu Jari dan 3 jari lainnya yang dilipat.

Maka dari situlah terpancar air sebagai simbologi Pengetahuan Tuhan Murni yang kelak melahirkan simbol yang dituliskan dengan PENA, konsep geometris ideal golden ratio, bilangan dan huruf, dari tangan-tangan yang diciptakan Tuhan itulah kita pun mengenal diri dengan UBUDIYAH SHALAT 5 WAKTU dan akhirnya menatap Tuhan dengan keintiman dan kekhususan seorang Hamba dan Kekasih, Hamba dan Teman, Hamba dan HibahNya dan atribut istimewa lainnya. Dan dari tangan kita dengan Sidik Jari yang Unik semua perbuatan manusia akan dihisab satu demi satu, seorang demi seorang, untuk apa semua anuherah Tuhan itu, untuk menetapkan keberadaaNya atau mendustakanNya. Makanya tidak heran kalau dalam surat al-Rahmaan disebutkan “Nikmat Mana Lagi Yang Kamu Dustakan?” sebanyak 31 kali.

Jadi, sungguh beruntung Umat Islam yang melaksanakan UBUDIYAH SHALAT dengan sadar, ikhlas dan ihsan bukan dengan niat busuk materialistik yang berujung kepada syirik. Dan celakalah manusia yang shalat tapi lalai dengan shalatnya maupun yang melalaikan warisan Rasulullah dengan mengabaikan shalat, perintah dan laranganNya. Maka Umat Islam yang shalat tapi tidak mampu menyataka SHALAT sebagai suatu kepatuhan Hamba kepada PenciptaNya ia akan terjebak dalam sikap kebodohan yang mengarahkannya menjadi kaum syirikus, munafikus, zindikus, dan kafirus sebagai manusia yang bodoh dan lalai sampai akhirnya menjadi SUMMUM, BUKMUM, dan UMYUN, yaitu Dajjal yang buta mata hatinya. Nah, kalau sudah begini ternyata hanya Tuhanlah yang bisa membuka mata hatinya bukan manusia, seperti halnya Rasul yang hanya memberi petunjuk kepada manusia untuk memuliakan akhlaknya dengan cara menyampaikan pengetahuan Tuhan dengan Shalat, Al Qur’an dan as-Sunnah. Maka, jangan menjadi sombong dan ghurur kalau cuma baru bisa mengaku-aku Umat Islam tapi tidak menampilkan Jamal dan Jalal Allah di muka bumi yang menghadirkan peradaban berbasis Tauhid Base Society dengan Kalimat Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim. Mulailah Shalat dengan S3URIEUS serta jangan diembel-embeli ilmu ngipri, dan BACALAH AL-QUR’AN dengan jiwa yang murni dan suci, jagalah wudhumu sebisa mungkin, dan nyatakan akhlakmu sebagai AKHLAK MUHAMMAD dengan kodefikasi 47 alias 007 (00 dari biner 4 yaitu 100). Jadilah al-Mukminun yang menjadi Jundullah yang hadir menjadi cermin-cermin Allah yang jernih, yang bisa meneruskan Cahaya Diatas Cahaya kepada semua makhlukNya dengan anugerah simbol, geometri, bilangan dan huruf yang melahirkan penampilan lukisan, tulisan, kata-kata, tindakan, gambar, atau pun penampilan multimedia lainnya dengan sadar, mematuhi hukum-hukum keseimbangan dan keadilan, dan menjadi Citra Tuhan yang real bukan yang semu, karena yang semu adalah limbah materialistik penciptaan, sebagai limbah atau kotoran yang berbau busuk yang disebut Asfalaa Safilin (sejelek-jeleknya makhluk Tuhan bahkan bisa lebih jelek dari binatang sekalipun).

Struktur Dasar Tentang Kehidupan Umat Manusia Sebagai Bani Adam

Seberapa sering Anda membaca buku, kitab suci Anda, atau menonton film, sinetron, wayang kulit, dan bentuk hiburan lainnya? Buku novel, cerpen, kitab suci, buku ilmiah atau bentuk tulisan sera tontonan lainnya yang memberikan hiburan sebenarnya mempunyai struktur dasar yang serupa. Bahkan dalam beberapa segi, nampak sekali bahwa pendorong utamanya berkaitan dengan “bener nggak sih kita pantes menyandang labelisasi kemanusiaan” kita sebagai makhluk yang diberi anugerah berupa akal pikiran dan kemampuan memaknai serta menyatakannya menjadi tindakan dalam koridor hukum yang dasar-dasarnya keseimbangan atau keselarasan atau harmoni dalam dinamika kesadadaran- ruang-waktu yang kita “rasakan” sebagai “kehidupan” yang dianugerahkan oleh “Allah, Tuhan Yang Maha Esa”?.

Secara umum, struktur kisah tentang manusia dan kondisinya dari zaman dongeng dan legenda sampai fiksi ilmiah di hari ini dapat dijabarkan menjadi 5 tahap:

Keadaan tidak stabil yang muncul dari ketidakpuasan dirinya terhadap sistem ipoleksosbudhankam atau secara individual nasibnya. Atau secara lebih ruhani tujuan hidup tidak jelas dengan kata lain kehilangan makna dirinya sebagai bagian dari kehidupan
Ketidakstabilan mendorong seseorang berupaya untuk melakukan perjalanan untuk mengubah ketidakseimbangan itu misalnya dengan mencari ilmu.

Dari perjalanan diperoleh keajaiban , pengetahuan, baik sendirian maupun dengan bantuan makhluk ajaib, misalnya binatang, malaikat atau bertemu dengan hijab terakhir antara dirinya dengan Tuhannya sebagai obyek yang dicari yaitu istrinya atau wanita yang dicintainya. Dalam film-film Hollywood hal ini sangat kentara sekali bagaimana si Pahlawan kisah selalu menemukan apa yang dicari selama ini yaitu pasangannya dengan cinta misalnya dalam film Forest Gump. Kisah-kisah Hollywood tertentu malah sama sekali menghilangkan si wanita dan si Hero menjadi petualang heroik dari satu kisah ke kisah lain, dari satu perang ke perang lainnya misalnya Rambo dan James Bond. Atau ending lebih tragik seperti kisah Romea dan Juliet.

Bagi yang menemukan pasangan hidupnya, tantangan terakhir adalah tantangan bersama istrinya yang dijalani sebagai pasangan hidup dengan berumah tangga.
Keadaan baru tercapai yang optimum dengan mempunyai keturunan dan meneruskan kontinuitas kehidupan dalam keseimbangan baru. Kisah pun berulang kembali.

Plot umum diatas merupakan tipikal plot kisah novel atau fiksi atau legenda ataupun metafora puitik lainnya. Kisah-kisah yang diungkapkan dalam kitab-kitab agama sebenarnya menggunakan konsep dengan alur yang mirip namun lebih individual sekaligus universal karena langsung berkaitan dengan “diri manusia” dan “Tuhan” sebagai suatu hubungan yang harmonis melalui asma-asma, sifat dan perbuatanNya yang tampil sebagai alam semesta sebagai pentas Realitas The Matrix 1001 malam. Dalam kisah-kisa agama, umumnya setting awalnya adalah kondisi ipoleksosbudhankam yang tidak memberikan jaminan atau tidak mencerminkan harkat manusia serta idealisasi dari tujuan manusia tertinggi karena manusia umumnya kehilangan arah dan tidak mampu mengenal jatidirinya sehingga sepanjang hidupnya ia dikuasai hawa nafsu. Dengan kata lain, manusia saat suatu agama belum muncul dikatakan berada dalam kejahiliyahan, dalam cengkeraman gerombolan abu jahal dan abu lahab, atau menjadi kaum Dewata Cengkar yang suka makan manusia, atau berada dalam cengkeraman kutukan yang mengerikan, atau berada dalam kondisi sosial yang jatuh terpuruk karena nepotisme, KKN, dan runtuhnya moralitas dan berbagai ungkapan lainnya yang mencerminkan realitas kondisi dirinya sebagai bagian dari suatu kaum atau masyarakat atau negara.

Untuk mengatasi hal ini, metode penyelamatan yang disarankan adalah dengan membaca tanda-tanda sistem kehidupannya dengan melakukan perjalanan ruhani dengan panduan qalam dan dengan penyucian jiwa. Prosesnya saat ini secara metodik adalah dengan melakukan pengolahan ESQ atau memasuki dunia keruhanian yang lebih halus misalnya melalui thariqot dengan bantuan guru-guru manusia yang mumpuni. Sedangkan pertempuran yang dihadapinya adalah Jihad Melawan Hawa Nafsunya.

Dari perjalanan jiwa tersebut, hijab yang dibuka adalah pemurnian jiwa kembali ke kemurnian awal mulanya dimana ia mampu membaca tanda-tanda dengan panduan, makna, dan penarikan kesimpulan yang benar yaitu jalan yang sesuai dengan dirinya sebagai makhluk yang ber-Tuhan dengan realitas sehari-hari yang dijalaninya sebagai bagian dari penyempurnaan dirinya. Dalam fase ini, kisah-kisah kenabian umumnya akan memunculkan manusia dengan pembantu atau asistennya yang ajaib misalnya bertemu dengan malaikat, dengan bantuan binatang, atau bentuk bantuan lainnya yang secara tidak langsung menunjukkan adanya perluasan Kecerdasan Lahir dan Batinnya. Pembantu yang nyata dan optimum adalah munculnya pasangan hidupnya sebagai pendamping yang melengkapi dan memaknai kehidupan sebagai bagian dari Rahmat dan kasih sayang Tuhan. Jadi, pembantu setianya itu dihadirkan sebagai tabir paling akhir dari perjalanan spiritualnya memakrifati dirinya dan Tuhannya.

Dalam keadaan berpasangan dengan pasangan hidupnya yang sah, alam semesta baru diciptakan yaitu dengan pernikahan atas dasar Cinta Ilahi yang tulus. Selama berumah tangga dengan dasar-dasar Cinta Ilahiyah ini keadaan baru dibangun secara bersama-sama sebagai suatu keluarga baru, hasilnya bergantung pada niat menikahnya karena hasilnya bisa jadi alam semesta yang tercipta adalah neraka bisa juga surga yang disegerakan.

Keseimbangan baru tercapai dengan munculnya generasi penerus dengan akhlak dan perilaku yang lebih terbimbing dengan panduan Pengetahuan Tuhan yang benar, dan pembinaan serta bimbingan akhlak yang benar sehingga muncul generasi yang tercerahkan dengan personifikasi yang mencerminkan tercapainya tujuan absolut yang disegerakan yaitu generasi dan peradaban manusia yang menampilkan Jamal dan Jalal Allah dengan dasar-dasar Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim. Sedangkan tujuan absolut yang real pada akhirnya SEPENUHNYA TERGANTUNG PADA ANUGERAH ALLAH sebagai keyakinan mutlak yang dipegang sebagai BUHUL TALI YANG KOKOH yaitu keimanan manusia terhadap ADANYA REALITAS ABSOLUT, ALLAH AL-HAQQ dengan dasar-dasar dan prinsip yang sesuai dengan Kesempurnaan Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

Plot kisah dalam pespektif umum maupun ruhaniah diatas nampaknya sangat skalabel dan dapat diterapkan dalam ruang lingkup yang bermacam-macam yang berhubungan dengan manusia yang menerima Pengetahuan Tuhan dalam bentul simbologi, geometri, bilangan, huruf, kata, kalimat, dan akhirnya kitab wahyu, novel, buku dan berbagai kisah lainnya, baik yang sandarannya ilmiah maupun sekedar fiksi metaforis yang mengandung makna yang dalam tentang arti dan makna kehidupan manusia serta hubungannya dengan lingkungan hidupnya dan Penciptanya sebagai ultimate goal yaitu Sampai Kepada Allah sebagai orang-orang yang diberi nikmat yang banyak dan diridhoi oleh Allah, Rabbul ‘Aalamin (Inteligence Being).

Simbologi dari tujuan ultimate tersebut ternyata menjadi simbologi yang tertuliskan sebagai susunan 4 huruf Alif-Laam-Laam- ha, dimana huruf Alif sebagai simbologi “Ain Yang Maujud” dengan Kekuasaan Tuhan sebagai al-Rahmaan merupakan titik tolak yang dimulai dari titik terbawah dan bergerak keatas sebagai awal perjalan Ruhani kemudian melengkung ke arah Laam Pertama dan menyusuri lembah Laam untuk memakrifati realitas “diri”, naik ke atas lagi puncak dimana terdapat rahasia ketuhanan sebagai simbologi 13th Warrior yaitu nabi Muhammad SAW dan turun kembali ke lembah Laam kedua sebagai upaya membangun realitas lahir yang baru sebagai Laam kedua yaitu berumah tangga dan naik kepuncak Kelembutan Allah yang dinyatakan sebagai CintaNya dalam bentuk huruf “ha” yang menempel di huruf Laam kedua dalam lafaz “Allah” dengan lubang ditengahnya menggambarkan Realitas Absolut yang mencitrakan absolusitas dan ketidaktahuan kita tentang hasil penghisaban di hadapan Allah sebagai Aziizul Hakiim nanti.

Satu-satunya jaminan kita bahwa kita akan masuk surga ternyata bukan karena amaliah kita di dunia tapi sepenuhnya atas Anugerah Tuhan. Jadi, jangan menyombongkan diri dengan amaliah kita karena yang dibutuhkan untuk sampai ke hadirat Ilahi adalah menerima keikhlasan-Nya dalam bentuk memanusiaan kita dengan Iman, Islam dan Ihsan yang tulus, dan dengan sadar menampilkan kemuliaan dan kesuciaanNya dengan akhlak yang mulia sehingga di atas panggung dunia ini tampillah Jamaliah dan Jalaliahnya dengan dasar-dasar penauhidan kepadaNya dan kepada Washilah DiriNya Yang Maha Hidup dan Mematikan yaitu Muhammad sebagai Rahmaatan Lil ‘Aalamin.

Kebangkitan Bumi Manusia: Dari HUMAN Menjadi HE-MAN (Master of The Universe)

It is Allah who sends forth the Winds so that they raise up the Clouds, (3881)
And We drive them to a Land that is dead, And revive the earth therewith after its death: Even so (will be) the Resurrection!
surah 35:9 Fatir (The Originator of Creation)
"3881. The allegory here is double. (1) Dry, unpromising soil may seem, to all intents and purposes, dead; there is no source of water near; moisture is sucked up by the sun’s heat in a far-off ocean, and clouds are formed; winds arise; it seems as if the wind "bloweth as it liseth," but it is really Allah’s Providence that drives it to the dead land; the rain falls, and behold! There is life and motion and beauty everywhere! So in the spiritual world Allah’s Revelation is His Mercy and His Rain; there may be the individual resurrection (Nushur) or unfolding of the soul. (2) So again, may be the general Resurrection (Nushur), the unfolding of a New World in the Hereafter, out of an old World that is folded up and dead."
Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur’an
(Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur’an, 1989.)

Dan Allah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami menghalau ke negeri yang mati (tandus), maka Kami hidupkan dengannya bumi sesudah matinya. Seperti itulah KEBANGKITAN. (QS 35:9)

Waktu kecil salah satu tokoh superhero yang saya kenal adalah Superman yang menjadi Pahlawan Bumi dan He-man Master Of The Universe karena kehebatannya melawan musuh-musuh umat manusia dan yang mengancam kelangsungan hidupnya di Panetnya masing-masing. Kalau Superman tokoh Palnet Krypton yang diselamatkan bapak ibunya ke Bumi, He-man adalah tokoh lainnya yang menggambarkan bagaimana seseorang makhluk planet lain kembali turun ke dunianya untuk mengatasi kekacauan di Planetnya. Kedua superhero tersebut hanyalah khayalan manusia saja yang sebenarnya menggambarkan angan-angan dan khayalan membumbung tinggi manusia tentang Pahlawan pujaannya dengan kemampuan fantastik dan dengan harapan moga-moga menyelamatkan kehidupannya dengan mudah dan wahh heboh banget. Tentu saja demikian, wong namanya cerita komik.

Tapi nampaknya pengarang kedua Tokoh Dufan (Dunia Fantasi) tersebut bukan sekedar mengarang kisah dengan idola fantastik semata ketika memperkenalkan Superman dan Heman serta tokoh Dufan lainnya di Planet Bumi dan dibaca oleh milyaran anak manusia. Ungkapan pengarang tersebut dan tentunya penggemar tokoh komik tersebut hanya sekedar gambaran psikologis bahwa kita sebagai umat manusia merindukan satu tokoh penyelamat, mesiah, atau Imam Mahdi padahal kita sendiri, kalau memang sadar dan tobat, bisa menjadi bagian dari apa yang digambarkan oleh tokoh Messianistik Fantastik tersebut yaitu bagian dari Ressurection Umat Manusia di Planet Bumi yang sampai hari ini semuanya masih kita cerna dengan geometri, bilangan dan huruf sebagai medium halusinatif khayal dan angan-angan kita dengan Idea Ideal Paling Tinggi Menuju dan Sampai Kepada Allah, Rabbul ‘Aalamin (Inteligence Being).

QS 35:9, 35=5x7, 57+35=92=MHMD, yang saya kutip diatas adalah kodefikasi yang berhubungan dengan Kebangkitan Kembali Umat manusia di Planet Bumi dari teler panjangnya setelah penyebutan Asma ke-Seratus Allah Yang Maha Tinggi yang diucapkan oleh dia yang mendapatkan petunjuk sesuai dengan namanya dengan susunan 3 dan 5 huruf yang mengaktualkan Maghfirah (ampunan Allah) dengan Pengetahuan- Nya (Knowledge).

Selain, menyiratkan penulisan komposisi 92 unsur yang membangun Kehidupan di Planet Bumi yang dibarokahi Nama Muhammad (92), penulisan nomor ayat ini menunjukkan ungkapan terselubung dari 35+9=44=11x4 sebagai kodefikasi An-Nass yang seringkali diterjemahkan sebagai Manusia namun sesungguhnya “Kehidupan Manusia” pada posisi paling nyata dan optimum sebagai puncak evolusi Kehidupannya di Planet Bumi yang dilakukan melalui pemanfaatan kedua belah telapak tangan dan kakinya sebagai Rahmat Allah yang harus disyukuri dan harus digerakkan untuk bertindak dengan kesadaran kudus yang menyadari pentingnya : keselarasan antara hati sebagai sumber aktualnya ilham Allah berupa niat dari Hati (Qalb) yang harus dijaga supaya tetap lurus ketika melalui medan Wa Nafsi, akal pikiran (al-Aql) dan tindakannya sehari-hari sebagai manusia yang beriman.

Dalam proses menyatakan niat yang muncul dari dalam hati itu, manusia menyadari bahwa selama prosesnya karakter was-was dirinya yang seringkali lalai dan alpa akan muncul dan berupaya untuk mengambil alih semua niat baik yang ingin dinyatakanNya dan harus mengatasinya secara terus menerus sebagai Jihad Terbesarnya yaitu mengendalikan hawa nafsunya dengan hanya bersandar pada Pertolongan Allah (QS 110) semata bukan yang lainnya seperti diungkapkan dalam QS 114:1-6.

Nomor ayat QS 35 yaitu 9 adalah at-Taubah sebagai kode yang menyatakan aktualnya maghfirah di Bumi tersebut (kata maghfirah disebutkan 234 kali disebutkan didalam AQ). Sedangkan tujuan akhir dari at-Taubah yang membangkitkan jiwa yang mati dan bumi manusia yang tandus tersebut tercantum sebagai QS 9:128-129 yang secara langsung menyatakan personifikasi akhlak Muhammad (akhlak yang dikembangkan dengan panduan al-Qur’an) dengan penauhidan kepada Allah SWT yang benar dan kokoh dengan dasar-dasar Pengetahuan Tauhid yang benar juga.

Bumi tersebut bukanlah bumi yang mati secara fisik semata tetapi bumi sebagai “BUMI MANUSIA sebagai LAAM” yang sudah tidak memahami dan telah menjadi bagian dari dajjal (summum bukmum umyun) menjadi memahami kembali pengertian-pengertian yang berkaitan dengan makna dirinya dan melakukan recovery dari keadaannya dengan petunjuk Allah SWT.

Nun, Syin, Wau, Ra yang disebutkan sebagai Nusyuur di penutup ayat yang diterjemahkan sebagai kebangkitan adalah kebangkitan yang sifatnya individual orang perorang yang kemudian menyebar menjadi kebangkitan dalam skala yang lebih luas sebagai suatu Kesadaran Transformatif Bersama sesuai dengan bidang dan potensinya masing-masing (Catat: jadi jangan berharap dengan nafsu bahwa pengalaman ruhaninya sama, Allah memperkenalkan diriNya sesuai dengan prasangka hambaNya dalam arti sesuai dengan karakter si hamba bukan karakter gurunya maupun keinginan-keinginan kita, Jadi berserah dirilah kepadaNya dan mintalah apa yang diinginkanNya sesuai dengan KehendakNya) .

Tanda dimulainya kebangkitan kembali tersebut adalah turunnya hujan setelah Allah mengirimkan angin, awan, dan menghidupkan bumi tersebut secara fisikal sebagai turunnya hujan setelah lama kekeringan tetapi juga dapat ditafsirkan sebagai terbukanya pengertian Pengetahuan Tauhid (Knowledge) dari ujung jari telunjuk dan ibu jarinya (ingat saja kenapa kita selama mengakhiri ketukan shalat 2 rakaat mengacungkan ibu jari dan telunjuk) yang sesuai dengan tuntutan Allah SWT yang menghidupkan kembali jiwa-jiwa yang telah lama mati dan tandus karena melalaikan diri sendiri. Jadi hujan yang disebutkan dalam QS 35:9 adalah Pengetahuan Tauhid langsung dari pengajaranNya melalui proses Iqra dan penyucian jiwa yang benar dengan tuntunan guru mursyid supaya tidak tersesat atau disesatkan oleh khayal dan angan kita karena khayal dan angan kita adalah suku-suku Yakjuj dan Makjuj yang turun dari tempat tertinggi yaitu imajinasi liar kita sendiri.

(Catat: Guru mursyid pada posisi pengajaran langsung ini hanya berperan di fase-fase awal perjalanan sebagai rambu-rambu petunjuk jalan supaya tidak tersesat. Karena itu perannya pada mereka yang melakukan proses penyucian jiwa lebih banyak sebagai rujukan sebagai evaluator saja karena boleh jadi apa yang dikira awal mulanya pengalaman ruhani adalah bisikan nafsu kita sendiri yang menyodorkan iming-iming mulai dari harta sampai tampilnya wanita, serta godaan lainnya.)

Jiwa-jiwa yang mati dapat dihidupkan kembali dengan penyucian jiwa seperti yang dilakukan oleh pemuda Al-Kahfi (QS 18) dan dijelaskan dalam QS 91:7-10. Dengan penyucian jiwa dan Iqra yang benar untuk membaca kembali pesan-pesan Tuhan baik didalam dirinya maupun alam semesta yang dicitarasakannya maka jiwa-jiwa mati yang menghuni bumi yang telah mati karena kekeringan yang melanda di seluruh jajaran penghuninya sebagai kekeringan ruhani akan bangkit kembali dengan pemahaman yang lebih jernih bahwa hanya dengan menyadari peran dirinya sebagai seorang muslim yang tunduk atas perintah dan larangan Tuhan dan sadar dengan keadaan dirinya, lingkungannya, dan Allah sebagai tujuan hidupnya saja jiwa yang mati yang menghuni negeri yang sekarat bisa selamat melalui krisis yang berkepanjangan karena kelalaian yang dibuatnya sendiri.

Saat itu terjadi kebangkitan kembali telah dimulai dengan pesona yang dapat digambarkan oleh pelakunya (pelaku penyucian Jiwa dengan tuntunan yang benar dan Iqra yang benar) sebagai pesona kehidupan di alam surgawi - Surga ‘Adn - sebagai surga yang dirasakan secara menyeluruh sebagai kesadaran transformatif Pribadi Muslim yang mengubah cara pandang seseorang pribadi muslim dari kelalaiannya menjadi kesadaran transendennya menuju dan sampai kepada Allah SWT.

Maka jadilah Imam-imam Mahdi, dan Isa Ibnu Maryam yang dihadirkan dalam sosok jiwamu untuk memerangi dajal-dajal hawa nafsumu yang sudah dipenuhi gerombolan suku-suku Yakjuj dan Makjuj.

Lima Key Words penyelamat bagi Umat Manusia dan Kehidupannya di Planet Bumi :

Man Arofa Nafsahu, Faqod Arofa Robbahu.
Jihad terbesar bagi manusia adalah memerangi dan mengendalikan hawa nafsunya sendiri sehingga tercapai Aslim (Islam, Berserah diri dan tertunduk di hadapan Kemahakuasaan Allah).
Singhasana Allah ada didalam hati kaum beriman yang sadar akan dirinya, lingkungan hidupnya dan Penciptanya dan “Membaca (Iqra) Pesan-pesan- Nya (surat CintaNya) dengan menyucikan kembali jiwanya”.
“Annallahu, Rabbul ‘Aalamin” didalam Qalb al-Mukmin (al-Mukminun adalah esensi manusia yang aslinya menyaksikan Ke-Esa-an Allah, al-Mukmin adalah al-Mukminun yang patuh dengan perintah dan larangan-Nya, mematuhi sunnatul rasul, dengan ketaqwaan, keyakinan yang Haqq, al-Haqq al-Yaqin, keikhlasan, syabar, syukur dan istiqomah menetapi Shirathaal Mustaqiim (hamparan maha luas sebagai Kemahabesaran Pencipta yang dilihat dari Planet Bumi sebagai Kehidupan yang menjadi ladang Maghfirah bagi Umat Manusia sebagai Bani Adam BUKAN Bani Ablasa). Umat Manusia sebagai An-Naas adalah Semua Manusia dengan Kehidupan di Planet Bumi yang dinaungi 92 unsur utama yang menunjang hidupnya yang direfleksikan atau dihidupkan dari Washilah Nur (256) Muhammad (92). Manusia sebagai suatu Bani yang berasal dari pengertian Adam dan Hawa sebagai penemu sistem Ilmu Pengetahuan dengan geometri, bilangan dan huruf adalah Insaana Fii Ahsaani Taqwiim sebagai makhluk yang dijadikan sebaik-baiknya karena mampu mencitarasakan Asma, Sifat dan Af’al Allah dan menghimpunnya menjadi KNOWLEDGE BERBASIS TAUHID untuk menyatakan masyarakat yang menyadari AdaNya al-Haqq (ATAU kataksan saja jangan malu-maluin TAUHID BASE SOCIETY) di alam cahaya tampak dalam spektrum panjang gelombang al-Rahmaan 0.55 mikron dengan warna-warni Red Green Blue yaitu Fii Ahsaani Taqwiim dengan nilai numerik 765=255+255+ 255).
La ilahaa illaa Allaah, Muhamadurrasulullah

Antara GOD & DOG, TUHAN & HANTU

Kita memang seperti Dog-ie ketika menelusuri wewangian-Nya,
Mengendus-endus bebauan yang memabukkan,
mencari sumber dari Pemilik dan Pembuat wewangian itu.

Dari wewangianNya,
kamu bisa buat terompah dan tongkat pemandu untuk mengikuti jejak-jejak wewangianNya, yang menyengat di ujung hidung kita sendiri, di pelupuk mata
maupun terpetakan dipikiran dengan gambaran alam Indra Maya
yang sepanjang zaman slalu porak poranda
dengan Cinta, Darah dan Airmata
sisakan bau busuk hingga
para kawanan Dog-ie pun mengendus-ngendusnya
dan jadi sejarah menjadi kisah-kisah yang membelai manusia
dalam halusinasi bersama khayal dan angan yang memabukkan.

Jangan heran kalau di Barat orang menyebut namaNya
kebalikan dari nama DOG yang suka mengendus-endus bebauan,
mereka sebut Dia GOD.
Itu mungkin benar kalau kamu hanya bersandar dengan akal pikiranmu
yang sebenarnya lemah.

Mau bukti?
Coba saja pikirkan, kenapa 2+2=4

Di Timur lain lagi ceritanya,
karena orang seringkali di hantui rasa takut yang amat sangat
pada yang tak masuk di pikirannya,
mereka sebut Dia TUHAN.
Padahal, rasa takut itu muncul dari hawa nafsunya sendiri
menjadi HANTU yang mengejar-ngejarnya karena
akalnya tak mau diberdayakan semestinya
hingga akhlaknya yang mencuat menjadi
rumah miring yang compang camping
karna selalu dilanda prahara Dewata Cengkar
yang suka memakan dan meminum darah manusia.

Bagaimanakah jalan yang benar untuk mengenal sekedar namaNya saja?
Nabi-nabi, rasul-rasul dan kaum Arifin masih Berjalan di jalan Keberserah Dirian,
dalam selubung kerahasiaan negeri Indra Maya.
Mereka, sebenarnya sudah menjadi lentera dan penerang
bagi para pencari DiriNya yang mempunyai nama Yang Maha Tinggi.
Namun, orang kebanyakan sudah lupa, padahal apa yang telah disampaikan mereka sampai hari ini masih kita baca.

Namun lidah kita sudah kelu,
hingga rasa dari bacaannya
jadi sepahit empedu.

Bagaimanakah kita bisa membaca Pesan-pesan Warisan mereka itu
kalau kita lebih suka mengendus-endus seperti DOGie dan lebih suka
di-Hantu-i oleh was-was dihati?

Bercerminlah,
lalu bacalah apa yang ada padamu dan sucikan jiwamu,
perangi dajjal-dajal yang telah menguasai akal pikiran dan hatimu dengan
pedang keyakinan yang lurus, yang tertulis sebagai huruf Alif tersembunyi dalam kalimat Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim,
BUKAN pedang yang kamu bengkokkan karena menuruti hawa nafsumu
yang sudah menjadi Tuhanmu dari kehantuan (was-was) dirimu sendiri.

Mr. X Diantara Adam, Azazil, dan Hawa

Saya selama ini mengira, Adam, Azazil, dan Hawa adalah entitas yang berbeda sesuai dengan jenis dan gender yang sering disebutkan oleh kitab wahyu. Ternyata pemahaman saya tidak utuh karena entitas yang disebutkan sebagai Adam, Azazil, dan Hawa sebenarnya bisa melekat pada satu sosok entitas yang kelak disebut manusia sebagai Bani Adam, ataupun kelak disebut Bani Ablasa, atau katakan saja secara umum di sosok Mr. X.

Penamaan Adam, Azazil dan Hawa sebenarnya dapat ditafsirkan sebagai suatu keadaan ruhaniah pada seseorang yang mencari Tuhan dan berhadapan langsung denganNya, ibarat bola kelereng yang berada di posisi puncak Bola yang mulus dan lebih besar yaitu Bola Kehidupan. Jadi, Mr. X yang jadi si kelereng dapat menggelincir ke dua arah ke kiri atau ke kanan.

Kalau kelereng itu katakan saja, kita sebagai Mr. X yang dilabeli manusia, yang mencari Tuhan dengan berbagai cara mulai dengan membaca tanda-tanda keberadaanNya dari titik terjauh sampai titik terdekat yaitu diri kita sendiri. Karena itu terdapat suatu keadaan atau hal dan peringkat atau maqomat yang menggambarkan kondisi ruhani dari pencari Tuhan itu. Pada setiap keadaan tersebut, kita sebagai kelereng akan memendarkan cahaya sesuai dengan keadaan kita saat itu. Dalam AQ (al-Qur’an), Nabi Ibrahim a.s merupakan gambaran pencari Tuhan yang gigih dengan mengamati alam semesta di sekelilingnya mulai dari lingkungan rumah dan keluarganya sampai mengamati benda-benda langit.

Dari Nabi Ibrahim juga kita mendapatkan gambaran bagaimana akhirnya manusia HARUS berserah diri (ASLIM, atau tertunduk) MUTLAK di hadapan Kemahakuasaan Yang Maha Tinggi. Nabi Ibrahim a.s. disebut Khalil Allah (teman Allah) karena proses pembelajarannya itu merupakan suatu metode yang kelak dikemudian hari berkembang menjadi metode teoritik, empirik dan ilmiah.

Nabi Musa a.s mempunyai kisah yang lain lagi dengan kondisi yang berbeda dengan Nabi Ibrahim a.s. Yang dihadapai Nabi Musa a.s adalah egosentrisme dari kearifan manusia yang telah menjadi Cermin Retak (Broken Mirror) dengan gambaran Fir’aun sebagai setting dimana ia dilahirkan untuk menegakkan ajaran tauhid yaitu di Kawasan Mesir, yang merupakan salah satu sumber ilmu di zaman lampau.

Yang dihadapi Musa a.s bukan sekedar manusia biasa tetapi sosok figur yang menggambarkan bagaimana kearifan telah bermetamorfosis menjadi kekuasaan yang dzalim dengan pengakuan diri sebagai Tuhan yaitu Fir’aun dan pengikutnya yang taklid sehingga digambarkan sebagai prajurit dan tentara, pendeta tukang tenung dan sihir. Meskipun dibalik kepongahannya yang super dahsyat menurut ukuran manusia tersembunyi kerapuhan dirinya dan sistem sosialnya yang secara langsung ditembus oleh Kekuasaan Tuhan dimana diam-diam Nabi Musa a.s justru dididik didalam istananya sendiri.

Sandaran yang diberikan Allah kepada Nabi Musa a.s adalah Tongkat Keteguhan, yang merupakan manifestasi dari keteguhan pada Ahadiyyah dan Shamadiyyah Dzat Allah yaitu akal pikiran yang cerdas, cemerlang dan sangat rasional yang kelak diwarisi kepada kaum Yahudi yang kelak menyebut diri mereka Bani Israil alias Bani yang suka bolak balik 360 derajat dengan jumlah suku 12. Namun hati Nabi Musa a.s masih diliputi ketidaksabaran sehingga dalam proses pemyempurnaan dirinya ia didampingi oleh Harun a.s yang pintar bicara (Musa digambarkan kurang sabaran dan brangasan bahkan ia menggaplok orang mesir sampai tewas) dan harus belajar dari Hamba Allah yang ilmunya lebih tinggi yang sering disebut Nabi Khidir a.s.

Tongkat Nabi Musa a.s adalah tongkat simbolik penggerak pertama dari ilmu pengetahuan yang dituliskan sebagai huruf Alif alias bilangan satu sebagai suatu asumsi mutlak rasionalitas manusia dengan ilmu pengetahuan yang dipahaminya. Tongkat Nabi Musa a.s pun akhirnya mampu mengalahkan ketaklidan, menelan sihir dan dolanan tukang tenung yang menjadi andalan Fir’aun yang dipuncak kekuasaan tertingginya sebagai manusia dengan diwarisinya pengetahuan moyangnya, menjadi kesombongan diri kaum arif yang akhirnya menjadi Fir’aun karena menyalahgunakan pengetahuan Tuhan untuk kepentingannya sendiri atau kelompoknya sendiri.

Musa a.s adalah argumen puncak Allah bagi mereka yang sebelumnya berpengetahuan Tuhan tapi kemudian terjebak kesombongan diri dan menjadi Fir’aun yang akhirnya musnah ditelah air bah pengetahuan Tuhan ketika tongkat Nabi Musa diketukkan di Laut Merah yang merupakan gambaran simbolik tentang hawa nafsu manusia yang sudah ditaklukkan Musa a.s.

Sejak Nabi Adam a.s menciptakan sistem ilmu pengetahuan Tuhan maka ilmu pengetahuan kita baik yang kita sebut agama maupun sains sebenarnya memang bagian dari pergolakan hawa nafsu manusia yang akhirnya bisa menjadi liar maupun bisa dijinakkan. Adam sebelum diusir dari wilayah tinggi Ketuhanan dengan gambaran surgawi adalah Adam sebagai manusia yang mencari Tuhan dengan mengamati sekelilingnya sebagai Pesan-pesan Tuhan yang dibacanya menjadi Asmaa-a Kullaha.

Ketika ia menerima Asma-a Kullahaa, Adam sebenarnya telah menerima bagian yang lebih fundamental lagi sebagai instrumen untuk mengungkapkan pesan-pesan Peciptanya yang diamatinya dari lingkungan dan dirinya sendiri. Bahkan, gagasan tentang Allah sebagai Realitas Absolut atau al-Haq yang ideal pun sudah muncul dalam pikirannya sebagai makhluk yang diturunkan di Planet Bumi untuk dimuliakan kembali atau untuk disempurnakan karena dengan cara penyempurnaan ini kualitas dirinya sebagai manusia, yang menjadi cermin Kesempurnaan Penciptanya, dapat dinyatakan sebagai fakta sekaligus bukti tentang Sang Pencipta itu sendiri. Jadi, sebenarnya kalau manusia mau mencari keajaiban PenciptaNya yang paling ajaib justru ada pada dirinya sendiri yaitu harus dengan sadar melihat dirinya sendiri sebagai anak Adam yang dengan ilmunya Nabi Adam a.s yaitu ilmu simbol, geometri, bilangan dan huruf dan bisa berhalusinasi bersama dengan ilmu tersebut menciptakan gambaran kehidupan di dunia sebagai anugerah dan rahmat Tuhan yaitu kehidupan surgawi yang dihadirkan sebagai Panggung Hiburan di Dunia untuk kemudian kembali kepada PenciptaNya, lengkap dengan kemuliaan yang bisa dinyatakannya di dunia.

Ilmu yang diterima Adam sebagai manusia awalnya adalah bagaimana ia bisa mengikat pesan Tuhan menjadi makna mendasar secara simbolik.

Yang pertama adalah simbologi dalam bentuk gambaran misalnya lukisan ber-bentuk 6 atau 9.

Yang kedua adalah simbologi tentang nilai yaitu bilangan yang kelak menjadi kaidah logis dengan simbologi yang mewakili anugerah, ampunan, kekuasaan dan lain-lain.

Yang ketiga adalah melukiskan simbologi dan bilangan menjadi simbologi yang bermakna yang bisa diucapkan dengan lidahnya yaitu huruf-huruf.
Langkah selanjutnya adalah lukisan kata-kata dan kalimat yang ditampilkan sebagai celoteh atau al-Qashash di dalam Cermin Tuhan yaitu diri kita sendiri sebagai anak cucu Adam dan Hawa yang berpengetahuan tauhid atau menjadi Khalifah. Jadi, harap dicatat kekhalifahan Adam dan Hawa adalah kemampuannya untuk menjadi makhluk cerdas dan berpengetahuan Tuhan bukan menjadi raja-raja model kerajaan zaman dulu maupun zaman sekarang. Kerajaan Tuhan sesungguhnya sebagai Al-Mulk adalah manusia yang mengenal dirinya dan Tuhannya dan menyadarai kehambaan-Nya namun sesungguhnya ia adalah al-Malik, sebagai al-Mukmin yang menjadi cermin bagi al-Mukmin lainnya, yang menjadi Insaana Fii Ahsanii Taqwiim bukan asfaalaa saafiliin, yang memberikan ilham, pengetahuan, dan petunjuk bagi amanusia lainnya untuk memasuki Shirathaal Mustaqiim sebagai jalan lurus yang luas dalam gengaman Cinta Ilahi yaitu saling berpasangan , berkeluarga dan meneruskan kontinuitas penciptaan sebagai bagian dari asma-asmaNya Allah yang nyata di dunia.

Dari sintesis demikian maka muncullah pengetahuan Adam sebagai Wahyu-wahyu elementer yaitu Pengetahuan Asmaa-aa Kullaha yang lebih formal dan mendasar dan mencitrakan kesempurnaan pesan-pesan elementer dari Sang Pencipta yaitu sistem simbolik, geometrik, bilangan dan huruf sampai manusia bisa bicara dan berkomunikasi.

Adam sebagai manusia sejatinya bukan Adam yang dilahirkan tetapi manusia yang ditakdirkan menjadi penunjuk jalan bagi kaumnya atau kelompoknya sehingga ada banyak Nabi Adam di dunia ini sebanyak suku-suku yang tersebar yang jejaknya ditemui di berbagai belahan dunia. Tetapi hanya Satu Adam yang warisannya tetap kita gunakan sampai hari ini, dialah Adam Awlia yang secara personal menjadi Teman Pencipta-Nya untuk menjadi simpul awal mula bagaikan puser yang membuka dan menutup berkembangnya peradaban diatas Pengetahuan Tauhid melalui jalur kenabian, kerasulan, dan kearifan bagi umat manusia yang kelak disebut Bani Adam.

Namun, kisah Adam diselingi kisah mengerikan tentang kemanusiaan Adam sebagai suatu pilihan kehendak bebas. Itulah kisah Azazil karakter yang melekat pada Adam sebagai manusia umumnya yang gigih mencari tahu dengan berbagai cara yang mungkin bisa dilakukannya dengan Siapakah aku,mau kemana, darimana, lantas ngapain di dunia ini?

Ketika Adam belum dinamakan Adam, katakan saja Mr. X, maka Mr. X adalah gambaran umum manusia secara individual yang belum mempunyai identitas kemanusiaan dirinya atau belum mempunyai identitas apakah ia termasuk Bani Adam atau Bani Ablasa atau katakan saja belum sadar dan masih tidur atau masih mabuk dalam teler panjang karena halusinasi tentang kehidupan yang diserapnya melalui geometri, bilangan dan huruf di bawah naungan mentari mencitrakan gambaran Realitas Indra Maya.

Mr. X yang mencari jatidiripun memulai perjalanannya menyingkapkan tabir demi tabir tatanan pengetahuan Tuhan sebagai tangga-tangga mi’rajnya baik secara rasional maupun dengan citarasa keruhaniannya (Aqli, Dzauqi, al-Haqq). Ketika Mr. X ini berada di posisi tertinggi tatanan pengetahuan Tuhan, ia dihinggapi kebingungan- kebingungan yang bersifat ilahiyah dimana dirinya diserahi suatu ketetapan untuk menentukan sikap.

Di titik tertinggi ini, bagi Mr. X , ia bagaikan pendaki gunung yang berada di puncaknya, namun ia tidak melihat dimana puncaknya. Di Puncak tatanan ini, yang sebenarnya titik awal dari pengetahuan Mr. X sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan berpikir dan memahami, ia berada di posisi dilematis yang dilukiskan sebagai posisi 88. Gambarannya, kalau kebaikan kita simbolkan sebagai pasukan anti teror Den 88 dan keburukan sebagai Grup Teroris maka posisi Mr. X ini berada dalam garis tipis antara menjadi baik atau buruk, menjadi beriman atau kafir, menjadi gnostic atau agnostic, dan dualitas kemungkinan lainnya yang satu sama lain menggambarkan Jamal dan Jalal Allah, namun dengan konsekuensi masing-masing yang harus diemban karena kehendak bebas terbatas berupa sistem ilmu pengetahuan telah diterimanya sebagai cara untuk mengenal Tuhan dan sampai kepadaNya sesuai dengan Idealisasi Tentang kesempurnaanNya, dengan nama-namaNya yang baik atau Asma ul Husna. Namun kesimpulan akhirnya terserah dari aktualitas lahir dan batin dirinya mau Berserah Diri atau menjadi antipati terhadap kenyataan bahwa dirinya ternyata lemah, hina, fakir, dan tanpa daya.

Azazil akan muncul menjadi nama Mr. X jika ia bersandar pada daya upaya dirinya sebagai makhluk, yang akhirnya muncul adalah kesombongan diri yang menabiri dengan mengangan-angankan kekekalan dirinya. Produk akhirnya adalah Mr.X yang sebenarnya telah mengetahui kearifan menjadi si Fir’aun. Dari kaum Fir’aun yang menjadi Kafirun ini maka lahirlah Bani Ablasa sebagai kaum yang memutuskan diri dari rahmat PenciptaNya. Sehingga disebutkan bahwa Ablasa sebagai Iblis yang semula adalah kaum arifin yang disebut Grup Azazil yang berilmu tinggi jatuh dalam kehinaan karena mengenakan selendang Kesombongan PenciptaNya.

Dari kaum Ablasa ini lahir kaum al-Kafiruun yang diungkapkan di QS 109. Surat al-Kafiruun sebenarnya secara simbolik mengungkapkan bagaimana Mr. X mempunyai pilihan bebas yang bertanggung jawab yaitu menjadi Adam sebagai Awlia Allah atau Adam Awlia atau mau menjadi Kaum Ablasa yang memutuskan diri dari rahmat Penciptanya dengan berbagai tipu muslihatnya untuk menjerumuskan manusia sebagai Bani Adam kedalam kegelapan Bani Ablasa dimana penjara tergelapnya disebut sebagai Penjara Ghairullah (selain Allah atau kaum Syirikus Kuntulbarisus) . Karena asal usul niat dan hasratnya sama, yaitu Mr. X yang mencari PenciptaNya dan dekat padaNya, kaum Ablasa pun akhirnya bisa menyusup dalam berbagai jubah Bani Adam baik dengan menggunakan Perahu Agama, Sains, Kemanusiaan, Ham dan lain-lainnya.

Mr.X yang sadar dengan kelemahan dirinya sebagai makhluk, lahir kembali menjadi Adam Awlia dengan ampunan dan taubat yang dinyatakan Allah sebagai maghfirah-Nya yang membukakan pintu hidayah sampai akhir zaman. Dari keinginan Mr. X yang juga mengimpikan kekekalan, Allah menganugerahkan kelestarian terbatas dalam maghfirahNya berupa Siti Hawa sebagai manifestasi Ketuhanan yang Kesepuluh sedangkan bentuk Adam memanifestasikan Satu sampai Sembilan yang kelak melahirkan sistem pengetahuan desimal dan abjad hijaiah yang memiliki 28 huruf sebagai huruf sempurna dan 1 huruf yang menyatakan manifestasi Cinta Ilahi dalam bentuk kaum Hawa.

Sebagai pasangan Adam dan Hawa maka kelestarian berupa kontinuitas penciptaan makhluk diteruskan dalam koridor Al-Mizan yang benar dan lurus. Didalam diri kaum Hawa, kekekalan diubah menjadi kelestarian Diri-Nya sebagai manifestasi al-Rahiim sehingga kaum Hawa mengemban amanat tertinggi DariNya sebagai medium kontinuitas Jamal dan JalalNya.

Akan tetapi Hawa sebenarnya adalah manifestasi dari nafsu kekekalan Azazil yang menjadi Ablasa sehingga selain mempunyai positioning dekat dengan PenciptaNya ia bisa menjadi sebab yang akan memutuskan Rahmat Tuhan karena sebab-sebab kecemburuan. Dengan kata lain meskipun positioningnya sangat dekat namun sifat ketidakstabilannya sangat tinggi yang muncul dari kecemburuannya. Manifestasi nafsu Azazil menjadi Hawa yang muncul dari sulbi Adam adalah ungkapan metafor yang menjelaskan hubungan Azazil-Adam dan Hawa yang sebenarnya adalah bagian dari Rahmat dan Kemahapemurahan Allah yang menyatakan Wa Nafsi didalam diri manusia agar ia bisa mengenal Diri-Nya melalui Pengetahuan- Nya dengan dasar-dasar yang sama yaitu Tauhid, dengan instrumen Akal Pikiran dan Hati sebagai medium pengungkapan Diri pencipta yang sesungguhNya atau Singhasana Sesungguhnya. Akan tetapi aktualitasnya dalam bentuk makhluk akan berbeda tergantung pada kadar kehendak bebas yang dinyatakan si makhluk sehingga tanggung jawabnya tetap personal sesuai dengan apa yang bisa dinyatakannya di Panggung Sandiwara Dunia. Neraka bagi kaum Ablasa sebenarnya sudah diciptakannya di dunia ini sesuai dengan perbuatannya dan perilakunya yang mendustakan rahmat Tuhannya, neraka yang selanjutnya adalah Penghisaban di depan Allah, Azizul Hakiim.

Dimata Tuhan posisi Hawa memang lebih tinggi di banding Adam karena hijab terakhir antara Mr. X yang menjadi Adam Awlia adalah anugerah ampunan dengan bersandar pada Pertolongan Allah (jadi kenapa QS 110 disebut Pertolongan Allah ditempatkan setelah QS 109 al-Kafiruun mempunyai kaitan dengan maksud munculnya kesadaran Aslim sehingga manusia Adam mendapat hidayah berupa pemahaman tentang dirinya sebagai makhluk yang berpasangan) memunculkan Hawa yang menjadi istrinya, yang berkembang biak menyatakan manifestasi Allah, Rabbul ‘Aalamin.

Mr. X yang tertabiri ilusi kekekalan merana dalam kesombongan dan kebodohannya sendiri yang akhirnya justru menjadi hijab terbesarnya untuk sampai kepada Tuhan dan merekapun muncul sebagai Bani Ablasa yang memutuskan diri dari rahmat Tuhan dan menjadi penggerak tipu daya di dunia dengan menunggangi Pengetahuan Tuhan dalam bentuk dan rupa serta jubah-jubah yang menyembunyikan kedengkiannya karena ilusi kekekalan yang diangankannya.

Begitulah kisah Mr. X yang bisa jadi saya atau Anda, yang selalu ada di setiap zaman yang diungkapkan menjadi simbol-sibol kemanusiaan kita hari ini maupun simbol-simbol hawa nafsu yang menjadi keiblisan kita. Pilihan tergantung pada diri kita sendiri dengan memohon ampunan dan taubat untuk mendapatkan pertolongan Alah sebagai suatu fakta dan bukti bahwa kita sebagai bani Adam memang pantas disebut sebagai manusia atau bukan.

Petunjuk Dari-Nya sudah cukup jelas, maka carilah tabir pelindung yang bisa mengantarkan dirimu ke jalan yang luas dan lurus sebagai jalan yang diberi nikmat yang banyak dalam keselarasan dengan Kehendak Allah, bukan jalan mereka yang terpuruk kedalam Penjara Ghairullah (QS 1:7).

Bukti dan faktanya bisa dilihat kalau kita melihat dengan seksama pada diri kita sendiri khususnya Ibu jari dan telunjuk yang bisa memegang apa saja dan berbuat apa saja sesuai dengan kualitas lahir dan batinmu. Mengenai tanggung jawab, juga sudah jelas. Bukankah kita semua mempunyai sidik jari yang unik dan tak ada duanya, bahkan kalau kita kembar sekalipun? Nah itulah tanda TanganNya yang akan menyebabkan kita berada dihadapanNya secara satu demi satu sesuai dengan tangggung jawab perbuatannya masing-masing. Bukankah itu Kemahabijaksanaan Allah sebagai Diri-Nya yang menjadi Aziizul Hakiim? Kalau masih belum jelas lagi, carilah Film yang dibintangi Anthony Hopkins yaitu Final Cut untuk mendapat gambaran yang lebih nyata dan mungkin bisa terjadi. Kalau masih belum jelas juga, maka hanya Allah lah yang bisa menyembuhkan penyakit summum bukmum umyun yang melekat didalam dirimu. Maka shalatlah karenaNya dan berdoalah dengan memohon ampunan padaNya saja bukan pada yang lainnya.

Puncak-Puncak Evolusi Kemakhlukan, Meruntuhkan Nafsu Diri Sendiri Dengan Aslim

Terpaku di surat ke 109, saya termenung membaca penamaan ayat tersebut yaitu Al-Kafiruun (Orang-orang kafir). Surat yang seringkali dijadikan sebagai argumentasi kebebasan beragama tersebut nampaknya bukan sekedar ungkapan yang membedakan antara satu manusia dengan manusia lainnya dalam koridor memilih suatu keyakinan antara satu agama (Islam) dengan agama lainnya, namun tersirat ungkapan yang lebih personal atas capaian ruhani seseorang dipuncak pengetahuannya yang tidak lain adalah Pengetahuan Tentang Pencipta itu sendiri sebagai entitas yang kita sebutkan sebagai Allah, atau sebutan lainnya yang setara pemaknaanNya, dan kita sebagai Bani Adam yang layak disebut manusia sebagai Insaana Fii Ahsaani Taqwiim (QS 95:4) bukan kaum Ablasa yang tidak tahu bagaimana dirinya diciptakan (QS 18:51).

Sekilas, dalam tulisan tentang “Mr. X diantara Adam, Azazil, dan Hawa” saya menyinggung tentang surat al-Kafiruun ini.

Dari kaum Ablasa ini lahir kaum al-Kafiruun yang diungkapkan di QS 109. Surat al-Kafirrun sebenarnya secara simbolik mengungkapkan bagaimana Mr. X mempunyai pilihan bebas yang bertanggung jawab yaitu menjadi Adam sebagai Awlia Allah atau Adam Awlia atau mau menjadi Kaum Ablasa yang memutuskan diri dari rahmat Penciptanya dengan berbagai tipu muslihatnya untuk menjerumuskan manusia sebagai Bani Adam kedalam kegelapan Ablasa dimana penjara tergelapnya disebut sebagai Penjara Ghairullah (selain Allah atau syirik). Karena asal usul niat dan hasratnya sama, yaitu Mr. X yang mencari PenciptaNya dan dekat padaNya, kaum Ablasa pun akhirnya bisa menyusup dalam berbagai jubah Bani Adam baik dengan menggunakan Perahu Agama, Sains, Kemanusiaan, Ham, Feminisme dan lain-lainnya.

Tulisan yang mengulas Adam dan Azazil di posisi tertinggi sampai munculnya metamorfosis Azazil sebagai Hawa dari sulbi Adam sebenarnya merupakan suatu kesimpulan setelah merenungkan surat ke-109 sampai QS 114 sebagai suatu kesatuan. Dari penempatan QS 109, saya baru ngeh (setidaknya dari penelahaan saya sampai hari ini) bahwa puncak surat AQ sebenarnya QS 108 sebagai suatu al-Kautsar (Nikmat Yang Banyak), namun diteruskan dengan QS 109 sebagai al-Kafiruun sebagai suatu peringatan yang bisa menimpa suatu kaum atau perorangan yang merasa diri diberi nikmat yang banyak namun akhirnya lalai atau kurang waspada dengan tipu daya hawa nafsunya sendiri.

Jadi, meskipun Nikmat Yang Banyak dianugerahkan oleh Allah, namun jika nikmat tersebut tidak disyukuri dan dimaknai dengan sadar dan waspada seseorang atau suatu kaum bisa terjerumus kepada Kekafiran karena ada nafsu tersisa yang dibiarkannya, yang justru menumpuk menjadi kesombongan yang menabiri. Kisah-kisah umat terdahulu yang dihancurkan oleh Kekuasaan Allah seperti Bani Tsamud, ‘Ad, Fir’aun, maupun yang lainnya yang diungkapkan dalam beberapa surat AQ nampaknya berhubungan dengan hal ini, kesombongan yang akhirnya menjadi Gunung al-Hijr (nama gunung yaitu al-Hijr sebagai suatu gunung batu artinya bisa juga sebagai al-‘Aql) sehingga akhirnya menggelincirkan umat manusia ke dalam kekafiran yang muncul dari nikmat yang banyak namun kurang disyukuri sebagai rahmat PenciptaNya (dengan suatu peringatan keras di QS 55 yang dinyatakan sebanyak 31 kali, “Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?”).

Kedua surat ini (QS 108-109) menjelaskan dua keadaan yang saling memunggungi seperti sisi dua mata uang bahwa dari kenikmatan yang diperoleh manusia, bisa juga muncul kekafiran, dan demikian juga sebaliknya dari kekafiran bisa juga muncul nikmat yang banyak.

1. “Laa ilahaa Illaa Allah” atau “In GOD We Trust”

Lagi-lagi saya teringat di salah satu pesan yang saya sampaikan pada teman saya tentang Uang dan Nabi serta tulisan di uang dollar Amerika “In God We Trust” yang menurut saya bersifat dualitas dimana manusia diingatkan bahwa kalau manusia lupa diri maka “God” baginya adalah “Money” yang secara tersirat (entah sengaja atau tidak nampaknya yang pertama kali menyebutkan dalam bahasa Inggris uang sebagai “money” memahami hal ini M-ONE-Y, pindahkan huruf ke-5 ke posisi 2 didapat MY-ONE, saya adalah Yang Satu atau Saya adalah Tuhan yang satu, selebihnya silahkan tafsirkan sendiri apa maksud pembuat uang ini siapakah dia? Iblis yang bermetamorfosis atau Tuhan Yang Satu), dan tanpa sadar kitapun percaya juga “waktu adalah uang” padahal didalam al-Qur’an juga disebutkan mengenai rahasia Sang Waktu dengan Kesadaran Manusia (simak QS 103) sebagai suatu ketetapan untuk menjalani kehidupan yang harus diistiqomahi dengan kesabaran dan berbuat kebaikan.

Dari kedua keadaan yang bertolak belakang ini, sebenarnya terdapat hubungan dimana satu sama lain akan menyebabkan kedua hal tersebut terjadi sebagai suatu perubahan takdir, atau nasib. Namun kunci itu tergantung pada pengertian kita tentang nikmat yang kita peroleh berupa pemahaman dengan Pengetahuan Tauhid dan bagaimana kita menggunakannya. Apakah dengan kesadaran kudus sebagai hamba atau dengan kesombongan diri, sehingga di puncak tertinggi Pengetahuan Tauhid, kita malah tersesat dan terjebak dalam tipu daya halus yang muncul dari Nafsu Terakhir yang lalai kita kendalikan terlebih dahulu yaitu “keakuan” atau “egosentrisme” kemakhlukan kita yang dikira kecil justru menjadi besar sehingga tumbuh menjadi Gunung Batu al-Hijr dan menjadi tabir yang tak bisa ditembus untuk melihat Realitas Tentang al-Haqq dan realitas tentang diri kita yang cuma sekedar makhluk dengan batasan paling banter umurnya rata-rata 60 sampai 66 tahunan yang rasanya kita cerap sebagai “O-SIN (Original Sin)” atau “Allah”.

Nafsu diri yang dilalaikan pengendaliannya secara konsisten bisa membesar kapan saja, baik di posisi rendah, menengah maupun tinggi. Namun umumnya muncul justru pada posisi tertinggi manusia ketika manusia merasa bisa mengatasi hawa nafsunya, yaitu ketika manusia berhadapan langsung dengan Realitas Tuhan (QS 7:7). Karena itu al-Kafirrun juga menyiratkan rahasia tentang Pengetahuan Tuhan Yang Tertinggi yang akhirnya dijungkirbalikkan menjadi Kegelapan Manusia sebagai makhluk yang sesungguhnya sudah dianugerahi akal pikiran dan mampu memaknai dengan hati namun malah jadi gosong dan hangus menjadi arang bara jahanam karena debu yang menyelip di hatinya yang seolah bersih telah menjadi sumbat yang mematikan mata hatinya. Umar yang rasional semula kafir dan teman Abu Jahal serta Abu Lahab, namun karena Allah melalui doa Rasulullah menetapkan untuk menghancurkan Gunung batu al-Hijr kesombongannya ia menjadi Mukmin, namun temannya Abu Jahal maupun Abu Lahab tidak, dan mereka pun menjadi typical khas dari karakter al-Kafiruun yaitu Bapak Kebodohan dan Bapak Kemarahan.

Ketika makhluk menjadi arang bara jahanam, sebutannya kemudian disebut al-Kafiruun , AL-KF-RUN kebalikan dari NUR dengan sebutam Kaf sebagai huruf Penyingkap yaitu Manusia sebagai Bayangan Tuhan dengan Pengetahuan-Nya yang telah membalikkan dirinya dari kehambaan menjadi merasa menjadi Tuhan dan bersembunyi dalam berbagai jubah penampilan, baik yang terang terangan menjadi kafir maupun tertipu daya dengan jubah kesucian maupun ke-agamaan (jadi dalam posisi tipu daya seperti ini kita akan melihat orang mengaku beragama tetapi tidak ber-Tuhan, dan demikian juga sebaliknya). Jadi, al-Kafiruun bukan secara harfiah berarti orang yang “bodoh” dan “pemarah” dari sisi lahiriah semata namun juga dari sisi yang lebih menunjukkan bagaimana akal pikirannya yang sebenarnya secara lahiriah mungkin cerdas atau kaya lahir namun lalai mengelola sisi batiniahnya atau esoterisnya. Mereka pun bisa saja datang dari kelompok yang berjubah keagamaan, kesucian, keilmuan, kekayaan, dan kelompok yang memang secara lahiriah mempunyai ilmu pengetahuan tetapi ilmunya tidak bisa meyakinkan hatinya untuk tertunduk di hadapan Kekuasaan Tuhan.

Dalam bentuk kemanusiaan, ketika kita mencari Tuhan, sesungguhnya kita bagaikan anjing atau Dog-ie yang mencari tuannya dengan mengendus-endus baunya. Gambaran demikian dalam bahasa modern disebut Reduction Ad Absurdum atau dalam gambaran agama Timur kepala ular yang menggigit ekornya, dalam arti sesungguhnya sebuah lingkaran maujud dari titik menjadi bentuk citra sempurna 360 derajat yang menjelaskan tentang arti Waktu sebagai manifestasi Ketuhanan sesungguhnya yang disebutkan sebagai :

Allahu, Laa ilaaha illa Huwal Hayyul Qoyyum.

Dengan instrumentasi lahir dan batin yang ada pada manusia, pengetahuan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia hanya dimungkinkan bergerak bebas sebatas untuk mengenal dan sampai kepadaNya dengan Berserah Diri saja atau ASLIM alias ISLAM karena rujukan manusia untuk memahami pesan-pesan Tuhan sesungguhnya “bentuk” lahir dan batin kemanusiaannya sebagai Bani Adam yang Berpengetahuan Tuhan dengan benar sebagai ‘Abdi sekaligusnya KhalifahNya untuk mengelola sistem kehidupannya.

Akal pikiran dan hati kita, adalah instrumen bagi kita yang secara nyata hanya dapat digunakan untuk mengenal-Nya dengan mencium Asma, Sifat dan Perbuatan-Nya saja sebagai makhluk ciptaan-Nya yang DIANUGERAHI amanat untuk menyingkapkan SIAPA DIA. Dari amanat tersebut Allah berkenan memberi modal menyaksikan Ke-Esa-an MutlakNya di alam alastu yang akhirnya muncul menjadi kemampuan berpikir dan memaknai dengan pendekatan 10 yang memunculkan Pertolongan Allah menjadi kemampuan berorde 1000 alias 3 dijit saja yang aktual menjadi 10X10=100.

Hasil yang aktual dari penyaksian itu adalah QS 2:255 al-Kursy yang tak lain adalah tangan dan kaki kita sebagai ciri-ciri Mr. X kecuali dengan sebutan Insaana Fii Ahsani Taqwiim atau bisa menjadi Asfalaa Safiilin yang belum diberi identitas khas sampai Adam Awlia menyatakan kita sebagai Bani Adam. Upaya kita mengenal Tuhan dengan mencium WewangianNya dan mempunyai akurasi SIXSIGMA alias 66 (Allah) alias 341 per semilyar proses alias 10 pangkas 9 alias QS 109. Melampaui 10 pangkat 9 yang muncul khayal dan angan-angan menjadi al-Kafiruun (QS 109), karena itu yang diperlukan adalah mengartikulasikan potensi penyaksian ke-Esa-an menajdi Pertolongan Allah semata (QS 110) dengan menyatakan maghfirahNya yaitu Taubatan Nasuha (QS 9, at-Taubah).

2. Metafor Siti Jenar dan Anjing

Dalam kasanah tradisi kewalian Jawa, ungkapan anjing yang mencari tuannya tidak lain adalah Kisah Siti Jenar yang berubah menjadi anjing sebagai simbolisme dan gambaran yang sebenarnya menohok langsung 9 wali lainnya yang bersandar pada pengertian lahiriah untuk mencari Tuhan, namun dengan pegangan formalitas Taubatan Nasuha.

Jadi, anjing yang mati sebenarnya gambaran tentang hawa nafsu terakhir manusia dengan simbolisme Siti Jenar yang dibunuh 9 wali yang justru menyempurnakan Siti Jenar kedalam wilayah kehambaanNya yang hakiki menjadi makhluk yang digelari Nurzathi. Meskipun 9 wali bisa membunuh Siti Jenar, tapi juga sekaligus mereka tertipu oleh hasratnya sendiri sebagai nafsu terakhirnya yang masih dibelai-belainya, sehingga kewaliannya justru akan menjadi hijabnya sendiri. Dengan dibunuhnya Siti Jenar, Siti Jenar justru bermetamorfosis menjadi makhluk baru yang berada di wilayah diluar ilmu pengetahuan kita saat ini.

Kisah 9 wali songo nampaknya mempunyai keselarasan dengan kisah 9 Kesatria Templar di Wilayah Eropa yang menurut tafsiran historis, yang belakangan ini banyak dibincangkan setelah keluarnya novel Da Vinci Code, menjadi kelompok pengatur yang mempengaruhi revolusi sosial politik di Eropa Barat. Entah kenapa dan sejak kapan kisah ini masuk ke Indonesia nampaknya erat kaitannya dengan pergulatan politik kekuasaan yang telah menggunakan jubah keagamaaan untuk meraih kekuasaan dan dominasi politik yang berkembang di wilayah Mediterania maupun di bagian dunia lainnya, dan akhirnya setelah Perang Salib masuk ke Indonesia yang waktu itu berada di bawah ancaman kekuasaan Belanda. Semua itu nampaknya berkaitan erat dengan munculnya gerakan Agama Masehi dengan fokus utama di Aleksandria tempat dimana terdapat sumber ilmu pengetahuan saat itu dan pusat pergolakan intelektual dan reformasi keagamaan di akhir abad Sebelum Masehi sampai tahun 535 Masehi yaitu tahun dimana Gunung Rakata meletus yang menurut penulis Buku Krakatau mengubah konstalasi kekuasaan di berbagai dunia termasuk lahirnya Nabi Muhammad SAW 36 tahun setelah meletusnya Gunung Rakata di Selat Sunda.

Akan tetapi, Wali Songo yang dikenal di Indonesia nampaknya bukan sekedar kisah fiktif, kisah tersebut adalah gambaran tentang maqomat ruhani dan hal dari perjalanan ruhani seseorang ketika melalui fase demi fase menyingkap tabir kemakhlukan dirinya. Sembilan Wali adalah gambaran tentang Adam (45) yang muncul ke permukaan sebagai suatu tatanan pengetahuan Tuhan yang artikulasinya diwakili oleh huruf Kaf dan Fa dalam nama Al-Kafirun, sebagai penyingkap rahasia manusia yang dengan PengetahuanNya atau Alif-Laam, yang akan mengungkapkan suatu kondisi dilematis yang akan ditemuinya di posisi tinggi Menjadi Bani Adam yang Aslim di hadapan kelemahan dirinya dengan segala pengetahuan lahir dan batinnya atau menjadi maujud Nafsu Terakhir yang dilalaikannya yaitu egosentrisnya dan lahir menjadi Fir’aun atau Dajjal atau Azazil Sang Iblis.

Dari kearifan yang dijelajahinya dengan pengetahuan Adam, manusia seolah dililit Sang Ular yang tiba-tiba muncul menggigit ekornya sendiri atau asal usul dirinya, ekornya pun digigitnya. Namun dengan ketundukkan di hadapan Tuhan kekafiran yang kelak akan melahirkan Ablasa bisa berubah menjadi kehambaan yang melahirkan manusia sebagai Bani Adam dan Siti Hawa yang merupakan metamorfosis keakuan untuk meneruskan kontinuitas Jamal dan Jalal Allah dengan car aberkembang biak meneruskan generasi manusia yang berilmu pengetahuan dengan benar, dan mempunyai pedoman yang benar yaitu Al Qur’an sebagai Dzikrul Lil Mukminun dan Dzikrul Lil ‘Aalamin.

Jangan heran kalau dalam sejarah kita terdapat paradok-paradok, baik fiksi maupun fakta sejarah : ada kisah Maling Budiman, Jaka Sembung (L) dan Bajing Ireng (P) sebagai pasangan yang melawan Belanda yang dikisahkan Djair Warniponakanda menjadi komik apik Indonesia, Si Pitung dari Batavia, Robin Hood di Inggris, Simon Templar, Willem Tell, Che Guavara, Aji Saka yang kulit putih alias orang Rumawi atau salah seorang Yahudi yang lolos dari pembantaian 41 kaum Yahudi di Ain Jedi tahun 77 M yang lari ke Timur yang menetapkan tahun Saka diJawa pada tahun 78 M, Adi Mulya (Adam Awlia) raja pertama Tarumanegara, Gajah Mada (atau Gajah Adam alias Adam dengan pengetahuan Dewa Ganesha), Sunan Kalijaga alias X Jaga si penjaga sungai pengetahuan sebagai SOGO (renungkan saja kenapa logo SOGO itu bentuknya lingkaan dengan simbol X), Soekarno, Soedirman, Soeharto, atau di masa Rasulullah ada Umar Bin Khatab yang awalnya kafir tapi bisa berubah menjadi Mukmin sejati, atau Pemberontak Semua Agama & Keyakinan yang melawan semua tatanan agama dan pengetahuan pun menjadi Nabi dan Rasul Kekasih Allah yaitu Muhammad (Yatim Piatu, ditakuti oleh pengikut agama formalis di wilayah Timur seperti India dan Cina karena bisa meruntuhkan tatanan, khususnya runtuhnya tatanan 8x8=64 yang bisa diubah menjadi 13x5=65 dengan lubang ditengahnya) Sang Reformis semua ajaran agama baik dari timur (Zoroaster,manichea n, Jains, Hindu, Budha, Siwa, Tao, Zen dll) dan barat (Yahudi dan Kristen), reformis agama mesir kuno dan paganisme (Hermetisme, Ofirisme) maupun reformis rasionalitas ilmu pengetahuan dari Yunani (Theosophia) dengan ungkapan Buah Tiin dan Buah Zaitun yang masak di Mekkah (QS 95). Ungkapan Buah Tiin dan Buah Zaitun sebenarnya ungkapan ruhani bagi Nabi Muhammad SAW yang secara alamiah berada dalam posisi yang siap lahir dan batin untuk menerima anugerah Pengetahuan Tauhid tertinggi dan mengoreksi semua bentuk pengetahuan maupun keyakinan agama yang telah dikenal maupun kelak akan dikenal dengan cara yang berbeda, lebih terperinci, maupun lebih metaforis dengan label ilmiah misalnya:

Shirathaal Mustaqiim adalah Medan Gravitasi (9,81), al-Falaq adalah pengetahuan tentang pembelahan inti sel dan teknik nuklir, penyucian jiwa adalah gastrulasi yang meruntuhkan legenda Aristotelian “mana duluan telur sama ayam? “
40 hari puasa khalwat adalah aktivasi frekuensi 40 MegaHertz gelombang otak yang bisa mencerdaskan manusia. Nun (50) adalah jumlah kapasitas neuron di kulit otak kepala manusia yang bisa aktif secara bersamaan kalau manusia biasa sholat tahajud yang mampu menyimpan 10 pangkat 5 fonem bahasa dengan sebutan klasik QS 105 al—Fiil, taksiran usia alam semesta adalah 365x1000x40.000=14,6 milyar tahun (sehari=1000 tahun, satu tahun 365 hari) sebagai taksiran minimal dengan taksiran maksimal 25,5 milyar tahun (sehari sama dengan 70.000 tahun), usia planet bumi identik dengan 2x23=46 sebagai jumlah pasangan kromosom dengan kemungkinan menjadi al-Kafiruun kita yaitu adalah 4,6 milyar tahun, akurasi optimum perbuatan kita adalah akurasi SixSigma (314 proses per satu milyar).

Tahu nggak sih kalau kita saat ini berada di siklus ke-13, siklus terakhir dari siklus besar 6000 tahunan yang melahirkan kemanusiaan kita dengan naungan 92 unsur kehidupan yang terbentuk sejak meletusnya Kaldera Danau Thoba (92) 74.000 tahun yang lalu?
Kehidupan kita sehari semalam dinaungi oleh 12+12=24 huruf tauhid
Sidik jari di Ibu jari dan telunjuk kita sesungguhnya adalah bukti dari 6236 ayat al-Qur’an
Kalau kamu acungkan telunjukmu ke atas dengan menyebutkan “Allah Hu Akbar” maka dari telunjuk dan ibu jarimu bisa memancar pengetahuan para nabi dan rasul.
Bla…bla..bla…dll… dll..dll. ...(yang lainnya cari sendiri di AQ)

3. Dilema Di Posisi "Au Ah Gelap"

Posisi dilematis dipuncak Pengetahuan Tauhid yang bisa dialami oleh kaum arifin, gnostikus, sufi, atau siapapun yang mau mengalaminya sebagai perjalanan ruhani, yang bisa disebut sebagai “Posisi Au Ah Gelap”, secara jelas sebenarnya diungkapkan dalam firman QS 109:1-5 yang menjelaskan suatu dialog antara yang hak dan yang batil dengan suatu penentuan bahwa kehendak bebas manusia mempunyai tanggung jawabnya masing-masing sehingga setiap pelakunya dan tatacara penyembahannya kepada Al-Haqq adalah pilihannya sendiri sesuai dengan kadar Rasa Allah yang ada padanya.

QS 109 pun ditutup dengan ungkapan 14 huruf yang menyimpan rahasia asal usul pengetahuan Tuhan sebagai bukti kalau pengetahuan manusia sebatas huruf L saja (Know-L-edge, mengenai kata Knowledge ini saya menterjemahkannya “tahu nggak sih L itu pojokan dari awal dan akhir pengetahuanmu”, mengenai L – nya itu apa silahkan renungkan sendiri)

“Bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku (Lakuum diinukum wa liya diin)”. (Qs 109:6).

Pilihan yang dinyatakan Nabi Muhammad SAW adalah pilihan yang akhirnya diungkapkan dalam QS 9:128-129 sebagai posisi kehambaan dengan kekhususan sebagai Kekasih Allah atau secara umum akhirnya dinyatakan oleh beberapa pengikutnya sebagai al-Insaan al-Kamil (Sahl al Tutsari, al-Hallaj, Ibnu Arabi, Abd Qadir al-Jilani, dan kajian lainnya tentang tema ini misalnya oleh Nietsze dari Jerman yang mencari makna “Man and Superman”) dengan gambaran personifikasi diungkapkan sebagai QS 47 surat Muhammad.

Dalam keterbatasannya manusia memang harus menentukan sikap dengan kesadaran kudus yaitu ASLIM atau Berserah diri atau menjadi ISLAM, atau dengan kegelapan jiwa dan raganya, dalam kebutaan matahatinya menjadi Bani Ablasa, kaum Dajjal, bagian dari sistem Dajjal, kaum Yakjuj dan Makjuj, serta kaum lainnya yang esensialnya summum bukmum umyun, atau mirip kisah Gajah dan orang buta yang mencoba menafsirkan Gajah sesuai apa yang bisa dipegangnya.

Berserah diri dengan ketundukan di hadapan Tuhan adalah Pertolongan Allah yang sesungguhnya. Karena itu, setelah surat al-Kafiruun, ditempatkanNya surat ke-110 sebagai huruf Wawu yang menyimpan rahasia batin dari Kemahabijaksanaan Kekuasaan Tuhan berupa kehambaan makhluk dihadapanNya, dan semua makhluk terikat didalam rahmatNya yang aktual dan dirasakan sesuai dengan citra bentuk lahiriah yang ditetapkan ada pada manusia sebagai Mister X , yang dihidupkan mengikuti arus Sang Waktu, yang dinyatakan dari keadaan berpasangan sebagai pasangan suami dan isteri dengan naungan Cinta Illahi (al-Mahabbah) , yang mempunyai 2 tangan dan 2 kaki masing berjumlah sepuluh jari yang menjadi penyingkap dari PenciptaNya. Huruf X selain bernilai 10 juga bernilai 20 dan secara simbolik adalah simbol manusia dengan 2 tangan yang membuka keatas dan 2 kaki yang terpentang menginjak Bumi, dan Laam dengan nilai 30 sebagai batasan Pengetahuan Tuhan adalah pengetahuan manusia tentang dirinya dan PenciptaNya dengan simbologi terselubung sebagai Alif-Laam (31) atau AL yang dibunyikan menjadi bunyi nada dasar yang muncul di alam yang tergantung bioritmik dan logaritmis denyut kehidupan dari kerahasiaan saling berpasangan sebagai Kekasih dan Yang Dikasihi yaitu Cinta Adam dan Hawa sebagai simbologi Cinta Ilahi kepada semua makhluk : huruf Laam-Alif.

4. Pertolongan Allah dan Rahasia Jihad Rasulullah dan Ali Bin Abu Thalib KWJ

Dengan pertolongan Allah, manusia dilahirkan kembali setelah prosesi penyucian jiwanya dengan menelusuri ayat-ayat al-Qur’an dari QS 1 sampai QS 108 sebaai pedoman hidup dan pedoman pengungkapan tabir jiwanya. Namun, tantangan terbesar manusia masih ada yang diungkapkan sebagai suatu peringatan bagi manusia yang menjalani penyucian jiwanya dan membaca tanda-tandaNya yaitu surat al-Kafiruun. Tetapi, di posisi kritikal itu Pertolongan Allah juga masih tetap menyertainya yaitu surat QS 110 sebagai an-Nashr .

Pertolongan Allah yang dinyatakan kemudian diuraikan dengan 69 huruf yang diakhiri dengan penjelasan bahwa Allah adalah penerima taubat atau Allah yang telah menetapkan Maghfirah Bagi Adam dan Hawa atau bagi manusia yang telah menjalani prosesi penyucian jiwanya sehingga ia menemukan hijab terakhirnya adalah pasangan hidupnya sebagai manifestasi Allah, Al-Rahmaan, aL-Rahiim yang aktual untuk meneruskan misi Penciptaan yang dinyatakan Tuhan sebagai awal mula manusia dihadirkan dengan Nur Pengetahuan Tuhan yang kelak dari Nur Pengetahuan itu menjadi ilmu pengetahuan simbolik sebagai asma-asma elementerNya : dari 1 sampai 10, alif sampai ya, a sampai z.

Nur Pengetahuan Tuhan sendiri adalah Pertolongan Allah yang aktual, meskipun Nur tersebut dibelit oleh Ular Hawa Nafsu manusia sebagai maujudnya janji Pencipta bagi sang Azazil yang menjadi iblis dan bisa menyesatkan manusia. Karena itu Nur Pengetahuan Tuhan memerlukan pemandu atau penabir supaya manusia tidak terbakar dalam kekafiran yang dinyatakannya dari debu kesombongan yang masih melekat di hatinya.

Penabir dan pemandu itu adalah Nur Muhammad karena dari Nur Muhammad makna tentang Allah sebagai Pencipta dituntaskan dengan pedoman dan syariat yang berkaitan langsung dengan kondisi psikologis manusia atau akhlak manusia dengan segala perbuatannya di dunia. Dalam wujud lahirnya ia muncul sebagai Ahmad Muhammad dan menjadi Nabi yang terakhir karena dengan Risalah yang disampaikannya (AQ) ia menjelaskan manusia dalam proporsi ideal yang sesungguhnya dalam hubungannya dengan dirinya, kaumnya, alam lingkungannya dan Tuhannya yang dingkapkan sebagai kalimat penciptaan makhluk :

Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim, Kun Fa Yakuun.

Dan selama manusia tak mampu menaklukkan keiblisan dirinya, ego terbesarnya sebagai jihad yang pertama kali harus dilakukan, maka peperangan dirinya dengan kebatilan lahiriah yang merupakan jihad kecilnya tak akan bisa menang. Bagaimana mungkin seorang raja bisa mempertahankan dirinya kalau didalam lingkaran dalamnya ada penghianat (hawa nafsunya yang liar)? Inilah rahasia hadis nabi yang diungkapkannya setelah Perang Badar, bahwa Perang Badar sebagai jihad kecil sesungguhnya tak akan pernah bisa menjadi kemenangan hakiki (dan kenyataannya, setelah Perang Badar, dalam Perang Uhud Umat Islam menderita kekalahan karena hawa nafsunya menggodanya, mengabaikan perintah Nabi, dan meninggalkan Bukit Uhud karena tergiur dengan rampasan perang yang ditinggalkan musuh sebagai simbol tergiurnya umat Islam dengan materialisme. Sentral pertahanan Umat Islam saat itu pun lemah dan musuh pun akhirnya mampu menghancurkan pertahanan itu. Ketahuilah, Bukit Uhud adalah Bukit Tauhid) selama manusia masih ditaklukkan oleh hawa nafsunya. Tetapi inilah yang telah diraih Ali bin Abu Thalib KWJ sehingga dalam peperangan kecilnya (yaitu perang yang dijalaninya dari mulai melindungi Nabi sampai terbunuhnya beliau) ia tak tergoda untuk membunuh musuhnya meskipun musuhnya justru menghinanya, memanas-manasinya untuk membunuhnya ketika Pedang Tauhid-nya telah bersiap untuk ditetakkan ke batang leher musuhnya. Namun, karena Ali KWJ telah memenangkan jihad besar dengan menaklukkan hawa nafsunya maka ia justru tidak menetakkan pedangnya di leher musuhnya. Musuhnya pun akhirnya masuk Islam karena kemaha besaran jiwa Ali bin AbuThalib KWJ yang berperang Demi Allah dengan sebenarnya setelah ia mengalahkan musuh besarnya yaitu Hawa Nafsunya sendiri. Jadi, bagaimana kita seharusnya menegakkan Allahu Akbar, Laa ilaaha Illaa Allah, Muhammadurrasululah itu sebenarnya cukup jelas kalau saja kita mau menghaluskan jiwa kita ke wilayah ruhani yang lebih halus yaitu dengan Iqra dan menyucikan jiwa.

5. Jihad Kecil dan Ancaman Jebakan API ABU LAHAB

Jihad dan Pertolongan Allah yang dinyatakan setelah ancaman kekafiran, berlanjut dengan penjelasan dari maujud kekafiran karena Pertolongan Allah diabaikan, pengetahuan dilalaikan dan hanya diambil unsur kesenangannya semata untuk memuaskan api nafsunya, yaitu api ammarah Abu Lahab yaitu QS 111. Ini adalah surat yang sebenarnya menggambarkan kekalahan manusia melawan jihad-jihad kecilnya karena tidak bisa menundukkan musuh beratnya atau Jihad besarnya yaitu ego dirinya yang menjadi musuh dalam selimutnya. Jadi, hati-hatilah kalau engkau berlindung dibalik kata Jihad karena dibalik kata tersebut engkau akan terseret kedalam API Abu Lahab, api ammarah, bara api neraka yang sesungguhnya dan jihadmu yang dikira kecil dan mudah dikalahkan justru menjadi jihad terbesarmu karena ternyata kamu tidak bisa menyingkirkan kerikil dengan kedua tanganmu yang dilumuri api amarahmu, dan jihadmu yang dikira kecil akan menjadi bara api yang menjerumuskan dirimu dalam kekafiran, kebatilan, dan jebakan Sang Iblis lainnya. Manusia pun diingatkan tentang Abu Lahab yang bersemayam dalam dirinya dengan alejori yang disesuaikan dengan masa Nabi Muhammad SAW ketika melawan musuh besarnya yang pamannya sendiri, ABU LAHAB (NyalaApi), QS 111.

6. Keikhlasan Allah

Bagaimanakah supaya manusia yang diberi Pertolongan Allah tidak terjebak dalam Api Abu Lahab? Surat ke-112 merupakan Pertolongan Allah yang aktual setelah manusia yang berada dalam posisi tertinggi dan lolos dari duri berbisa Egosentrisme yang mengarahkannya kepada Kekafiran dan mencegahnya memasuki Api Abu Lahab yang menjerumuskannya kedalam nestapa berkepanjangan dalam rupa adzab kebodohan, kemarahan yang dipelihara, dan bentuk lainnya yang muncul dari disia-siakannya Pertolongan Allah yaitu disia-siakannya makna Islam, al-Qur’an maupun sunnatul rasul dari segi lahir maupun batinnya, atau disia-siakannya rahasia Tauhid QS 57:3. Maka dari itu, keikhlasan yang menyelamatkannya adalah keikhlasan yang sesuai dengan batasan dirinya sebagai makhluk ciptaan yaitu Penauhidan dengan Ahadiyyah dan Shamadityyah DzatNya yang berada dalam lingkupan Rahmaniyaah dan RahimiyaahNya.

Dari penauhidan yang benar maka semua bentuk yang ada pada diri kehambaan kita harus disadari sebagai potensi yang ditakdirkan oleh Allah, dan tidak lebih dari itu. Makhluk adalah tetap makhluk yang dilahirkan, merasakan kehidupan, menauhidkanNya, patuh dengan syariat dan laranganNya dan berada dalam koridor kehendak bebasnya yang sebatas abjad dan bilangan. Tidak lebih dari itu. Dan siapapun yang menginginkan selendang KesombonganNya akan berada dalam Genggaman DiriNya yang Maha Menyesatkan dan Maha Menghinakan, dan Dia adalah Esa, sebagai Realitas Absolut yang menopang seluruh eksistensi kehidupan makhluk, tidak beranak pinak maupun dikembangbiakkan dalam ungkapan-ungkapan kesyirikan, dan karena itu semua KemahasucianNya akan bisa dirasakan oleh manusia yang sadar akan dirinya yang lemah dan fakir bukan oleh manusia yang mengenakan jubah KesombonganNya.

Keikhlasan Allah ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai HambaNya dengan Akhlak Muhammad. Karena itu susunan jumlah huruf QS 112 yang terdiri atas komposisi 11,9, 12, dan 15 huruf dengan total 47 huruf adalah rahasia Akhlak Muhamad (QS 47) sebagai rahasia dirinya yang menjadi Kekasih Allah. Dalam alejori masa kini, kode 47 pun diuraikan sebagai komposisi Kromosom Ke-11 alias kromosom HUWA MUHAMMAD (11+92=103) sebagai kromosom yang menjadi trigger kesadaran manusia atas waktu (Qs 103) atau kehidupannya yang terbatas.

Komposisi optimum Kromosom ke-11 yang ada pada semua manusia hanya diwariskan oleh kaum yang mengenakan selendang kelembutan-Nya yang tidak lain adalah kaum Adam dan Hawa. Manifestasinya di masa kenabian setelah Muhammad adalah Fatimah Az Zahra dengan pasangannya Ali Bin Abu Thalib KWJ. Maka menikahlah kalian atas dasar CINTA ILAHI sebagai bagian dari rahasia Keikhlasan Allah yang dititipkan kedalam rahim kaum wanita sebagai rahasia Kromosom ke-11, kromosom Dia Muahmmad sebagai rahasia Kelembutan Allah yang dinyatakan juga untuk Kaum Adam sehingga manusia sebagai Bani Adam adalah manusia yang menjadi Adam dan Hawa sebagai pasangan yang menjadi Wakil Tuhan sebenarnya (Khalifah) yang meneruskan kontinuitas Jamal dan Jalal-Nya.

7. Al-Falaq

Dari keikhlasanNya Allah kemudian meneruskan Pedoman untuk sampai kepadaNya dengan suatu peringatan yang terselubung didalam waktu subuh sebagai al-Falaq, atau pecahnya cahaya mentari yang akan menerangi bumi dan menghamparkan maghfirahNya sebagai kehidupan semua makhluk yang hidup dalam celupan gravitasi Cinta Ilahi yang membangkitkan manusia dari kematian sementaranya atau waktu tidurnya. Karena iu, selama merasakan realitas kehidupan memohonlah perlindungan dari semua godaan makhluk-ya di sang hari, maupun di malam hari, dan dari kejahatan para tukang tenung dan sihir yang menyimpan kejahatan yang muncul dari kedengkian hati yang dihembuskan dari nafsu manusia yang selama siang dan malamnya selalu digoda oleh gambaran tentang keindahan wajah dunia yang fana.

Al-Falaq yang sering disebutkan sebagai pelindung dari godaan setan sesungguhnya pelindung dari godaan hawa nafsu yang menghembus-hembuskan gelora syahwat dan angan-angan manusia sehingga lupa diri dengan keadaannya sebagai makhluk berakal yang dibelit ular berbisa yang bisa menyesatkannya yaitu ego dirinya. Ego dirinya bukan sekedar muncul dari dirinya sendiri namun juga muncul dari hembusan para penggoda dan pendengki dari luar. Maka jagalah hatimu, dan pandangan matamu dari keindahan yang menipu karena realitas dunia adalah produk hawa nafsu kita sendiri baik yang terkendali maupun tidak terkendalikan yang melahirkan Cinta, Amarah, Peperangan, Darah dan Airmata yang melukis sejarah Umat Manusia di Planet Bumi yang semata wayang ini.

8. Kehidupan Umat Manusia (An-Naas)

Setelah al-Falaq yang mencuatkan realitas kehidupan sebagai gambaran dibawah naungan mentari yang mencitrakan negeri Indra Maya (Realitas The Matrix, 6236 ayat AQ), maka kemanusiaan kita muncul dalam berbagai bentuk yang kita rasakan, baik sebagai diri kita, anak, suami, istri, harta benda, saudara maupun gambaran dunia manusia yang telah nyata sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan, menjalin rahmat Tuhan menjadi Rahmaatan Lil ‘Aalamin dalam washilah kehidupan yang dinyatakan dari Cahaya Muhammad yang menghidupkan 92 unsur utama di Planet Bumi sehingga Bumi menjadi makhluk yang hidup dan layak untuk menjadi penampilan Jamal dan Jalal Allah, sebagai bagian dari aktulitas Kemahabesaran Pencipta, Allah Rabbul Aalamin.

Surat ke-114 adalah puncak evolusi kehidupan makhluk dengan manusia sebagai variabel dominan didalamnya yang mewarisi Pengetahuan Tauhid sebagai Kemahabijaksanaan Allah SWT sehingga sesungguhnya semua kehidupan adalah dalam Genggaman-Nya.

Kehidupan An-Naas adalah kumpulan realitas di dalam celupan Pengetahuan Tauhid atau Shibghatallaahi sebagai ‘Aalamin yang kenyataannya dirasakan melalui ilmu pengetahuan yang muncul dari kemampuan Adam sebagai moyang manusia yang menerima asmaa a kulaha lantas menyatakannya dengan prinsip-prinsip dasar kehidupan di bawah naungan mentari menjadi geometri, bilangan dan huruf, lengkap dengan efek sampingannya yang bisa menyesatkan manusia karena menuruti was-was dihatinya. Was-was merupakan maujud dari Wa Nafsi yang diwarisi dari kondisi-kondisi primordialnya ketika berhadapan langsung dengan Allah Pencipta-Nya dengan ketetapan yang telah menjadi ketentuan asal yaitu Penyaksian akan ke-Esa-anNya, “Bukankah Aku Tuhanmu”? (QS 7:172).

Keselamatan manusia sebagai an-Nass bergantung kepada kemampuannya untuk tunduk dengan hukum-hukum asal tersebut yang aktual menjadi keseimbangan tanpa cacat sebagai hukum asal realitas yang secara langsung mencitrakan Jamal dan Jalal-Nya di alam materialistik yang dihidupkan di bawah naungan mentari. Efek sampingan yang muncul adalah Wa Nafsi, yang bisa menjadi taqwa dan bisa menjadi jahat, maka beruntunglah bagi mereka yang menyucikan jiwanya karena dari jiwa yang disucikan dan dimurnikan itu ia akan kembali menyaksikan ke-Esa-anNya dan kehambaan dirinya.

Manusiapun kemudian dituntut untuk menyingkapkan hijab-hijab dirinya sebagai makhluk sehingga jawaban tentang kehidupannya, maknanya, rahasianya, dan misinya di dunia disadarinya dengan tulus dan ikhlas sebagai bagian dari RahmatNya, bukan malah memutuskan diri dari RahmatNya dan menjadi Kaum Ablasa.

Bagaimanakah engkau akan menjawabnya pertanyaanNya, ketika Dia bertanya kepadamu bagaikan bayangan dirimu yang tampil didalam cermin dan berkata kepadamu, “Bukankah Aku Tuhanmu?”. Yang diperlukan untuk menjawab semua itu adalah Aslim dengan Pedoman Dzikrul Lil ‘Aalamin yang menjelaskan Pesan-pesanNya, yang menyembunyikan Surat CintaNya di dalam 114 surat, 6236 ayat yang menjelaskan kenapa telunjuk jarimu dan jempolmu bentuknya seperti itu. Lebih dari itu, maka katakan saja :

Laa ilaaha illaa Huwa, Laa ilahaa illaa Allah, Muhammadurrasulullah,
Dan berserah dirilah dengan menjalankan perintah dan larangan-Nya, shalatlah karena didalam shalat engkau menutupi kebocoran jiwamu yang realitas relatifnya muncul dari hitungan telunjuk dan ibu jarimu.

Shalatlah dengan daya upayaNya bukan daya upayamu, karena hanya didalam shalat yang benar dengan niat yang lurus maka engkau akan melihatNya (ihsan).
Kalau engkau masih belum bisa melihatNya didalam shalatmu, maka luruskanlah niatmu yang masih mengendong hajat dan hasrat keduniawianmu.

Didalam DiriNya yang ada adalah KesucianNya, maka sucikanlah NamaNya Yang Maha Tinggi dengan menyucikan dirimu sendiri, dan menjadikan dirimu bagian dari cahaya-cahaya Jamal dan Jalal-Nya.

Dawailah Cinta Ilahi dengan hatimu dengan menggetarkan 2x23 Kromosommu,
hingga dirimu sebagai An-Naas adalah bukti tentang DiriNya yang Maha Hidup dengan limpahan rahmat dan kasih sayang yang menjalin kehidupanmu
di Planet Heart, Planet Earth, Planet Kehidupan.

Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis, seperti tabir atau hijab),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan- perumpamaan (metafor-metafor) bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu. (Qs 24:35)

Dan Dia menghitung segala sesuatunya satu demi satu (QS 72:28)