Thursday, May 10, 2007

Kesaksian Bukan Pembuktian

Bismilahirrahmanirrahiim

Adalah sebuah kebanggaan ketika tulisan kita bisa menjadi inspirasi kebaikan. Walaupun terkadang harapan itu harus pula disimpan rapi sekali agar tidak bercampur dengan ria dan sum’ah yang menghapuskan amal bak pasir di atas batu licin yang tertiup angin.
Kita buka diskusi ini dengan ungkapan seorang sahabat dari Fisika ITB dalam penutup tulisannya tentang Theory of Almost ... Almost Everything :

"Tauhid adalah penyaksian dan bukan pengetahuan, barang siapa menyaksikan maka ia telah bertauhid barang siapa hanya mengetahui ia belum bertauhid."

Godaan terbesar akal adalah membuktikan segala sesuatu.

Hal yang sama pernah terjadi di era Nabi Musa, ketika kepongahan akal ditunjukkan dalam kalimat itu :

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
(Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 55)

Sebuah ironi, karena ayat-ayat sebelumnya menerangkan tentang keajaiban-keajaiban Alam yang tak tertangkap rasio formulasi saintifik, bahkan mencapai klimaks ketika jalan terbentang di antara dua tembok air laut.

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutny a sedang kamu sendiri menyaksikan. (Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 50)

Dua buah ayat ini diakhir dengan kalimat indah itu : WA ANTUM TANDZURUN. (DAN ENGKAU MENYAKSIKAN) bukan DAN ENGKAU MEMBUKTIKAN!!

Nobelis Fisika, Richard P. Feynman pernah menulis dalam bukunya “Character of Physical Law”

“There was a time when a newspapers said that only twelve men understood the theory of relativity. I do not believe that there ever was such a time ... On the other hand, I think it is safe to say that no one understands quantum mechanics ... Do not keep saying to yourself, if you can possibly avoid it, “ But how can it be like that ?” because you will get “down the drain” into a blind alley from which nobody has yet escaped. Nobody knows how it can be like that.

Einstein menulis dalam suratnya untuk Max Born tahun 1926 :

Quantum mechanics is very impressive. But an inner voice tells me that it is not yet the real thing. The theory produces a good deal but hardly brings us closer to the secret of the Old One. I am at all events convinced that He does not play dice

Tidak ada yang salah dengan akal. Ia anugerah tertinggi yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Tapi anugerah lain yang pula sering terlupa adalah ”penyederhanaan” karena ada frame limit dan batas atas. Itulah mengapa Allah membahasakan dirinya dengan Asmaul Husna, yang 99-nya adalah bahasa yang dimengerti manusia.

Jika ada orang jago yang bertanya,”Bisakah Tuhan menciptakan batu yang sangat besar sehingga Tuhan sendiri tidak mampu mengangkatnya.” , coba tanyakan kembali pada orang itu,”Bisakah engkau lafadzkan kata lain dari ”Tuhan” dengan kata yang seluruh dunia ini tidak akan bisa melafadzkannya ?!” atau dengan pola lain,”Bisakah kau definisikan ”undefined” dengan kata yang benar-benar ”tak terdefinisikan” ?!”

Sebuah pembanding yang indah dilukiskan dalam Al Quran tentang permintaan pembuktian kebesaran Allah oleh Nabi Ibrahim :

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 260)

Entah berapa banyak sindiran Quran bagi mereka yang merasa perkasa dengan logika, bahkan dari mereka yang paling dekat posisinya dengan kerajaan Tuhan, yakni Malaikat :

Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 30 – 32)

Dalam tempat lain di Kitab Suci :

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? " Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,
(Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 26)

Atau di tempat lain :

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
(Al Quran Al Karim Surah Ali Imran ayat 7)

Tipis beda antara mencari kebenaran dengan mencari-cari kebenaran.

Tancapkan dulu tonggak iman dengan kokoh, ikatkan dirimu disitu, selepasnya .... silahkan sebebasnya berthawaf mencari dalih saintifik, terminologi filosofis, atau logika empirik, karena kelindan sintesa bisa saja salah.

Itulah mengapa, kesaksian menjadi tonggak awal pembeda seorang muslim dan selainnya. Dan jaminannya adalah surga.

Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah kita termasuk orang yang meragu


Ya, memang tonggak iman itu sebenarnya harus ditegakkan dulu tanpa ilmu pengetahuan namun dengan Kesadaran dan Taubat yang tulus untuk membuka Portal 91/2 (baca surat 9 dan surat 112) yaitu at-Taubah dan al-Ikhlas. Iman yang mandiri secara alamiah pada seseorang namanya Yaqin. Darimana datangnya itu, jangan tanyakan pada orang yang Yaqin namun justru kita harus yaqin bahwa itu ditetapkan oleh Allah sejak di alam rahim alias penyaksian ke-Esa-an Bukankah aku Tuhanmu yang dijawab Bala (simak QS 7:172).

Bagi umat Islam formalitas yaqin sebagai sistem agama adalah Syahadat. Nah, dengan bantuan syahadat orang awam bisa yaqin namun masih sekedar ilmul yaqin bukan ainul yaqin apalagi al-Haqq al-Yaqin. Tapi syahadat adalah Pintu Portal kedua yang terbuka setelah manusia sadar dan taubat tadi, nah dari pintu itu kita memasuki keislaman sebagai jalan hidup alias ibadah.Umat Islam di Indonesia sebenarnya yang lahir dari keluarga Islam berada di pintu ke-2 ini, melewati pintu 91/2, akhirnya malah banyak yang terjebak pada ghurur dan yaqinnya lemah.

Setelah di pintu syahadat, sesungguhnya syahadat adalah titik tolak dan titik akhir perjalanan ruhani bagi yang beragama islam ketika menetapi keislamannya (dengan sadar) dan melakoninya dengan sungguh-sungguh sebagai JALAN HIDUPNYA bukan ALAT POLITIK ATAU TUJUAN KEDUNIAWIAN LAINNYA, kemudian istiqomah lah dengan panduan Dzikrul Lil 'Aalamin , as Sunnah dan ilmu pengetahuan lainnya untuk mencapai penyaksian tentang Ke-Esa-an. Proses ini dalam dunia ruhani islam disebut makrifat.

Setelah penyaksian makrifat di lalui, dimana selama perjalanan itu kita sebenarnya berenang dengan gaya kupu-kupu (Patut kita sadari bahwa sebagian besar kita hari ini terdidik dengan baik hanya sebatas dengan ilmu artificial alias kata buku atau kata kitab atau kata hadis tapi tak melakoni apa kata buku itu termasuk disini kara al-Qur''an tapi tak mau merenungkan dengan mendalam apa sih kata AQ itu?), tanda-tanda ke-Esa-anNya diperlihatkan kepada hambanya sebagai anugerah dan hidayah yang menjalani kehidupan dengan penuh keberserahdirian. Ilmu yang mamapir sebenarnya macem-macem, baik yang ghaib maupun nyata. Namun, itu bukanlah tujuan meskipun apa yang diperlihatkannya bisa jadi dapat dibuktikan dan menjadi fakta kalau kita memang bisa menguraikannya dengan logika maupun intuisi, makrifat Aqlli maupun dzauqi.

Nabi2/kaum arifin melakukan proses demikian sebelum perintah menjadi Nabi diturunkan. Pada titik tertinggi maka seluruh label keilmuannya diruntuhkan dengan ASLIM mutlak seperti disebutkan dalam QS 2:131, kiasannya bagaikan Simurg yang terbang yang bulunya pada mreteli/rontok dan telanjang bulat di hadapan Allah dengan bersimpuh tanpa daya upaya kecuali Daya UpayaNya.

Tapi setelah penyaksian orang diberi kekebasan dari Allah dengan tanggung jawab pribadi, termasuk menangung akibatnya di akhirat. Jadi, sebenarnya si penyaksi tidak perlu menyatakannya kepada umum dan itu tergantung kepada pertimbangannya sebagai makhluk secara pribadi yang sudah diserahi tanggung jawab di hadapan Allah dengan intrumen akal pikiran dan hati nya apakah disimpan saja atau ditebarkan sebagai rahmat dari Allah atau kabar gembira dari Allah.

Para Nabi dan rasul adalah mereka yang dengan bertanggung jawab menebarkan Rahmat Penyaksian itu dengan menyampaikannya sebagai ungkapan Wahyu yang melahirkan agama-agama besar dunia.

Meskipun demikian, ada suatu jurang yang dalam antara Yang menyaksikan langsung dan yang cuma mendengar atau membaca ilmu artificial yaitu dari buku atau dari berita melalui mulut kemulut, atau melalui suatu kisah legenda yang memerlukan penafsiran.

Umumnya Nabi dan rasul di masa lalu menyampaikan Wahyu itu dengan perumpamaan2 dengan maksud dan tujuan tertentu yang sebenarnya bisa diungkapkan dengan baik kalau dilakukan SINTESIS INTUISI DAN LOGIKA dengan melihat realitas fenomenal di alam maupun di diri kita sendiri dan di kalangan masyarakatnya yang memang kurang berilmu karena saat nabi di zaman dulu muncul, Ilmu dirampas oleh segelintir penguasa baik dari kalangan agama maupun raja2.

Nabi dan rasul adalah penganut Open Source bukan penimbun informasi dan pengetahuan untuk kepentingan sendiri (bayangkan kalau kelakukan nabi model rentenir ini, nggak pernah ada Aq atau Injil atau kitab lainnya).

Hanya saja, pada ukuran waktu kurang dari 61 tahun setelah Nabi sebagai Guru Utamanya meninggal, banyak pengikutnya yang menyelewengkan pengetahuan Nabi untuk kelompoknya sendiri atau kepentingan rasnya (contohnya sudah jelas).

Penyaksian sesungguhnya nurani untuk membuktikan namun dengan kesadaran ASLIM. Akhirnya setelah kembali turun dari mirajnya, seorang penyaksi dengan tanggung jawab personalnya di hadapan Allah Yang Maha Esa kemudian mengajarkan pengetahuan tauhid bagi umat manusia supaya sadar kalau sesungguhnya baik logika maupu intuisi hanya sekedar penaksiran dari gerak gerik dan kelakuan kita sendiri yang ujung awalnya di hati sebagai ilham Ilahi dan ujung luarnya di perbuatan tangan dan kaki kita sendiri, baik dengan ilmu agama maupun sains.

Agama lahir karena Nabi dan rasul menyadari KEKURANGAN DAN POTENSI KESALAHAN SISTEM GEOMETRI, ABJAD DAN BILANGAN yang kita gunakan untuk berlogika maupun bermetafora.

Oleh karena itu, kebocoran ini harus ditutupi karena dari sebab ketidaksempurnaan inilah kita mengalami berbagai BENCANA.ALAM, KEKUATAN MISTERUS DARI KEKUASAAN TERTINGGI yang tidak kita pahami dengan utuh, baik itu dengan agama maupun dengan sains, baik intuisi maupun logika. Pendekatan terbaik adalah mengatasinya dengan solusi spiritual dengan mengupayakan supaya manusia ketika menjalani hidupnya mempunyai AL-SAKINAH untuk menghadapi keadaan apapun. Jadi, yang penting pada akhirnya adalah YAQIN, JALANI DAN MAKRIFATI KEHIDUPAN MENUJU KEHADAPAN ALLAH, SAMPAI DAN MENYAKSIKANNYA, DAN BALIK KEMBALI KE DUNIA UNTUK mengajarkan pengetahuan tauhid kepada semua umat manusia yang portensinya beda2.

Allah sebagai Entity Absolut atau al-Haqq pada akhirnya memang tidak perlu untuk dibuktikan tapi SANGAT PERLU DISAKSIKAN dan DAPAT DIBUKTIKAN baik dengan logika maupun intuisi, kalau memang mau dan ada kesadaran untuk itu (artinya, kalau Allah memang menghendaki hambaNya, so jelas kan seseorang siapa saja, dari ras apa saja, dari para bajingan maupun para pendeta, sebenarnya mempunyai probabilitas untuk dikehenndaki Tuhan menyampaikan bukti dan fakta penyaksian atas Ke-Esa-anNya kepada masyarakat di zamannya bukan dalam ruang waktu masa lalu sebagai al-Busyra kalau kitab2 wahyu aslinya benar dan dalam hal ini AQ ternyata DAPAT DIBUKTIKAN kebenarannya baik dengan logika maupun intuisi dengan syarat khusus misalnya dengan IQRA dan Penyucian Jiwa. Fakta dan BUKTI adalah al-Bayyinah kalau jemari kita sidiknya ESA sebagai bayangan langsung ke-Esa-anNya) .

Tujuan semua itu sebenarnya yang menjadikan al-Sakinah tadi hadir karena tahu al-Haqq al-yaqin kalau ilmu logika maupun intuisi kita mempunyai error rate berorde 7 dan 6 alias 76 alias 13 yang hari ini orang mengatakannya sebagai Planet ke-13. Adanya Kekuasaan 13 yang tersembunyi ini sesungguhnya muncul dari kebocoran ilmu logika maupun intuisi kita yang pojokannya L yang akhirnya disamakan dengan ketentuan batas yaitu bilangan sebagai TUJUH atau 7 langit bumi logika maupun khayalan kita yang intuitif yang bisa bikin gambaran macam-macam sebatas membolak balikkan bilangan dan huruf serta simbol-simbol.

Kita memang makhluk yang lemah dan 13 sebagai simbologi kekuatan tersembunyi yang triggernya angka 5 alias 5 jari kita alias semua kelakukan kita di dunia inilah penyebab utamanya yang menyebabkan akumulasi error rate dari ilmu pengetahuan yang kita gunakan untuk membangun peradaban oleh kedua tangan kita. Polusi, pengundulan hutan, penyakit dan bencana alam semuanya kembali asal usulnya kepada kedua tangan kita sebagai al-kursi yang penggunaannya diserahkan secara bertanggung jawab untuk menjadi bukti kalau manusia itu aslinya berakhlak mulia jika dan hanya jika intuisi dan logikanya dikawinkan dengan optimal dengan tujuan utama SAMPAI DI HADAPAN AL-HAQQ. Habis itu, ya jalani takdir saja dengan istiqomah di al-Shirathaal al-Mustaqiim dengan sadar bahwa realitas dunia maya in direkatkan LEM CINTA ILAHI yang dinyatakan oleh kalimat Kun fa Yakuun, Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim.