Seperti telah saya kemukakan di depan, bahwa kelahiran kita kembali pada Hari Berbangkit itu akan sangat dipengaruhi oleh perbuatan kita selama di dunia. Kalau kita banyak melakukan 'kesalahan' selama di dunia, maka kita akan 'lahir kembali' dalam keadaan cacat.
Ini mirip dengan kelahiran kita dari rahim ibu. Jika selama mengandung kita, ibu melakukan kesalahan' tertentu misalnya salah minum obat, mengkonsumsi alkohol, dlsb, maka kelahiran kita akan mengalami masalah. Katakanlah ada yang terlahir dengan organ tubuh tidak lengkap. Ada yang bisu, ada yang tuli, buta, sumbing dan lain sebagainya.
Hal ini juga akan terjadi pada kita, saat dibangkitkan kembali. Perbedaannya adalah : kalau selama dalam rahim ibu, kualitas baik buruknya kelahiran kita dipengaruhi oleh tingkah laku ibu kita. Akan tetapi, untuk 'kelahiran kembali' nanti, kualitas itu ditentukan oleh perbuatan kita sendiri selama hidup di dunia.
Orang-orang yang banyak berbuat 'salah', dia akan terlahir cacat ketika dibangkitkan nanti. Hal ini dijelaskan dalam berbagai ayat di dalam Al Qur'an. Terutama, kecacatan yang berkait dengan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan bicara. Meskipun, pada saat hidup di dunia dia tidak seperti itu.
Dosa-dosanya telah menyebabkan terjadinya kecacatan tersebut. Dan itu, tentu saja, akan sangat menyengsarakan mereka ketika hidup di alam Akhirat nanti.
QS. Az Zalzalah (99) : 6
"Pada hari itu, manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka."
QS. Al Israa' (17) : 97
“…dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan tuli. Tempat kediaman mereka adalah Neraka jahannam…”
QS. Al Mu'minuun (23) : 103 - 104
"Dan barangsiapa ringan timbangannya maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam Neraka jahannam."
“Muka mereka dibakar api Neraka, dan mereka di dalam Neraka itu dalam keadaan cacat”
Ayat-ayat yang saya cuplikkan di atas memberikan gambaran yang sangat gamblang kepada kita tentang keadaan orang-orang yang dibangkitkan. Khususnya mereka yang memiliki banyak dosa. Atau dalam istilah ayat di atas, ringan timbangan amal kebaikannya.
Hal-hal tidak baik yang mereka jalankan sepanjang hidupnya ternyata memberikan pengaruh negatif yang besar bagi 'kelahirannya kembali'. Itu merugikan diri mereka sendiri, kata Allah. Sama dengan yang terjadi pada orang hamil di atas.
Karena itu kita harus sangat berhati-hati pada saat hidup di dunia ini. Jangan 'makan' sembarangan, dan jangan 'berbuat' sembarangan yang menyebabkan problem dalam kehidupan berikutnya. Karena, ternyata segala apa yang kita perbuat itu langsung berimbas pada kualitas kehidupan kita nanti.
Yang harus dilakukan adalah menjalani hidup 'sehat’ sesuai dengan tuntunan Ahli Kehidupan, yaitu Allah dan rasulNya. Insya Allah kelahiran kita yang kedua nanti akan 'sehat' dan selamat.
QS. Al Israa (17) : 72
"Dan barangsiapa buta (hati) di dunia ini, maka ia akan buta di Akhirat nanti, dan lebih sesat lagi jalannya."
QS. Thahaa (20) : 124 - 125
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu maka sesungguhnya baginya adalah penghidupan yang sempit Dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."
"Berkatalah ia : Ya Tuhanku, mengapa Engkau himpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat "
QS. Hajj (22) : 46
". . . Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada."
QS. An Naml (27): 66
"Sebenarnya pengetahuan mereka tentang Akhirat tidak sampai malahan mereka ragu-ragu tentang Akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka itu buta daripadanya."
Ayat-ayat di atas memberikan penegasan dan penjelasan lebih lanjut kepada kita. Bahwa indera yang akan dominan kita gunakan dalam kehidupan Akhirat nanti adalah hati. Bukan mata. Kenapa demikian? Karena 'mata fisik' kita ini sangatlah terbatas kernampuannya.
Mata kita tidak bisa digunakan untuk melihat jin yang hidup di langit kedua. Mata kita juga tidak bisa digunakan untuk melihat arwah yang 'hidup' di langit ke tiga sampai ke enam. Mata kita juga tidak bisa digunakan untuk melihat malaikat yang hidup di langit ke tujuh. Mata kita juga tidak mampu untuk melihat Surga dan Neraka, apalagi melihat Allah Azza wa Jalla. Semua itu hanya bisa kita 'lihat' dengan 'mata batin', yaitu Hati.
Karena itu, kalau hati kita tidak kita latih selama berada di dunia, maka hati kita akan buta ketika berada di Akhirat nanti. Kita akan tersesat-sesat sebagaimana digambarkan oleh ayat di atas.
Ayat-ayat tersebut dengan sangat jelas memberikan gambaran itu. Bahwa, orang yang dulunya bisa melihat di dunia, ternyata mereka buta di Akhirat. Kenapa bisa buta, sebab dia tidak pernah melatih mata hatinya lewat ibadah-ibadah yang diajarkan Rasulullah Muhammad saw. Seluruh ibadah yang beliau ajarkan itu sebenarnya untuk melatih indera ke enam kita, yaitu Hati.
Shalat kita, puasa kita, haji, dzikir, zakat, dan lain sebagainya adalah upaya-upaya untuk melembutkan hati dan melatih kepekaan hati seorang manusia. Kalau kita tidak pernah melatihnya, maka jangan heran jika nanti kita akan Iahir kembali' di Akhirat dalam keadaan buta.
Dalam QS Al hajj : 46, Allah mengatakan dengan jelas, bahwa bukan matanya yang buta melainkan hati yang di dalam dada. Dan kemudian ditegaskan lagi dalam QS. An Naml : 66, bahwa kebutaan itu dikarenakan pengetahuan mereka tentang Ahirat yang kurang cukup, bahkan ragu-ragu serta. buta tentangnya.
Ini sama dengan seorang ibu yang tidak paham tentang kondisi kelahiran bayinya, lantas berbuat semau-maunya pada saat hamil. Efeknya bisa fatal buat bayi yang akan dilahirkannya.
Sama, kita harus paham tentang Hari Kebangkitan, supaya kita tidak mengalami kondisi yang fatal saat 'kelahiran kembali' itu terjadi. Semua itu harus sudah kita persiapkan sejak dini, ketika kita masih hidup di dunia. Jika tidak, sungguh kita akan menyesal dibuatnya.
1. Rekaman Memori Otak
Kita semua mengetahui bahwa otak kita bisa merekam perbuatan kita. Ia bekerja sebagai ingatan. Setiap kita melakukan aktivitas, maka otak kita akan merekamnya. Perbuatan yang kita lakukan itu akan menimbulkan kesan lewat panca indera, dan kemudian diteruskan ke otak, dan lantas disimpan sebagai memori.
Misalkan, kita berbuat menyakiti seseorang. Tentu, orang tersebut akan memberikan reaksi. Reaksi itulah yang kita tangkap lewat panca indera. Baik lewat pendengaran, lewat penglihatan, maupun lewat indera yang lainnya.
Reakksi itu akan kita tangkap sebagai gelombang yang menggetarkan sensor di panca indera kita, lantas diteruskan sebagai pulsa-pulsa listrik lewat jaringan saraf menuju otak. Di otak, reaksi tersebut akan disimpan sebagai tegangan listrik tertentu, yang disebut memori.
Kerja otak sangatlah kompleks, dimana manusia belum sepenuhnya memahami. Akan tetapi secara umum, kita tahu bahwa ternyata mekanismenya dalam bentuk pulsa-pulsa listrik.
Kita jadi teringat pada mekanisme kerja sebuah komputer. Akan tetapi kecanggihan otak kita berjuta-juta kali lipat dibandingkan kemampuan komputer, yang tercanggih sekali pun.
Maka, setiap kali kita berbuat, sebenarnya kita sama saja dengan menginput data ke dalam memori otak kita. Hanya saja, rekaman yang dibuat oleh memori otak tersebut adalah data sekunder.
Kenapa saya sebut data sekunder? Sebab yang direkam dalam memori tersebut adalah 'reaksi' dari sekitar kita terhadap apa yang kita lakukan. Bukan 'perbuatan' itu sendiri. Dan, memori itu bersifat tidak langsung, karena sinyal-sinyal yang masuk tersebut harus melewati panca indera terlebih dahulu. Padahal panca indera kita memiliki distorsi (penyimpangan) yang besar terhadap kenyataan. Sebagai contoh, kalau kita melihat sebuah gunung berwarna biru, sebenarnya gunung itu tidaklah berwarna biru. la berwarna hijau, karena memiliki banyak pepohonan. Begitu juga ketika kita melihat rel kereta api, semakin jauh kelihatan semakin menyempit dan pada suatu titik akhirnya bersatu. Padahal keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian. Demikian pula, ketika kita melihat bintang di langit terkesan berukuran sangat kecil dan berkedip-kedip. Padahal sesungguhnya bintang adalah benda langit yang sangat besar dan tidak berkedip. Kita mendengar suara klakson mobil yang sedang berjalan, seakan akan berubah dari pelan menjadi keras. Padahal, sesungguhnya suara tersebut sama kerasnya. Dan lain sebagainya. Dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya, segala pemahaman yang melewati panca indera kita adalah sebuah 'kebohongan' alias penyimpangan dari kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi itu tetap kita perlukan untuk kelangsungan hidup kita. Karena itu, rekaman yang terjadi di memori kita juga sifatnya terdistorsi. Akan tetapi itu telah membantu kita untuk mengingat masa lampau. Naum demikian, rekaman ini bersifat jangka pendek, ketika kita hidup di dunia, maupun sampai di Akhirat nanti.
Secara struktur, memori otak kita dibagi menjadi tiga bagian, yaitu memori yang sedang berlangsung (Working Memory), memori jangka panjang (Long Term memory), dan memori yang berkait dengan ketrampilan (Skill Memory).
Working memory adalah memori yang berkait dengan apa yang sedang terjadi dan dialami seseorang. Biasanya terkait langsung dengan penglihatan, pendengaran dan perasaan. Bagian ini terletak di permukaan otak sebelah depan yang disebut sebagai Pre Front Cortex.
Long Term Memory berfungsi untuk mengingat hal-hal yang berkait dengan pengalaman sesesorang dalam memahami kenyataan hidup. Bagian ini terletak di Otak sebelah dalam.
Sedangkan Skill memory terdapat di Otak bagian belakang yang disebut Cerebelum. Fungsinya terkait dengan ketrampilan seseorang. Karena itu, ia berhubungan dengan organ-organ motorik, seperti kaki dan tangan.
2. Rekaman Genetika
Mekanisme yang kedua adalah rekaman lewat genetika. Seperti telah saya jelaskan di depan bahwa manusia memiliki 'mata rantai' pembawa sifat di dalam sel-sel tubuhnya, yang disebut Gen. Pembawa sifat tersebut diperkirakan berjumlah sekitar 31.000 gen yang tersebar di seantero sel di tubuh kita.
Tugas utama genetika ini sebenarnya untuk menjaga garis keturunan seseorang. Dengan adanya gen-gen ini maka sifat-sifat seseorang akan diwariskan secara turun temurun kepada anak-anaknya, kepada cucunya, kepada cicitnya dan seterusnya. Tentu, keturunan tersebut hanya menerima warisan sebanyak separo dari bapaknya, dan separo lagi dari ibunya.
Akan tetapi, kini mulai muncul gejala-gejala dalam penelitian bahwa gen-gen tersebut bisa dipengaruhi dari luar. Baik yang berupa pengalaman hidup seseorang yang sangat ekstrem maupun oleh rekayasa tertentu lewat kegiatan biomolekuler.
Ada seseorang yang dulunya sangat pemarah, kasar dan memiliki tingkat emosi tinggi; tetapi karena mengalami suatu kejadian yang sangat berkesan dalam hidupnya, dia bisa berubah menjadi seorang yang penyabar.
Hal ini, kalau kita tinjau dari sisi biomolekuler, ternyata terjadi karena adanya pergeseran peran salah satu jenis gen (MOA) di dalam tubuhnya. Dan. kondisi yang demikian nantinya akan diwariskan kepada anak turunnya. Berarti, pergeseran sifat tersebut berpengaruh juga pada susunan genetikanya. Dan tentu ini akan dibawanya sampai mati, dan kemudian menjadi 'acuan' ketika dia dibangkitkan kelak.
Selain itu, tentu saja, adalah perubahan- perubahan yang dilakukan secara rekaya genetika. Perkembangan ilmu rekayasa genetika ini sangat pesat pada dekade terakhir. Seorang ahli biomolekuler bisa mengubah ubah sifat-sifat permanen yang dimiliki oleh makhluk hidup tertentu. Kebanyakan telah dilakukan pada tumbuhan dan hewan, seperti pada padi, kedelai, tembakau dan lain lain yang disebut sebagai tanaman Transgenik. Atau juga pada hewan percobaan seperti yang talah dilakukan pada domba Dolly, dengan proyek cloning.
Akan tetapi, kini telah dilakukan berbagai pada manusia, agar bisa merekayasa gen-gennya. Kebanyakan untuk tujuan kesehatan. Misalnya untu pengobatan kanker. Sebab telah ditemukan gejala, bahwa kanker itu sebenarnya dipicu dari gen seseorang. Karena itu sulit diobati. Benjolannya sudah dipotong lewat sebuah operasi, ternyata masih tumbuh juga. Ini karena, pertumbuhan benjolan tak terkendali itu 'diperintahkan' dari susunan genetikanya.
Maka, kini muncul usaha-usaha untuk menghentikan 'perintah' itu lewat rekayasa genetika. Susunan gen-gennya dipengaruhi dari luar, sehingga gen yang memerintahkan pertumbuhan tak terkendali itu berubah menjadi ‘jinak’. Tidak liar lagi. Dan itu, akan terekam terus sampai diturunkan kepada anak cucunya.
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa genetika kita ternyata menjadi salah satu media perekam atas segala perbuatan yang kita lakukan. Namun, tugas utama bukan untuk merekam seluruh perbuatan kita, melainkan untuk menjaga 'garis sifat' dari seseorang kepada anak cucunya. Dan kemudian, kelak, akan berperan sebagai 'acuan' untuk kebangkitan seseorang pada Hari Kiamat.
Jika tidak ada perekam sifat ini, maka 'kelahiran kembali' kita di Akhirat kelak menjadi kacau. Sifat-sifat yang kita miliki bisa tertukar dengan manusia lain, atau bahkan makhluk lain yang sama-sama berbahan dasar DNA atau protein jasmani seperti kita. Allah telah menciptakan sistem genetika untuk 'menjaga' garis sifat seseorang, sebagaimana Dia firmankan berikut ini.
QS. Qaaf (50) : 4 - 5
“Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat).”
“Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.”
Kondisi 'kacau balau' pada saat berbangkit itu ternyata benar benar terjadi. Dan hal itu digambarkan oleh Allah sebagaimana di atas, disebabkan oleh dosa-dosa, yang kita lakukan. Itulah yang saya sebutkan sebagai terlahir kembali dalam keadaan cacat: buta, bisu, tuli dan lain sebagainya.
3. Rekaman Alam Semesta
Mekanisme rekaman yang ketiga adalah oleh alam semesta. Allah membuat struktur yang sangat unik di alam semesta ini, sehingga secara otomatis seluruh perbuatan kita direkam olehnya.
Struktur alam semesta ini sepenuhnya tersusun dari materi dan energi. Materi adalah benda-benda yang tampak, sedangkan energi adalah 'kualitas' yang muncul disebabkan oleh keberadaan benda-benda itu. Jadi setiap benda akan memunculkan energi, karena energi tidak bisa dipisahkan dari keberadaan benda. 'Kualitas' itu bisa muncul sebagai kualitas Panas, Dingin, Daya Tarikan (kemagnetan & gravitasi),
Kelistrikan, Kimiawi, Gerakan (mekanik), dan Nuklir, Keberadaan benda dan energi bisa diibaratkan sebagai sebuah timbangan. Jika, kebendaannya muncul dominan, maka energinya akan muncul lemah. Tetapi ia tersimpan sebagai potensi saja. Sebaliknya kalau energinya dominan, maka kebendaannya akan melemah.
Sebagai contoh adalah kayu. Kayu memiliki sosok kebendaan yang dominan, maka energinya rendah. tetapi kalau kayu itu kita bakar maka sosok kebendaannya akan melemah, yang muncul adalah energi panas.
Dan yang unik, energi satu dengan yang lainnya itu bisa saling berubah. Energi listrik bisa berubah menjadi energi, panas, misalnya setrika listrik. Energi listrik juga bisa berubah menjadi energi gerak, misalnya kipas angin. Atau menjadi energi cahaya pada lampu, dan lain sebagainya. Sebaliknya energi listrik juga bisa berasal dari energi panas Bumi, dari panas batu bara, minyak dan nuklir. Juga bisa berasal dari gerakan-gerakan putaran dinamo, dan lain sebagainya.
Saya, sebenarnya, hanya ingin menunjukkan bahwa alam semesta ini sesungguhnya tersusun dari materi (benda) dan energi. Dimana di situ tidak ada benda, masih tetap ada energi. Sehingga di ruangan yang kosong sekalipun, sebenarnya di situ tetap ada energi yang 'berkeliaran'. Artinya, kesimpulannya adalah tidak ada satu ruang kosong pun di alam semesta ini. Kalau tidak ada benda pasti ada energi. Atau malah justru ada kedua-duanya .
Pemahaman ini penting untuk menjelaskan proses rekaman alam yang dilakukan oleh Allah dan malaikatNya kepada setiap manusia. Di mana pun kita berada, sebenarnya kita tidak pernah sendirian. Kita selalu dikelilingi oleh benda atau pun 'lautan energi'. Kita tenggelam di 'lautan energi' itu. Hanya saja, karena energi tersebut tidak kelihatan, maka kita menganggapnya tidak ada. Padahal ia selalu ada di sekitar kita, kemana pun kita pergi.
Dan karena kita selalu memancarkan energi, maka setiap tingkah laku kita selalu memberikan perubahan kepada 'lautan energi' yang melingkupi kita. Sesedikit apa pun perubahan yang kita berikan, maka akan tedadi perubahan susunan struktur energi lingkungan kita.
Dan perubahan itu selalu memberikan dua akibat perubahan positip atau perubahan negatip. Kebaikan akan menimbulkan perubahan positip, sedangkan kejahatan akan menimbukan perubahan negatip. Itulah yang dijelaskan oleh Allah di dalam firmanNya.
QS. Qaaf (50): 16 - 18
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. Ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan, dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
Coba lihat, betapa Allah mengatakan bahwa Dia lebih dekat kepada kita dari urat leher kita. Ya, karena energiNya memang telah meliputi kita. Kita ini sebenarnya 'terendam' di dalamNya. Energi Allah lah yang menggerakkan jantung kita sehingga terus berdenyut. Energi Allah lah yang menggerak paru- paru kita sehingga terus-menerus menyerap oksigen dari atmosfer. Energi Allah jugalah yang menggerakkan pulsa-pulsa listrik di dalam otak kita, sehingga kita bisa terus berpikir di dalam kesadaran. Dan energi Allah itulah yang menggerakkan seluruh potensi kehidupan kita. SUNGGUH KITA INI ‘TERENDAM’ DI DALAM ALLAH.
"Lautan Energi' Allah telah meliputi kita, dalam setiap ucapannya, dan siapa yang berterus terang dengan langkah kehidupan kita. Dalam setiap tarikan nafas dan denyut jantung kita. Dalam seluruh pikiran dan gerak kehidupan kita. Maka, sangat benarlah adanya, ketika Dia mengucapkan :
AKU LEBIH DEKAT KEPADAMU DARIPADA URAT LEHERMU.
Kalau sudah demikian adanya, bagaimana kita bersembunyi dan Allah. Tidak ada peluang sedikitpun untuk, bersembunyi dari padaNya. Allah mengatakan pada ayat berikutnya, bahwa ada dua unsur energi yang selalu mengikuti kita, yaitu unsur positip dan unsur negatip. Yang mencatat perbuatan baik dan jahat.
Sekali lagi, seluruh perbuatan kita itu akan menyebabkan perubahan otomatis terhadap struktur alam yang melingkupi kita. Positip maupun negatip. Cara kejanya, di satu sisi, seperti proses rekaman pada lempengan laser disc atau VCD dan DVD, yaitu memberikan 'noktah-noktah' penandaan di atas disc. Di lain sisi, mempengaruhi 'langit positip dan langit negatip', yaitu Surga dan Neraka.
Hanya saja bedanya, rekaman laser menggunakan lempeng perekam (disc), sedangkan pada rekaman alam semesta ini 'lempengannya' berupa struktur energi di sekitar kita. Maka, karena media rekaman itu selalu ada bersama kita, tidak ada satu pun tingkah laku kita yang tidak terekam. Persis seperti diucapkan oleh Allah dalam ayat tersebut di atas : "Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya (malaikat) pengawas yang selalu hadir."
QS. Ar Ra’d (13) : 10
“Sama saja (bagi Tuhan), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.”
Di dalam ayat yang lain Allah menyebut struktur energi alam semesta itu sebagai 'buku amalan'. Dan buku amalan kita itu selalu dalam keadaan terbuka. Kapan pun, sejak dulu sampai saat diberikan kepada kita di hari kiamat nanti. Maka Allah mengatakan :
QS. Al Israa (17) : 13
“Dan tiap tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.”
Kehidupan manusia adalah sebuah drama. Sebagaimana kita membaca buku- buku cerita. Kita buka halaman demi halaman untuk mengikuti runtut ceritanya. Maka, seluruh kejadian dalam hidup kita itu sebenarnya berada di dalam lembaran-lembaran kehidupan. Dan, lembaran-lembaran itu terpampang secara terbuka di hadapan kita sejak lahir sampai nanti kita mati, kemudian dibangkitkan kembali; pada hari kiamat. Cerita hidup ini tersimpan dalam bentuk 'struktur energi' Alam Semesta.
Di ayat yang lain lagi, Allah mengatakan bahwa seluruh kejadian di alam semesta ini sebenarnya telah tercatat di dalam Kitab yang Nyata (fii kitaabin mubiin), baik yang ghaib maupun tidak.
QS. An naml (27) : 74 - 75
“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan.” “Tidak sesuatu pun yang ghab di langit dan di Bumi, melainkan dalam kitab yang nyata.”
Inilah yang dimaksud olehNya: bahwa seluruh alam semesta ini memang bagaikan sebuah kitab atas segala kenyataan yang terjadi di dalamnya. Setiap kejadian adalah sebuah drama yang kisahnya tercatat di dalam 'Kitab', yaitu di dalam struktur Alam Semesta itu sendiri. Bahwa ghaib itu pun sebenarnya adalah sebuah kenyataan, yang kebetulan kita tidak bisa melihatnya.
Karena itu, Dia mengatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah akan menggulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Setiap langit memiliki struktur tertentu yang bertugas untuk mencatat segala kejadian. Mulai dari langit pertama sampai langit yang ketujuh.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 104
"Yaitu pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakan."
Setiap langit, memang memiliki struktur yang berbeda. Akan tetapi langit yang lebih rendah termuat oleh langit yang lebih tinggi. Langit ketujuh adalah yang paling besar, dia memuat langit yang ke enam. Sedangkan langit ke enam memuat langit ke lima. Langit ke lima memuat langit ke empat, memuat langit ke tiga, kedua dan pertama, secara bertingkat-tingkat.
Karena langit pertama dimuat oleh langit-langit yang lebih tinggi, maka seluruh kejadian yang terjadi di langit pertama sebenarnya juga ‘terasa’ dan direkam oleh langit ke dua sampai ke tujuh.
Sehingga, meskipun kita berbuat dosa di langit pertama, efek perbuatan kita itu sebenarnya langsung mengimbas sampai ke langit yang ke tujuh. Artinya, Neraka dan Surga itu sebenarnya telah 'tahu' dan 'merekam' seluruh perbuatan kita sejak dini. Tidak usah menunggu sampai hari Kiamat pun mereka sebenarnya sudah tahu siapa yang bakal masuk Neraka dan menghuni Surga.
Karena itu, masuknya seseorang ke Neraka atau ke Surga sesungguhnya adalah sekadar 'konsekuensi' dari rekaman itu. Hanya saja, untuk pembuktian atas kesalahan dan kebaikan seseorang, Allah tetap akan menggelar pengadilan tersebut di Padang Makhsyar saat kiamat nanti.