Pernah nggak kepikiran apa yang menyebabkan kita merasa "tertarik" pada "sesuatu" setelah mata kita dihujani pantulan kemilau cahayanya. Sebenarnya ini hal yang lumrah karena dari dulu, sejak SMP atau SMA (jurusan IPA), prinsip-prinsip dasarnya sudah diajarkan sebagai fenomena cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda. Istilah kerennya Black Body Radiation (BBR). Meskipun istilah BBR diungkap-kan sejak Max Planck merumuskan teori kuantum, tetapi fenomena bagaimana kita melihat dengan bantuan cahaya sebenarnya sudah di kenal sejak zaman Mesir Kuno yang dulu menyembah Matahari.
Satu2nya alasan kalau orang mesir Kuno pernah menyembah matahari juga dikait-kan dengan kekuatan spektrum-spektrum cahaya tampak yg jatuh pada benda dan memantul ke arah retina mata kita sehingga kita bisa melihat "botol", "buku", "tulisan", "intan" dan lain sebagainya.
Yang paling elok tentunya pantulan cahaya pelangi, cahaya gemerlap di prisma yang dipake Newton untuk meneliti perilaku cahaya, sampai yang dipendarkan intan berlian dan bisa memunculkan hasrat tak tertahankan dalam diri manusia, bahkan sampai bunuh-bunuhan pun mau dilakukan. Intan dalam bentuk manusia, tentunya wanita yang cantik molek yang bisa membuat raja-raja dan pangeran semaput sampai berperang seperti dilukiskan dalam film Troy. Itu semua ter-nyata gara-gara cahaya yang dipantulkan dari obyek yang mematuhi hukum BBR. Gimana wujud sebenarnya dari obyek tersebut? Wallahu alam kita nggak tahu persis. Mungkin sesuai dengan warna aslinya , mungkin justru bertolak belakang atau SERBA TERBALIK (hiiiiiii... ) .
Semua kekuatan Sinar Mentari nampaknya diketahui betul oleh orang Mesir Kuno sebagai suatu kekuatan yang luar biasa. Tidak heran kalau di Mesir, dan beberapa kawasan lain yang nampaknya dipengaruhi bangsa Mesir Kuno, terjadi pemujaan terhadap Matahari (Dewa Ra).
Di bagian lain, ada juga yang lebih mempercayai cahaya yang lebih terasa me-nyengat dan membara dikit yaitu api seperti di Persia yang memunculkan agama Zoroaster dengan ungkapan tertingginya Ahura Mazda. Ungkapan ini anehnya justru mendewakan tuhan yang feminim karena sebab-sebab yang berkaitan dengan kemampuan Wanita menjadi medium penciptaan dengan beranak pinak.Sampai hari ini, pengaruh cahaya matahari yang menampilkan bayangan bentuk benda, bentuk sosok wanita, bentuk perhiasan sprti berlian, mobil, rumah, binatang piaraan,makanan, minuman sampai sandal jepit, sebenarnya terlihat seperti itu oleh mata kita karena sebab-sebab yang terjadi pada hukum pemantulan cahaya yang ukurannya tertentu. Nah, cahaya yang dipantulkan ini nampaknya secara langsung mempengaruhi hawa nafsu kita. Contoh gamblangnya kalau sampeyan melihat cewek/cowok kinyis-kinyis dengan belahan dada dan paha sedikit terbuka sampe terbuka pisan, atau mobil kluaran baru pastilah (sebagian besar) pada ngiler sampe ngeces, dan suatu hasrat misterius menggelorakan darah kita, adrenalin kita, trus menyodok perut sampai muncul mual2, lantas masuk ke dada yang kemudian ber-asa menjadi sesak, lalu mengalir ke ubun-ubun sampai kepala nyut-nyutan dengan tak lepas membayangkan gambaran indah "kapan ya bisa punya yang seperti itu?". Nah kalau sudah begitu, hati-hatilah jaga pandangan Anda karena kelak bisa membuat Anda tergelincir berbuat maksiat hanya gara-gara dipicu oleh pantulan cahaya dari cewek/cowok cakep atau cat mobil keluaran baru, yang rupa aslinya kita nggak tahu.
Melihat sesuatu menjadi benda sebenarnya kita melihat dengan hijab. Hijab itu formalnya adalah simbol, bilangan dan abjad-abjad, yang secara psikologis menampilkan gambaran realitas maya di korteks selebral otak kita. Film kehidupan diputar di sono sebagai film yang terus-menerus diputar sepanjang usia kita, merekam apa saja sampai sekecil-kecilnya.
Film yang merekam semua tindakan kita adalah komposisi bit-bit yang kita susun berdasarlan respon akhlak dan perilaku kita terhadap cahaya yang masuk ke retina dan diolah di bagian otak kita. Kalau otak kita tidak menyambung dengan bagian dalam kita, yaitu hati sebagai sumber yang sebenarnya menyatukan realitas kehidupan kita karena erat kaitannya dengan medan gravitasi dan juga menyatu dengan munculnya Sang Waktu, maka gambaran yang dinyatakan akan di-pengaruhi oleh interaksi cahaya yang kita terima saja lengkap dengan kontaminasi-nya. Dan tentunya interferensinya dengan sumber-sumber cahaya atau sumber-sumber api lain di luar diri kita yang sering disebut makhluk halus sebangsa jin, iblis, setan, wewe gombel, kuntilanak sampai laler ijo.
Kalau ini terjadi, panas tubuh kita tiba-tiba sedemikian mudah menjalar, meledak, dan tumpah menjadi berbagai rupa kelakuan yang buruk. Yang paling buruk adalah ketika akal pikiran menjadi buntu trus buta dan akhirnya rusak alias gila, baik secara ruhaniah maupun gila beneran. Kalau akal buta maka manusia pun seperti zombie saja, cuma berjalan sekedar saling memakan antar sesamanya. Itulah pengaruh cahaya yang kita terima dalam keadaan biasa.
Nah, skarang dengan zaman digital dan semua tampilan virtual bisa ditampilkan dimana-mana, sumber cahaya yang bisa merusak pandangan mata, akal pikiran dan hati ternyata muncul darimana-mana, baik di kantor dengan komputer kita, baik di jalan dengan PDA dan handphone kita yang sudah multimedia, bahkan tanpa sadar di hadirkan dari sisi yang dikira paling aman, yaitu dari RUANG TAMU ATAU RUANG KELUARGA RUMAH KITA yang setiap hari menayangkan iklan-iklan yang merayu-rayu, film2 yang dibilang lucu tapi nggak lucu, sinetron terbaik ternyata ceritanya ngawur dan bahasanya sembrono, berita yang membuat miris karena sengaja buat ngejar peringkat prime time, dan acara-acara lainnya yang justru semakin memperparah kondisi jiwa dan raga kita.
Iblis dan setan pun sebenarnya dengan mudah mempunyai medium dan sarana yang canggih, melalui personal device kita, TV, Film, bioskop, dan tayangan lainnya. Di televisi kondisinya makin parah, suku-suku Yakjuj dan Makjuj pun turun dari tempat-tempat tinggi imajinasi manusia, menghadirkan hiburan yang mencekoki mata kita, menumpulkan otak, membutakan hati, meningkatkan hasrat keinginan2 yang ngak perlu dan akhirnya kiamat yang real pun tiba. Saat itu mungkin kita masih bengong di depan TV menunggu infotainmen terbaru sambil bengong membayangkan seandainya.. ...seandainya. ... seandainya.. .. Ghost In The Machine memang Real bukan Fiksi lagi. Jadi jagalah keluarga Anda dan diri Anda sendiri supaya tidak dikadalin gerombolan cahaya virtual yang muncul dari Ghost InThe Machine (TV) yang Anda pelihara di rumah Anda atau di kamar-kamar Anda. Achtung!!!