Friday, March 9, 2007

Merasakan Surga Dari Bumi

Terlihatnya Surga dan Neraka dari Bumi, oleh 'penglihatan' kita itu, terjadi setelah batas-batas dimensi antar langit dilenyapkan Oleh Allah. Sebelumnya, kita tidak pernah bisa 'merasakannya', tapi pada hari kiamat itu menjadi terbuka semuanya.

QS. At Takwir (81) : 11 - 13
"Dan apabila (batas-batas) langit dilenyapkan. Dan apabila Neraka Jahim dinyalakan. Dan apabila Surga didekatkan."

Jadi, menurut ayat di atas, Surga itu sekadar didekatkan saja, kepada kita. Bukan diciptakan setelah kiamat. la sudah ada, tapi belum nampak sebagaimana firman Allah di dalam ayat yang lain.

QS. Maryam (19) : 61
“Yaitu Surga Adn yang telah dijanjikan oleh Allah yang Maha Pemurah kepada hamba-hambaNya, sekalipun (Surga itu) tidak nampak.”

Selain faktor terbukanya dimensi langit, keberadaan ‘Wilayah Surga’ memang digambarkan benar-benar berada di permukaan Bumi. Hal itu misalnya tergambar dari beberapa kondisi berikut ini.

1. Surga adalah sebuah tempat di dataran tinggi / pegunungan udaranya sejuk, banyak mata air, dan di bawahnya terdapat sungai-sungai yang sangat jernih.

QS. Al Ankabut (29) : 58
“Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam Surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. . .”

QS. Ad Dukhan (44) : 52
"Di dalam taman-taman dan mata air mata air."

2. Kondisi alamnya subur, banyak taman dan kebun yang indah dengan buah-buahan beraneka ragam yang gampang dipetik.


Al Maidah (5) : 65
“…Kami masukkan mereka ke dalam Surga-surga (taman-taman) yang penuh kenikmatan.”

Al Haqqah : (69) : 22 - 23
“Dalam Surga yang tinggi”
“Buah-buahannya dekat”

QS Az Zukhruf (43) : 73
“Di dalam Surga terdapat buah-buahan yang banyak untukmu, Yang sebagiannya kamu makan.”

3. Di sana terjadi pergantian siang dan malam hari. Itu menunjukkan adanya perputaran Bumi dan ada Matahari.

QS. Maryam (19) : 62
“Bagi mereka rezekinya di Surga itu tiap-tiap pagi dan petang.”

4. Surga itu terdapat di kawasan tertentu saja, sehingga ada kawasan yang berada di luar Surga Untuk sampai ke sana butuh perjalanan. Untuk masuk ke wilayah itu harus lewat pintu-pintu.

QS. Az Zumaar (39) : 73
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam Surga berombongan-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke Surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya : ...”

5. Tempatnya sangat luas, sehingga penduduknya boleh memilih tinggal di mana saja di dalamnya. Kebanyakan memilih yang dekat mata air.

QS. Az Zumar : 74
“…sedang kami (diperkenankan) Menempati Surga ini dimanapun kami menghendaki ...”

Adz-dzaariyaat : (51) : 15
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan di mata air-mata air.”

6. Mereka minta dibangunkan rumah yang indah di dalamnya, sebagai tempat tinggal. Akan tetapi secara umum, naungan di kawasan itu sudah sangat sejuk.

QS. Al Insaan (76) : 13 - 14
"Di dalamnya mereka bertelekan di alas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (terik) Matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan."
"Dan naungan dekat di atas mereka, dan buahnya dimudahkan memetiknya, semudah-mudahnya."

QS. Al Furqaan (25) : 24
"Penghuni-penghuni Surga pada waktu itu paling baik tempat tinggalnya, dan paling indah tempat istirahatnya."

At Tahriim (66) : 11
"Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam Surga…"

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang memberikan gambaran, bahwa Surga itu memang berada di Bumi. Apalagi, firman Allah di dalam QS. 7:25, memang telah menggambarkan bahwa sejak semula manusia menjalani hidupnya, matinya dan kebangkitannya di Bumi.

Maka, jika kita simpulkan, Surga adalah tempat yang indah di muka Bumi, yang dari tempat itu kita bisa mengakses ke langit-langit yang lebih tinggi.

Berbagai kenikmatan yang dirasakan oleh penduduk Surga bukan hanya kenikmatan menurut ukuran langit pertama (langit dunia), namun juga sesuai ukuran-ukuran langit yang lebih tinggi.

Semakin tinggi langit yang bisa diakses, maka dia akan merasakan kenikmatan yang semakin tinggi pula. Karena itu, sesungguhnya kenikmatan Surga itu bertingkat-tingkat sesuai dengan kualitas hatinya. Hati yang kurang ikhlas, misalnya, tidak akan bisa mengakses Surga dalam derajat langit yang lebih tinggi.

Dengan demikian, seseorang bisa berada di Surga langit pertama, Surga langit kedua, Surga langit ke tiga, dan seterusnya sampai yang ke tujuh. Boleh saja, badan mereka berada di tempat yang sama, di Bumi, akan tetapi kualitas kenikmatannya berbeda-beda.

Sebagai perumpamaan, bayangkan ada 3 Orang yang menginap di sebuah hotel berbintang 5 yang sangat indah. Setiap orang itu, sangat boleh jadi mengalami perasaan nikmat yang berbeda-beda.

Orang pertama, begitu terpesonanya melihat hotel tersebut, karena sejak lama dia memang sudah merindukan berkunjung ke hotel itu. Dan kini kesampaian.

Orang yang kedua, merasa terheran-heran, karena selama hidupnya belum pernah datang ke tempat seindah itu. Keindahannya di luar yang dia perkirakan.

Tetapi, Orang yang ketiga tidak bisa merasakan keindahan hotel tersebut karena dia sedang suntuk. Pikirannya kalut, terbelit oleh berbagai persoalan yang membuat dia merasa sedih dan kacau.

Contoh di atas, meskipun tidak terlalu tepat, bisa memberikan gambaran kepada kita dalam memahami Surga. Terlihat sekali, betapa peranan hati sangatlah besar dalam merasakan kenikmatan Surga.

Orang-orang yang hatinya ikhlas akan menempati Surga-surga yang memiliki kenikmatan lebih tinggi. Sedangkan orang-orang yang pamrih, meskipun banyak berbuat pahala ketika di dunia, ia menempati Surga yang mempunyai kadar kenikmatan lebih rendah. Walaupun, mereka berada di dalam wilayah taman-taman yang sama.

Sebagai contoh, ada orang yang berbuat pahala untuk mendapatkan balasan Surga. Maka, dia. akan memperoleh balasan Surga itu seperti yang dia bayangkan berupa taman-taman indah, mata air, gelang emas, buah buahan, dan lain sebagainya.

Akan tetapi ada pula orang yang berbuat pahala karena Allah semata. Maka, dia akan memperoleh balasan yang sangat banyak di luar apa yang dia bayangkan. Kenikmatan yang dia impikan bukanlah sekadar yang diceritakan itu, melainkan suatu kenikmatan yang bersifat kejiwaan.

Semakin posessive seseorang terhadap kebendaan, maka semakin rendah kualitas kenikmatan yang dia peroleh. Sebab dia telah membatasi kenikmatannya seukuran benda itu.

Akan tetapi semakin sumeleh atau ikhlas seseorang, serta tidak bergantung kepada kebendaan, maka semakin tinggi kualitas kenikmatan yang dia peroleh. Karena dia tidak lagi mengukur kenikmatannya sebatas kebendaan.

Karena itu Allah mengajarkan kepada kita untuk tidak posessive terhadap dunia, karena orang yang demikian tidak akan pernah merasakan Surga. Baik Surga dunia maupun Surga Akhirat. Yang diajarkan Allah kepada kita adalah kalimat laa ilaaha illallaah, Tidak ada Tuhan kecuali Allah.

Orang yang bisa menerapkan kalimat ini dalam kehidupannya lah yang akan masuk ke dalam Surga yang sesungguhnya. Kenapa begitu? Karena ia tidak terikat oleh iming-iming kenikmatan yang bersifat kebendaan. Tujuan hidupnya hanya Allah semata. Bahkan, ia tidak menjadikan Surga sebagai tujuan. Tujuan satu-satunya hanyalah Ridha Allah belaka.

Maka, orang yang demikian ini akan merasakan kenikmatan. yang luar biasa ketika berada di dalam 'wilayah Surga'. Bukan karena ia senang dengan taman-taman yang indah, buahan-buahan yang beraneka jenis, mata air-mata air yang muncrat sangat jernih, atau mencintai bidadari-bidadari yang cantik.

Tetapi, ia memperoleh rasa tentram dan damai yang tiada taranya, yang tidak bisa diceritakan kepada orang lain dengan kata-kata.

Saat berada di wilayah Surga itu hatinya selalu ingat kepada Allah. Sebagaimana malam-malam menjelang sahur yang dia lewatkan dengan dzikir-dzikir kepada Dzat Yang Maha Agung itu. Kedekatannya kepada Allah itulah yang membangkitkan rasa nikmat luar biasa ketika dia berada di 'wilayah Surga'. Ini persis seperti yang dikatakan Allah.
QS. Al Waaqi’ah (56) : 88 - 89
"Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah),"
"maka dia memperoleh ketentraman dan rezeki serta Surga kenikmatan "

QS. Qaaf (50) : 35
"Mereka di dalamnya memperoleh apa (saja) yang mereka kehendaki, dan pada sisi Kami ada tambahannya."

Artinya, memang di 'wilayah Surga' itu mereka memperoleh apa saja yang dikehendakinya, akan tetapi semua itu tetap kebendaan yang memiliki keterbatasan. Sehingga Allah masih 'perlu' menambahkan dengan kalimat dan pada sisi Kami ada tambahannya.

Khususnya, bagi orang-orang yang dekat kepada Allah. orang orang yang menjadikan Allah saja sebagai tujuan hidupnya. Orang orang yang selalu merasa tentram dan damai ketika berdekatan dengan Allah.

Hal ini tidak bisa diceritakan secara 'gamblang' kepada orang lain yang belum pernah merasakannya. Akan tetapi orang-orang yang sering melakukan dzikir sampai menangis di malam-malam yang sepi, sedikit banyak bisa merasakan apa yang dimaksudkan dengan penjelasan di atas.

QS. Ar Ra’d (13) : 28
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah."

Maka, sebagian kita lantas bisa memahami beberapa firman Allah yang mengatakan bahwa kenikmatan Surga itu sekadar perumpamaan bagi orang-orang yang tujuan hidupnya adalah "kembali kepada Allah."

QS. Ar Ra'd (13) : 35
"Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa itu adalah (seperti taman), mengalir sungai-sungai di dalamnya, buahnya tiada henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa. Sedangkan tempat kesudahan bagi orang-orang kafir adalah Neraka.

QS. Muhammad (47) : 15
"(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang didalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang-orang yang kekal dalam Neraka dan diberi minuman air yang mendidih sehingga menghancurkan ususnya?

Kedua ayat tersebut di atas begitu jelas menginformasi kan kepada kita bahwa seluruh kenikmatan yang diuraikan dalam berbagai ayat itu hanya sekadar perumpamaan. Kenapa mesti menggunakan perumpamaan? Sebab, pada hakikatnya kenikmatan Surga itu tiada taranya. Tidak bisa digambarkan dengan bahasa manusia.

Allah 'terpaksa' membuat perumpamaan itu dengan bahasa kita agar supaya kita memperoleh gambaran. Namun, Surga bukanlah soal pemahaman, melainkan soal rasa!

Bagaimanakah kita bisa menggambarkan perasaan sedih yang menyelimuti hati kita kepada orang-orang yang tidak pernah bersedih? Bisakah bahasa manusia menggambarkan rasa sedih itu.

Atau bisakah kita menggambarkan, rasa gembira seorang ibu atau bapak yang baru saja memperoleh anak, kepada seseorang yang tidak pernah memikirkan punya anak? Tentu tidak bisa! Kalau pun bisa, hanya dimengerti sebagian saja. Itu pun 'sekadar dimengerti'. Bukan dirasakan...

Sesungguhnya orang tersebut tidak pernah bisa merasakan betapa nikmat dan bahagianya memperoleh seorang bayi yang telah lama dirindukan... !

Maka, segala yang digambarkan Allah tentang Surga itu hanyalah sekadar agar kita 'mengerti' tentang keindahan dan kenikmatan Surga. Tetapi untuk bisa menggambarkan 'betapa nikmatnya' Surga, kita harus masuk kepada amalan yang mengantarkan seseorang untuk bisa masuk Surga...