Friday, March 9, 2007

Semua Diciptakan Untuk Manusia

Bumi memang diciptakan sebagai tempat untuk menggelar drama kehidupan manusia. Segala yang ada di muka Bumi diadakan untuk manusia. Mulai dari atmosfer, gunung‑gunung, hujan, angin, miliaran jenis tanaman dan binatang, semuanya diciptakan Allah untuk melayani manusia. Hal itu dijelaskan oleh Allah sendiri, dalam firmanNya berikut ini.
QS. Al Baqarah (2) : 29
“Dialah (Allah) yang menciptakan semua yang ada di muka Bumi ini untukmu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”

Di sini kita merasakan betapa ada 'kesengajaan' yang sangat besar untuk menjadikan bumi ini sebagai panggung drama kehidupan kita. Maka, untuk mendukung terjadinya kehidupan di muka Bumi ini secara sempurna Allah menciptakan berbagai fasilitas kepada manusia.

Mulai dari bentuk Bumi yang bulat, kemiringannya yang 23,5 derajat, atmosfer yang tujuh lapis sebagai pelindung kehidupan, Bumi yang berotasi (berputar pada diri sendiri) dengan kecepatan lebih dari 1.600 km per jam, mau pun kecepatan revolusi (mengitari Matahari) yang sangat tinggi.

Demikian pula, air hujan yang terukur kadarnya, komposisi udara yang sangat khas, dan miliaran fasilitas lainnya yang sangat kompleks, terdapat di alam sekitar kita, temasuk tanam‑tanaman dan seluruh binatang di permukaan planet ini. Untuk memahaminya, marilah kita lihat beberapa di antaranya.

1. Bumi, Kendaraan Angkasa yang Sempurna

Pernahkah terpikir di benak kita bahwa kita sedang mengendarai sebuah 'pesawat angkasa luar' yang sangat besar. Dimana kendaraan angkasa ini, kita tumpangi bersama dengan miliaran manusia, miliaran binatang dan tumbuh -tumbuhan. Ya, inilah dia, planet Bumi!

Bumi bukan sekadar pesawat angkasa luar seperti yang dibikin manusia. Tetapi, ia adalah sebuah 'Kendaraan Canggih' yang memiliki fasilitas luar biasa. Di dalamnya kita memperoleh segala yang kita inginkan untuk kelangsungan hidup. Mulai dari makanan, minuman, berbagai macam sumber energi, udara dan atmosfer yang ideal, dan segala macam fasilitas yang memungkinkan kita melangsungkan kehidupan sehingga menurunkan generasi generasi selanjutnya, selama ribuan tahun. Tidak ada satu pun kendaraan ciptaan manusia yang sehebat dan sekomplet ini.

Bumi,sebagai kendaraan angkasa luar sedang melaju di angkasa semesta dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak ada satu pun pesawat buatan manusia yang. bisa menandingi kecepatannya. Sebutlah kendaraan manusia yang tercepat di era modern ini yaitu pesawat ulang alik Challenger, Columbia atau Ariane. Rata rata kecepatannya barulah sekitar 20.000 km per jam.

Tahukah Anda, berapa kecepatan Bumi kita melesat di angkasa luar? Tak kurang dari 107.000 km perjam! Sebuah kecepatan yang sangat tinggi. Cepat sekali, lebih dari 5 kali kecepatan pesawat ulang alik buatan manusia.

Untuk apa Bumi melesat dengan kecepatan sedemikian tinggi? Temyata, Bumi. sedang bergerak mengitari Matahari pada jarak sekitar 150.000.000 km. Dengan kecepatan tersebut, Bumi bisa menyelesaikan putarannya terhadap Matahari, sekali putar dalam setahun atau 365 1/4 hari.

Kenapa Bumi mesti mengitari Matahari? Kenapa kok tidak diam saja? Ya, kalau seandainya Bumi berdiam diri, tidak berputar mengelilingi Matahari, maka Bumi kita ini sudah sejak lama mengalami kematiannya. Lho, kenapa? Karena Bumi akan tersedot menuju Matahari. Dan kemudian lenyap terbakar di dalam bola api raksasa itu.

Sebagaimana kita tahu bahwa setiap benda langit memiliki gaya gravitasi yang bersifat menarik atau menyedot benda lain yang ada di dekatnya. Justru karena gerakan melingkarnya itulah, maka sedotan Matahari terhadap planet Bumi bisa diimbangi.

Putaran Bumi mengelilingi Matahari dengan kecepatan 107.000 km per jam itu telah menghasilkan gaya sentrifugal yang melawan gaya tarik Matahari secara seimbang. Maka, selama 5 miliar tahun, keseimbangan itu terjadi. Sehingga. muncullah kehidupan di muka Bumi ini. Termasuk manusia.

Sebagai gambaran, Anda pernah melaju dengan kendaraan, bermotor di tikungan yang tajam? Ketika Anda bergerak menikung, maka saat itu Anda seperti terkena gaya yang melempar kendaraan Anda ke arah luar lintasan. Itulah yang disebut sebagai gaya sentrifugal. Nah, gaya itu bekerja pada Bumi saat dia berputar mengelilingi Matahari. Gaya itu pula yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara gaya tarik Matahari dengan putaran Bumi.

Jika kecepatan Bumi lebih lambat sedikit saja, maka Bumi ini dipastikan akan 'jatuh' ke Matahari dan kita semua dipastikan lenyap. Sebaliknya, kalau kecepatan Bumi dalam mengelilingi Matahari lebih cepat sedikit saja, maka Bumi ini akan 'terlepas' dari orbitnya. Bumi akan ‘terlempar’ ke angkasa luar yang tidak bertepi. Dan kita pun ikut lenyap di kedalaman langit ...

Ada suatu 'Kekuatan' yang luar biasa dahsyat, yang terus menerus menjaga keseimbangan Bumi berputar mengelilingi Matahari itu. Bayangkan selama 5 miliar tahun Bumi terus berputar dengan kecepatan yang seimbang dengan gaya tarik Matahari. Seandainya 'Kekuatan' itu lengah sedikit saja, maka hancurlah Bumi kita, baik karena tersedot oleh Matahari ataupun lepas dari orbitnya.
QS Mulk (67): 3
“Yang telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Kamu sekali kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

Suatu ketika, pernah terlintas pertanyaan di benak saya : seberapa besar ya, energi yang digunakan untuk menggerakkan Bumi selama 5 miliar tahun?

Marilah kita coba menghitungnya. Bayangkan saja, massa Bumi ini adalah sekitar 6 juta juta juta juta kg. Atau angka 6 dengan nol sebanyak 24. Kecepatan Bumi dalam mengelilingi Matahari sebesar 107.000 km per jam. Anggap saja gerakan Bumi itu linear alias mengikuti garis lurus, maka secara sederhana kita bisa menghitung energi geraknya dengan menggunakan rumus energi kinetik E=1/2 mv2. Hasilnya adalah 2,65 x 10 (33) Joule, per detiknya.

Sehingga, kalau kita hitung selama 5 miliar tahun, energi yang sudah terpakai adalah :
E = 2,65 x 10(33) joule x 5 miliar tahun x 365 hari x 24 jam x
60 menit x 60 detik
= 418 x 10 (48) Joule
= 418.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000.
000.000.000 000.000.000 Joule

Suatu jumlah energi yang tidak mungkin tercukupi, meskipun seluruh energi yang ada di dalam perut Bumi kita tambang dan kita 'bakar' untuk memenuhi kebutuhan itu..

Di sini, kembali kita melihat bahwa ada suatu 'kesengajaan' yang sangat jelas, bahwa Bumi ini memang didesain untuk tempat kehidupan manusia. Allah telah menjaga Bumi untuk terus bergerak mengitari Matahari. Dan karena bergerak itu, maka Bumi ini bisa tetap eksis. Dan pergerakan itu ternyata membutuhkan tenaga yang sangat besar serta dengan ketelitian orbital yang sangat cermat. Jika tidak, maka kehidupan di muka Bumi ini tidak akan pernah terjadi.

Bukan hanya gerakan Bumi mengelilingi Matahari saja yang menimbulkan kekaguman. Sebab selain berputar pada Matahari, Bumi juga berputar pada dirinya sendiri. Perputaran Bumi pada Matahari dikenal dengan istilah revolusi. Sedangkan perputaran Bumi pada dirinya sendiri dikenal, dengan istilah rotasi Bumi.

Jadi, ringkas kata, Bumi ini sebenamya berputar seperti sebuah gasing. Tetapi sumbu putarnya tidak tegak lurus. Bumi berputar dengan posisi miring 23,5 derajat. Kenapa Bumi harus berputar pada dirinya sendiri? Dan Kenapa mesti miring dengan sudut 23,5 derajat?

Seandainya Bumi ini tidak berputar pada dirinya sendiri, maka di permukaan Bumi ini dipastikan tidak akan pernah terjadi kehidupan seperti adanya kini. Kenapa begitu? Ya, karena lantas ada bagian Bumi yang menghadap Matahari terus menerus, dan juga ada bagian yang membelakangi Matahari terus menerus. Lho, memangnya kenapa?

Bagian yang menghadap Matahari terus menerus, dipastikan akan mengalami pemanasan yang berlebihan. Dengan kata lain, belahan Bumi tersebut mengalami siang terus. Sedangkan bagian yang tidak memperoleh cahaya Matahari akan mengalami malam terus. Bagian ini, sebaliknya, akan mengalami pendinginan terus. Jika ada bagian Bumi yang mengalami siang terus menerus, maka belahan Bumi tersebut akan mengalami pemanasan yang tidak terbayangkan tingginya. Diperkirakan dalam waktu 100 jam saja, air di permukaan Bumi yang menghadap ke Matahari itu akan mendidih. Dan 100 jam berikutnya, air yang ada akan menguap sehingga tidak akan ada kehidupan.

Sebaliknya, di bagian yang malam terus akan mengalami pendinginan secara berlebihan pula. Sehingga, diperkirakan dalam waktu 100 jam, belahan Bumi tersebut akan mengalami pembekuan., Seluruh air menjadi es. Dan 100 jam berikutnya, dipastikan tidak akan ada kehidupan di sana.

Karena itu, Bumi perlu untuk berputar pada dirinya sendiri alias berotasi. Jika tidak berotasi, maka konsekuensi dari pertanyaan Allah dalam ayat berikut ini akan terjadi pada kita :
QS. Al Qashash (28) : 71 - 72
"Katakanlah : Terangkanlah kepadaku. fika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?"
"Katakaniah : Terangkanlah kepadaku. jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu, yang kamu beristirahat kepadanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"

Selain perputaran Bumi tersebut, kemiringan sumbu putar juga memiliki arti yang sangat penting. Lho, memang kalau nggak miring kenapa? Ya, tidak akan terjadi dinamika di atas permukaan Bumi. Bayangkan saja, jika Bumi ini berputar secara tegak pada sumbunya, maka kutub utara dan kutub selatan Bumi tidak akan pernah mengalami siang hari.

Karena kemiringan itulah maka terjadi musim di permukaan Bumi. Di bagian utara dan bagian selatan mengenal 4 musim (yaitu : musim panas, gugur, dingin dan semi) sedangkan di bagian ekuator mengenal 2 musim saja (yaitu: kemarau dan hujan). lklim ini yang menyebabkan terjadinya berbagai fasilitas kehidupan makhluk di muka Bumi.

Dengan adanya musim ini maka terjadilah angin, yang arahnya bisa berubah ubah. Dengan perubahan musim ini juga terjadi beraneka ragam tumbuhan dan berbagai macam binatang. Bukan hanya berfungsi sebagai keindahan, melainkan juga berfungsi untuk mencukupi segala kebutuhan manusia,sepanjang drama kehidupannya di muka Bumi.

Bahkan juga keberadaan gunung, memiliki maksud. yang luar biasa besar. Allah mengatakan gunung itu diciptakan Allah sebagai pasak, agar Bumi tidak berguncang-guncang.

Gunung adalah jalan keluarnya magma dari dalam perut Bumi. Jika, tidak ada gunung, maka magma yang menggelegak di dalam perut Bumi itu tidak akan tersalurkan. Maka, boleh jadi Bumi kita ini akan berguncang-guncang terus karena tidak stabil akibat tekanan sangat besar dari dalam perut Bumi. Selain itu, gunung juga berfungsi seperti timah penyeimbang pada velg mobil. Dengan adanya gunung itu, putaran Bumi menjadi balance.
QS. Luqman (31) : 10
"Dia telah menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kalian lihat, dan dia meletakkan gunung-gunung di Bumi supaya Bumi tidak mengguncangkan kamu. . .”

2. Air Hujan yang Terukur

Pernahkan kita berpikir tentang hujan? Fenomena alam yang biasa kita alami itu sungguh menyimpan berbagai proses yang mengagumkan. Allah berfirman di dalam Qur'an:
QS Az Zukhruf (43) : 11
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (tertentu) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur).”

Dalam firmanNya di atas Allah mengatakan bahwa Allah mengukur kadar hujan. Pernahkah kita berpikir seandainya hujan diturunkan secara tidak terukur ke permukaan Bumi? Dampaknya sungguh sangatlah dahsyat!

Hujan berasal dari awan. Di awan itu terkandung jutaan ton air hujan. Bayangkan, berjuta juta ton air sedang bergelayutan di atas kepala kita pada ketinggian beberapa kilometer. Kenapa jutaan ton air itu tidak berjatuhan ke Bumi? Karena Allah membuat mekanisme yang sangat canggih.

Air dari permukaan Bumi dirubah terlebih dahulu menjadi uap air yang memiliki berat jenis lebih ringan dari udara. Sehingga uap air itu bergerak ke angkasa. Di ketinggian tertentu, uap air itu lantas berkumpul dengan uap air yang lain, yang berasal dari berbagai daerah di permukaan Bumi.

Di langit itu Allah mengarak jutaan ton uap air menuju daerah yang dikehendaki, dengan menggunakan kekuatan angin. Anginnya bergerak dikarenakan perputaran Bumi yang miring pada sumbunya sebesar 23,5 derajat.

Berapa besar kekuatan yang menggerakkan awan itu sehingga bisa menghidupkan daerah-daerah yang tandus. Kalau seandainya kita melakukan sendiri mekanisme itu, betapa besamya biaya yang kita keluarkan.

Hal ini misalnya, dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi. Mereka berusaha memindahkan air tawar yang disuling dari lautan menuju ke daratan. Maka, dibikinlah pipa-pipa dan proses penjernihan air dalam skala yang sangat besar. Biayanya tentu luar biasa. Namun Allah dengan sangat gampangnya melakukan itu semua secara terus menerus, sejak berjuta juta tahun yang lalu, untuk menghidupi seluruh makhlukNya di muka planet Bumi ini.

Cara Allah menurunkan air hujan ke muka Bumi pun dilakukanNya dengan sangat 'santun' dan terukur. Bayangkan kalau Allah menghendaki air hujan yang jumlahnya jutaan ton itu turun secara sekaligus, seperti sebuah air terjun, di suatu daerah tertentu. Kita tidak bisa membayangkan betapa akan hancur lebur daerah itu, diterjang oleh air bah yang jatuh dari langit.

Allah telah mengukur jatuhnya air itu. Baik dalam jumlahnya maupun dalam mekanismenya. Jika, suatu daerah sudah 'dirasa' cukup memperoleh siraman air hujan, maka Allah menghentikannya. Dia memindahkan guyuran air hujan itu ke daerah lain yang membutuh-kannya. Jika tidak, tentu daerah tersebut akan mengalami banjir yang tidak terkira. Allah menggiring uap air dari lautan menuju ke daratan. Sebagian besar turun di gunung-gunung, kemudian menghasilkan sejumlah mata air yang sangat berguna pada musim kemarau. Air itu mengalir lewat sungai-sungai, dan bisa dimanfaatkan untuk kehidupan manusia di luar musim hujan.

Selain dalam hal jumlah, mekanisme turunnya air itu juga memunculkan rasa kagum kita. Kenapa air hujan turun sebagai butiran butiran? Barangkali, di antara kita ada yang menjawab : kalau seandainya air hujan itu turun sekaligus seperti air bah, maka bisa dipastikan hidup kita akan terancam. Akan terjadi bencana yang sangat dahsyat di muka Bumi ini, setiap kali musim hujan.

Namun demikian, pernahkah kita mencermati tentang butiran butiran air hujan itu? Proses pendinginan yang tidak seragam terhadap uap air yang terkandung di dalam awan dan jarak jatuh air dari awan ke permukaan Bumi telah menyebabkan air hujan itu jatuh tercerai berai menjadi butiran air yang berukuran kecil.

Sebenarnya, meskipun air hujan itu turun sebagai butiran, bahayanya tidaklah kalah besar dibandingkan dengan turun sekaligus. Kenapa demikian ?

Butiran air hujan itu sesungguhnya bisa berlaku bagaikan sebutir peluru yang jatuh dari angkasa. Kecepatan butiran air hujan itu, sangatlah tinggi akibat mengalami percepatan terus menerus disebabkan gaya gravitasi Bumi.

Seandainya tidak dihambat oleh angin dan atmosfer Bumi, butiran air hujan itu bisa memiliki kekuatan tembus yang sangat dahsyat. Bisa jadi genting-genting rumah kita bisa bolong-bolong akibat diterjang oleh butiran hujan itu. Akan tetapi kenapa hal itu tidak terjadi? Dan ternyata, kecepatan butiran air hujan ketika sampai di permukaan Bumi hanya berkisar pada kecepatan 8 km per jam saja.

Ini disebabkan oleh hambatan atmosfer Bumi. Bumi berputar pada dirinya sendiri dengan kecepatan lebih dari 1.600 km per jam. Akibatnya, udara atau atmosfer yang melingkunginya juga bergerak terbawa oleh putaran itu. Maka ketika ada butiran air hujan jatuh dari ketinggian awan, dia tidak mengalami tambahan kecepatan terus menerus akibat tarikan Bumi. Melainkan mengalami hambatan hambatan di dalam perjalanannya. Sehingga, ketika sampai di permukaan Bumi kecepatannya sudah sangat rendah, tidak membahayakan lagi.

Di sini, lagi lagi, kita melihat betapa berbagai mekanisme di Bumi ini telah didesain oleh Allah sedemikian rupa sehingga cocok Dan nyaman untuk kehidupan manusia di atasnya. Jika terjadi penyimpangan terhadap mekanisme-mekanisme itu, maka sungguh, manusia akan mengalami masalah yang besar dengan lingkungannya. Namun, Allah sangat menyayangi kita. Dia selalu menjaga semua itu untuk kenikmatan kehidupan manusia.


3. Atmosfer Sebagai Pelindung

Apa jadinya kalau Bumi ini tidak memiliki atmosfer? Bisa dipastikan tidak akan ada kehidupan di planet ini. Sebagaimana di planet-planet lain yang tidak memilikinya. Atmosfer memiliki manfaat yang sangat banyak buat kehidupan kita.

Yang pertama, atmosfer menyediakan udara buat makhluk hidup di dalamnya. Manusia membutuhkan oksigen untuk melangsungkan kehidupannya. Oksigen itu terdapat di atmosfer kita sebesar 23 %. Yang terbanyak adalah gas Nitrogen, sekitar 76 %. Dan sisanya adalah gas-gas lain sebesar 1 %.

Sudah pasti manusia tanpa oksigen tidak bisa hidup. Tetapi, kenapa di dalam atmosfer kita cuma terkandung 23%? Kenapa tidak lebih banyak lagi, misalnya yang 76% itu bukan Nitrogen, melainkan Oksigen. Sebaliknya, Nitrogennya cukup 23 % saja.

Ternyata, komposisi gas-gas dalam atmosfer kita itu sudah didesain oleh Allah dengan ukuran yang ideal bagi berlangsungnya kehidupan. Kalau seandainya komposisi Oksigen dan Nitrogen terbalik, maka yang terjadi bukanlah berkah, melainkan bencana. Kenapa bisa begitu? Bukankah Oksigen diperlukan oleh manusia?

Ya, memang tetapi kalau kebanyakan justru menyebabkan kehancuran lingkungan kita. Jika jumlah oksigen di dalam atmosfer terlalu besar, maka udara di sekitar kita akan menjadi sangat reaktif. Bahkan terlalu reaktif.

Sebagai contoh, adalah proses korosi alias karatan. Besi atau logam pada umumnya, mengalami korosi akibat bereaksi dengan oksigen. Reaksinya disebut sebagai reaksi oksidasi. Jika kandungan oksigen meningkat, maka kecepatan korosi logam-logam di sekitar kita juga akan meningkat. Seperti besi yang direndam di dalam air.Atau bahkan lebih cepat lagi.

Sehingga, dalam komposisi oksigen yang berlebihan sebagian besar logam logam di sekitar kita akan mengalami kehancuran yang sangat dramatis. Semua logam itu akan hancur'dimakan korosi. Bahkan bukan hanya logam, berbagai reaksi oksidasi terhadap makanan, minuman, bahkan bebatuan akan terjadi secara besar besaran. Maka, sungguh bukan berkah yang kita peroleh, melainkan bencana. Allah selalu menjaga agar kadar oksigen di dalam atmosfer kita tidak melampaui batas.

Sebaliknya, jika kandungan oksigen di dalam atmosfer kita terlalu sedikit, juga akan menimbulkan bencana. Manusia akan sulit bernafas, dan berbagai reaksi oksidasi yang sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup kita juga akan terhambat. Itu kalau kita berbicara tentang komposisi atmosfer. Padahal bukan hanya itu yang mengagumkan dari desain udara yang meliputi Bumi itu.

Allah mengatakan di dalam firmanNya, bahwa atmosfer juga berfungsi. sebagai pelindung. Melindungi terhadap apa? Terhadap bahaya-bahaya yang datang dari angkasa luar. Misalnya, batu-batu meteor yang jatuh ke Bumi atau juga sinar-sinar yang membahayakan kehidupan manusia.

Setiap saat, selalu ada saja batu-batu angkasa yang jatuh ke arah Bumi. Memang, di angkasa luar sana banyak sekali batu berseliweran. Terutama yang berukuran kecil dan sedang, yang sering 'menyerang' planet Bumi, dan juga planet-planet lain. Bahkan Bulan juga termasuk yang sering dibombardir oleh batu-batu angkasa itu.

Di berbagai planet yang tidak punya atmosfer, termasuk satelit Bumi, yaitu Bulan, batu-batu yang berjatuhan itu bisa sampai ke permukaan tanahnya. Kalau hal itu terjadi di Bumi tentu sangat membahayakan. Setiap saat kepala kita bisa terancam oleh berbagai ukuran batu angkasa.

Untunglah kita punya atmosfer yang melindungi Bumi. Atmosfer telah menyelamatkan kita dari ancaman itu. Setiap ada batu yang datang ke arah Bumi, mereka pasti akan dihadang oleh atmosfer. Untung juga, Bumi kita berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga atmosfernya juga ikut berputar. Perputaran ini temyata memunculkan mekanisme yang sangat hebat untuk menghancurkan berbagai batu angkasa yang menyerang Bumi.

Setiap ada batu yang jatuh ke Bumi, akan mengalami gesekan yang keras, sehingga bebatuan itu terbakar. Dan karena ketinggian atmosfer itu mencapai sekitar 1000 km, maka batu yang terbakar itu seringkali tidak sempat menyentuh tanah. Mereka sudah habis terbakar menjadi abu ketika masih di angkasa Bumi. Maka, selamatlah kita. Kecuali, batu yang jatuh ke Bumi itu berukuran raksasa. Misalnya, berdiameter 1 km. Tentu akan membawa masalah yang serius terhadap kehidupan manusia di Bumi.

Perlindungan atmosfer kepada kita bukan hanya terhadap serangan bebatuan angkasa, melainkan juga terhadap berbagai sinar yang membahayakan. Misalnya sinar ultraviolet, dan berbagai radiasi kosmis.

Dalam QS. Al Baqarah (2): 29, setelah menciptakan Bumi, Allah mengarah ke langit. Lantas diciptakanlah langit (atmosfer) dengan bertingkat tingkat sebanyak 7 lapis.

Dalam pemahaman ilmu pengetahuan modern memang atmosfer kita diketahui memiliki 7 lapisan, yaitu Troposfer, Stratosfer, Ozonosfer, Mesosfer, lonosfer, dan Eksosfer.

Setiap lapis langit memiliki fungsi yang berbeda. Semuanya untuk kepentingan kehidupan manusia di muka Bumi. Bagian yang paling bawah, Troposfer misalnya, memiliki fungsi untuk menjaga kestabilan hidup manusia di permukaan Bumi.

Diantaranya adalah mengandung kadar oksigen untuk mencukupi kebutuhan bernafas. Juga untuk menjaga kestabilan kelembaban udara dan temperatur ideal. Lapisan ini memiliki komposisi paling besar dari jumlah udara yang terkandung di dalam atmosfer, yaitu 90 %. Angin, hujan, salju dan berbagai parameter cuaca hanya terjadi di lapisan ini.

Secara umum, Troposfer berperan sangat besar untuk keberlangsungan iklim dan cuaca di Bumi. Jika lapisan ini kacau, maka iklim dan cuaca juga akan kacau.
QS. Fushilat (41) : 12

“Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua hari, dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya ...”

Di antara lapisan-lapisan itu, bagian yang paling luar berfungsi untuk melindungi Bumi dari bahaya angkasa luar. Hal ini juga difirmankan Allah.

QS. Al Baqarah (2) : 22
“Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap ...”

QS. Al Anbiyaa': 32
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”


4. Miliaran Binatang dan Tumbuhan

Bukan hanya pergerakan Bumi, gunung, hujan dan atmosfer yang sengaja didesain oleh Allah untuk menggelar drama kehidupan manusia, tetapi binatang dan tumbuhan pun semuanya diciptakan untuk kelengkapannya.

Benarkah demikian? Agaknya begitu. Secara Qur'ani, Allah telah mengatakan di berbagai ayatNya bahwa segala yang ada ini memang diciptakan untuk manusia. Di antaranya adalah ayat-ayat berikut ini.

QS. Al Mu’minuun (23) : 17 - 21
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). Dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur, di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan

dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan menjadi kuah bagi orang-orang yang makan.

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan.

Demikian pula dalam memahami realitas di sekitar kita, logika kita juga mengatakan bahwa binatang dan tumbuhan juga diciptakan Allah untuk manusia. Apakah hal-hal yang mendukung ke arah kesimpulan tersebut?
Marilah kita amati satu per satu. Pernahkah kita berpikir kenapa pohon mangga berbuah sebanyak itu? Untuk dirinya sendiri ataukah untuk siapa?

Kalau hanya untuk kepentingan pohon mangga itu sendiri agaknya dia tidak perlu berbuah sebanyak itu. Katakanlah, pohon mangga perlu berbuah untuk menyambung keturunannya, maka kenapakah dia harus berbuah ratusan. Cukup beberapa saja, maka itu sudah memadai.

Namun, yang kita lihat pohon mangga berbuah begitu banyak. Jauh melebihi kebutuhannya sendiri. Untuk siapa? Rasanya tidak mungkin untuk binatang. Karena kebutuhan binatang juga tidak terlalu banyak, katakanlah codot. Berapa banyak sih codot yang memakan buah mangga. Sungguh pohon mangga tidak perlu berbuah sebanyak itu. Kecuali hanya satu jawabannya, yaitu : pohon mangga memproduksi buah sebanyak itu untuk kesenangan hidup manusia!

Bahkan bukan hanya dari segi jumlah. Jenis pohon mangga juga demikian banyaknya. Ada mangga Gadung, mangga Golek, Arumanis, Manalagi, dan lain sebagainya yang saya tidak bisa menyebutkan satu persatu. Semuanya memiliki rasa yang berbeda dan khas.

Kenapa mesti ada bermacam-macam jenis mangga? Untuk siapa semua itu diciptakan? Jawabannya hanya satu, untuk manusia!

Buah-buahan. Bukan hanya mangga. Ada ribuan, jenis buah di permukaan Bumi ini. Dan cobalah lihat, semuanya berbuah demikian banyak. Terlalu banyak kalau hanya untuk kepentingan pohon itu sendiri.

Durian, jeruk, jambu, pear, kelengkeng, rambutan, semangka, apokat, anggur, dan ribuan lagi jenis buah yang ada di berbagai belahan Bumi ini. Semuanya diciptakan Allah untuk kesenangan dan keperluan manusia.

Dan tentu bukan hanya buah-buahan. Tanaman demikian banyak ragamnya ada sayuran, ada kayu kayuan, ada obat obatan, ada tanaman. hias, ada tanaman perdu, ada tanaman hama, ada tanaman penghasil biji bijian, dan ribuan atau jutaan lagi jenis yang tersebar di seantero bumi. Semuanya tidak lain, kecuali diciptakan hanya untuk manusia.

Bukan hanya tumbuh tumbuhan. Binatang juga demikian. Pernahkah kita mengamati sapi perah. Dan, pernahkah kita juga bertanya, untuk apa dan untuk siapa sapi perah itu menghasilkan susu sedemikian banyaknya. Kalau hanya untuk anaknya, pasti tidak perlu sedemikian banyak.

Anak sapi hanya butuh sedikit saja tiap harinya. Dan itu pun ketika anak sapi masih kecil. Ketika sudah dewasa, anak sapi itu tidak butuh lagi susu dari induknya. Namun toh demikian, produksi susu sapi perah itu berjalan terus. Sekali lagi tidak ada jawaban lain dalam kasus ini. Jawabannya hanya satu : semua itu diciptakan Allah untuk manusia. Supaya manusia memperoleh minuman bergizi darinya. Supaya manusia mendirikan pabrik pengolahan susu. Dan supaya, muncul lapangan pekerjaan baru dimana manusia lantas bisa berinteraksi secara dinamis dalam kehidupannya.

Juga, pernahkah kita mencermati lebah. Siapakah yang menyuruhnya mengumpulkan madu. Dan untuk siapa? Padahal makanan lebah bukanlah madu. Lebah memakan nektar bunga. Tapi dia bersusah payah mencari madu dari berbagai jenis bunga untuk dikumpulkan di sarangnya. Untuk siapakah madu itu?

Madu itu demikian bermanfaat buat kehidupan manusia, dan 'tidak terlalu' bermanfaat untuk kehidupan lebah. Kenapa mereka mesti mengumpulkan demikian banyak? Sekali lagi, jawabannya tidak ada yang lain : memang Allah menciptakan lebah dan madu untuk kepentingan manusia.

Jika kasus kasus ini kita perluas ke berbagai jenis binatang, kita juga akan menemui jawaban yang sama. Kenapa mesti ada harimau, kenapa mesti ada babi hutan, kijang, kerbau, unta, kuda, jutaan jenis ikan dan burung, ular dan reptilia, serangga, dan miliaran binatang lainnya. Semuanya, tidak ada kecuali, diciptakan Allah untuk kenikmatan hidup manusia.