Friday, March 9, 2007

Tempat Kita Hidup dan Mati

Ada suatu ayat di dalam al,Qur'an yang sangat menarik untuk kita cermati, dalam menjelaskan fase-fase kehidupan manusia. Ayat tersebut ada di dalam QS. Al A'raaf (7) : 25
"Katakanlah : di Bumi itulah kalian hidup, dan di Bumi itu kalian mati, dan dari Bumi itu pula kalian akan dibangkitkan"

Firman Allah di atas menggambarkan secara sangat jelas kepada kita bahwa kehidupan manusia sejak dilahirkan, kemudian dimatikan, dan akhirnya dibangkitkan kembali, semuanya terjadi di muka Bumi. Tidak beranjak dari Bumi ini. Bumi rupanya memang didesain oleh Allah, Sang Khaliq, sebagai tempat terjadinya drama kehidupan manusia. Sejak Nabi Adam diciptakan di Surga, sampai kini, dan kemudian nanti terjadi Kiamat, manusia akan menjalaninya di permukaan planet Bumi.

Padahal kita tahu, bahwa alam semesta ini bukan hanya terdiri dari planet Bumi saja. Tetapi juga Langit. Kita semua juga tahu bahwa langit adalah ruangan tak berhingga yang berisi benda-benda angkasa dalam jumlah yang sangat besar. Ada bertriliun-triliun planet dan meteor, juga ada triliunan bintang dan Matahari, ada miliaran galaksi, ada jutaan superkluster, dan berbagai benda langit lainnya.

Namun demikian, Allah telah memilih salah satu planet di alam Semesta yang bernama Bumi untuk tempat berlangsungnya kehidupan manusia. Dan bukan hanya itu, menurut ayat tersebut, manusia juga akan mengalami kematiannya di muka Bumi. Dan akhirnya, suatu ketika, akan dibangkitkan atau dihidupkan kembali di muka Bumi ini pula, untuk menjalani kehidupan berikutnya.

Ayat ini membawa konsekuensi yang sangat besar terhadap berbagai pemahaman yang terlanjur kita yakini selama ini. Di antaranya adalah tentang penciptaan manusia pertama, yaitu Adam; dan tentang keberadaan 'kehidupan Akhirat'.

Kalau memang drama kehidupan manusia ini digelar di Bumi sejak Nabi Adam sampai dengan kehidupan kedua kita nanti, maka berarti kita digiring pada pemahaman bahwa Nabi Adam itu diciptakan di Bumi? Padahal Nabi Adam kan diciptakan di 'Surga'. Lantas dimanakah Surga tersebut berada? Apakah berarti bahwa Surga itu juga di Bumi? Ini sebuah pertanyaan yang sangat mendasar, sekaligus 'membingungkan'. Atau setidak-tidaknya membuat kita ragu.

Pertanyaan berikutnya, yang juga muncul sebagai konsekuensi pemahaman ayat tersebut adalah : berarti kehidupan kedua kita juga bakal terjadi di Bumi? Benarkah Akhirat akan terjadi di Bumi?

Adam Manusia Pertama

Sampai sekarang memang masih kontroversial, siapakah manusia pertama di muka Bumi ini. Dunia ilmiah belum menemukan jejak yang pasti. Penemuan penemuan fosil manusia masih memberikan kesimpulan yang mengaburkan. Barangkali masih butuh waktu panjang untuk memperoleh kesimpulan yang dear tentang manusia pertama. Sehingga, demikian banyak teori tentang manusia pertama di muka Bumi ini. Dalam kesempatan ini, saya tidak akan membahas secara detil tentang teori-teori tersebut. Secara ringkas, saya hanya ingin mengutip firman Allah tentang manusia pertama itu.
QS. Al A’raaf (7) 172
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. . . "

Ayat di atas memberikan kesimpulan kepada kita bahwa Adam dan Hawa adalah orang tua seluruh manusia yang kini hidup di muka Bumi. Bahkan kalau kita mengutip ayat yang lain [QS. Al Baqarah (2): 36] kita juga memperoleh kesan bahwa Adam memang manusia pertama yang kemudian dijadikan khalifah di muka Bunii oleh Allah. Kepadanyalah diserahkan pengelolaan planet Bumi ini. Dan kini kemudian diwariskan kepada kita semua, anak turunnya.
QS. Al Baqarah (2) : 36
"…dan Kami berfirman : turunlah kamu (dari Surga) sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di Bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."


Penciptaan Adam dan Hawa

Di kalangan umat Islam ada beberapa konsep dan pemahaman yang belum 'tertangkap' secara tuntas. Di antaranya adalah tentang penciptaan Adam. Ada sejumlah keraguan yang terpancar dalam mena fsirkan kejadian Adam. Hal tersebut menurut hemat saya tidak memberikan atmosfer yang kondusif dalam upaya membangun keyakinan terhadap agama kita sendiri.

Memang, dalam setiap penafsiran selalu ada bagian-bagian yang perlu dilengkapi dengan berbagai informasi dan data-data empirik yang terus berkembang; akan tetapi pada bagian-bagian yang mendasar, konsepnya mesti dipersepsi secara utuh dan proporsional terlebih dahulu.

Dalam hal penciptaan Adam, ada beberapa pertanyaan yang mestinya bisa dijawab dengan menggali informasi dari Al Qur'an sendiri. Di antaranya adalah tentang mekanisme kejadian Adam, dan tempat Adam diciptakan.

Masih sangat banyak di kalangan kita yang mempersepsi ayat ayat penciptaan manusia (Adam) dengan cara yang sangat sederhana, dan justru terkesan menyimpang dari Sunnatullah. Karena itu, agaknya, kita harus melakukan rekonstruksi ulang terhadap proses penciptaan manusia itu.

Ayat-ayat tentang penciptaan manusia tersebar dalam jumlah cukup banyak di Al Qur'an. Agar memperoleh pemahaman yang komprehensif, kita mesti mengumpulkan ayat itu sebanyak-banyaknya. Barulah kita bisa mengambil pemahaman yang holistik alias utuh menyeluruh.

Untuk itu, marilah kita mulai pemahaman terhadap firman Allah berikut ini.
QS. Al Baqarah (2) : 30

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalitah di muka Bumi. Malaikat berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan di muka Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau. Tuhan mengatakan : Sesungguhnya Aku lebih tahu segala sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya.”

Dalam dialog antara Allah dan malaikat tersebut bagian yang menarik adalah ketika malaikat mengatakan kepada Allah bahwa khalifah yang akan diciptakan Allah itu akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka Bumi. Kita lantas bertanya-tanya, darimanakah malaikat tahu bahwa khalifah yang akan diciptakan Allah itu akan berbuat seperti itu? Bagaimana mungkin malaikat bisa mendahului ilmu Allah ?

Akan tetapi, agaknya prediksi atau perkiraan malaikat itu 'tidak dianggap' oleh Allah. Terbukti, dalam dialog tersebut, Allah mengatakan bahwa Allah lebih tahu hal-hal yang malaikat tidak mengetahuinya. Sehingga, Allah tetap menciptakan manusia sebagai khalifah di muka Bumi. Dan kemudian dalam ayat berikutnya (dan juga di ayat lain) malaikat akhimya tunduk mengakui kehebatan manusia (Adam).

Maka, lantas perlu ditelusuri, darimanakah malaikat memperoleh kesimpulan awal tersebut. Salah satu penafsiran (dikemukakan oleh Prof Ahmad Baiquni), mengatakan bahwa pada waktu itu sebenarnya telah ada makhluk seperti manusia (tetapi bukan manusia) yang telah hidup di muka Bumi. Mereka memiliki kebiasaan yang buruk, yaitu selalu membuat kerusakan dan pertumpahan darah di antara sesamanya. Maka, malaikat tidak setuju jika Allah menjadikan 'makluk itu' sebagai khalifah di muka Bumi. Tetapi, malaikat kecele. Bukan makhluk itu yang dijadikan khalifah oleh Allah, melainkan Adam seorang manusia.

Adam memiliki karakteristik yang berbeda dengan makhluk yang dikira malaikat akan dijadikan khalifah di Bumi itu. Bukan sekadar berbeda dengan mereka secara fisik, bahkan digambarkan, Adam adalah makhluk yang memiliki ilmu pengetahuan yang bisa mengalahkan malaikat. Tetapi, kenapa malaikat bisa kecele menganggap.Adam sama dengan makhluk sebelumnya. Jawabannya mengarah kepada : bahwa secara fisik, agaknya makhluk sebelum Adam itu memang mirip dengan Adam. Akan tetapi, sangat berbeda dalam jiwa dan kepribadiannya.

Disinilah Prof A. Baiquni menafsirkan bahwa makhluk sebelum Adam itu adalah makhluk 'setengah manusia' yang telah diketemukan fosil-fosilnya oleh para pakar sejarah kemanusiaan (Anthropologi). Mereka adalah 'manusia' purbakala yang sebenarnya belum bisa disebut sebagai manusia. Fisiknya boleh mirip, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar, yaitu Adam telah memiliki ruh yang ditiupkan Allah kepadanya saat penciptaan. Ruh adalah potensi 'Kesadaran' dan 'Akal Budi'. Dan ini tidak dimiliki oleh 'makhluk setengah manusia' tersebut.

Penciptaan Adam Mirip Isa

Bagaimanakah proses penciptaan Adam terjadi? Ada beberapa informasi yang sangat menarik di dalam al Qur'an. Di antaranya adalah yang difirmankan Allah berikut.
QS. Al Imran (3) : 59
"Sesungguhnya masalah penciptaan Isa di sisi Allah itu seperti penciptaan Adam. Aku ciptakan dia dari tanah, kemudian dikatakan kepadanya kun fa yakuun"

Ayat tersebut dengan gamblang menjelaskan bahwa penciptaan Isa adalah seperti penciptaan Adam, yaitu dibuat dari tanah kemudian Allah mengatakan kun fa yakun.

Ada logika yang harus kita kembangkan dalam memahami ayat ini. Yang pertama, tentang penciptaan Isa yang dikatakan oleh Allah berasal dari tanah. Padahal kita tahu dalam berbagai Firman Allah yang lain dikatakan bahwa Isa diciptakan Allah bukan dari tanah, melainkan dilahirkan oleh Maryam, tanpa melewati perkawinan dengan seorang laki-laki pun. Tetapi, dalam ayat ini, kenapa Allah mengatakan Isa diciptakan dari tanah?

Maka, agaknya, kita harus mengembangkan pemahaman kita bahwa yang disebut diciptakan dari tanah itu bukan dalam pengertian yang sederhana. Melainkan sebuah proses yang sangat kompleks. Jangan berpikir secara simple dengan mengatakan bahwa Allah menciptakan Isa dengan cara mengambil segumpal tanah yang dibentuk seperti boneka, kemudian ditiupkan ruh Allah, dan jadilah Isa.

Di firmanNya yang lain Allah mengatakan bahwa saripati tanah itu diproses terlebih dahulu oleh Allah.
QS,. Al Mukminun : 12 - 14
"Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh dan terpelihara. Kemudian Kami menjadikannya air mani itu segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang. Maka Kami liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian Kami menjadikannya satu bentuk yang lain. Maha Suci Allah, sebaik baik Pencipta."

Firman Allah tersebut memberikan gambaran kepada kita bahwa saripati tanah itu dirubahNya menjadi sperma atau air mani terlebih dahulu di dalam tubuh manusia. Kemudian sperma itu diproses oleh Allah mengikuti tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi di dalam rahim seorang perempuan. Dan akhirnya berubah menjadi manusia.

Jadi, Allah menciptakan manusia bukan di luar rahim. Apalagi digambarkan di alam terbuka, langsung berasal dari tanah yang dibentuk. Allah telah menetapkan sunatullahNya, bahwa penciptaan. manusia mesti dilakukan di dalam rahim. Di ayat lain lagi, Allah tegas mengatakan.
QS. Ali Imraan (3) : 6
"Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendakiNya, tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana"

Memang, sebagaimana di dalam ayat-ayat berikut ini Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang diberi bentuk. Akan tetapi seperti terbaca pada ayat di atas, pembentukan itu terjadi di dalam rahim. Bukan di luar rahim.
QS. Al Hijr (15) : 26
"Sesungguhnya Kami ciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk"

QS. Al Infithaar (82) : 8
"Dalam bentuk (apa saja) yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu"

QS. Ath Thiin : 4
“Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya”

Lantas, bagaimana cara memahami informasi bahwa manusia diciptakan dari tanah? Di sinilah ilmu pengetahuan biologi berperanan. Dikatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari zat-zat Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Phospor, Calsium, Besi, dan lain sebagainya. Zat-zat tersebut membentuk zat dasar penyusun tubuh manusia, di antaranya protein atau asam amino. Nah, temyata seluruh zat-zat penyusun tubuh manusia itu memang terdapat di dalam tanah.

Bagaimana cara zat-zat tersebut berubah menjadi sperma atau air mani? Caranya adalah lewat mata rantai proses yang cukup panjang dan kompleks. Tetapi secara sederhana bisa dijelaskan berikut ini.

Tanah mengandung puluhan jenis unsur termasuk yang terdapat di dalam tubuh manusia. Allah lantas memilih zat-zat tertentu saja, yang disebut sebagai unsur-unsur organik untuk menyusun tubuh manusia.

Bagaimana cara memilihnya? Allah menggunakan berbagai macam tanaman untuk memilih unsur-unsur yang diperlukan. Akar-akar tanaman tersebut menyerap, zat-zat dari dalam tanah untuk diubah menjadi berbagai jenis buah, bermacam-macam sayuran, biji-bijian, umbi-umbian, dan lain sebagainya.

Semua itu lantas dikonsumsi oleh manusia atau binatang. Maka tubuh manusia ini sebenarnya terdiri dari berbagai unsur saripati tanah. Termasuk ketika manusia mengkonsumsi daging binatang, ia sebenamya telah makan sari pati tanah, secara tidak langsung.

Sari pati itu lantas dijadikan Allah sebagai sperma yang tersimpan di dalam organ reproduksi manusia laki-laki. Dan termasuk ovum atau sel telur yang berada di dalam alat reproduksi seorang wanita.

Maka ketika keduanya bertemu dalam proses pembuahan terjadilah konsepsi yang nantinya bisa menghasilkan seorang manusia. Begitulah Allah menjadikan proses penciptaan manusia. Memang berasal dari tanah, tetapi semua itu diproses oleh Allah lewat sebuah mekanisme yang sangat kompleks dan canggih di dalam tubuh manusia atau makhluk hidup. Bukan di alam bebas, karena tidak ada satu pun penjelasan al Qur'an yang mengatakan demikian.

Kalau pun Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dari jenis-jenis tanah seperti lumpur hitam, tanah liat kering seperti tembikar, dan lumpur berbau, itu semua menunjuk kepada zat yang terkandung di dalam beragam jenis tanah itu. Misalnya tanah lumpur yang berbau, itu menunjukkan bahwa di dalam tanah itu terkandung senyawa Asam Belerang (H2S). Artinya, badan kita memang tersusun, satunya, dari unsur Hidrogen dan Belerang.

Demikian. pula di jenis tanah yang lain, Allah menunjukkan bahwa ada kandungan Calsium, Besi, Carbon, dan lain sebagainya. Jadi jangan ditafsirkan secara apa adanya, bahwa berbagai jenis tanah itu dibentuk seperti patung oleh Allah, lantas ditiupkan ruhNya. Maka, jadilah manusia.

Penafsiran yang seperti ini bisa merendahkan kemuliaan agama kita sendiri. Karena sebenarnya Allah telah menjelaskan secara gamblang di dalam al Qur'an lewat berbagai ayatNya, bahwa kejadian manusia adalah kejadian yang sangat sempurna dan kompleks.

Jadi, bagaimana seharusnya kita menafsirkan penciptaan Adam? Bukankah Adam adalah manusia pertama? Lantas, beliau dikandung oleh siapa?

Disinilah kita mencoba menganalisa firman Allah di atas. Dia telah mengatakan bahwa penciptaan Isa adalah sebagaimana penciptaan Adam. Maka, secara logika, kita boleh mengatakan bahwa penciptaan keduanya adalah memiliki mekanisme yang sama.

Logikanya, kalau saya mengatakan bahwa A=B, maka tentu saya juga boleh mengatakan bahwa B=A. Artinya, kalau Allah menjelaskan bahwa penciptaan Isa sama dengan penciptaan Adam, maka saya juga boleh menyimpulkan bahwa penciptaan Adam sama dengan penciptaan Isa.

Padahal kita ketahui bersama bahwa Isa diciptakan Allah lewat seorang perempuan yang menjadi ibunya, yaitu Maryam. Beliau hamil tanpa harus melewati perkawinan tedebih dahulu. Berarti, kita bisa menyimpulkan bahwa Adam juga dilahirkan lewat 'seorang' perempuan tanpa melewati perkawinan tedebih dahulu.

Apakah ini mungkin? Di dalam ilmu kedokteran, proses demikian itu ternyata dimungkinkan. Peristiwa yang sangat jarang terjadi itu disebut sebadai proses pembuahan Parthenogenesis. Yaitu pembuahan yang terjadi dengan sendirinya, tanpa harus lewat perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Dalam sejarah kemanusiaan, hal tersebut bukan hanya terjadi pada Maryam saja, tetapi juga terjadi pada beberapa perempuan lain. Tetapi memang sangatlah jarang. Satu kejadian dalam sekian juta kelahiran.

Setiap orang, ternyata memang memiliki sifat laki-laki dan perempuan dalam dirinya. Hanya saja, pada seorang pria, sifat atau hormon laki-lakinya yang lebih dominan. Tetapi sebenamya dia tetap memiliki sekian persen sifat kewanitaan. Sebaliknya, seorang wanita juga memiliki kadar sifat laki-laki sekian persen. Akan tetapi hormon kewanitaanyalah yang lebih dominan, sehingga organ-organ kewanitaan yang lebih berkembang.

Artinya, sebenamya setiap kita ini memiliki kedua sifat itu. Dan, sangat mungkin, suatu ketika kedua sifat itulah yang bertemu di dalam diri yang sama untuk menghasilkan keturunan. Karena itu, pada seorang waria, perkembangan antara hormon wanita dan laki-lakinya bertumbuh sama, kuat. Sehingga begitulah jadinya.

Sebenamya contoh tentang makhluk hidup yang bisa menghasil-kan keturunan tanpa harus kawin itu sudah ditunjukkan Allah pada cacing. Binatang ini disebut sebagai binatang Hermaphrodite, yaitu hewan yang memiliki kelamin ganda. Maka, cacing bisa melakukan 'perkawinan' dengan dirinya sendiri untuk menghasilkan keturunan. Kalau Allah menghendaki, tidak ada yang tidak mungkin. Namun sekali
lagi, Allah menetapkan semua proses dan mekanisme itu lewat Sunnatullah.

Pertanyaan berikutnya berkait dengan kelahiran Adam itu adalah: lantas siapakah yang mengandung Adam sebagai manusia pertama? Bukankah belum ada manusia sebelum Adam? Ya, disinilah kita coba melihat kembali dialog antara Allah dan malaikat saat akan menciptakan Adam.

Disana digambarkan bahwa malaikat dibuat kecele oleh Allah, karena mengira bahwa khalifah yang akan dijadikan Allah itu adalah makhluk yang sudah ada di muka Bumi ketika itu. Padahal makhluk itu, dalam pandangan malaikat, tidaklah layak untuk menjadi khalifah. Berarti, ada hubungan yang sangat erat antara makhluk tersebut dengan proses kejadian Adam.
Saya membayangkan, bahwa malaikat sampai kecele, itu disebabkan kareha mungkin lewat makhluk itulah Adam diciptakan Allah. Artinya, boleh jadi, rahim makhluk setengah manusia itu 'dipinjam Allah' untuk memproses kelahiran Adam.

Secara fisik, makhluk itu memang sudah sangat mirip manusia, seperti telah kita lihat dalam berbagai rekonstruksi fosil-fosil manusia purbakala. Namun, tetap saja, mereka itu belumlah manusia karena belum memiliki Ruh kemanusiaan. Karena itu, dalam berbagai rekonstruksi digambarkan bahwa volume otak mereka masih sangat kecil dibandingkan manusia. Kebudayaan yang terekam di berbagai fosil, juga menunjukkan sangat primitif, belum menggambarkan kecerdasan kebudayaan manusia.

Nah, di dalam rahim makhluk perempuan itulah boleh jadi proses penciptaan Adam berlangsung. Sangat boleh jadi juga Allah melakukan mutasi genetika terhadap janin Adam, sehingga memiliki sifat-sifat fisik yang lebih sempurna dibandingkan dengan 'ibunya'. Mutasi genetika itu sangat mungkin disebabkan oleh radiasi kosmik yang waktu itu diperkirakan sangat tinggi

Kemudian, di dalam rahim itu juga, Allah meniupkan RuhNya, sehingga terciptalah manusia pertama, Adam. Dan, Adam tidaklah lahir sendirian, melainkan lahir kembar bersama

Hawa, calon istrinya. Allah mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari diri yang satu. Sama dengan asalnya Adam. Maka, dalam penafsiran ini, agaknya mereka memang diciptakan dari sel yang sama. Dan, sel tersebut membelah secara kembar, menjadi Adam dan Hawa.
QS. Al A’raaf (7) : 189
"Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Dia menciptakan istrinya."

Jadi Adam dan Hawa adalah hasil mutasi genetika yang diberi ruh oleh Allah di dalam rahim seorang 'ibu' yang secara fisik sudah sangat dekat dengan kondisi manusia. Tetapi ruh, untuk pertamakalinya, diberikan kepada Adam dan Hawa sebagai manusia yang pertama.
Karena kembar itu, maka lantas kita ketahui bahwa anak keturunan Adam dan Hawa ini lahir kembar-kembar juga. Di antaranya adalah Qabil dan Habil.

Di Surga Manakah Adam Diciptakan?

Selain tentang proses penciptaannya, pertanyaan yang juga mencuat adalah : dimanakah pencipta.an mereka itu berlangsung?

Selama ini, pemahaman yang berkembang memang agak rancu. Di satu sisi, dikesankan bahwa Adam diciptakan dari tanah secara langsung. Artinya, menurut penafsiran itu, badannya dibentuk dari tanah yang diambil dari Bumi seperti membuat patung, lantas ditiupkanlah Ruh Allah. Maka,. Tiba-tiba 'patung tanah'. itu berubah menjadi Adam.

Sedangkan di sisi lain, digambarkan kejadian itu bukan terjadi di Bumi. Ada kesan, proses itu terjadi di “sebuah langit” atau angkasa yang entah dimana. Lantas, sesudah itu, Adam dimasukkan di Surga, yang juga entah dimana. Seringkali, hanya dikatakan bahwa itu terjadi di wilayah alam ghaib, yang tidak kelihatan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih jauh.

Padahal, badan manusia adalah badan fisik yang kelihatan. Berbeda dengan jin dan malaikat. Fisiknya terikat di langit dunia, yang ruangannya berdimensi 3. Maka, mestinya cukup jelas, bahwa badan manusia harus berada di dalam alam semesta ini.

Hanya saja, tinggal pilih, di planet manakah kejadian itu berlangsung. Apakah di Planet Mars, Jupiter, atau dari tatasurya dan galaksi lain. Atau, ya sebenarnya sederhana saja.: bahwa Adam diciptakan di Bumi ini. Toh, bahan bakunya adalah campuran berbagai jenis tanah yang ada di permukaan Bumi. Jadi, kenapa kita lantas susah susah mencarikan planet yang cocok untuk proses penciptaan itu. Sementara, sampai kini ilmu pengetahuan belum pernah menemukan sebuah planet, pun di alam semesta ini yang cocok untuk kehidupan manusia.

Hanya disebabkan oleh pemahaman kita tentang Surga yang abstrak, maka kita lantas kebingungan dan mencoba mencarikan planet asal muasalnya Adam, selain Bumi.

Maka, bagi saya, pemahamannya sangat sederhana saja. Bahwa Adam memang diciptakan oleh Allah di permukaan Bumi ini. Bahan baku tubuhnya adalah berbagai jenis tanah yang mengandung unsur unsur, organik pembentuk protein. Bersamaan dengan Adam lahirlah Hawa sebagai saudara kembarnya.

Setelah itu, Adam.dan Hawa ditempatkan di sebuah taman yang sangat indah dengan berbagai macam buah-buahan dan berbagai kebutuhan alamiahnya. Di manakah Surga itu? Dalam pemahaman saya, ya di permukaan Bumi juga, di sebuah wilayah yang kini disebut sebagai Timur Tengah.. Yang persisnya, perlu dilakukan penelusuran lebih jauh. Saya kira, disinilah para ahli sejarah Islam harus mengambil peran.

Persepsi yang seperti ini saya kira membuat kita menjadi lebih gamblang dan realistis dalam memahami informasi-informasi Al Qur'an. Daripada mengungkung pemahaman kita dengan sesuatu yang tidak jelas, seperti di atas. Memang, ada dimensi lain yang terkait dengan Surga itu. Dan ini akan saya jelaskan lebih mendetil pada bagian. Tentang Surga dan Neraka. Namun pada tahap ini, sementara kita pahami, Surga tersebut berada di Bumi.

Surga atau Jannah memang memiliki arti:'Kebun atau Taman yang Indah'. Maka, saya kira tidak masalah jika kita mempersepsi Surga tempat Adam dan Hawa dibesarkan itu sebagai sebuah kebun yang Indah yang terletak di sebuah dataran tinggi. Di sana banyak mata air yang jernih, pohon-pohon yang rindang serta buah-buahan yang lebat. Sebuah keadaan alam yang sangat ideal, yang disediakan bagi Adam dan Hawa hingga masa dewasanya.

Maka Turunlah dari Surga
Dikisahkan, Adam dan Hawa dilarang oleh Allah untuk mendekati pohon Khuldi. Namun, setan telah menipu mereka, sehingga mereka memakannya. Karena itu lantas Allah memerintahkan Ada dan Hawa untuk turun dari taman indah itu, mengembara di muka Bumi, menjadi kholifah yang mengelolah bumi hingga anak turunnya kini.

QS. Al A’raaf (7) : 22
"Maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya. Maka tatkala keduanya te1ah merasakan buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun Surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru keduanya : bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu sesungguhnya setan itu adalah musuh nyata bagi kamu berdua.

QS. Al A’raaf (7) : 27
"Hai keturunan Adam janganlah sekali kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana dia telah dapat mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga. Dia tanggalkan pakaian dari keduanya supaya dia dapat memperlihatkan kepada keduanya akan auratnya.. Sesungguhnya setan dan kelompoknya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka ...

Secara halus Allah mengisahkan peralihan masa kecil Adam dan Hawa ke masa dewasanya dengan perumpamaan memakan buah ‘kuldi’ Di sana digambarkan bahwa setelah memakan buah itu aurat keduanya menjadi tampak, sehingga mereka lantas ‘menutupinya dengan dedaunan.

Setelah dewasa itulah Adam dan Hawa diperintah Allah untuk turun mengarungi kehidupan yang sesungguhnya di muka Bumi. Dan secara eksplisit Allah lantas juga mengingatkan anak keturunan Adam untuk waspada kepada hawa nafsu, khususnya seksualitas, karena di situlah setan seringkali memanfaatkan kelemahan manusia untuk menggelincirkan kita dari kedekatan dengan Allah.

Memang, setan menjadi demikian perkasa ketika manusia sedang berada dalam cengkeraman hawa nafsunya. Sehingga Rasulullah mengatakan bahwa orang yang sedang berada dalam pengaruh nafsu seksnya, ia telah kehilangan 2/3 akalnya. la menjadi sangat lemah, dan seringkali baru menyesali setelah peristiwa itu terjadi.

Semua Diciptakan Untuk Manusia

Bumi memang diciptakan sebagai tempat untuk menggelar drama kehidupan manusia. Segala yang ada di muka Bumi diadakan untuk manusia. Mulai dari atmosfer, gunung‑gunung, hujan, angin, miliaran jenis tanaman dan binatang, semuanya diciptakan Allah untuk melayani manusia. Hal itu dijelaskan oleh Allah sendiri, dalam firmanNya berikut ini.
QS. Al Baqarah (2) : 29
“Dialah (Allah) yang menciptakan semua yang ada di muka Bumi ini untukmu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”

Di sini kita merasakan betapa ada 'kesengajaan' yang sangat besar untuk menjadikan bumi ini sebagai panggung drama kehidupan kita. Maka, untuk mendukung terjadinya kehidupan di muka Bumi ini secara sempurna Allah menciptakan berbagai fasilitas kepada manusia.

Mulai dari bentuk Bumi yang bulat, kemiringannya yang 23,5 derajat, atmosfer yang tujuh lapis sebagai pelindung kehidupan, Bumi yang berotasi (berputar pada diri sendiri) dengan kecepatan lebih dari 1.600 km per jam, mau pun kecepatan revolusi (mengitari Matahari) yang sangat tinggi.

Demikian pula, air hujan yang terukur kadarnya, komposisi udara yang sangat khas, dan miliaran fasilitas lainnya yang sangat kompleks, terdapat di alam sekitar kita, temasuk tanam‑tanaman dan seluruh binatang di permukaan planet ini. Untuk memahaminya, marilah kita lihat beberapa di antaranya.

1. Bumi, Kendaraan Angkasa yang Sempurna

Pernahkah terpikir di benak kita bahwa kita sedang mengendarai sebuah 'pesawat angkasa luar' yang sangat besar. Dimana kendaraan angkasa ini, kita tumpangi bersama dengan miliaran manusia, miliaran binatang dan tumbuh -tumbuhan. Ya, inilah dia, planet Bumi!

Bumi bukan sekadar pesawat angkasa luar seperti yang dibikin manusia. Tetapi, ia adalah sebuah 'Kendaraan Canggih' yang memiliki fasilitas luar biasa. Di dalamnya kita memperoleh segala yang kita inginkan untuk kelangsungan hidup. Mulai dari makanan, minuman, berbagai macam sumber energi, udara dan atmosfer yang ideal, dan segala macam fasilitas yang memungkinkan kita melangsungkan kehidupan sehingga menurunkan generasi generasi selanjutnya, selama ribuan tahun. Tidak ada satu pun kendaraan ciptaan manusia yang sehebat dan sekomplet ini.

Bumi,sebagai kendaraan angkasa luar sedang melaju di angkasa semesta dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak ada satu pun pesawat buatan manusia yang. bisa menandingi kecepatannya. Sebutlah kendaraan manusia yang tercepat di era modern ini yaitu pesawat ulang alik Challenger, Columbia atau Ariane. Rata rata kecepatannya barulah sekitar 20.000 km per jam.

Tahukah Anda, berapa kecepatan Bumi kita melesat di angkasa luar? Tak kurang dari 107.000 km perjam! Sebuah kecepatan yang sangat tinggi. Cepat sekali, lebih dari 5 kali kecepatan pesawat ulang alik buatan manusia.

Untuk apa Bumi melesat dengan kecepatan sedemikian tinggi? Temyata, Bumi. sedang bergerak mengitari Matahari pada jarak sekitar 150.000.000 km. Dengan kecepatan tersebut, Bumi bisa menyelesaikan putarannya terhadap Matahari, sekali putar dalam setahun atau 365 1/4 hari.

Kenapa Bumi mesti mengitari Matahari? Kenapa kok tidak diam saja? Ya, kalau seandainya Bumi berdiam diri, tidak berputar mengelilingi Matahari, maka Bumi kita ini sudah sejak lama mengalami kematiannya. Lho, kenapa? Karena Bumi akan tersedot menuju Matahari. Dan kemudian lenyap terbakar di dalam bola api raksasa itu.

Sebagaimana kita tahu bahwa setiap benda langit memiliki gaya gravitasi yang bersifat menarik atau menyedot benda lain yang ada di dekatnya. Justru karena gerakan melingkarnya itulah, maka sedotan Matahari terhadap planet Bumi bisa diimbangi.

Putaran Bumi mengelilingi Matahari dengan kecepatan 107.000 km per jam itu telah menghasilkan gaya sentrifugal yang melawan gaya tarik Matahari secara seimbang. Maka, selama 5 miliar tahun, keseimbangan itu terjadi. Sehingga. muncullah kehidupan di muka Bumi ini. Termasuk manusia.

Sebagai gambaran, Anda pernah melaju dengan kendaraan, bermotor di tikungan yang tajam? Ketika Anda bergerak menikung, maka saat itu Anda seperti terkena gaya yang melempar kendaraan Anda ke arah luar lintasan. Itulah yang disebut sebagai gaya sentrifugal. Nah, gaya itu bekerja pada Bumi saat dia berputar mengelilingi Matahari. Gaya itu pula yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara gaya tarik Matahari dengan putaran Bumi.

Jika kecepatan Bumi lebih lambat sedikit saja, maka Bumi ini dipastikan akan 'jatuh' ke Matahari dan kita semua dipastikan lenyap. Sebaliknya, kalau kecepatan Bumi dalam mengelilingi Matahari lebih cepat sedikit saja, maka Bumi ini akan 'terlepas' dari orbitnya. Bumi akan ‘terlempar’ ke angkasa luar yang tidak bertepi. Dan kita pun ikut lenyap di kedalaman langit ...

Ada suatu 'Kekuatan' yang luar biasa dahsyat, yang terus menerus menjaga keseimbangan Bumi berputar mengelilingi Matahari itu. Bayangkan selama 5 miliar tahun Bumi terus berputar dengan kecepatan yang seimbang dengan gaya tarik Matahari. Seandainya 'Kekuatan' itu lengah sedikit saja, maka hancurlah Bumi kita, baik karena tersedot oleh Matahari ataupun lepas dari orbitnya.
QS Mulk (67): 3
“Yang telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Kamu sekali kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

Suatu ketika, pernah terlintas pertanyaan di benak saya : seberapa besar ya, energi yang digunakan untuk menggerakkan Bumi selama 5 miliar tahun?

Marilah kita coba menghitungnya. Bayangkan saja, massa Bumi ini adalah sekitar 6 juta juta juta juta kg. Atau angka 6 dengan nol sebanyak 24. Kecepatan Bumi dalam mengelilingi Matahari sebesar 107.000 km per jam. Anggap saja gerakan Bumi itu linear alias mengikuti garis lurus, maka secara sederhana kita bisa menghitung energi geraknya dengan menggunakan rumus energi kinetik E=1/2 mv2. Hasilnya adalah 2,65 x 10 (33) Joule, per detiknya.

Sehingga, kalau kita hitung selama 5 miliar tahun, energi yang sudah terpakai adalah :
E = 2,65 x 10(33) joule x 5 miliar tahun x 365 hari x 24 jam x
60 menit x 60 detik
= 418 x 10 (48) Joule
= 418.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000 000.000.000 Joule

Suatu jumlah energi yang tidak mungkin tercukupi, meskipun seluruh energi yang ada di dalam perut Bumi kita tambang dan kita 'bakar' untuk memenuhi kebutuhan itu..

Di sini, kembali kita melihat bahwa ada suatu 'kesengajaan' yang sangat jelas, bahwa Bumi ini memang didesain untuk tempat kehidupan manusia. Allah telah menjaga Bumi untuk terus bergerak mengitari Matahari. Dan karena bergerak itu, maka Bumi ini bisa tetap eksis. Dan pergerakan itu ternyata membutuhkan tenaga yang sangat besar serta dengan ketelitian orbital yang sangat cermat. Jika tidak, maka kehidupan di muka Bumi ini tidak akan pernah terjadi.

Bukan hanya gerakan Bumi mengelilingi Matahari saja yang menimbulkan kekaguman. Sebab selain berputar pada Matahari, Bumi juga berputar pada dirinya sendiri. Perputaran Bumi pada Matahari dikenal dengan istilah revolusi. Sedangkan perputaran Bumi pada dirinya sendiri dikenal, dengan istilah rotasi Bumi.

Jadi, ringkas kata, Bumi ini sebenamya berputar seperti sebuah gasing. Tetapi sumbu putarnya tidak tegak lurus. Bumi berputar dengan posisi miring 23,5 derajat. Kenapa Bumi harus berputar pada dirinya sendiri? Dan Kenapa mesti miring dengan sudut 23,5 derajat?

Seandainya Bumi ini tidak berputar pada dirinya sendiri, maka di permukaan Bumi ini dipastikan tidak akan pernah terjadi kehidupan seperti adanya kini. Kenapa begitu? Ya, karena lantas ada bagian Bumi yang menghadap Matahari terus menerus, dan juga ada bagian yang membelakangi Matahari terus menerus. Lho, memangnya kenapa?

Bagian yang menghadap Matahari terus menerus, dipastikan akan mengalami pemanasan yang berlebihan. Dengan kata lain, belahan Bumi tersebut mengalami siang terus. Sedangkan bagian yang tidak memperoleh cahaya Matahari akan mengalami malam terus. Bagian ini, sebaliknya, akan mengalami pendinginan terus. Jika ada bagian Bumi yang mengalami siang terus menerus, maka belahan Bumi tersebut akan mengalami pemanasan yang tidak terbayangkan tingginya. Diperkirakan dalam waktu 100 jam saja, air di permukaan Bumi yang menghadap ke Matahari itu akan mendidih. Dan 100 jam berikutnya, air yang ada akan menguap sehingga tidak akan ada kehidupan.

Sebaliknya, di bagian yang malam terus akan mengalami pendinginan secara berlebihan pula. Sehingga, diperkirakan dalam waktu 100 jam, belahan Bumi tersebut akan mengalami pembekuan., Seluruh air menjadi es. Dan 100 jam berikutnya, dipastikan tidak akan ada kehidupan di sana.

Karena itu, Bumi perlu untuk berputar pada dirinya sendiri alias berotasi. Jika tidak berotasi, maka konsekuensi dari pertanyaan Allah dalam ayat berikut ini akan terjadi pada kita :
QS. Al Qashash (28) : 71 - 72
"Katakanlah : Terangkanlah kepadaku. fika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?"
"Katakaniah : Terangkanlah kepadaku. jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu, yang kamu beristirahat kepadanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"

Selain perputaran Bumi tersebut, kemiringan sumbu putar juga memiliki arti yang sangat penting. Lho, memang kalau nggak miring kenapa? Ya, tidak akan terjadi dinamika di atas permukaan Bumi. Bayangkan saja, jika Bumi ini berputar secara tegak pada sumbunya, maka kutub utara dan kutub selatan Bumi tidak akan pernah mengalami siang hari.

Karena kemiringan itulah maka terjadi musim di permukaan Bumi. Di bagian utara dan bagian selatan mengenal 4 musim (yaitu : musim panas, gugur, dingin dan semi) sedangkan di bagian ekuator mengenal 2 musim saja (yaitu: kemarau dan hujan). lklim ini yang menyebabkan terjadinya berbagai fasilitas kehidupan makhluk di muka Bumi.

Dengan adanya musim ini maka terjadilah angin, yang arahnya bisa berubah ubah. Dengan perubahan musim ini juga terjadi beraneka ragam tumbuhan dan berbagai macam binatang. Bukan hanya berfungsi sebagai keindahan, melainkan juga berfungsi untuk mencukupi segala kebutuhan manusia,sepanjang drama kehidupannya di muka Bumi.

Bahkan juga keberadaan gunung, memiliki maksud. yang luar biasa besar. Allah mengatakan gunung itu diciptakan Allah sebagai pasak, agar Bumi tidak berguncang-guncang.

Gunung adalah jalan keluarnya magma dari dalam perut Bumi. Jika, tidak ada gunung, maka magma yang menggelegak di dalam perut Bumi itu tidak akan tersalurkan. Maka, boleh jadi Bumi kita ini akan berguncang-guncang terus karena tidak stabil akibat tekanan sangat besar dari dalam perut Bumi. Selain itu, gunung juga berfungsi seperti timah penyeimbang pada velg mobil. Dengan adanya gunung itu, putaran Bumi menjadi balance.
QS. Luqman (31) : 10
"Dia telah menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kalian lihat, dan dia meletakkan gunung-gunung di Bumi supaya Bumi tidak mengguncangkan kamu. . .”

2. Air Hujan yang Terukur

Pernahkan kita berpikir tentang hujan? Fenomena alam yang biasa kita alami itu sungguh menyimpan berbagai proses yang mengagumkan. Allah berfirman di dalam Qur'an:
QS Az Zukhruf (43) : 11
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (tertentu) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).”

Dalam firmanNya di atas Allah mengatakan bahwa Allah mengukur kadar hujan. Pernahkah kita berpikir seandainya hujan diturunkan secara tidak terukur ke permukaan Bumi? Dampaknya sungguh sangatlah dahsyat!

Hujan berasal dari awan. Di awan itu terkandung jutaan ton air hujan. Bayangkan, berjuta juta ton air sedang bergelayutan di atas kepala kita pada ketinggian beberapa kilometer. Kenapa jutaan ton air itu tidak berjatuhan ke Bumi? Karena Allah membuat mekanisme yang sangat canggih.

Air dari permukaan Bumi dirubah terlebih dahulu menjadi uap air yang memiliki berat jenis lebih ringan dari udara. Sehingga uap air itu bergerak ke angkasa. Di ketinggian tertentu, uap air itu lantas berkumpul dengan uap air yang lain, yang berasal dari berbagai daerah di permukaan Bumi.

Di langit itu Allah mengarak jutaan ton uap air menuju daerah yang dikehendaki, dengan menggunakan kekuatan angin. Anginnya bergerak dikarenakan perputaran Bumi yang miring pada sumbunya sebesar 23,5 derajat.

Berapa besar kekuatan yang menggerakkan awan itu sehingga bisa menghidupkan daerah-daerah yang tandus. Kalau seandainya kita melakukan sendiri mekanisme itu, betapa besamya biaya yang kita keluarkan.

Hal ini misalnya, dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Mereka berusaha memindahkan air tawar yang disuling dari lautan menuju ke daratan. Maka, dibikinlah pipa-pipa dan proses penjernihan air dalam skala yang sangat besar. Biayanya tentu luar biasa. Namun Allah dengan sangat gampangnya melakukan itu semua secara terus menerus, sejak berjuta juta tahun yang lalu, untuk menghidupi seluruh makhlukNya di muka planet Bumi ini.

Cara Allah menurunkan air hujan ke muka Bumi pun dilakukanNya dengan sangat 'santun' dan terukur. Bayangkan kalau Allah menghendaki air hujan yang jumlahnya jutaan ton itu turun secara sekaligus, seperti sebuah air terjun, di suatu daerah tertentu. Kita tidak bisa membayangkan betapa akan hancur lebur daerah itu, diterjang oleh air bah yang jatuh dari langit.

Allah telah mengukur jatuhnya air itu. Baik dalam jumlahnya maupun dalam mekanismenya. Jika, suatu daerah sudah 'dirasa' cukup memperoleh siraman air hujan, maka Allah menghentikannya. Dia memindahkan guyuran air hujan itu ke daerah lain yang membutuh-kannya. Jika tidak, tentu daerah tersebut akan mengalami banjir yang tidak terkira. Allah menggiring uap air dari lautan menuju ke daratan. Sebagian besar turun di gunung-gunung, kemudian menghasilkan sejumlah mata air yang sangat berguna pada musim kemarau. Air itu mengalir lewat sungai-sungai, dan bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia di luar musim hujan.

Selain dalam hal jumlah, mekanisme turunnya air itu juga memunculkan rasa kagum kita. Kenapa air hujan turun sebagai butiran butiran? Barangkali, di antara kita ada yang menjawab : kalau seandainya air hujan itu turun sekaligus seperti air bah, maka bisa dipastikan hidup kita akan terancam. Akan terjadi bencana yang sangat dahsyat di muka Bumi ini, setiap kali musim hujan.

Namun demikian, pernahkah kita mencermati tentang butiran butiran air hujan itu? Proses pendinginan yang tidak seragam terhadap uap air yang terkandung di dalam awan dan jarak jatuh air dari awan ke permukaan Bumi telah menyebabkan air hujan itu jatuh tercerai berai menjadi butiran air yang berukuran kecil.

Sebenarnya, meskipun air hujan itu turun sebagai butiran, bahayanya tidaklah kalah besar dibandingkan dengan turun sekaligus. Kenapa demikian ?

Butiran air hujan itu sesungguhnya bisa berlaku bagaikan sebutir peluru yang jatuh dari angkasa. Kecepatan butiran air hujan itu, sangatlah tinggi akibat mengalami percepatan terus menerus disebabkan gaya gravitasi Bumi.

Seandainya tidak dihambat oleh angin dan atmosfer Bumi, butiran air hujan itu bisa memiliki kekuatan tembus yang sangat dahsyat. Bisa jadi genting-genting rumah kita bisa bolong-bolong akibat diterjang oleh butiran hujan itu. Akan tetapi kenapa hal itu tidak terjadi? Dan ternyata, kecepatan butiran air hujan ketika sampai di permukaan Bumi hanya berkisar pada kecepatan 8 km per jam saja.

Ini disebabkan oleh hambatan atmosfer Bumi. Bumi berputar pada dirinya sendiri dengan kecepatan lebih dari 1.600 km per jam. Akibatnya, udara atau atmosfer yang melingkunginya juga bergerak terbawa oleh putaran itu. Maka ketika ada butiran air hujan jatuh dari ketinggian awan, dia tidak mengalami tambahan kecepatan terus menerus akibat tarikan Bumi. Melainkan mengalami hambatan hambatan di dalam perjalanannya. Sehingga, ketika sampai di permukaan Bumi kecepatannya sudah sangat rendah, tidak membahayakan lagi.

Di sini, lagi lagi, kita melihat betapa berbagai mekanisme di Bumi ini telah didesain oleh Allah sedemikian rupa sehingga cocok Dan nyaman untuk kehidupan manusia di atasnya. Jika terjadi penyimpangan terhadap mekanisme-mekanisme itu, maka sungguh, manusia akan mengalami masalah yang besar dengan lingkungannya. Namun, Allah sangat menyayangi kita. Dia selalu menjaga semua itu untuk kenikmatan kehidupan manusia.


3. Atmosfer Sebagai Pelindung

Apa jadinya kalau Bumi ini tidak memiliki atmosfer? Bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan di planet ini. Sebagaimana di planet-planet lain yang tidak memilikinya. Atmosfer memiliki manfaat yang sangat banyak buat kehidupan kita.

Yang pertama, atmosfer menyediakan udara buat makhluk hidup di dalamnya. Manusia membutuhkan oksigen untuk melangsungkan kehidupannya. Oksigen itu terdapat di atmosfer kita sebesar 23 %. Yang terbanyak adalah gas Nitrogen, sekitar 76 %. Dan sisanya adalah gas-gas lain sebesar 1 %.

Sudah pasti manusia tanpa oksigen tidak bisa hidup. Tetapi, kenapa di dalam atmosfer kita cuma terkandung 23%? Kenapa tidak lebih banyak lagi, misalnya yang 76% itu bukan Nitrogen, melainkan Oksigen. Sebaliknya, Nitrogennya cukup 23 % saja.

Ternyata, komposisi gas-gas dalam atmosfer kita itu sudah didesain oleh Allah dengan ukuran yang ideal bagi berlangsungnya kehidupan. Kalau seandainya komposisi Oksigen dan Nitrogen terbalik, maka yang terjadi bukanlah berkah, melainkan bencana. Kenapa bisa begitu? Bukankah Oksigen diperlukan oleh manusia?

Ya, memang tetapi kalau kebanyakan justru menyebabkan kehancuran lingkungan kita. Jika jumlah oksigen di dalam atmosfer terlalu besar, maka udara di sekitar kita akan menjadi sangat reaktif. Bahkan terlalu reaktif.

Sebagai contoh, adalah proses korosi alias karatan. Besi atau logam pada umumnya, mengalami korosi akibat bereaksi dengan oksigen. Reaksinya disebut sebagai reaksi oksidasi. Jika kandungan oksigen meningkat, maka kecepatan korosi logam-logam di sekitar kita juga akan meningkat. Seperti besi yang direndam di dalam air.Atau bahkan lebih cepat lagi.

Sehingga, dalam komposisi oksigen yang berlebihan sebagian besar logam logam di sekitar kita akan mengalami kehancuran yang sangat dramatis. Semua logam itu akan hancur'dimakan korosi. Bahkan bukan hanya logam, berbagai reaksi oksidasi terhadap makanan, minuman, bahkan bebatuan akan terjadi secara besar besaran. Maka, sungguh bukan berkah yang kita peroleh, melainkan bencana. Allah selalu menjaga agar kadar oksigen di dalam atmosfer kita tidak melampaui batas.

Sebaliknya, jika kandungan oksigen di dalam atmosfer kita terlalu sedikit, juga akan menimbulkan bencana. Manusia akan sulit bernafas, dan berbagai reaksi oksidasi yang sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup kita juga akan terhambat. Itu kalau kita berbicara tentang komposisi atmosfer. Padahal bukan hanya itu yang mengagumkan dari desain udara yang meliputi Bumi itu.

Allah mengatakan di dalam firmanNya, bahwa atmosfer juga berfungsi. sebagai pelindung. Melindungi terhadap apa? Terhadap bahaya-bahaya yang datang dari angkasa luar. Misalnya, batu-batu meteor yang jatuh ke Bumi atau juga sinar-sinar yang membahayakan kehidupan manusia.

Setiap saat, selalu ada saja batu-batu angkasa yang jatuh ke arah Bumi. Memang, di angkasa luar sana banyak sekali batu berseliweran. Terutama yang berukuran kecil dan sedang, yang sering 'menyerang' planet Bumi, dan juga planet-planet lain. Bahkan Bulan juga termasuk yang sering dibombardir oleh batu-batu angkasa itu.

Di berbagai planet yang tidak punya atmosfer, termasuk satelit Bumi, yaitu Bulan, batu-batu yang berjatuhan itu bisa sampai ke permukaan tanahnya. Kalau hal itu terjadi di Bumi tentu sangat membahayakan. Setiap saat kepala kita bisa terancam oleh berbagai ukuran batu angkasa.

Untunglah kita punya atmosfer yang melindungi Bumi. Atmosfer telah menyelamatkan kita dari ancaman itu. Setiap ada batu yang datang ke arah Bumi, mereka pasti akan dihadang oleh atmosfer. Untung juga, Bumi kita berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga atmosfernya juga ikut berputar. Perputaran ini temyata memunculkan mekanisme yang sangat hebat untuk menghancurkan berbagai batu angkasa yang menyerang Bumi.

Setiap ada batu yang jatuh ke Bumi, akan mengalami gesekan yang keras, sehingga bebatuan itu terbakar. Dan karena ketinggian atmosfer itu mencapai sekitar 1000 km, maka batu yang terbakar itu seringkali tidak sempat menyentuh tanah. Mereka sudah habis terbakar menjadi abu ketika masih di angkasa Bumi. Maka, selamatlah kita. Kecuali, batu yang jatuh ke Bumi itu berukuran raksasa. Misalnya, berdiameter 1 km. Tentu akan membawa masalah yang serius terhadap kehidupan manusia di Bumi.

Perlindungan atmosfer kepada kita bukan hanya terhadap serangan bebatuan angkasa, melainkan juga terhadap berbagai sinar yang membahayakan. Misalnya sinar ultraviolet, dan berbagai radiasi kosmis.

Dalam QS. Al Baqarah (2): 29, setelah menciptakan Bumi, Allah mengarah ke langit. Lantas diciptakanlah langit (atmosfer) dengan bertingkat tingkat sebanyak 7 lapis.

Dalam pemahaman ilmu pengetahuan modern memang atmosfer kita diketahui memiliki 7 lapisan, yaitu Troposfer, Stratosfer, Ozonosfer, Mesosfer, lonosfer, dan Eksosfer.

Setiap lapis langit memiliki fungsi yang berbeda. Semuanya untuk kepentingan kehidupan manusia di muka Bumi. Bagian yang paling bawah, Troposfer misalnya, memiliki fungsi untuk menjaga kestabilan hidup manusia di permukaan Bumi.

Diantaranya adalah mengandung kadar oksigen untuk mencukupi kebutuhan bernafas. Juga untuk menjaga kestabilan kelembaban udara dan temperatur ideal. Lapisan ini memiliki komposisi paling besar dari jumlah udara yang terkandung di dalam atmosfer, yaitu 90 %. Angin, hujan, salju dan berbagai parameter cuaca hanya terjadi di lapisan ini.

Secara umum, Troposfer berperan sangat besar untuk keberlangsungan iklim dan cuaca di Bumi. Jika lapisan ini kacau, maka iklim dan cuaca juga akan kacau.
QS. Fushilat (41) : 12

“Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua hari, dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya ...”

Di antara lapisan-lapisan itu, bagian yang paling luar berfungsi untuk melindungi Bumi dari bahaya angkasa luar. Hal ini juga difirmankan Allah.

QS. Al Baqarah (2) : 22
“Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap ...”

QS. Al Anbiyaa': 32
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”


4. Miliaran Binatang dan Tumbuhan

Bukan hanya pergerakan Bumi, gunung, hujan dan atmosfer yang sengaja didesain oleh Allah untuk menggelar drama kehidupan manusia, tetapi binatang dan tumbuhan pun semuanya diciptakan untuk kelengkapannya.

Benarkah demikian? Agaknya begitu. Secara Qur'ani, Allah telah mengatakan di berbagai ayatNya bahwa segala yang ada ini memang diciptakan untuk manusia. Di antaranya adalah ayat-ayat berikut ini.

QS. Al Mu’minuun (23) : 17 - 21
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur, di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan

dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan.

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan.

Demikian pula dalam memahami realitas di sekitar kita, logika kita juga mengatakan bahwa binatang dan tumbuhan juga diciptakan Allah untuk manusia. Apakah hal-hal yang mendukung ke arah kesimpulan tersebut?
Marilah kita amati satu per satu. Pernahkah kita berpikir kenapa pohon mangga berbuah sebanyak itu? Untuk dirinya sendiri ataukah untuk siapa?

Kalau hanya untuk kepentingan pohon mangga itu sendiri agaknya dia tidak perlu berbuah sebanyak itu. Katakanlah, pohon mangga perlu berbuah untuk menyambung keturunannya, maka kenapakah dia harus berbuah ratusan. Cukup beberapa saja, maka itu sudah memadai.

Namun, yang kita lihat pohon mangga berbuah begitu banyak. Jauh melebihi kebutuhannya sendiri. Untuk siapa? Rasanya tidak mungkin untuk binatang. Karena kebutuhan binatang juga tidak terlalu banyak, katakanlah codot. Berapa banyak sih codot yang memakan buah mangga. Sungguh pohon mangga tidak perlu berbuah sebanyak itu. Kecuali hanya satu jawabannya, yaitu : pohon mangga memproduksi buah sebanyak itu untuk kesenangan hidup manusia!

Bahkan bukan hanya dari segi jumlah. Jenis pohon mangga juga demikian banyaknya. Ada mangga Gadung, mangga Golek, Arumanis, Manalagi, dan lain sebagainya yang saya tidak bisa menyebutkan satu persatu. Semuanya memiliki rasa yang berbeda dan khas.

Kenapa mesti ada bermacam-macam jenis mangga? Untuk siapa semua itu diciptakan? Jawabannya hanya satu, untuk manusia!

Buah-buahan. Bukan hanya mangga. Ada ribuan, jenis buah di permukaan Bumi ini. Dan cobalah lihat, semuanya berbuah demikian banyak. Terlalu banyak kalau hanya untuk kepentingan pohon itu sendiri.

Durian, jeruk, jambu, pear, kelengkeng, rambutan, semangka, apokat, anggur, dan ribuan lagi jenis buah yang ada di berbagai belahan Bumi ini. Semuanya diciptakan Allah untuk kesenangan dan keperluan manusia.

Dan tentu bukan hanya buah-buahan. Tanaman demikian banyak ragamnya ada sayuran, ada kayu kayuan, ada obat obatan, ada tanaman. hias, ada tanaman perdu, ada tanaman hama, ada tanaman penghasil biji bijian, dan ribuan atau jutaan lagi jenis yang tersebar di seantero bumi. Semuanya tidak lain, kecuali diciptakan hanya untuk manusia.

Bukan hanya tumbuh tumbuhan. Binatang juga demikian. Pernahkah kita mengamati sapi perah. Dan, pernahkah kita juga bertanya, untuk apa dan untuk siapa sapi perah itu menghasilkan susu sedemikian banyaknya. Kalau hanya untuk anaknya, pasti tidak perlu sedemikian banyak.

Anak sapi hanya butuh sedikit saja tiap harinya. Dan itu pun ketika anak sapi masih kecil. Ketika sudah dewasa, anak sapi itu tidak butuh lagi susu dari induknya. Namun toh demikian, produksi susu sapi perah itu berjalan terus. Sekali lagi tidak ada jawaban lain dalam kasus ini. Jawabannya hanya satu : semua itu diciptakan Allah untuk manusia. Supaya manusia memperoleh minuman bergizi darinya. Supaya manusia mendirikan pabrik pengolahan susu. Dan supaya, muncul lapangan pekerjaan baru dimana manusia lantas bisa berinteraksi secara dinamis dalam kehidupannya.

Juga, pernahkah kita mencermati lebah. Siapakah yang menyuruhnya mengumpulkan madu. Dan untuk siapa? Padahal makanan lebah bukanlah madu. Lebah memakan nektar bunga. Tapi dia bersusah payah mencari madu dari berbagai jenis bunga untuk dikumpulkan di sarangnya. Untuk siapakah madu itu?

Madu itu demikian bermanfaat buat kehidupan manusia, dan 'tidak terlalu' bermanfaat untuk kehidupan lebah. Kenapa mereka mesti mengumpulkan demikian banyak? Sekali lagi, jawabannya tidak ada yang lain : memang Allah menciptakan lebah dan madu untuk kepentingan manusia.

Jika kasus kasus ini kita perluas ke berbagai jenis binatang, kita juga akan menemui jawaban yang sama. Kenapa mesti ada harimau, kenapa mesti ada babi hutan, kijang, kerbau, unta, kuda, jutaan jenis ikan dan burung, ular dan reptilia, serangga, dan miliaran binatang lainnya. Semuanya, tidak ada kecuali, diciptakan Allah untuk kenikmatan hidup manusia.

Penghuni Langit dan Bumi

Alam semesta demikian besamya. Siapakah yang menghuni? Apakah hanya manusia saja. Ataukah ada makhluk lain. Sampai sekarang ilmu Astrobiologi belum menemukan data-data yang signifikan. Semuanya, baru pada tingkat dugaan dan asumsi-asumsi. Karena itu, agaknya kita belum bisa bersandar pada data data empirik untuk membahas tentang penghuni alam semesta ini. Meskipun, baru baru ini NASA telah memperoleh data adanya air di Mars lewat pesawat tidak berawaknya. Akan tetapi semua itu masih jauh dari memadai untuk mengatakan di sana ada kehidupan.

Untuk itu, akan lebih baik jika kita mendasarkan pembahasan kita pada informasi dari Al Quran. Di dalam Al Quran, makhluk ciptaan Allah disebut hanya ada 6 macam, yang 3 berakal, dan 3 lainnya tidak yaitu : malaikat, jin, manusia, binatang, tanaman, dan benda mati.

Makhluk Pertama : Malaikat

Malaikat adalah makhluk yang diciptakan Allah khusus untuk 'membantu' Allah mengurus alam semesta ciptaanNya. Bukan berarti Allah 'kewalahan' dalam mengurus alam semesta ini dan kemudian butuh bantuan malaikat. Allah berfirman bahwa Dia selalu dalam kesibukan mengurusi alam semesta.

QS. Ar Rahman (55) : 29
“Semua yang ada di langit dan di Bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”

Pada hakikatnya, yang sibuk mengurusi alam semesta adalah Allah semata. Karena, toh malaikat adalah ciptaan Allah. Akan tetapi Allah membuat sebuah mekanisnne yang memang melibatkan malaikat dalam interaksiNya dengan makhluk-makhluk yang lain terutama manusia hal ini, misalnya, terlihat dari firmanNya berikut ini.
QS Asy Syuraa (42) : 51
“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Bukan karena Allah tidak mampu berkomunikasi dengan makhluk ciptaanNya, justru sebaliknya, badan manusia terlalu ringkih untuk bisa berkomunikasi dengan Allah. Jangankan 'berhadapan' dengan Allah, berdekatan dengan Matahari saja badan manusia pasti hancur. Demikian pula pancaindera kita, terlalu lemah untuk untuk bisa berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Agung itu. Maka, ada mekanisme tertentu untuk bisa berkomunikasi denganNya. Nah, di antaranya adalah dengan melewati malaikat.

Malaikat adalah makhluk Allah yang badannya terbuat dari cahaya. Badan cahaya itu lantas diberi Ruh oleh Allah. Maka jadilah makhluk malaikat.

Karena badannya terbuat dari cahaya, maka badan malaikat itu memiliki berbagai keunggulan, jauh di atas manusia atau makhluk Al lah lainnya. Bobotnya sangat ringan. Karena itu kecepatannya sangat tinggi. Bahkan tertinggi di alam semesta.

Kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik. Karena itu, malaikat juga bisa bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi itu. Jika mau, malaikat bisa bergerak mengelilingi Bumi sebanyak 8 kali hanya dalam waktu 1 detik.

Dengan kecepatan setinggi itu, malaikat lantas memiliki berbagai kelebihan. Di antaranya, malaikat memiliki waktu yang sangat panjang dibandingkan dengan waktu manusia. Terjadilah relatifitas waktu, sebagaimana diinformasikan Allah dalam ayat berikut ini.
QS Al Ma’arij (70) : 4

“Naik malaikat dan ruh kepadaNya dalam waktu sehari yang kadarnya 50.000 tahun.”

Secara eksplisit Allah menginformasikan kepada kita bahwa sehari bagi malaikat adalah seperti 50.000 tahun bagi manusia. Kenapa bisa demikian? Karena malaikat memiliki kecepatan yang sangat tinggi. Ilmu Fisika Modern menjelaskan, bahwa bagi makhluk yang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka waktu akan bergerak lamban baginya.

Malaikat sebagai utusanNya diberi kecepatan yang tertinggi di alam semesta agar bisa menyelesaikan berbagai tugasnya dengan mudah. Dengan demikian, tugas yang sangat beragam itu bisa, diselesakan dengan baik. Termasuk mendampingi orang-orang yang beriman dalam menghadapi berbagai persoalannya.

Kecepatan malaikat yang demikian tinggi itu bukan hanya berpengaruh pada cepatnya gerakan saja, melainkan juga berpengaruh pada panjang pendeknya waktu, sehingga terjadilah relatifitas waktu.

QS. Fushilat (41) : 30
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (sambil mengatakan) : janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan Surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu."

Berbagai kelebihan tersebut membawa konsekuensi yang luas pada hubungan kita dengan malaikat. Misalnya, jika malaikat mau mengurus kita, katakanlah mencatat perbuatan manusia, mereka hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat Anggaplah malaikat sedang mengamati perbuatan kita selama beberapa menit. Sebenamya waktu manusia sudah berjalan bertahun tahun.

Sehingga peradaban manusia modern yang diperkirakan berusia 50.000 tahun sejak penciptaan Adam itu, bagi malaikat baru terjadi sehari yang lalu, alias kemarin. Atau, katakanlah usia alam semesta yang diperkirakan 12 miliar tahun ini, bagi malaikat baru berusia 240.000 hari alias sekitar 660 tahun saja.

Maka jangan heran jika di Al Qur’an terdapat banyak informasi tentang relatifitas waktu itu. Misalnya Allah mengatakan bahwa sehari pada hari kiamat memiliki kadar 1000 tahun, seperti firman berikut ini.
QS Al Hajj (22) : 47
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali. kali tidak akan menyalahi janji Nya Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.

Contoh yang lain, ada manusia yang pada hari kiamat itu ditanya oleh Allah tentang lamanya dia tinggal di Bumi. Mereka mengatakan bahwa mereka tinggal di Bumi itu hanya sekitar satu hari saja. Akan tetapi, orang yang lain ada yang menjawabnya 10 hari.

QS. Thahaa (20) : 103 - 104
"Mereka berbisik bisik di antara mereka : kami tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sepuluh (hari)"
"Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari saja.

Dengan adanya relatifitas waktu tersebut, maka kita bisa memahami firman Allah yang mengatakan bahwa kiamat sudah dekat. Sudah kelihatan tanda-tandanya. Akan tetapi, sampai sekarang belum juga terjadi. Padahal sejak zaman nabi Muhammad sampai sekarang, waktu manusia sudah berjalan hampir 1500 tahun.

Di'sisi', Allah waktu berjalan sangat lambat. (Tetapi Allah tidak terikat dimensi waktu. Justru 'waktu' yang berada di dalam Allah). Karena itu, meskipun waktu alam semesta di mata manusia sudah berjalan sekitar 12 miliar tahun, Allah mengatakan bahwa proses penciptaan alam semesta ini di sisi Allah hanya butuh waktu 6 hari! Jadi setiap tahap penciptaan alam semesta hanya butuh waktu penciptaan Masing-masing 1 hari saja. Dan sampai sekarang proses tersebut belum berhenti.

Kembali kepada malaikat. Malaikat adalah makhluk cahaya yang didesain memiliki berbagai kelebihan oleh Allah. Mereka bisa bergerak ke mana saja di alam semesta ini, sebagaimana digambarkan dalam QS Al Ma'arij : 4 tersebut di atas. Perjalanan malaikat dari Bumi menuju langit, misalnya, digambarkan hanya ditempuhnya dalam waktu sehari saja. Padahal manusia menempuhnya dalam waktu 50.000 tahun.

Bahkan bukan hanya perjalanan fisik di langit dunia, tetapi malaikat juga memiliki kelebihan untuk bisa menembus dimensi dimensi langit pertama sampai dengan langit ke tujuh. Malaikat adalah makhluk dari langit ketujuh, yang berdimensi 9

Tugas malaikat beragam. Mulai dari menyampaikan wahyu kepada para nabi, 'mencatat' perbuatan manusia, menyampaikan rezeki, sampai kepada penjaga Surga dan Neraka. Semua itu dilakukan malaikat persis sesuai perintah Allah. Malaikat tidak pernah membangkang terhadap perintah Allah. Setiap saat mereka selalu bertasbih memuji kebesaran Allah.

QS. Al Anbiyaa' : 19 - 20
"Dan kepunyaanNyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat malaikat yang di sisiNya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya, dan tiada merasa letih.
"Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. "

QS. Faathir : 1
"Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan Bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang bersayap dua-dua, tiga-tiga, empat empat. Allah menambah apa yang Dia kehendaki tentang ciptaanNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Makhluk Kedua : Jin

Jin adalah makhluk Allah yang diciptakan sesudah malaikat. Jika malaikat berbadan cahaya, maka badan Jin dibuat Allah dari nyala api yang sangat panas, lantas ditiupkan RuhNya.

QS. Al Hijr (15) : 27
“Dan jin Kami ciptakan sebelum (Adam) darid api yang sangat panas”

(Jika ingin memahami kehidupan jin lebih jauh bacalah Surat Jin (72) : 1 - 28. Di sana Allah menggambarkan tentang kehidupan masyarakat jin.)

Dengan kata lain, badan jin terbuat dari gelombang panas. la.memiliki kualitas dan tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan malaikat. Badan malaikat sangat ringan, sehingga bisa melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi, tetapi jin memiliki badan yang lebih berat dan lebih lamban.

Namun karena dia berbadan gelombang panas., maka tetap memiliki berbagai kelebihan. Di antaranya, dia bisa merambat di berbagai jenis benda. Atau juga bisa melentur menembus benda. Jin memiliki kecepatan yang 10 kali kecepatan manusia, tetapi jauh di bawah kecepatan malaikat.

Dan yang paling membedakan antara jin dan malaikat adalah dimensinya. Malaikat adalah makhluk berdimensi 9 yang hidup di langit ke tujuh, sedangkan jin adalah makhluk berdimensi 4 yang hidup di langit kedua. Malaikat bisa masuk menjelajah alam jin, tetapi sebaliknya jin tidak bisa memasuki dunia malaikat. Karena itu, Al Qur'an menggambarkan, kadang kadang jin mencoba mengintip dan mencuri dengar informasi dari alam malaikat, sebagaimana ayat berikut ini.

QS Ash Shaaffaat (37) : 10
akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.

Berbeda dengan malaikat yang selalu taat, jin diciptakan untuk bisa membangkang terhadap perintah Allah. Mereka adalah makhluk yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban sebagai hamba Allah. Maka jin ada yang jahat dan ada yang baik. Ada yang kafir dan ada salih. Ada yang masuk Surga dan ada yang masuk Neraka. Jin yang jahat disebut setan. Dan kakek buyut dari setan adalah Iblis.

QS Al Kahfi (18) : 50
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka Jin mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.

Bangsa jin diciptakan lebih dulu dibandingkan manusia. Ada yang mengatakan sekitar 5.000 tahun sebelum manusia. Karena itu, ketika manusia diciptakan oleh Allah, bangsa Jin sudah demikian maju dalam peradabannya. Mereka memang memiliki peradaban seperti manusia. Mereka hidup bersosial politik., Mereka juga hidup berkeluarga. Mereka pun memilki agama-agama. Dan seterusnya.

Maka, ketika manusia pertama diciptakan oleh Allah, banyak kalangan di bangsa jin yang cemburu. Di antaranya yang paling vokal adalah Iblis. Dia menentang kehendak Allah, hanya dikarenakan cembuni kepada Adam yang dipilih sebagai khalifah di muka Bumi.

Iblis merasa dirinya lebih hebat dibandingkan Adam. Dia lebih dulu diciptakan. Dia juga bisa melihat manusia. dari alam yang tidak bisa dilihat manusia. Mereka juga diciptakan dari gelombang panas yang memiliki berbagai kelebihan dibandingkan badan manusia yang terbuat dari unsur-unsur tanah.

Pokoknya, Iblis merasa lebih super dibandingkan manusia, kenapa dia disuruh untuk tunduk kepada manusia. Dia memberontak. Maka sejak itulah lblis memilih peran antagonis terhadap manusia. lblis lantas memiliki berbagai keturunan dan pengikut setia yang disebut golongan setan. Pekerjaannya mengganggu manusia. agar tidak patuh kepada Allah. Agar mereka kafir terhadap Allah, sebagaimana lblis dan pengikut-pengikutnya

Maka Allah mengingatkan kepada manusia agar berhati-hati kepada Iblis dan pengikutnya. Dan agar manusia selalu berserah diri kepada Allah sepenuh ikhlas, supaya tidak bisa diganggu oleh setan.

QS. Al Hijr (15) : 39 - 40

"Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (Perbuatan ma'siat) di muka Bumi, dan pasti aku akan menyesatkan Mereka semuanya."
“kecuali hamba-hamba.Engkau yang mukhlis di antara mereka.”

Kecemburuan bangsa jin, khususnya setan semakin menjadi-jadi karena anak turun Adam dipilih sebagai khalifah di muka Bumi. Buktinya, Allah menunjuk para rasul dari bangsa manusia. Tidak pernah ada rasul dan nabi dari bangsa Jin. Justru bangsa jin harus belajar kepada bangsa manusia, dalam hal agama.

QS. Al jin (72) : 19
“Dan bahwasannya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin jin itu desak mendesak mengerumuninya.”

Tapi, dari segi fitrahnya memang tidak logis, kalau bangsa jin yang dijadikan rasul, dan kemudian manusia harus belajar ke bangsa jin. Bagaimana itu bisa dilakukan? Bukankah manusia tidak bisa melihat jin ? Tentu, dari sisi ini saja, sudah logislah kalau jin yang 'ngalah' belajar kepada manusia. Toh,"kemuliaan di sisi Allah tidak ditentukan oleh kelebihan yang bersifat fisik, melainkan oleh ketakwaan dan ketaatannya kepada Allah. Sehingga, boleh jadi jin jauh lebih mulia daripada manusia, jika manusianya jahat, sedangkan jinnya saleh. Sebaliknya, manusia lebih mulia. daripada jin, jika manusianya saleh dan jinnya jahat.

Namun sebagai makhluk yang diberi kebebasan untuk memilih, Iblis yang juga jin itu, memilih peran antagonis. Ya, begitulah rupanya yang harus terjadi. Kalau tidak demikian, kehidupan ini barangkali menjadi 'tidak seru'.

Namun secara umum Allah menugasi jin untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana Dia firmankan berikut.
QS Adz Dzariyat (51) : 56
"dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah."

Dan Ailah 'mengancam' mereka yang kafir dengan Neraka.
QS. Al Hijr (15) : 43
"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut pengikut syaitan) semuanya.

Makhluk Ketiga : Manusia

Sebagaimana jin, manusia diciptakan Allah untuk beribadah kepadaNya. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih peran dalam drama kehidupan ini : apakah ingin menjadi penjahat (setan) ataukah ingin jadi orang baik.

Badan manusia terbuat dari unsur-unsur yang terdapat dalam tanah, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Secara umum badan manusia terbuat dari zat-zat biokimiawi. Karena bersifat material, maka badan manusia paling berat di antara makhluk Allah yang bernama malaikat dan jin. Kedua makhluk yang disebut terakhir itu badannya terbuat dari gelombang elektromagnetik, yang bersifat energial. Sedangkan manusia material.

Maka manusia hidup di langit yang paling rendah, yaitu langit pertama. Jin hidup di langit yang lebih tinggi, yaitu langit kedua. Sedangkan malaikat hidup di langit yang paling tinggi, yaitu langit ke tujuh. Selain itu, langit ketiga sampai dengan langit ke enam juga ditempati oleh arwah manusia yang sudah meninggal. Mereka menunggu terjadinya hari kiamat, untuk dibangkitkan dan hidup kembali menempati badan wadagnya.

Di langit pertama inilah manusia hidup di atas permukaan planet Bumi. Langit pertama ini juga disebut sebagai langit Dunia.
QS. Shaaffaat ( 37 ) : 6
“Sesungguhrrya Kami telah menghiasi langit dunia ini dengan hiasan bintang bintang”

Jadi, langit yang berisi bintang-bintang itu adalah Langit Dunia alias Langit Pertama. Padahal, Allah menciptakan langit ini tujuh lapis. Jadi dimanakah letak langit kedua sampai ke tujuh? Hal ini akan saya sampaikan di lain kesempatan
QS. Thalaaq (65) : 12
“AIlah lah yang telah menciptakan tujuh jangit, dan Bumi pun seperti itu pula.”

Badan manusia, oleh Allah, 'diikat' di langit dunia. dengan mengunakan dimensi 3. Sedangkan, jin 'dipenjara' Allah di langit kedua yang berdimensi 4. Dan malaikat dibebaskan Allah di langit ke tujuh, dengan berdimensi 9.

Selama hidupnya manusia akan terikat di langit dunia yang berdimensi 3. Mereka hidup dan mati, serta dibangkitkan lagi di permukaan Bumi, setelah terjadinya kiamat kecil : yaitu hancurnya Bumi dan seluruh kehidupan di dalamnya.

Makhluk Ke 4 & ke 5 : Tumbuhan dan Binatang

Ketiga makhluk yang kita bahas terdahulu adalah makhluk hidup yang berakal. Sedangkan yang ke 4 dan ke 5 ini adalah makhluk hidup yang tidak berakal. Perbedaan yang mendasar itu menjadikan fungsi kedua kelompok tersebut sangat jauh berbeda.

Allah tidak 'membebani' Binatang dan Tumbuhan dengan agama. Mereka tidak memiliki pilihan dalam hidupnya. Satu-satunya pilihan adalah taat kepada Allah. Mereka tidak bisa memberontak sebagaimana manusia dan jin yang punya akal dan nafsu.

Tetapi bukan berarti mereka tidak beribadah. Allah berulang kali menjelaskan di dalam Al Qur’an, bahwa langit, Bumi dan segala isinya bertasbih kepada Allah termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan.
QS An Nuur (24) : 41
“Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di Bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”

Sebagaimana manusia, badan binatang dan tumbuhan terbuat dari bahan biokimiawi yang berasal dari tanah. Maka, seperti manusia, pula, badan mereka 'terikat' di langit dunia. Karena memang, mereka diciptakan untuk melayani manusia. Mereka bukan subyek dalam drama kehidupan manusia. Mereka adalah obyek alias 'pelengkap penderita', sebagaimana telah dibahas di depan.

Tumbuhan dan binatang diciptakan Allah terlebih dahulu sebelum manusia dan jin. Tumbuhan dan binatang adalah perintis 'kemakmuran bumi'. Tumbuhan dibutuhkan untuk membangun mekanisme pembentukan oksigen yang menjadi syarat terjadinya kehidupan manusia. Lewat tumbuhan, Allah menyerap C02 dari udara dan berbagai zat di dalam tanah, untuk kemudian menghasilkan oksigen, sebagai hasil fotosintesis.

Ketika kadar oksigen di dalam atmosfer sudah memungkinkan, maka diciptakanlah binatang. Berbagai jenis binatang dan tumbuhan diciptakan secara simultan, dengan dimulai dari perairan.
QS Al Anbiyaa’ (21) : 30
"Dari air (Allah memulai) setiap yang hidup"

QS An Nuur (24) : 45

"Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Dari perairan itu lantas Allah memindahkan kehidupan menuju daratan. Di antaranya ada yang berjalan dengan perutnya, misalnya ular dan berbagai jenis reptilia. Ada juga berjalan dengan dua kaki seperti unggas-unggasan. Atau ada juga yang dengan empat kaki, seperti jenis mamalia. Dan lain sebagainya.

Permulaan kehidupan di muka Bumi itu diperkirakan baru muncul jutaan tahun yang lalu. Padahal Bumi ini sudah berusia sekitar 5 miliar tahun. Selama miliaran tahun, Allah mempersiapkan kondisi Bumi. Mulai dari saat ia masih sangat panas, bagian dari nebula yang berpusar. Secara berangsur-angsur Bumi mulai mendingin dan memadat, siap untuk dihuni makhluk hidup.

Namun demikian, meskipun miliaran tahun dalam waktu manusia, Allah mengatakan itu hanyalah 2 hari di sisiNya.
QS. Fushilat (41) : 9
“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan Bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam.”

Dan setelah semua fasilitas untuk kehidupan manusia tercukupi, maka Allah menciptakan ras manusia modern sekitar 50.000 tahun yang lalu. Jadi, relatif masih belum lama. Di era itulah diperkirakan Adam diciptakan Allah sebagai manusia pertama. Hingga, kini manusia di muka Bumi telah berjumlah lebih dari 5 miliar orang.

Makhluk yang ke 6 : Benda Mati

Untuk kelengkapan hidup manusia, Allah menciptakan segala macam benda di permukaan Bumi. Semuanya diperuntukkan manusia. Mulai dari berbagai macam tambang di dalam perut Bumi, bebatuan, gunung gunung, lautan, atmosfer, angin, hujan, petir, dan lain sebagainya.

Manusia sebagai khalifah di muka Bumi tidak perlu menciptakan kebutuhannya sendiri. Semua sudah disiapkan oleh Allah. Manusia tinggal mencari dan memproses sesuai dengan yang diinginkan. Itulah yang dikatakan Allah dalam ayat berikut ini.
QS. Huud (11) : 6
"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di Bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

Allah meletakkan dasar keseimbangan di dalam segala ciptaanNya. Selama manusia mengelola Bumi dengan keseimbangan maka kehidupan manusia akan tercukupi sampai kapan pun. Akan tetapi jika dikelola dengan serampangan apalagi penuh keserakahan, maka Bumi ini pun akan mengalami kerusakan. Bahkan kehancurannya.

QS Ruum : 41
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena Perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dar (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Bahkan di ayat lain Allah mengatakan, kalau manusia sudah mempertuhankan hawa nafsunya, maka rusaklah langit dan Bumi beserta segala isinya.
QS. Al Mu’Minuun : 71
“Andaikata kebenaran itu menurut hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan Bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggan itu.”

Kemampuan manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya menjadi faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan hidup, seorang manusia. Karena itu, Rasulullah mengatakan bahwa belum Islam seseorang sampai ia bisa menundukkan hawa nafsunya.

Kapan Dunia, Kapan Akhirat

Apakah beda dunia dan Akhirat? Secara umum kita sebenarnya sudah 'merasakan' bedanya. Tetapi barangkali akan lebih baik kalau secara eksplisit kita memberikan definisinya.

Perbedaan dunia. dan Akhirat, diantaranya, ditandai oleh waktu dan tempat berlangsungnya. Dari segi waktu, alam dunia adalah alam kehidupan yang terjadi lebih dahulu. Dalam istilah bahasa, kata dunyaa juga berarti dekat. Artinya kehidupan yang dekat dengan kita sekarang. Kita alami saat ini.

Sedangkan Akhirat,adalah kehidupan berikutnya, sesudah kehidupan dunia. Kata 'Akhirat' menunjukkan bahwa kehidupan Akhirat adalah kehidupan yang terakhir atau lebih akhir daripada dunia yang sekarang. Banyak yang berpendapat bahwa kehidupan Akhirat memang adalah kehidupan yang final. Tidak ada lagi kehidupan sesudah itu.

Secara terminologi waktu, Allah mengatakan bahwa manusia memang melewati beberapa tahapan kehidupan. Yang pertama, adalah suatu waktu ketika manusia belum berwujud apa-apa. Allah mengatakan sebagai 'bentuk yang belum bisa disebut'. Ini menunjuk kepada bahan-bahan dasar tubuh manusia di dalam tanah. Pada waktu itu, manusia memang belum ada bentuk sedikit pun. Seluruh bahan dasar tubuhnya tersebar di seantero permukaan Bumi atau bahkan di udara bebas berupa gas.

Begitu Allah memulai penciptaan, maka Allah mengumpulkan berbagai zat dari permukaan Bumi untuk disenyawakan menjadi asam amino, bahan dasar pembentuk tubuh manusia. Pengumpulan bahan bahan dasar itu, dibantu oleh tanaman dan binatang.

Kehidupan tahap pertama itu diakhiri saat sperma seorang laki laki bertemu dengan ovum dari seorang perempuan. Sejak terjadinya pembuahan itulah, maka proses penciptaan terjadi. Dan sejak itu pula manusia memasuki 'kehidupan' tahapan kedua.


QS. Al Insaan (76) : 1
"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang bisa disebut?"

Tahap kedua. Dimulai dengan terjadinya 'pembuahan' (yaitu bertemunya sperma sang ayah dengan ovum sang ibu), sampai terjadinya kelahiran seorang manusia. Ini adalah ketika manusia berproses di dalam rahim. Saat itu Allah menciptakannya lewat proses kehamilan. Di sini Allah semakin banyak bercerita tentang proses penciptaan itu. Di antaranya ayat berikut ini.

QS. Az Zumar (39) 6
"Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?"

QS. Al Mu’minuun : 12 - 14
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka Maha Suci Allah pencipta yang paling sempurna”

Tahap yang ketiga, adalah kehidupan di alam dunia.. Kehidupan ini didahului oleh kelahiran seorang bayi, dan diakhiri dengan kematiannya. Inilah drama kehidupan manusia, dimana kita harus melakukan berbagai kebajikan dan menjauhi berbagai kemaksiatan. Segala apa yang kita lakukan akan membawa dampak pada kehidupan berikutnya, di alam Akhirat. Kematian manusia mengantarkannya menuju pada kehidupan yang lebih kekal abadi, yaitu Kehidupan Akhirat. Di kehidupan yang terakhir ini, manusia tidak akan mengalami kematian lagi, sebagaimana difirmankan Allah.

QS. Ad Dukhaan (44) : 56
"mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab Neraka"

Kualitas kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh tahapan sebelumnya. Karena itu, kualitas kehidupan Akhirat kita juga sangat dipenganihi oleh kehidupan kita di dunia. Kalau kehidupan kita di dunia jelek, maka. kualitas kehidupan kita di Akhirat juga akan jelek dan menyengsarakan.

Demikian pula, kualitas kehidupan kita di Dunia, sangat dipengaruhi oleh kualitas kita pada tahap sebelumnya, saat kita masih di dalam kandungan. Jika pada saat mengandung, ibu kita melakukan kesalahan-kesalahan tertentu, maka bisa jadi si bayi yang lahir tidak dalam keadaan normal sebagaimana bayi yang lain.

Perbedaan itu terletak pada usaha yang dilakukan. Namun pada pada tahap kedua ini di dalam kandungan kita tidak bisa berusaha sendiri. Kualitas kandungan sepenuhnya tergantung kepada usaha bapak dan ibu kita. Bagaimana mereka mengatur gizi saat kehamilan, atau bersikap secara psikologis, atau bagaimana pula saat melakukan konsepsi, semuanya akan berpengaruh pada kualitas kehamilan. Dan pada gilirannya, kualitas kehamilan itu akan berpengaruh pada kualitas bayi yang dilahirkan.

Bahkan kalau dirunut lebih jauh lagi, kualitas kehamilan itu juga dipengaruhi oleh kualitas tahap sebelumnya. Baik kualitas orang tua kita, maupun kualitas lingkungan dimana orang tua kita berada. Genetika dan polusi lingkungan, misalnya bisa menyebabkan kecacatan pada janin.

Jadi, secara keseluruhan, memang tahapan-tahapan itu saling mempengaruhi ke arah proses lebih lanjut. Dari semua itu ,yang harus kita camkan adalah pada fase ketiga, yaitu kehidupan dunia. Karena, di fase inilah semua kualitas itu sangat bergantung pada usaha kita sendiri. Bukan orang lain, dan juga bukan orang tua kita lagi. Kalau kita gagal dalam mengelola kehidupan kita di fase Dunia, maka kita akan sengsara di fase berikutnya, yaitu di fase Akhirat

Fase kehidupan dunia untuk manusia dimulai ketika Adam pertamakali diciptakan oleh Allah, sekitar 50 ribu tahun yang lalu. Bahkan, sebenarnya persiapan untuk kehidupan manusia itu telah 'dirintis' oleh Allah 5 miliar tahun yang lalu saat Bumi ini mulai diciptakan. Berikut ini adalah fase persiapan Bumi sampai munculnya kehidupan yang mengarah kepada penciptaan manusia.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
“Dan dari air (Allah memulai) setiap yang hidup. . . “

QS. An Nuur (24) : 45
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Secara global, ilmu pengetahuan tentang sejarah kehidupan di muka Bumi memperoleh data-data dari berbagai fosil. Di antaranya, diperoleh data fosil tertua yang berumur sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu. Fosil tersebut menggambarkan bahwa di daerah perairan/lautan telah hidup sejenis bakteri dan makhluk bersel tunggal.

Sedangkan kehidupan makhluk bersel lebih banyak mulai diketemukan pada fosil-fosil yang berusia di bawah 1 miliar tahun yang lalu. Jenis-jenis ini mulai diketemukan hidup di daratan. Setelah itu, barulah diketemukan fosil-fosil dari makhluk-makhluk yang lebih kompleks strukturnya.

Kehidupan tanaman dan binatang, misalnya, diperkirakan dimulai sekitar 550 juta tahun yang lalu, pada zaman Cambrium. Evolusi terus berjalan menuju pada. kompleksitas yang semakin tinggi. Zaman Jurassic, dimana dinosaurus hidup, diperkirakan sekitar 150 200 juta tahun yang lalu. Dan kehidupan manusia modern diperkirakan baru sekitar 50 ribu tahun yang lalu.

Hidup Yang Sesungguhnya

Judul di atas membawa pikiran kita kepada sebuah persepsi bahwa ada hidup yang sesungguhnya dan ada yang tidak sesungguhnya. Yang manakah yang sesungguhnya dan mana yang tidak sesungguhnya? Hanya Allah lah yang mengetahuinya, karena Dialah pemilik dan pembuat hidup kita. Karena,itu, marilah kita lihat firman-firman Allah berikut ini.

QS. Ali Imran (3) : 186
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

QS. Al Anaam (6) : 32
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung Akhirat itu lebih baik bagi orang orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"

QS. At Taubah (9) : 38
“Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di Akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di Akhirat hanyalah sedikit.”

Allah mengatakan di dalam firman-firmanNya di atas bahwa kehidupan kita di dunia ini sebenarnya bukanlah hidup yang sesungguhnya.. Kehidupan kita yang sesungguhnya baru akan terjadi nanti di Akhirat. Di dunia ini, kata Allah, hanya main-main saja. Hanya sendau gurau belaka. Hanya saling pamer-pamer gengsi saja.

Bukankah hidup kita ini memang hanya saling pamer saja. Kadang pamer rumahnya yang baru dibangun. Atau juga pamer mobilnya yang baru dibeli. Atau seringkali juga pamer keluarga, anak anak dan berbagai prestasi yang dimilikinya. Padahal, bukankah semua itu bersifat sementara?

'Yang pasti' dari semua aspek kehidupan kita ini sebenarnya hanyalah satu yang pasti, yaitu: bahwa kita akan mengalami kematian dan meninggalkan semua kebanggaan kita yang bersifat duniawi tersebut. Ketika kita mati, rumah bagus yang kita miliki akan kita tinggalkan. Mobil mewah juga tidak kita bawa. Bahkan istri, suami, anak dan segala prestasi yang membanggakan itu juga tidak bisa ikut serta. Kita tinggal sendirian saja menghadap Allah, Sang Maha Pencipta.

Maka, sungguh benarlah adanya, bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Bahkan kata Allah hanya main-main dan sendau gurau belaka. Hidup yang sesungguhnya justru akan terjadi setelah kematian kita.

Boleh jadi kita akan sangat terkejut dengan kehidupan kita sesudah mati itu. Kita tidak pernah menyangka bahwa 'kehidupan sesudah mati itu memiliki bentuk dan ukuran nilai yang sangat berbeda dengan kehidupan kita di dunia. Bagaikan seorang bayi yang baru lahir. Ketika masih di dalam rahim dia terendam dalam air ketuban, tidak bernafas, dan peredaran darah serta denyut jantungnya mengikuti denyut jantung ibunya. Demikian pula, seluruh kebutuhan makananya dipasok oleh ibunya lewat plasenta (ari-ari).

Namun, begitu dia terlahir ke dunia ini, dia menemukan kenyataan yang berbeda, bahwa dia harus bernafas sendiri. Juga harus mempertahankan hidupnya dengan cara makan dan minum yang tidak pernah dialaminya ketika masih berada di dalam kandungan. Bahkan,dia lantas harus belajar berjalan dan menggerakkan anggota anggota badannya. Dia juga harus mengaktifkan seluruh panca inderanya agar bisa berinteraksi dengan 'dunianya' yang baru. Pendek kata, meskipun masih menggunakan badan yang sama, sang bayi temyata harus hidup di dalam dunia yang berbeda.

Kurang lebih sama. Ketika kita dibangkitkan olehNya di alam Akhirat nanti, kita akan mengalami berbagai macam penyesuaian dengan kehidupan baru itu. Persis seperti mengalami kelahiran kembali.

Badan kita masih sama dengan saat hidup di dunia akan tetapi kemampuannya berbeda, dan lingkungan hidup kita juga sangat berbeda dengan kondisi di sini. Hal ini dikatakan oleh Allah di dalam QS. Ibrahim : 48, bahwa Bumi dan langit pada waktu itu telah diganti dengan yang baru. Kondisinya sangat jauh berbeda, sehingga menyebabkan kita bisa hidup lebih kekal dibandingkan dengan kehidupan di dunia.

Pada waktu itu, banyak hal yang akan mengalami perubahan. Mulai dari lingkungan hidup, ketajaman dan kemampuan indera kita, ketahanan fisik, sampai pada ukuran nilai dan, kebahagiaan yang akan kita alami. Kehidupan kita di sana nanti akan berlangsung selama 15 miliar tahun! Itulah kehidupan yang sesungguhnya.

QS Al Mu’min (40): 39
"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara), dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal"

QS. Al Kahfi: 45 - 46
"Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) kehidupan dunia adalah bagaikan air hujan yang Kami turunkan dari langit. Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka Bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan"

QS. Thaahaa .(20) : 124-126
"Barangsiapa berpaling dari peringatanKu maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"
"Berkatalah ia : ya Tuhanku mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulunya aku adalah seorang yang melihat ?”
Allah berfirman : demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula, pada hari kiamat ini kamupun dilupakan."
Sejak zaman Nabi Muhammad saw masih hidup, Al-Qur’an mengatakan bahwa kiamat sudah dekat dan akan terjadi sewaktu-waktu. Namun, kini sudah berjalan hampir 1500 tahun, kiamat belum juga terjadi. Apakah kita keliru dalam memahami makna informasi tersebut ?

Kita sebagai orang Islam, pasti tidak akan meragukan sedikitpun kebenaran Al Qur'an sebagai firman Allah. Dan berbagai cara pendekatan dalam memahami Al Qur'an juga menunjukkan bahwa tidak ada kekeliruan sedikitpun di dalam informasi Al Qur'an. Jadi kesimpulannya, agaknya kita harus cermat dalam menginterpretasikan informasi dari kitab suci kita itu.

Di dalam Al Qur’an banyak sekali informasi tentang kejadian kiamat. Termasuk waktu terjadinya. Untuk itu, kita sebaiknya tidak membuat penafsiran secara sepotong-sepotong. Yang baik adalah kita kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, lantas kita pahami secara komprehensif. Di antaranya adalah beberapa ayat di bawah ini, yang bisa kita kelompokkan kedalam 3 bagian, yaitu tentang ‘Kepastian Terjadinya Kiamat’, ‘Terjadi secara Rahasia dan Tiba-Tiba’. Serta ‘Waktunya Sudah Dekat’

QS. Al Mu’min (40) : 59
“Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman (mempercayainya).”

QS. Thaahaa (20) : 15
“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan agar supaya setiap diri dibalas dengan apa yang telah dia usahakan.”

QS. Al Hijr (15) : 85
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan Bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, . . .”

QS. Muhammad (47): 18
“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda tandanya...”

QS. An Najm (53) : 57 - 58
“Telah dekat terjadinya kiamat. Tidak ada yang menyatakan terjadinya hari itu kecuali Allah.”

QS. An Nahl (16): 77
“Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

QS. Al A’raaf (7): 187
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuanku tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Dan masih banyak lagi ayat-ayat tentang kiamat yang bisa kita jumpai di dalam Al-Qur'an. Dari beberapa ayat tersebut marilah kita diskusikan beberapa pemahaman berikut ini.

Kiamat Pasti Datang


Secara ilmiah maupun informasi Al-Qur'an kita mendapatkan kepastian bahwa Kiamat memang bakal terjadi. Tidak ada peluang untuk tidak mempercayai tentang terjadinya Kiamat. Akan tetapi, kita tentu harus paham dulu tentang definisi Kiamat. Secara umum., Kiamat adalah kehancuran dunia kita.

Dalam konteks ilmiah, dunia kita akan mengalami kiamat dua. kali : yaitu kehancuran planet Bumi dan kehancuran Alam Semesta. Ternyata , agama kita pun mengenal dua macam kiamat, yaitu Kiamat Sughra (Kiamat Kecil) dan Kiamat Kubra (Kiamat Besar). Maka, kedua pemahaman itu sebenarnya sudah berjalan seiring. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa kiamat kecil adalah hancurnya Bumi. Sedangkan Kiamat besar adalah hancurnya alam semesta.

Secara ilmiah, Bumi kita memang diperkirakan akan mengalami kehancurannya. Setidak-tidaknya ada 2 mekanisme yang bisa menyebabkan hancurnya Bumi. Yang pertama. adalah padamnya Matahari dan yang kedua adalah terjadinya tabrakan antara Bumi dengan batu-batu angkasa. Secara ilmiah hal tersebut bisa diperhitungkan dan bisa dijelaskan.

Akan tetapi secara umum, Bumi ini memang dipastikan bakal mengalami kehancuran secara alamiah. Maka jika Bumi mengalami kehancuran yang dahsyat, seluruh kehidupan di permukaannya pun akan ikut punah.

Demikian pula, secara Qur'ani. Allah berkali-kali mengatakan bahwa kiamat pasti akan datang. Tidak perlu ada keraguan tentang datangnya kiamat itu. Bumi akan mengalami kehancuran yang sangat dahsyat dan fatal. Allah masih merahasiakan peristiwa itu, tetapi pasti ia datang!

Rahasia dan Tiba Tiba

Meskipun Allah mengatakan bahwa kiamat bakal terjadi, tetapi menurut Allah terjadinya secara tiba-tiba. Sehingga, Dia katakan bahwa kiamat itu menjadi rahasia Allah. Di ayat berbeda Allah menyampaikan bahwa pengetahuan tentang kiamat adalah di sisi Allah.

Tetapi, kalau kita cermati, kalimat itu bukan berarti Allah tidak memberikan pengetahuan tentang Kiamat kepada manusia. Di QS. Al A'raaf : 187 Allah mengatakan bahwa 'kebanyakan' manusia memang tidak mengetahui. Berarti, sebenarnya ada 'sedikit' manusia yang diberitahu oleh Allah tentang informasi kiamat tersebut. Di antaranya para rasul. Hal itu difirmankan Allah di dalam Al Qur'an.
QS. Zukhruf (43) : 61
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberitahukan pengetahuan tentang hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”

Maka, dari berbagai ayat tersebut kita mendapatkan pemahaman bahwa pengetahuan tentang Kiamat itu memang berasal dari Allah saja. Tidak ada seorang pun yang tahu secara persis, kecuali orang-orang yang dekat denganNya. Akan tetapi, secara umum Allah berkenan menunjukkan tanda-tandanya kepada umat manusia.

Dan secara ilmiah, manusia lantas menangkap 'tanda-tanda' itu untuk diformulasikan sebagai pengetahuan empirik tentang kiamat. Maka, manusia boleh saja melakukan rekonstruksi terhadap peristiwa kiamat itu. Tetapi, semua kebenarannya tetap, berada di Genggaman Allah semata.

Kiamat Sudah Dekat

Dari sekian banyak firmanNya, Allah memberikan tanda-tanda kepada kita bahwa Kiamat itu sebenarnya sudah dekat. Akan tetapi, sebagaimana saya kemukakan di depan, bahwa sejak zaman Nabi Muhammad saw. ternyata kiamat itu belum juga terjadi. Maka, agaknya kita perlu melakukan rekonstruksi terhadap berita-berita Al Qur'an itu, dengan berdasarkan pada tanda-tanda yang diberikan Allah kepada kita lewat berbagai ayatNya. Baik yang ada di alam semesta maupun yang berada di dalam Al Qur'an. Untuk itu sebelumnya saya merasa perlu untuk mengajak pembaca memahami tentang, ‘Waktu’.

Relativitas waktu.

Banyak sekali ayat di dalam Al Qur'an yang berbicara tentang 'Waktu'. Bahkan Allah juga bersumpah demi 'Waktu' di surat Al Ashr. Artinya, kita harus benar-benar cermat dalam memahami ‘Waktu’, karena di dalamnya terkandung misteri dan rahasia yang sangat besar.

‘Waktu’ ternyata tidak berjalan secara konstan. 'Waktu' ternyata juga ada permulaannya, dan kemudian ada akhirnya. ‘Waktu’, dulu pernah tidak ada. Dan kemudian menjadi ada karena diciptakan oleh Allah. Karena itu suatu ketika nanti, 'Waktu' juga akan lenyap, sehingga tidak ada 'waktu' lagi yang mengikat kita.

'Waktu' ternyata bisa, 'mulur-mungkret' (memanjang dan memendek, melambat dan mencepat) bergantung pada kondisi seseorang. Hal ini telah dibuktikan secara ilmiah oleh, Einstein lewat teorinya yang terkenal, Relativitas Waktu. Dan ternyata, kita menemukan fenomena relativitas waktu itu di dalam Al Qur’an.

Banyak ayat al Qur'an yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini memiliki relativitas waktu. Hal tersebut ditujukan untuk berbagai kondisi, seperti ketika Allah menciptakan langit dan Bumi, ketika terjadi kiamat, dan ketika malaikat dan ruh bergerak menuju ke langit.

Pada saat penciptaan langit dan Bumi, Allah mengatakan, Dia menciptakan alam semesta ini hanya dalam waktu 6 hari. Padahal kita tahu, bahwa alam semesta ini telah berusia sekitar 12 miliar tahun. Dan itupun, sebenarnya proses; penciptaan alam semesta belum selesai.
Dalam perhitungan ilmu Astronomi, sejak alam semesta ini diciptakan sampai kemudian lenyap kembali akan memakan waktu sekitar 30 miliar tahun. Maka, selama itu pulalah proses penciptaan alam ini berlangsung.

Selama alam ini masih eksis dan berkembang seperti sekarang ini, selama itu pula proses penciptaan benda-benda langit terus terjadi. Setiap saat muncul bintang dan Matahari baru. Dan yang lainnya padam. Begitu juga planet-planet dan satelit-satelit akan terus tercipta dan mengalami kehancuran secara sebagian-sebagian. Alam masih sedang dalam proses penciptaan, sampai sekarang! Bahkan sampai nanti saat kehancurannya.

Ringkasnya, ilmu pengetahuan mengatakan bahwa alam semesta.ini sesungguhnya diciptakan dalam kurun waktu 30 miliar tahun. Tetapi Al Qur'an mengatakan hanya 6 hari. Ini adalah sebuah relativitas waktu. Bagi manusia, proses berjalan 30 miliar tahun, tetapi di sisi Allah berjalan hanya 6 hari. Lho kok bisa begitu?

Ya begitulah memang 'Waktu'. Ternyata ia bukanlah besaran (ukuran) yang bersifat tetap (konstanta) bagi siapa saja. Waktu bagi saya bisa berbeda dengan waktu yang pembaca alami. Semuanya ternyata bergantung kepada sudut pandang kita, bergantung pada 'kecepatan gerak' si pelaku.

'Keanehan' waktu ini digambarkan oleh Einstein lewat teorinya : Paradoks si Kembar. “Jika ada dua orang kembar, yang bergerak dengan kecepatan berbeda, maka waktu bagi keduanya akan berjalan berbeda pula.

Katakanlah A dan B adalah orang kembar. Si A tetap tinggal di Bumi, sedangkan si B berkelana ke angkasa luar meninggalkan Bumi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Maka, seandainya si B melakukan perjalanan ke angkasa itu selama 1 jam saja, ketika dia kembali ke Bumi akan menemukan saudara kembarnya sudah tua dengan rambut memutih sudah beruban.

Bagi si B (yang bergerak dengan kecepatan tinggi) waktu hanya berjalan selama 1 jam, akan tetapi bagi si A yang diam di Bumi waktu sudah berjalan selama puluhan tahun. Kenapa bisa demikian? Karena ternyata,waktu itu memang bisa mulur mungkret sesuai dengan kecepatan pelakunya.

Bagi yang berkecepatan tinggi, waktunya akan memanjang. Sedangkan yang berkecepatan rendah, waktunya akan memendek. Ini adalah sebuah realitas! Bukan sekadar perasaan semata. Jam yang kita gunakan benar-benar akan menunjukkan waktu yang berbeda.

Di dalam laboratorium Fisika. hal ini juga telah dibuktikan. Ada sebuah partikel sub atomik ydng disebut Muon. Partikel ini, dalam. kondisi biasa, bisa memancarkan cahaya yang kemudian padam lagi dalam usia hampir 1 detik. Ternyata, ketika Muon itu.dipercepat dengan mesin pemercepat Cyclotron, cahaya yang biasanya padam dalam waktu tidak sampai 1 detik itu, tidak padam-padam. Alias mencapai umur yang jauh lebih panjang.

Hal ini benar-benar telah memberikan dukungan kepada teori relativitas waktu.. Bahwa 'waktu' ternyata. berlaku berbeda bagi setiap makhluk yang memiliki ‘kecepatan’ berbeda. Termasuk ketika berbicara tentang penciptaan langit.

Demikian juga, ketika Allah bercerita tentang kecepatan malaikat. Allah berfirman:
QS. Al Ma’arij:.4
"Naik malaikat dan ruh kepadaNya dalam waktu sehari yang kadarnya 50 ribu tahun"

Dalam ayat ini Allah memberikan gambaran kepada kita bahwa ada relativitas waktu antara dunia manusia dan dunia malaikat, disebabkan oleh perbedaan kecepatan. Menurut Einstein, jika 'sesuatu' bergerak melesat dengan kecepatan mendekati cahaya, maka waktunya akan mulur mendekati, tidak terhingga, sesuai rumus,

Tm =

dimana To = waktu manusia
Tm = waktu malaikat
v2 = kecepatan malaikat kuadrat
c2 = kecepatan cahaya kuadrat


Artinya, karena malaikat dibuat Allah dari bahan cahaya, maka dia bisa melakukan pergerakan dengan kecepatan yang sangat tinggi mendekati kecepatan 300.000 km per detik. Nah, maka 'waktu' bagi malaikat akan mulur, yaitu sehari malaikat = 50 ribu tahun manusia! Dalam peristiwa ini, ternyata kecepatan malaikat ketika bergerak kepada Allah adalah sebesar 0,999 999 999 999 999 kecepatan cahaya.

Namun malaikat juga bisa memiliki 'waktu' yang berbeda-beda, dikarenakan kecepatannya bisa berubah-ubah sesuai kebutuhan. Hal ini dikatakan oleh Allah:
QS Fathiir (35) : 1
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ayat di atas mengatakan bahwa malaikat memiliki kecepatan yang sangat bervariasi. Hal itu diumpamakan Allah dengan jumlah sayap. Bukankah sayap adalah alat untuk terbang dengan kecepatan tertentu?

Di ayat lain Allah mengatakan bahwa malaikat bergerak naik kepadaNya dalam waktu sehari yang kadarnya seribu tahun menurut perhitungan manusia. Maka di sini kita melihat, bahwa ternyata waktu itu bisa berubah-ubah kadarnya sesuai dengan kecepatan pelakunya.

QS. As Sajdah (32) : 5
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”

Demikian pula pada saat hari kiamat. Allah mengatakan bahwa pada hari itu kadar waktu juga akan mengalami relativitas. Sehari pada waktu itu akan mulur sampai 1000 tahun waktu manusia sekarang.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi kiamat itu, pergerakan benda-benda langit memiliki kecepatan yang sangat berbeda dengan sekarang. Kondisi saat itu adalah sedemikian rupa sehingga 1 hari pada waktu itu sama dengan 1000 tahun sekarang. Itulah saat saat terjadinya kiamat.

Kembali kepada persoalan semula. Maka, ketika Allah mengatakan bahwa Dia memerlukan waktu 6 hari untuk proses penciptaan alam semesta, itu harus dipahami dari sisi Fisika Modern.

Enam hari di sisi Allah pada saat penciptaan langit dan Bumi itu pada kenyataannya memiliki kadar 30 miliar tahun, sesuai dengan fakta Astronomi bahwa alam semesta ini sudah berusia 12 miliar tahun, dan masih akan terus berkontraksi sampai 18 miliar tahun kernudian.

Jadi, sekarang kita bisa memahami kenapa Allah mengatakan kiamat sudah dekat. Karena di sisi Allah, teenyata usia alam sernesta ini sangatlah singkat. Usia yang 12 miliar tahun ini, di sisi Allah barulah sekitar 2 hari saja!

Tinjauan tentang dekatnya kiamat, sebenarnya juga bisa dilihat dari sudut pandang yang lain, seperti firman Allah.
QS. Al Israa' (17) : 52
“yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.”

Artinya, ayat tersebut menggambarkan kepada kita bahwa selama kita berada di alam Barzakh, kita tidak merasakan masa penantian itu sebagai waktu yang lama. Bahkan rasanya hanya sekitar satu hari saja. Sehingga, praktis, begitu kita mati, maka tak lama kemudian kita sudah akan bertemu dengan hari kiamat. Meskipun, nanti akan kita diskusikan di bagian berikutnya, bahwa bagi manusia yang hidup kejadian kiamat itu masih ribuan tahun lagi. Tapi pada kenyataanya kita akan menemuinya beberapa tahun lagi, 'sesaat' sesudah kita mengalami kematian kita !

Jadi bagi yang sekarang sudah berusia 40 tahun misalnya, jika diambil rata-rata usia manusia 65 tahun, maka kiamat baginya hanya tinggal 25 tahun lagi. Baik kiamat yang berarti kematiannya, maupun kiamat hancurnya Bumi. Kenapa begitu?

Karena, begitu dia meninggal, dia sudah tidak merasakan lagi masa penantian 'kiamat bumi' yang diperkirakan masih ribuan tahun lagi. Baginya waktu ribuan tahun itu tidak ada bedanya dengan 1 hari saja. Apalagi bagi yang sudah berumur 60 tahun. Sebenarnya, kiamat baginya hanya tinggal sekitar 5 tahun lagi. Begitu dekatnya hari kiamat itu, persis seperti digambarkan Allah di dalam berbagai firmanNya.