Friday, March 9, 2007

Di Surga Manakah Adam Diciptakan?

Selain tentang proses penciptaannya, pertanyaan yang juga mencuat adalah : dimanakah pencipta.an mereka itu berlangsung?

Selama ini, pemahaman yang berkembang memang agak rancu. Di satu sisi, dikesankan bahwa Adam diciptakan dari tanah secara langsung. Artinya, menurut penafsiran itu, badannya dibentuk dari tanah yang diambil dari Bumi seperti membuat patung, lantas ditiupkanlah Ruh Allah. Maka,. Tiba-tiba 'patung tanah'. itu berubah menjadi Adam.

Sedangkan di sisi lain, digambarkan kejadian itu bukan terjadi di Bumi. Ada kesan, proses itu terjadi di “sebuah langit” atau angkasa yang entah dimana. Lantas, sesudah itu, Adam dimasukkan di Surga, yang juga entah dimana. Seringkali, hanya dikatakan bahwa itu terjadi di wilayah alam ghaib, yang tidak kelihatan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih jauh.

Padahal, badan manusia adalah badan fisik yang kelihatan. Berbeda dengan jin dan malaikat. Fisiknya terikat di langit dunia, yang ruangannya berdimensi 3. Maka, mestinya cukup jelas, bahwa badan manusia harus berada di dalam alam semesta ini.

Hanya saja, tinggal pilih, di planet manakah kejadian itu berlangsung. Apakah di Planet Mars, Jupiter, atau dari tatasurya dan galaksi lain. Atau, ya sebenarnya sederhana saja.: bahwa Adam diciptakan di Bumi ini. Toh, bahan bakunya adalah campuran berbagai jenis tanah yang ada di permukaan Bumi. Jadi, kenapa kita lantas susah susah mencarikan planet yang cocok untuk proses penciptaan itu. Sementara, sampai kini ilmu pengetahuan belum pernah menemukan sebuah planet, pun di alam semesta ini yang cocok untuk kehidupan manusia.

Hanya disebabkan oleh pemahaman kita tentang Surga yang abstrak, maka kita lantas kebingungan dan mencoba mencarikan planet asal muasalnya Adam, selain Bumi.

Maka, bagi saya, pemahamannya sangat sederhana saja. Bahwa Adam memang diciptakan oleh Allah di permukaan Bumi ini. Bahan baku tubuhnya adalah berbagai jenis tanah yang mengandung unsur unsur, organik pembentuk protein. Bersamaan dengan Adam lahirlah Hawa sebagai saudara kembarnya.

Setelah itu, Adam.dan Hawa ditempatkan di sebuah taman yang sangat indah dengan berbagai macam buah-buahan dan berbagai kebutuhan alamiahnya. Di manakah Surga itu? Dalam pemahaman saya, ya di permukaan Bumi juga, di sebuah wilayah yang kini disebut sebagai Timur Tengah.. Yang persisnya, perlu dilakukan penelusuran lebih jauh. Saya kira, disinilah para ahli sejarah Islam harus mengambil peran.

Persepsi yang seperti ini saya kira membuat kita menjadi lebih gamblang dan realistis dalam memahami informasi-informasi Al Qur'an. Daripada mengungkung pemahaman kita dengan sesuatu yang tidak jelas, seperti di atas. Memang, ada dimensi lain yang terkait dengan Surga itu. Dan ini akan saya jelaskan lebih mendetil pada bagian. Tentang Surga dan Neraka. Namun pada tahap ini, sementara kita pahami, Surga tersebut berada di Bumi.

Surga atau Jannah memang memiliki arti:'Kebun atau Taman yang Indah'. Maka, saya kira tidak masalah jika kita mempersepsi Surga tempat Adam dan Hawa dibesarkan itu sebagai sebuah kebun yang Indah yang terletak di sebuah dataran tinggi. Di sana banyak mata air yang jernih, pohon-pohon yang rindang serta buah-buahan yang lebat. Sebuah keadaan alam yang sangat ideal, yang disediakan bagi Adam dan Hawa hingga masa dewasanya.

Maka Turunlah dari Surga
Dikisahkan, Adam dan Hawa dilarang oleh Allah untuk mendekati pohon Khuldi. Namun, setan telah menipu mereka, sehingga mereka memakannya. Karena itu lantas Allah memerintahkan Ada dan Hawa untuk turun dari taman indah itu, mengembara di muka Bumi, menjadi kholifah yang mengelolah bumi hingga anak turunnya kini.

QS. Al A’raaf (7) : 22
"Maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya. Maka tatkala keduanya te1ah merasakan buah pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun Surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru keduanya : bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu sesungguhnya setan itu adalah musuh nyata bagi kamu berdua.

QS. Al A’raaf (7) : 27
"Hai keturunan Adam janganlah sekali kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana dia telah dapat mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari Surga. Dia tanggalkan pakaian dari keduanya supaya dia dapat memperlihatkan kepada keduanya akan auratnya.. Sesungguhnya setan dan kelompoknya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka ...

Secara halus Allah mengisahkan peralihan masa kecil Adam dan Hawa ke masa dewasanya dengan perumpamaan memakan buah ‘kuldi’ Di sana digambarkan bahwa setelah memakan buah itu aurat keduanya menjadi tampak, sehingga mereka lantas ‘menutupinya dengan dedaunan.

Setelah dewasa itulah Adam dan Hawa diperintah Allah untuk turun mengarungi kehidupan yang sesungguhnya di muka Bumi. Dan secara eksplisit Allah lantas juga mengingatkan anak keturunan Adam untuk waspada kepada hawa nafsu, khususnya seksualitas, karena di situlah setan seringkali memanfaatkan kelemahan manusia untuk menggelincirkan kita dari kedekatan dengan Allah.

Memang, setan menjadi demikian perkasa ketika manusia sedang berada dalam cengkeraman hawa nafsunya. Sehingga Rasulullah mengatakan bahwa orang yang sedang berada dalam pengaruh nafsu seksnya, ia telah kehilangan 2/3 akalnya. la menjadi sangat lemah, dan seringkali baru menyesali setelah peristiwa itu terjadi.