Friday, March 9, 2007

Adam Manusia Pertama

Sampai sekarang memang masih kontroversial, siapakah manusia pertama di muka Bumi ini. Dunia ilmiah belum menemukan jejak yang pasti. Penemuan penemuan fosil manusia masih memberikan kesimpulan yang mengaburkan. Barangkali masih butuh waktu panjang untuk memperoleh kesimpulan yang dear tentang manusia pertama. Sehingga, demikian banyak teori tentang manusia pertama di muka Bumi ini. Dalam kesempatan ini, saya tidak akan membahas secara detil tentang teori-teori tersebut. Secara ringkas, saya hanya ingin mengutip firman Allah tentang manusia pertama itu.
QS. Al A’raaf (7) 172
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. . . "

Ayat di atas memberikan kesimpulan kepada kita bahwa Adam dan Hawa adalah orang tua seluruh manusia yang kini hidup di muka Bumi. Bahkan kalau kita mengutip ayat yang lain [QS. Al Baqarah (2): 36] kita juga memperoleh kesan bahwa Adam memang manusia pertama yang kemudian dijadikan khalifah di muka Bunii oleh Allah. Kepadanyalah diserahkan pengelolaan planet Bumi ini. Dan kini kemudian diwariskan kepada kita semua, anak turunnya.
QS. Al Baqarah (2) : 36
"…dan Kami berfirman : turunlah kamu (dari Surga) sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di Bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."


Penciptaan Adam dan Hawa

Di kalangan umat Islam ada beberapa konsep dan pemahaman yang belum 'tertangkap' secara tuntas. Di antaranya adalah tentang penciptaan Adam. Ada sejumlah keraguan yang terpancar dalam mena fsirkan kejadian Adam. Hal tersebut menurut hemat saya tidak memberikan atmosfer yang kondusif dalam upaya membangun keyakinan terhadap agama kita sendiri.

Memang, dalam setiap penafsiran selalu ada bagian-bagian yang perlu dilengkapi dengan berbagai informasi dan data-data empirik yang terus berkembang; akan tetapi pada bagian-bagian yang mendasar, konsepnya mesti dipersepsi secara utuh dan proporsional terlebih dahulu.

Dalam hal penciptaan Adam, ada beberapa pertanyaan yang mestinya bisa dijawab dengan menggali informasi dari Al Qur'an sendiri. Di antaranya adalah tentang mekanisme kejadian Adam, dan tempat Adam diciptakan.

Masih sangat banyak di kalangan kita yang mempersepsi ayat ayat penciptaan manusia (Adam) dengan cara yang sangat sederhana, dan justru terkesan menyimpang dari Sunnatullah. Karena itu, agaknya, kita harus melakukan rekonstruksi ulang terhadap proses penciptaan manusia itu.

Ayat-ayat tentang penciptaan manusia tersebar dalam jumlah cukup banyak di Al Qur'an. Agar memperoleh pemahaman yang komprehensif, kita mesti mengumpulkan ayat itu sebanyak-banyaknya. Barulah kita bisa mengambil pemahaman yang holistik alias utuh menyeluruh.

Untuk itu, marilah kita mulai pemahaman terhadap firman Allah berikut ini.
QS. Al Baqarah (2) : 30

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalitah di muka Bumi. Malaikat berkata : mengapa Engkau hendak menjadikan di muka Bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau. Tuhan mengatakan : Sesungguhnya Aku lebih tahu segala sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya.”

Dalam dialog antara Allah dan malaikat tersebut bagian yang menarik adalah ketika malaikat mengatakan kepada Allah bahwa khalifah yang akan diciptakan Allah itu akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka Bumi. Kita lantas bertanya-tanya, darimanakah malaikat tahu bahwa khalifah yang akan diciptakan Allah itu akan berbuat seperti itu? Bagaimana mungkin malaikat bisa mendahului ilmu Allah ?

Akan tetapi, agaknya prediksi atau perkiraan malaikat itu 'tidak dianggap' oleh Allah. Terbukti, dalam dialog tersebut, Allah mengatakan bahwa Allah lebih tahu hal-hal yang malaikat tidak mengetahuinya. Sehingga, Allah tetap menciptakan manusia sebagai khalifah di muka Bumi. Dan kemudian dalam ayat berikutnya (dan juga di ayat lain) malaikat akhimya tunduk mengakui kehebatan manusia (Adam).

Maka, lantas perlu ditelusuri, darimanakah malaikat memperoleh kesimpulan awal tersebut. Salah satu penafsiran (dikemukakan oleh Prof Ahmad Baiquni), mengatakan bahwa pada waktu itu sebenarnya telah ada makhluk seperti manusia (tetapi bukan manusia) yang telah hidup di muka Bumi. Mereka memiliki kebiasaan yang buruk, yaitu selalu membuat kerusakan dan pertumpahan darah di antara sesamanya. Maka, malaikat tidak setuju jika Allah menjadikan 'makluk itu' sebagai khalifah di muka Bumi. Tetapi, malaikat kecele. Bukan makhluk itu yang dijadikan khalifah oleh Allah, melainkan Adam seorang manusia.

Adam memiliki karakteristik yang berbeda dengan makhluk yang dikira malaikat akan dijadikan khalifah di Bumi itu. Bukan sekadar berbeda dengan mereka secara fisik, bahkan digambarkan, Adam adalah makhluk yang memiliki ilmu pengetahuan yang bisa mengalahkan malaikat. Tetapi, kenapa malaikat bisa kecele menganggap.Adam sama dengan makhluk sebelumnya. Jawabannya mengarah kepada : bahwa secara fisik, agaknya makhluk sebelum Adam itu memang mirip dengan Adam. Akan tetapi, sangat berbeda dalam jiwa dan kepribadiannya.

Disinilah Prof A. Baiquni menafsirkan bahwa makhluk sebelum Adam itu adalah makhluk 'setengah manusia' yang telah diketemukan fosil-fosilnya oleh para pakar sejarah kemanusiaan (Anthropologi). Mereka adalah 'manusia' purbakala yang sebenarnya belum bisa disebut sebagai manusia. Fisiknya boleh mirip, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar, yaitu Adam telah memiliki ruh yang ditiupkan Allah kepadanya saat penciptaan. Ruh adalah potensi 'Kesadaran' dan 'Akal Budi'. Dan ini tidak dimiliki oleh 'makhluk setengah manusia' tersebut.