Tuesday, February 27, 2007

Cinta-NYA

" Hamba-Ku menyombongkan diri terhadap-Ku
padahal Akulah yang melindungi mereka di tempat tidur mereka
Antara-Ku dan jin serta manusia terjadi berita besar :
bahwa Aku yang telah menciptakan mereka
namun yang disembah adalah selainKu
Aku yang memberi rizki, namun selain-Ku yang disyukuri
Kebaikan-Ku senantiasa turun kepada hamba-Ku,
tapi kejahatan mereka yang naik kepada-Ku

Aku mencintai mereka dengan memberi ni'mat2 Ku
sedangkan Aku tiada membutuhkan mereka
mereka memancing kemurkaan-Ku dengan berbagai kemaksiatan
padahal mereka adalah yang paling butuh kepada-Ku

Siapa-siapa yang datang kepada-Ku,
akan Kujemput ia dari kejauhan
Siapa-siapa yang berpaling dari-Ku,
maka Aku akan memanggilnya dari kejauhan
Siapa-siapa yang meninggalkan sesuatu demi Aku,
Aku berikan padanya, lebih dari cukup
Siapa-siapa yang menginginkan keridhaan-Ku,
Aku pun akan menginginkan apa-apa yang dingininya
Siapa-siapa yang bertindak dengan mengandalkan kekuatan-Ku,
maka akan Kulunakkan besi baginya

Orang yang mengerjakan maksiat,
tidak akan Kubuat mereka berputus asa dari rahmat-Ku
Jika mereka bertaubat kepada-Ku,
maka Aku akan menjadi kekasih mereka, sebab Aku mencintai
orang yang bertaubat dan mensucikan diri
Jika mereka tidak bertaubat kepadaku,
maka Aku akan menjadi tabir bagi mereka, Aku berikan cobaan
untuk membersihkan mereka dari berbagai aib
Dan siapa-siapa yang lebih mementingkanKu dari selain-Ku,
maka Aku akan lebih mementingkannya dari orang lain


Satu kebaikan di sisi-Ku adalah
senilai sepuluh kali lipat yang sepertinya,
hingga tujuh ratus kali lipat,
hingga kelipatan yang sangat banyak
Sedangkan kejahatan di sisi-Ku, adalah bernilai satu
Maka jika ia telah menyesal dan memohon ampun,
Aku pun mengampuninya
Aku mensyukuri amal kebaikan yang sedikit,
dan mengampuni banyak kesalahan-kesalahan

Kasih sayang-Ku mendahului murka-Ku
Sifat penyantun-Ku mendahului keputusan-Ku menjatuhkan sanksi
Pemberian maaf-Ku lebih mendahului siksa-Ku

Aku lebih pengasih kepada hamba-hamba-Ku,
daripada kasih sayang ibu kepada anaknya... "

(hadist qudsi dari buku "Menggapai Manisnya Iman-Butir ma'rifatullah
Ibnul Qayyim Al-jauziyah" oleh Syaikh Shaleh Syadi – tidak disebutkan
perawinya )

Wassalamu'alaikum

Jangan Hindari Tantangan

Orang Jepang sejak lama menyukai ikan segar. Tetapi tidak banyak ikan yang tersedia di perairan yang dekat dengan Jepang dalam beberapa dekade ini. Jadi untukmemberi makan populasi Jepang, kapal-kapal penangkap ikan bertambah lebih besar dari sebelumnya. Semakin jauh para nelayan pergi, semakin lama waktu yang dibutuh-kan untuk membawa hasil tangkapan itu ke daratan. Jika perjalanan pulang mencapai beberapa hari, ikan tersebut tidak segar lagi. Orang Jepang tidak menyukai rasanya.

Untuk mengatasi masalah itu, perusahaan perikanan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan menangkap ikan dan langsung membekukannya di laut. Freezer memungkinkan kapal-kapal nelayan untuk pergi semakin jauh dan lama. Namun, oang Jepang dapat merasakan perbedaan rasa antara ikan segar dan beku, dan mereka tidak menyukai ikan beku. Ikan beku harganya menjadi lebih murah. Sehingga perusahaan perikanan memasang tangki-tangki penyimpan ikan di kapal mereka. Paranelayan akan menangkap ikan dan langsung menjejalkannya ke dalam tangki hinggaberdempet-dempetan. Setelah selama beberapa saat saling bertabrakan, ikan-ikan tersebut berhenti bergerak. Mereka kelelahan dan lemas, tetapi tetap hidup. Namun, orang Jepang masih tetap dapat merasakan perbedaannya. Karena ikan tadi tidak bergerak selama berhari-hari, mereka kehilangan rasa ikan segarnya. Orang Jepang menghendaki rasa ikan segar yang lincah, bukan ikan yang lemas.

Bagaimanakah perusahaan perikanan Jepang mengatasi masalah ini? Bagaimana mereka membawa ikan dengan rasa segar ke Jepang? Jika anda menjadi konsultan bagi industri perikanan, apakah yang anda rekomendasikan?
RENUNGKAN...
Begitu anda mencapai tujuan-tujuan anda, seperti mendapatkan jodoh - memulai perusahaan yang sukses - membayar hutang-hutang anda - atau apapun, anda dapat kehilangan gairah anda. Anda tidak perlu bekerja demikian keras sehingga anda bersantai. Anda mengalami masalah yang sama dengan para pemenang lotere yangmenghabiskan uang mereka, pewaris kekayaan yang tidak pernah tumbuh dewasa, dan para ibu rumah tangga jemu yang kecanduan obat-obatan resep. Seperti masalah ikan di Jepang tadi, solusi terbaiknya sederhana. Hal ini diamati oleh L. Ron Hubbard di awal 1950-an. "Orang berkembang, anehnya, hanya dalam kondisi lingkungan yang menantang" -L. Ron Hubbard.Keuntungan dari sebuah Tantangan: Semakin cerdas, tabah dan kompeten diri anda, semakin anda menikmati masalah yang rumit. Jika takarannya pas, dan anda terus menaklukan tantangan tersebut, anda akan bahagia. Anda akan memikirkan tantangan-tantangan tersebut dan merasa bersemangat. Anda tertarik untuk mencoba solusi-solusi baru. Anda senang. Anda hidup!Bagaimana Ikan Jepang Tetap Segar? Untuk menjaga agar rasa ikan tersebut tetap segar, perusahaan perikanan Jepang tetap menyimpan ikan di dalam tangki. Tetapi kini mereka memasukkan seekorikan hiu kecil ke dalam masing-masing tangki. Memang ikan hiu memakan sedikit ikan, tetapi kebanyakan ikan sampai dalam kondisi yang sangat hidup. Ikan-ikantersebut tertantang.Renungan : Jangan menghindari tantangan, melompatlah ke dalamnya dan taklukanlah. Nikmatilah permainannya. Jika tantangan anda terlalu besar atau terlalu banyak,jangan menyerah. Kegagalan jangan membuat anda lelah, sebaliknya, atur kembali strategi. Temukanlah lebih banyak keteguhan, pengetahuan, dan bantuan. Jika andatelah mencapai tujuan anda, rencanakanlah tujuan yang lebih besar lagi. Begitu kebutuhan pribadi atau keluarga anda terpenuhi, berpindahlah ke tujuan untuk kelompok anda, masyarakat, bahkan umat manusia. Jangan ciptakan kesuksesan dan tidur di dalamnya. Anda memiliki sumber daya, keahlian, dan kemampuan untuk membuat perubahan.Jadi, masukkanlah seekor ikan hiu di tangki anda dan lihat seberapa jauh yang dapat anda lakukan dan capai

Kisah Seekkor Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, "Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh?"

Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, "Di manakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan."

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.



Renungan:

Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkah Anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani bahwa Anda bisa "melompat lebih tinggi dan lebih jauh" kalau Anda mau menyingkirkan "kotak" itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas kemampuan Anda?

Beruntung sebagai manusia dibekali kemampuan untuk berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai apapun yang Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.

Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk Anda.

Apakah Anda Berpikir Anda Bisa Atau Tidak Bisa

Di British Columbia, dibangun sebuah penjara baru untuk menggantikan penjara Fort Alcan lama yang sudah digunakan untuk menampung para narapidana selama ratusan tahun. Setelah para napi dipindahkan ke tempat tinggal mereka yang baru, mereka menjadi bagian dari pasukan pekerja untuk mencopoti kayu, alat-alat listrik, dan pipa yang masih dapat digunakan dari penjara lama. Di bawah pengawasan para penjaga,
napi-napi itu mulai melucuti dinding-dinding penjara lama.

Saat mereka melakukannya, mereka terperanjat oleh apa yang mereka temukan. Walaupun gembok-gembok besar mengunci pintu-pintu logam, dan batangan-batangan baja dua inci menutupi jendela sel-sel, dinding-dinding penjara itu sebenarnya terbuat dari kertas dan tanah liat, dicat sedemikian rupa sehingga menyerupai besi! Jika ada dari para narapidana yang memukul atau menendang dinding itu dengan keras, mereka dengan mudah dapat membuat lubang di situ, dan melarikan diri. Selama bertahun-tahun, bagaimanapun juga, mereka tinggal berjubel
dalam sel-sel terkunci mereka, menganggap bahwa melarikan diri adalah sesuatu yang mustahil.

Tak seorang pun pernah MENCOBA melarikan diri, karena mereka BERPIKIR itu mustahil.

Saat ini, banyak orang merupakan tawanan rasa takut. Mereka tak pernah berusaha mengejar impian-impian mereka karena berpikir bahwa itu merupakan sesuatu yang mustahil. Bagaimana Anda tahu bahwa Anda tak dapat berhasil bila Anda tidak mencoba?

10 Kesalah Pahaman Tentang Sukses

Kesalahpahaman 1
”Beberapa orang tidak bisa sukses karena latar belakang, pendidikan, dan lain-lain.”
Padahal, setiap orang dapat meraih keberhasilan. Ini hanya bagaimana mereka menginginkannya, kemudian melakukan sesuatu untuk mencapainya.
Kesalahpahaman 2
”Orang-orang yang sukses tidak melakukan kesalahan.”
Padahal, orang-orang sukses itu justru melakukan kesalahan sebagaimana kita semua pernah lakukan Namun, mereka tidak melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya.
Kesalahpahaman 3
”Agar sukses, kita harus bekerja lebih dari 60 jam (70,80, 90...) seminggu.”
Padahal, persoalannya bukan terletak pada lamanya anda bekerja.Tetapi bagaimana anda dapat melakukan sesuatu yang benar.
Kesalahpahaman 4
”Anda hanya bisa sukses bila bermain sesuatu dengan aturan.”
Padahal, siapakah yang membuat aturan itu?Setiap situasi membutuhkan cara yang berbeda. Kadang-kadang kita memang harus mengikuti aturan, tetapi di saat lain andalah yang membuat aturan itu.
Kesalahpahaman 5
”Jika anda selalu meminta bantuan, anda tidak sukses.”
Padahal, sukses jarang sekali terjadi di saat-saat vakum. Justru, dengan mengakui dan menghargai bantuan orang lain dapat membantu keberhasilan anda. Dan, sesungguh-nya ada banyak sekali orang semacam itu.
Kesalahpahaman 6
”Diperlukan banyak keberuntungan untuk sukses.”
Padahal, hanya dibutuhkan sedikit keberuntungan. Namun, diperlukan banyak kerja keras, kecerdasan, pengetahuan, dan penerapan.
Kesalahpahaman 7
”Sukses adalah bila anda mendapatkan banyak uang.”
Padahal, uang hanya satu saja dari begitu banyak keuntungan yang diberikan oleh kesuksesan. Uang pun bukan jaminan kesuksesan anda.
Kesalahpahaman 8
”Sukses adalah bila semua orang mengakuinya.”
Padahal, anda mungkin dapat meraih lebih banyak orang dan pengakuan dari orang lain atas apa yang anda lakukan. Tetapi, meskipun hanya anda sendiri yang mengetahuinya, anda tetaplah sukses.
Kesalahpahaman 9
”Sukses adalah tujuan.”
Padahal, sukses lebih dari sekedar anda bisa meraih tujuan dan goal anda. Katakan bahwa anda menginginkan keberhasilan, maka ajukan pertanyaan "atas hal apa?"
Kesalahpahaman 10
”Saya sukses bila kesulitan saya berakhir”
Padahal, anda mungkin sukses, tapi anda bukan Tuhan. Anda tetap harus melalui jalan yang naik turun sebagaimana anda alami di masa-masa lalu. Nikmati saja apa yang telah anda raih dan hidup setiap hari sebagaimana adanya.

Sukses Karena Melayani

Di sebuah malam berguntur, tampak sepasang orang tua yang sudah lanjut usia dan kedinginan memasuki sebuah hotel kecil di kota Philadelphia. Keduanya berharap bisa menemukan sebuah kamar untuk menginap. "Maaf bapak dan ibu, kamar di hotel kami penuh, sama dengan hotel-hotel lainnya karena di kota ini sedang ada tiga konferensi besar," jawab sang penerima tamu.
Setelah diam sejenak, sang penerima tamu ini kembali berujar, "Tapi saya tidak akan membiarkan bapak dan ibu kedinginan di luar pada pukul 1 pagi ini. Maukah bapak dan ibu tidur di kamar saya? Ya, sebuah kamar kecil yang dikhususkan bagi karyawan. Memang tidak seperti kamar hotel namun bapak dan ibu dapat beristirahat dengan tenang di dalamnya." Semula pasangan itu agak enggan untuk menerima tawaran ini, namun kembali sang penerima tamu ini berkata, "Jangan khawatirkan di mana saya akan tidur. Saya masih muda dan bisa tidur di mana saja."
Keesokan harinya saat pasangan ini akan pergi, sang pria berujar kepada penerima tamu yang baik hati itu, "Anda seharusnya menjadi bos hotel terhebat di Amerika. Mungkin suatu hari nanti saya akan membangun sebuah hotel untuk Anda." Sang penerima tamu ini hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dua tahun kemudian, penerima tamu ini menerima sepucuk surat berikut sebuah tiket untuk berangkat ke kota New York. Pengirim surat tersebut adalah pria tua tersebut. Penerima tamu ini pun berangkat. Ia dijemput oleh sepasang orang tua yang pernah ditolongnya itu. Mereka kemudian menuju ke sebuah perempatan jalan besar. "Itu," kata si pria tua sambil menunjuk ke sebuah gedung besar, "adalah sebuah hotel yang saya bangun khusus untuk Anda kelola." "Anda pasti bergurau," kata sang penerima tamu. "Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata si pria tua ini sambil tersenyum. Nama pria tua itu adalah William Waldorf Astor dan gedung besar itu adalah Waldorf – Astoria hotel yang pertama. Dan penerima tamu yang baik hati itu adalah George C. Boldt, manager pertama hotel itu. Cerita di atas kerap membuat saya "merinding". Betapa tidak, sebuah perubahan besar terjadi hanya karena hati yang mau melayani. Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Martin Luther King, Jr, "Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang digerakkan oleh kasih." Tapi, benarkah kalau sikap yang mau melayani dapat membawa kita pada kesuksesan hidup? Suatu hari, saat berada di sebuah bank saya membaca sebuah tulisan di meja petugas customer service: Rule #1: If we don't take care of our customers, someone else will. Tulisan tersebut seakan menjadi pengingat baginya betapa pentingnya melayani nasabah. Tanyakan kepada banyak perusahaan besar, apa kunci prestasi mereka sehingga perusahaan mereka bisa bertahan di tengah maraknya persaingan bahkan terus bertumbuh. Saya sendiri berani memastikan bahwa salah satu kunci terpenting adalah kesediaan untuk melayani pelanggan. Tidak heran jika tema "kepuasan pelanggan" menjadi begitu penting dalam beberapa tahun terakhir ini. Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya. Sebenarnya paradigma melayani bukanlah sesuatu yang baru. Lebih dari 2.000 tahun silam, seorang guru spiritual telah mengajarkan bahkan mempraktekkan hal yang sama. Dengan jelas Ia mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menjadi terbesar harus mau menjadi pelayan. "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani," katanya kepada para muridnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani?

Pertama
Pandanglah pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk memuliakan nama Sang Pemberi Hidup.


Kedua
Pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup Anda akan jauh lebih bermakna. Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, "Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan."
Ketiga
Sadarilah bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai. Jika kita selalu melakukan yang terbaik, kita pasti akan menerima upahnya. Begitu pun sebaliknya! Sayangnya, para karyawan sering tidak menyadari kalau para pelangganlah yang menggaji mereka, bukan sang pemilik atau pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya mereka kerap mengabaikan suara dan keluhan pelanggan. Padahal jika pelanggan diperlakukan dengan baik, semua akan menuai keuntungannya. Selamat melayani!

Guncangkanlah Masalahmu

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh kedalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah kedalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badan-nya agar tanah yang enimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas
punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah ! (never give up !)


Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :
1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit
6. Tersenyumlah

GUNCANGKANLAH !!!!
"Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk,
inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini !"

Ingat Mati Tapi Lupa Diri

Sebuah hadist Qudsi yang cukup, panjang menggelitik hati kita, Sangat baik kita simak.

Aku (Allah) heran terhadap orang yang yakin akan datangnya kematian tetapi ia masih membanggakan diri ?

Aku heran terhadap orang yang yakin dengan hari perhitungan (hisab), kenapa ia masih sibuk menimbun harta benda?

Aku heran terhadap orang yang yakin akan masuk pintu kubur, kenapa mereka masih tertawa terbahak‑bahak?

Aku heran terhadap orang yang yakin terhadap hari akhirat, kenapa mereka masih bersenang‑senang dan lalai tidak beramal?

Aku heran terhadap orang yang yakin akan lenyapnya dunia ini, kenapa dia masih menambatkan hati kepadanya?

Aku heran terhadap orang alim yang pintar bicara tetapi bodoh dalam paham pengertian.

Aku heran terhadap orang yang sibuk menyelidiki aib orang lain, tetapi lupa cacat/cela dirinya sendiri.

Aku heran terhadap orang yang tahu bahwa Allah memperhatikan tingkah lakunya, mengapa ia masih durhaka kepada Allah?

Aku heran terhadap orang yang mengerti bahwa ia akan mati sendirian dan masuk kubur sendirian, kenapa ia masih asyik bersenda gurau dengan orang banyak?

Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, Muhammad itu benar‑benar hamba‑Ku dan rasulKu

Diakui atau tidak, banyak orang yang tidak sempat mengadakan perenungan. Dengan kesibukan yang padat, rasanya sulit mencari waktu yang tepat untuk berpikir mendalam. Hari‑hari hanya diisi dengan kerja dan kerja. Semua waktu habis sekadar untuk mencari nafkah. Kesibukan seperti ini sudah menjadi ciri atau malah menjadi bagian dari kehidupan modern.

Malam hari yang semestinya waktu paling cocok untuk melakukan perenungan ternyata juga tersita untuk sekedar urusan dunia. Malam, utamanya dikota‑kota besar tidak lagi ada bedanya dengan siang, Tetap ramai, tetap sibuk. Lampu‑lampu kota kini telah menjadi ‘pengganti’ matahari. Malam pun tetap terang benderang, Itulah sebabnya kemudian bermunculan manusia ‘kelelawar’ yang jadwal hidupnya justru terbalik, Di siang hari mereka tidur, malam hari mulai menampakkan tanda‑tanda kehidupannya bekerja. Tentu saja hal ini menyalahi sunnah, menyelisih fitrah.

Firman Allah,”Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (QS Al‑Furdan 47 ).
Karena manusia sudah merasa tidak lagi cukup waktunya untuk mencari kehidupan di siang hari saja, maka malam harinya mereka gunakan juga untuk bekerja. Akibatnya jam istirahat berkurang. Apalagi jam untuk tafakkur, mengadakan perenungan, muhasabah (menghitung diri), muroqobah (mendekatkan diri pada Allah), hampir tiada lagi sama sekali. Jangankan shalat malam, sedang shalat Isya saja dikerjakan sambil ngantuk, pikirannya masih tertuju pada lain yang sifatnya keduniaan. Apalagi disaat shalat, TV tidak dimatikan, sebab anak istri sedang menonton, Bagaimana bisa khusyu’ sedang ingat bacaannya sudah kesulitan. Terlebih kini semakin banyak saja acara yang menarik, yang melalaikan manusia dari memikirkan arti hidupnya sendiri. Semestinya sebelum pergi tidur diluangkan waktu sejenak untuk berzikir. Kalau bisa, shalat dua rakaat. Kalau masih bisa, baca Al Qur’an minimal tiga surat terakhir atau tiga Qul, yaitu Qul Huwallahu ahad, Qul a'udzubirabbil falaq, dan Qul a'udzu birabbinnas, lalu ditutup dengan do'a tidur. Tapi alangkah banyaknya orang yang pergi tidur tanpa sengaja. Sambil menonton TV keterusan. Lupa berzikir, lupa shalat, lupa berdo’a ataupun mengadakan perenungan. Malah mengatur posisi tidurnya saja tidak sempat untuk bangun tengah malam apalagi.

Kurangnya mengadakan perenungan berakibat sangat fatal, Manusia tak lagi mengerti untuk apa mereka bekerja. Mereka bekerja sekedar untuk mencari harta. Setelah harta didapat digunakan sekenanya. Tidak ada waktu lagi untuk berfikir, darimana harta didapat.
Tidak ada kesempatan untuk merenung, apakah yang lain juga mendapat, Tak juga sempat menilai, halal atau haram pendapatannya dan sebaliknya digunakan untuk apa saja itu semua. Dalam benaknya hanya ada satu pikiran, pokoknya saya dapat. Mestinya berfikir, darimana didapat, dan kemana dibelanjakan. Orang yang sudah pada taraf seperti ini hidupnya hanyalah sekedar untuk memenuhi hidup. Mereka bekerja, berjuang, berkorban, berdamai dan berperang, hanya untuk hidup, bahkan mereka mempertaruhkan hidupnya sekedar untuk hidup.

Mereka ini disindir Allah dalam firman‑Nya ”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat‑ayat Allah. Mereka mempunyai mata, tetapi tidak dimanfaatkan untuk melihat tanda‑tanda kebesaran Allah, mereka mempunyai telinga, tapi tidak dipakai untuk mendengar ayat‑ayat Allah. Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi, Mereka itulah orang‑orang yang lalai,” (QS Al A’raaf: 179 ).

Telinga mereka berlubang dan bisa mendengar, tapi tidak mau mendengarkan nasehat, anjuran, perintah dan larangan Dzat yang menciptakan telinga. Inilah yang disebut telinga pasif oleh Allah. Bukan berarti telinga ini tak aktif terhadap yang lain. Begitu musik disetel, nyanyian diperdengarkan, fitnah digunjingkan, telinga itu menjadi normal kembali, Mata mereka juga melek, tapi untuk membaca kalimat Allah mata itu menjadi rabun, malah buta sama sekali, Berbeda bila melihat lenggak lenggok artis, baik di pentas terbuka maupun di layar televisi, mata itu tiba‑tiba jernih, sejernih kaca TV. Mereka juga punya hati, tapi sekedar gumpalan daging yang terbalut rongga dada, Hati yang
berupa qolb tak lagi mereka punyai, paling tidak sudah lama tak terpakai. Usang, sulit dicari. Jika harus diaktifkan, masih perlu dibersihkan, diservis, bahkan mungkin dibongkar pasang dulu.

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” kata Allah dalam surah Al –israa’ 36.
Sebelum hari pertanggungjawaban itu, sebaiknya kita memanfaatkanya untuk merenung, adakah ketiga‑tiganya sudah berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh Yang Menciptakan? Atau kita masih beralasan, belum ada waktu untuk merenungkan?

Hadist Qudsi di atas adalah ajakan kepada kita untuk merenungkan sejenak arti hidup kita di dunia ini. Jelas sekali bahwa Allah tidak heran kepada manusia, sebab Dia sendiri yang menciptakan, Redaksi hadist ini dibuat sedemikian rupa, agar lebih komunikatif, agar mudah dicerna dan difahami. Lebih penting lagi, agar mudah menyentuh hati. Soal sentuh menyentuh hati ini bukan perkara sederhana, apalagi untuk ukuran sekarang ini. Bukan Mayat Berjalan orang hidup yang lupa mempersiapkan untuk hari esok, disindir oleh Nabi Muhammad Saw seperti mayat hidup yang sedang berjalan. Artinya, fisiknya hidup, tetapi hatinya telah mati.

Orang yang hatinya mati, bisa kita lihat dari berbagai tanda, Misalnya, mereka tidak peduli ada peringatan Allah atau tidak, Mereka tenang saja melenggang bahkan berjalan dengan sombong di muka bumi. Seolah dia akan bisa hidup selamanya, Orang yang hatinya mati, sering kali tidak bergetar mendengar nama Allah disebut, dan tidak bergeming meski dibacakan ayat‑ayat Allah. Baginya semua itu seperti tidak ada kaitan sama sekali dengan masa depan, yaitu masa depan yang begitu abadi. Orang yang hatinya mati, tidak pernah merasa bersalah meski tiap hari melanggar aturan Allah. Dia mengira tak ada orang lain yang tahu, dan dikiranya Allah tidak melihatnya. Jika berbuat maksiat, ukurannya hanya dirinya dan orang lain. Sepanjang dirinya suka, dan orang lain tidak melihatnya, dengan serta merta melakukannya. Dan masih banyak lagi tanda‑tanda orang yang hatinya telah mati. Maka kita hendaknya selalu ingat bahwa diri kita ini bukan mayat sedang berjalan, kita ini memang benar‑benar hidup sehingga harus mengisi lintasan kehidupan ini dengan penuh perhitungan matang. Kita dengan sadar melangkahkan kaki ke tujuan yang baik, Dengan sadar mengayunkan tangan ke arah yang benar. Kita buka tutup lisan kita dengan kalimat yang baik, benar, dan menyenangkan.

Orang yang jiwanya hidup, perilakunya terkontrol. Hidupnya dinamis, dan dia mempunyai standar dalam mengukur dirinya, Jika merasa salah, maka segera minta ampun, dan jika dirasakan benar, tidak menyombongkan diri. Tidak ada kata terlambat untuk mengubah arah jarum jam kehidupan ini, Kalau selama ini dirasakan arahnya salah, maka segera putar dengan penuh kesadaran ke arah yang benar. Niat dan tekad mendalam untuk menjadi manusia baik hendaknya selalu ditumbuhkan setiap kali bangun tidur. Dan meminta ampun dari segala salah dan khilaf disaat akan tidur. Bisakah?

7 Hal Penting

Kita terbiasa meletakkan niat untuk melakukan yang terbaik pada hari ini. Tetapi dalam kenyataannya, apa yang kita angan‑angankan acap kali tidak bisa diwujudkan. Maka, sesal dan kecewa pada diri sendiri pun terjadi, Perasaan seperti ini bagus, Itu pertanda bahwa kita bersungguh‑sungguh dalam niat.

Di bagian lain, ada manusia yang sama sekali tidak memiliki niat untuk melakukan kebaikan sehingga tidak pernah tergambar hari ini mau melakukan apa. Dan karena demikian, dirinya tidak pernah menyesal meski dalam perjalanan hidupnya tidak banyak menyentuh hal‑hal yang diridhoi Allah. Justru sebaliknya, merasa tidak bersalah melakukan perbuatan dosa. Hatinya sudah terbiasa dengan semua itu. Baginya, perbuatan dosa adalah kebiasaan rutin yang jika tidak dilakukan merasa kehilangan teman, atau akan terkucil dari kelompoknya, Akhirnya, semakin lama semakin "dalam" pelanggaran yang dilakukan.

Bagi yang beriman kepada Allah berlaku sebaliknya. Setiap saat selalu memulai aktivitasnya dengan kesadaran bahwa ketika akan melakukan sesuatu “dihiasi” dengan niat mencari ridho Allah, Ketika akan tidur, bangun tidur, akan bekerja, berangkat sekolah, akan shalat, dan perbuatan lain selalu dilakukan penuh kesadaran bahwa semua itu untuk kecintaan Allah. Tidak hanya itu, setiap saat dia selalu “mencanangkan” untuk melaksanakan amal sholeh sehingga mendapat keutamaan dari niatnya itu. Bagaimana kalau kita tidak mampu melakukan niat kita yang baik? Jangan putus asa, lakukan altematif lain sebagai “penebus” atas kekhilafan dalam mewujudkan niat tadi.

Ada seorang sahabat Rasulullah Saw yang memberi nasehat kepada kita. Dia berkata: Siapa yang tidak sanggup mengerjakan tujuh hal, hendaknya lakukan tujuh macam untuk mencapai pahala dari tujuh hal yang tidak bisa dikerjakan tersebut.

1. Siapa yang ingin pahala shalat malam sedang ia ketiduran, jangan berbuat maksiat (dosa) pada siang harinya. Tentu, maksiat yang dimaksud di sini dalam arti luas, mulai dari maksiat mata, telinga, dan lisan, ada juga maksiat hati. Kita sadar, keutamaan shalat malam begitu besar. Allah berjanji akan mengangkat orang yang istiqomah shalat malam ke derajat mulia. Biasanya, orang yang shalat malam dilanjut dengan dzikir dan baca Qur'an secara tartil di malam hari. Kebiasaan itu dapat melahirkan ketenangan jiwa, tawadhu' (rendah hati), dan perilakunya terkontrol karena merasa "diikat" oleh nila‑nilai shalatnya. Tetapi dalam kenyataan, kita sering lengah melakukan shalat malam. Mungkin karena capek, mengantuk, atau faktor lain, Untuk menghindari hal itu, ada alternatif lain yang bisa kita lakukan. Umar bin Khottob biasa setelah shalat Isya' langsung disambung dengan shalat malam, Hal itu dilakukan untuk menghindari terjadinya kelengahan. Sedang Imam AI‑Gozali lain, kalau malam tidak sempat shalat malam, maka diganti pagi harinya.
Ini merupakan pekerjaan berat, bagi setiap kita perlu membiasakan diri agar menjadi pribadi bersih dan kaya akan nilai‑nilai kebenaran agama. Dan salah satu dari fungsi shalat adalah mencegah perbuatan keji dan munkar, sehingga dengan tidak melakukan perbuatan maksiat, berarti pesan yang ingin dicapai dari shalat malam sudah terpenuhi.

2. Siapa yang ingin mendapat pahala orang puasa sunah padahal dia tidak puasa, maka hendaknya menjaga lidahnya. Puasa wajib atau sunah memiliki arti menahan diri. Yaitu menahan untuk tidak melakukan dosa dari seluruh tubuh kita. Salah satunya adalah menahan diri dari berkata‑kata yang tidak benar: gibah, buka aib, ngrasani orang, berbohong, sumpah palsu, ingkar janji, dan seterusnya. Orang puasa terbiasa untuk tidak mengeluarkan ucapan yang penuh dengan kebohongan dan dosa. Setiap kata yang akan dikeluarkan dari lisannya terlebih dahulu “dikunyah” sarnpai lembut setelah itu baru dikeluarkan sehingga tidak kasar jika masuk ke telinga orang lain. Setiap kata yang hendak diucapkan ditimbang dulu sehingga tidak terasa berat sebelah di hati orang. Kata‑kata hendaknya dirasakan dulu sebelum dikeluarkan sehingga kalau terasa tidak enak di lidah, diludahkan di tempat yang tepat, Kita hati‑hati dengan lisan. “Salamatul insan fii hifdzil lisan”. Artinya, keselamatan manusia terletak pada kemampuannya mengendalikan lisannya, Rasulullah bersabda, “Amuslimu man salimal muslimuna min lisanihi wayadihi” Artinya, yang disebut orang muslim adalah mereka yang orang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Lisan yang penuh kedamaian, lisan yang sarat nasehat, lisan yang kaya kata bermakna, dimiliki oleh orang yang rajin berpuasa. Maka, kalau kita tidak puasa sunnah, hendaknya menjaga lisannya siang hari sebagai penebus atas puasa sunnah yang tidak bisa dilakukan.

3. Siapa yang ingin kelebihan para ulama, maka hendaklah suka berpikir. Berpikir itu akan melahirkan kecerdasan dan pemahaman, Berpikirlah secara bebas, jangan takut salah, “Tafakkaru fii kulli syaiin wala tafakkaru fii dzatillah” Artinya, Berpikirlah tentang segala sesuatu dan jangan berfikir tentang zat Allah. Jadi, yang tidak boleh dipikir hanyalah zat Allah. Sebab sehebat apapun otak manusia, tidak akan mampu berfikir tentang zat Allah SWT. Jadi, agama memberi kebebasan otak kita untuk “menembus” alam semesta ini dengan berpikir keras. Orang yang membiasakan berpikir segala sesuatu di sana akan menemukan Allah. Betapa tidak, melihat keindahan alam, pantai, gunung, dan sebagainya hatinya akan kagum dan lebih kagum lagi kepada penciptanya. Orang yang ingin menemukan Allah hendaknya membiasakan diri dengan berpikir yang lebih jauh lagi. Coba lihat diri sendiri, di sana ada kekuasaan Allah yang maha dahsyat. Betapa tidak, Allah menciptakan kita sedemikan sempurna. Dari kebiasaan berpikir itulah akan sampai kepada satu kata :”Allahu akbar.”

4. Siapa yang ingin pahala orang berjihad, sedang dia duduk di rumahnya, maka hendaklah berjihad melawan syetan. Dalam Islam, jihad mendapat tempat istimewa, Kalau mereka ditakdirkan meninggal dalam peperangan, maka mati syahid dan tidak ada balasan lain kecuali surga. Maka ketika zaman Rasulullah jihad selalu disambut gegap gempita. Tetapi, kalau kita sekarang tidak kuasa melakukan jihad seperti di jaman Rasulullah yang jamannya sudah berubah ini, alternatifnya adalah kita melakukan jihad melawan syetan. Jihad seperti ini menurut Rasulullah termasuk jihad besar, karena melawan syetan pada setiap diri sifatnya permanen, berat, dan selalu berubah‑ubah. Maka, kita jangan anggap enteng orang yang “memerangi” nafsunya sebab perjuangan ini mernbutuhkan energi yang sangat banyak dan terus menerus.

5. Siapa yang ingin mendapat pahala sedekah, padahal ia tidak dapat, maka hendaknya mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dia dengar dari ilmu.

6. Siapa yang ingin mendapat pahala haji sedang ia tidak kuasa maka hendaklah melazimi sembahyang Jum'at.

7. Siapa yang ingin mencapai fadhilah orang ahli ibadat, maka hendaklah memperbaiki persengketaan orang dan jangan menimbulkan persengketaan di antara mereka.

Aku adalah aku, aku adalah Aku

Perkenankan hamba yang hina ini besesorah tentang tasawuf. Hanya sedikit sekali yang aku ketahui tentang Aku yang sejati, seperti pengetahuan yang diberikan tentang ruh yang hanya sedikit. Aku tak pernah bersatu dengan aku, karena Aku adalah air, sedangkan aku adalah gula. Aku tak pernah bersatu dengan aku, karena Aku adalah listrik, sedangkan aku hanyalah kabel.
Air tanpa gula bukanlah air gula. Kabel tanpa listrik tak akan memberi manfaat bagi alam semesta ini. Bukankah aku kalifah-Mu di alam semesta ini. Sinergi tidak menyatu, tetapi Aku selalu beserta aku. Aku ada maka aku tiada. aku ada maka Aku tiada. "Bukan kau Muhammad, yang memukul/memegang/ memanah, tetapi Aku.".Kadang aku sibuk berfikir, dan tiada rumus " Apabila kau berfikir tentang-Ku, maka Aku akan berfikir tentangmu." tetapi yang ada adalah "Apabila kau berzikir pada-Ku, maka Aku akan berzikir padamu."

Seringkali anak adam ini merindukan akan Allah, tetapi yang dilupakan adalah mensucikan hatinya. Hati adalah singgasana Allah di muka bumi, hati adalah bejana zat Allah dimuka bumi. Sibuk berfikir tak akan membersihkan hati, sibuk bercakap, berargumentasi justru mengeraskan hati.

Allah bukanlah kisah bersambung, karena Beliau adalah Yang Maha Ada, tak perlu banyak mendengar, bercakap, berargumentasi dengan sesama manusia, karena itu akan menyuburkan khayal didalam otak kita. "Tidak akan menampung zat-Ku antara langit dan bumi, kecuali hati hamba-Ku yang suci/lunak/tenang."Carilah wasilah (canel/frekwensi, bukan perantara), carilah Guru Mursyid (yang bukan hanya menunjukkan adanya Allah, tetapi yang mampu menuntun ke-hadirat Allah, seperti Jibril menuntun Muhammad SAW) dan carilah Tarekat(jalan/cara/metode untuk menghampiri Allah, kalau jalan /cara/metode tidak benar, mustahil akan berjumpa dengan Maha Pencipta).

Bersihkan hati, sucikan hati, lunakkan hati dengan metode (tarekat) yang diajarkan oleh Allah (yang benar)melalui Jibril (Guru Mursyid), sehingga mendapatkan canel/frekwensi (wasilah) untuk berkomunikasi /bersinergi dengan Allah SWT.Memang Jibril hanya turun untuk Nabi Muhammad SAW, lalu bagaimana dengan para sahabat? Mereka ber-Mursyid pada Rasulullah. lalu bagaimana kita? Carilah ulama warasatul anbiya, yang sesungguhnya. salah satu cirinya adalah "disembunyikan Allah di tempat yang terang". Beliau tidak dikenal sebagai penghulu agama, kyai, ustadz, ataupun menteri agama. Karena sudah kehendak Allah, Beliau disembunyikan dari mata kepala manusia, tetapi tidak bagi hamba Allah yang sedang ber-jihad melawan nafsunya. Karena Cahaya diatas Cahaya akan menuntun mata hati hamba yang mencari ridho-nya.

Be The Best

Di dalam masyarakat terutama di negara berkembang, banyak sekali masyarakatnya yang terjangkit penyakit mitos - mitos yang menyesatkan. Di antara mitos itu adalah: mitos pendidikan, 'saya tidak bisa sukses karena pendidikan saya rendah'. Mitos nasib, 'biar berjuang bagaimanapun, saya tidak mungkin sukses karena nasib saya memang sudah begini dari sononya'. Mitos kesehatan, merasa diri tidak kuat secara fisik. Mitos usia, 'ini pekerjaan untuk anak muda, saya terlalu tua untuk pekerjaan ini'. Mitos gender, 'jelas aja bisa, dia kan perempuan sayakan pria' atau sebaliknya. Mitos shio, 'dia shio macan memang bisa sukses, saya kan shio babi' dan lain sebagainya. Dan penyakit mitos - mitos lainnya. Jika mitos - mitos itu telah dijadikan pedoman hidup, maka nasib kita akan sulit berubah. Sikap mental negatif seperti di atas, jelas merupakan pengertian yang salah. Apalagi jika sudah masuk ke alam bawah sadar kita, maka akan membawa dampak sangat negatif dalam kehidupan kita secara menyeluruh. Membuat kita kalah dan gagal sebelum berjuang!!! Dalam memasuki dunia bisnis, ada dua mitos yang berpengaruh paling besar, yaitu masalah modal dan pendidikan. Saya justru tidak memiliki keduanya saat memulai usaha dulu. Yang saya miliki hanyalah ide membuat kartu kata - kata mutiara dan keberanian untuk mencoba. Saya memiliki kemampuan kungfu, dan potensi diri itulah yang saya manfaatkan. Saya mengajar kungfu secara privat untuk mendapatkan modal awal. Jadi saya berangkat tanpa modal, tanpa uang, tanpa pendidikan formal yang memadai, tapi mana yang mendahului usaha saya? Ide! Dan keyakinan bahwa saya bisa sukses, saya berhak untuk sukses! Dengan pemahaman itu, muncul keberanian untuk mencoba. Dari penolakan-penolakan dan melalui proses perjuangan yang luar biasa ulet, ulet, dan ulet, usaha itu baru bisa berkembang baik. Kegagalan dan penolakan adalah konsekuensi dari setiap keputusan yang kita ambil. Kita hanya punya dua pilihan, berhasil atau gagal. Kuncinya dalah action dan mental yang positif. Sebab kedua pilihan itu bisa jadi 'benar' karena di balik setiap kegagalan terdapat proses pendidikan, sebuah pelajaran untuk kita berbuat dan bertindak lebih bijak di kemudian hari. Seperti kata - kata mutiara yang sering saya ucapkan: "Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, tetapi dari proses perjuangannya". Jika itu disadari oleh semua orang, maka tidak ada lagi yang namanya larut dalam frustasi, kecewa, depresi, apatis, kehilangan motivasi, apalagi putus asa. TETAP MENJADI YANG TERBAIK. Memang bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Perlu motivasi yang kuat, komitmen pada tujuan, serta melewati proses latihan dalam praktek kehidupan yang nyata. Sebagai manusia yang mengerti, menyadari, dan dapat berpikir jernih, maka kita harus bisa dan berani menentukan sikap dengan segenap tenaga, waktu, dan pikiran untuk tetap mengembangkan diri semaksimal mungkin. Ilmu untuk memelihara motivasi diri bisa dipelajari oleh siapa pun. Salah satu latihan yang paling mudah untuk menguatkan diri sendiri adalah melakukan self talk. Kita gali potensi - potensi positif dalam diri kita dengan melakkukan dialog dengan diri kita sendiri. Yakinkan bahwa diri kita memiliki kemapuan untuk sukses. Jika orang lain bisa sukses, kita pun mempunyai hak untuk sukses sama seperti mereka. Keyakinan kepada Tuhan, serta doa dan praktek dalam kehidupan ini merupakan upaya yang mampu memberikan kekuatan motivasi diri yang luar biasa. Sikap mental lain yan perlu kita pelihara adalah menyadari bahwa sukses yang kita raih bukan hanya sekedar mengandalkan diri sendiri, selalu ada andil orang lain di dalamnya. Rendah hati adalah kata kuncinya, tetapi sebaliknya, tidak rendah diri pada saat mengalami kegagalan. Dengan demikian tidak hanya semakin dewasa dalam mengarungi kehidupan ini, yang pasti kualitas kehidupan kita akan semakin baik, semakin sukses, yang pada akhirnya akan bermanfaat pula bagi orang lain. PASTIKAN menjadi yang terbaik !!! BE THE BEST!!!!

Dua Keinginan

Di keheningan malam, Sang Maut turun dari hadirat Tuhan menuju ke bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan sang lelap.

Ketika rembulan tersungkur kaki langit, dan kota itu berubah warna menjadi hitam legam, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di tengah pemukiman -- berhati-hati tidak menyentuh apapun -- sampai tiba di sebuah istana. Dia masuk dan tak seorang pun kuasa menghalangi. Dia tegak di sisi sebuah ranjang dan menyentuh pelupuk matanya, dan orang yang tidur itu bangun dengan ketakutan.

Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan, "Menyingkirlah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini? Dan bagaimana mungkin kau masuk istana ini? Apa yang kau inginkan? Minggatlah, karena akulah empunya rumah ini. Enyahlah kamu, kalau tidak,kupanggil para budak dan para pengawal untuk mencincangmu menjadi kepingan!"Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan, "Akulah kematian, berdiri dan membungkuklah kepadaku."Dan si kaya berkuasa itu bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika pekerjaanku belum selesai?Apa yang kau inginkan dari orang kuat seperti aku? Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri oleh taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis, dan mataku bergetar menatap sayap-sayapmu yang menjijikan dan tubuhmu yang memuakkan."

Setelah diam beberapa saat dan tersadar dari ketakutannya, ia menambahkan, "Tidak, tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, karena rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya terlarang. Maka ambillah emasku seperlunya atau nyawa salah seorang dari budak, dan tinggalkanlah diriku... Aku masih memperhitungkan kehidupan yang masih belum terpenuhi dan kekayaan pada orang-orang yang belum terkuasai. Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan, dan pada hasil bumi yang belum tersimpan. Ambillah olehmu barang yang kau inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya selir, cantik bagai pagi hari, untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya seorang putra tunggal yang kusayangi, dialah biji mataku. Ambillah dia juga, tapi tinggalkan diriku sendirian."

Sang Maut itu menggeram, engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak tahu diri. Kemudian Maut mengambil tangan orang itu, mencabut kehidupannya, dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk memeriksanya.Dan maut berjalan perlahan di antara orang-orang miskin hingga ia mencapai rumah paling kumuh yang ia temukan. Ia masuk dan mendekati ranjang di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di sampingnya, ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku di sini, wahai Sang Maut yang cantik. Sambutlah ruhku, impianku yang mengejawantah dan hakikat harapanku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena kau sangat penyayang dan tak kan meninggalkan diriku di sini. aulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran. Jangan tinggalkan daku.""Aku telah memanggilmu berulang kali, namun kau tak mendengarkan. Tapi kini kau telah mendengarku, karena itu jangan kecewakan cintaku dengan peng-elakan diri.Peluklah ruhku, Sang Maut terkasih." Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruhnya di bawah sayap-sayapnya. Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- ke dunia -- dan dalam bisikan ia berkata, "Hanya mereka yang di dunia mencari Keabadian-lah yang sampai ke Keabadian itu."

Hidup Ini Hanya 3 Hari

Yang pertama: Hari kemarin. (PAST)
Anda tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan; dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin. Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja...

Yang kedua: Hari esok. (FUTURE)
Hingga mentari esok hari terbit,Anda tak tahu apa yang akan terjadi.Anda tak bisa melakukan apa-apa esok hari.Anda tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.Esok hari belum tiba; biarkan saja...

Yang tersisa kini hanyalah : Hari ini. (PRESENT)
Pintu masa lalu telah tertutup;Pintu masa depan pun belum tiba.Pusatkan saja diri anda untuk hari ini.Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari.Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.Hiduplah apa adanya.Karena yang ada hanyalah hari ini; hari ini yang abadi.

Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat, meski mereka berlaku buruk pada anda.

Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena mungkin besok cerita sudah berganti.Ingatlah bahwa anda menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri anda sendiri.

Jadi teman, jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan SEKARANG juga!!!!!!

The day will come when you will review your life and be thankful for every minute of it. Every hurt,every sorrow, every joy, every celebration, every moment of your life will be a treasure. This is why today is called a PRESENT

Success is not the key of happiness. Happiness is the key of success.

Rahasia Kecil Kebahagiaan

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain.
Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan.Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain.Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka.Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda.Mengapa bebek disebut "bodoh"? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda.

Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda.Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu.
Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong.Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi.Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu.

Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".
Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia.

Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku.Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanyamenginginkan mereka bukan sebagaimana adanya.Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama.Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?
Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup.Hati laksana pintu sebuah rumah.

Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.
Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang tidak prinsipiil.
Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya.Rasakan apa yang dikatakannya

Belajar Dari Air

Waktu demi waktu terus berlalu. Masa dan tempat semakin membuat si air terlena. Suatu hari ia bersua dengan minyak. Alangkah terkejutnya air melihat perilaku dan keluesan minyak. Kedudukan minyak mulai mengusik keberadaan air. Awalnya, hal ini tidak digubris oleh air. Tapi, lama-kelamaan cukup mengganggu integritasnya. Simpel saja, si minyak senantiasa berada di atas permukaan dirinya.Dengan malu-malu, sambil berbisik-bisik, sang air menanyakan kepada minyak. "Mengapa engkau senantiasa ada di atas saya, wahai minyak?"Dengan penuh kearifan, sang minyak mengatakan, "Duhai, sang air. Perhatikan diri Hamba Allah yang lemah ini. Terbentuknya saya yang lemah ini karena senantiasa berada dalam tempaan demi tempaan. Ratusan juta hingga milyaran tahun yang lampau, kita pernah hidup berdampingan. Ingatkah engkau masa-masa Adam tersebut? Pasti engkau ingat. Saya terkubur di kedalaman yang tiada terkira dalamnya hingga masa yang panjang tak dapat diukur.""Kini, engkau tahu. Betapa kemuliaan ini bisa teraih, tidak datang begitu saja. Karunia ini turun, karena saya telah lulus pada masa-masa yang sangat sulit untuk dibayangkan pada masa sekarang.""Engkau lihat kini keadaan saya. Saya bisa menghadirkan terang, tatkala kegelapan datang. Setiap insan mencari-cari saya untuk bahan bakar api yang mereka rancang.""Di dunia akhir zaman ini, betapa keadaan saya demikian dicari-carinya. Kedudukan saya yang sedemikian rupa ini, saya rasa, engkau sudah bisa memahaminya lebih jauh lagi.""Aduhai air. Berbagai unsur zarah yang membentuk kita ini, sebenarnya janganlah membuat diri kita lalai. Fastaqul khairat. Maka, engkau akan mengetahui, siapakah yang paling mulia di mata dan di sisi Tuhan kita, Allah subhaanaHu wa ta'aalaa." Sang air akhirnya mengerti.

Harimu Adalah Hari Ini

Jika datang pagi maka janganlah menunggu tibanya sore. Pada hari ini Anda hidup, bukan di hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan kejelekannya, dan bukan pula hari esok yang belum tentu datang. Hari ini dengan mataharinya yang menyinari Anda, adalah hari Anda. Umur Anda hanya sehari. Karena itu anggaplah rentang kehidupan Anda adalah hari ini saja, seakan-akan Anda dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini juga. Saat itulah Anda hidup, jangan tersangkut dengan gumpalan masa lalu dengan segala keresahan dan kesusahannya, dan jangan pula terikat dengan ketidakpastian-ketidakpastian di masa yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan serta gelombang yang sangat mengerikan. Hanya untuk hari sajalah seharusnya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras.Pada hari ini Anda harus mempersembahkan kualitas shalat yang khusyu', bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian pada jiwa dan raga, serta bersikap sosial terhadap sesama.Hanya untuk hari ini saja, saat mana Anda hidup. Oleh karena itu, Anda harus benar-benar membagi setiap jamnya. Anggaplah setiap menitnya sebagai hitungan tahun, dan setiap detiknya sebagai hitungan bulan, saat-saat dimana Anda bisa menanam kebaikan dan mempersembahkan sesuatu yang indah. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan nanti, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki yang Anda dapatkan hari ini dengan penuh keridhaan: Istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan posisi Anda."Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS Al-A'raf: 144)Jalanilah hidup Anda hari ini dengan tanpa kesedihan dan guncangan jiwa, tanpa rasa tidak menerima dan keirian, dan tanpa kedengkian.Satu hal yang harus Anda lakukan adalah menuliskan pada dinding hati Anda suatu kalimat (yang juga harus Anda tuliskan dia atas meja Anda): "Harimu adalah hari ini". Jika Anda makan nasi hangat hari ini, maka apakah nasi yang Anda makan kemarin atau nasi besok hari yang belum jadi akan berdampak negatif terhadap diri Anda?Jika Anda bisa minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin? Atau, mengapa malah mengharapkan air yang hambar dan panas yang akan datang esok hari?Jika Anda jujur terhadap diri Anda sendiri maka dengan kemauan keras, Anda akan bisa menundukkan jiwa Anda pada teori ini : "Saya tidak akan pernah hidup kecuali hari ini." Oleh karena itu, manfaatkanlah hari ini, setiap detiknya, untuk membangun kepribadian, untuk mengembangkan semua potensi yang ada, dan untuk membersihkan amalan Anda.Katakanlah: "Hari ini saya akan mengatakan yang baik-baik saja. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata-kata kotor dan menjijikkan, tidak akan pernah mencela dan mengghibah. Hari ini saya akan menertibkan rumah dan kantor, agar tidak semrawut dan berantakan, agar rapi dan teratur. Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan memperhatikan kebersihan dan penampilan diri. Juga, gaya hidup, keseimbangan cara berjalan, bertutur dan tindak tanduk."Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, melakukan shalat sesempurna mungkin, melakukan shalat-shalat nafilah sebagai bekal untuk diri sendiri, bergelut dengan Al-Qur'an, mengkaji buku-buku yang ada, mencatat hal-hal yang perlu, dan menelaah buku yang bermanfaat.Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan menanam nilai-nilai keutamaan di dalam hati ini dan mencabut pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri: takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kebaikan kepada mereka: menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang kebingungan, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang dalam kesulitan, membantu yang dizhalimi, membantu yang lemah, mengasihi yang menderita, menghormati seorang yang alim, menyayangi anak kecil, dan menghormati yang sepuh.Karena saya hidup untuk hari ini saja maka saya akan hidup untuk mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah bersama mataharimu. Aku tidak akan menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku tercenung sedetikpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi.""Wahai masa depan, yang masih berada dalam keghaiban, aku tidak akan pernah bergelut dengan mimpi-mimpi dan tidak akan pernah menjual diri untuk ilusi. Aku tidakk memburu sesuatu yang belum tentu ada karena esok hari tidak berarti apa-apa, esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan, dan tidak pantas dikenang.""Hari Anda adalah hari ini", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan", kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi. Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil? Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita.
Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga. Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri.
Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi" calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan. Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.
Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitung-kan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini. Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita. Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga.
Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk berletih-letih membina keluarga.
Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan? Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki.
Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun. Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melain-kan sekadar sesuai kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286). Di balik fenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT. Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada. Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?

Kesempatan

Ada 3 tipe manusia melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatah mandarin dikatakan:

Orang yang lemah, menunggu kesempatan.

Orang yang kuat, menciptakan kesempatan.

Orang yang cerdik/bijak, memanfaatkan kesempatan.

Bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang, Bila ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, yah…. Ini memang nasibku.

Tipe kedua : bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara, kreatifitas, koneksitas, dan segenap kemampuannya untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.

Tipe ketiga : bagi orang cerdik/bijak, dia akan memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga, belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali. Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif dan penuh kesiapan.

Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa dengan sabar, waspada, penuh kesiapan menunggu kesempatan tikus keluar dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap mangsanya. Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian proses melakukan 3 hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapi proaktif, penuh kesiapan.

Begitu kesempatan tercipta langsung dimanfaatkan. Kesempatan merupakan salah satu factor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kita bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum datang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan pun, jika kita punya keuletan untuk berusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pasti akan datang. Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Enstein:


IN THE MIDDLE OF DIFFICULLTY LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan. Pastikan dengan segenap kreatifitas, kerja keras, keuletan dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti !!!

Siapa yang Tak Mati

Suatu ketika ada seorang janda yang sangat berduka karena anak satu - satunya mati. Sembari membawa jenasah anaknya, wanita ini menghadap Sang Guru untuk meminta mantra atau ramuan sakti yang bisa menghidupkan kembali anaknya.Sang Guru mengamati bahwa wanita di hadapannya ini tengah tenggelam dalam kesedihan yang sangat mendalam, bahkan sesekali ia meratap histeris. Alih - alih memberinya kata - kata penghiburan atau penjelasan yang dirasa masuk akal, Sang Guru berujar:"Aku akan menghidupkan kembali anakmu, tapi aku membutuhkan sebutir biji lada.""Itu saja syaratnya?" tanya wanita itu dengan keheranan."Oh, ya, biji lada itu harus berasal dari rumah yang anggota penghuninya belum pernah ada yang mati."Dengan "semangat 45", wanita itu langsung beranjak dari tempat itu, hatinya sangat entusias, "Guru ini memang sakti dan baik sekali, dia akan menghidupkan anakku!"Dia mendatangi sebuah rumah, mengetuk pintunya, dan bertanya : "Tolonglah saya. Saya sangat membutuhkan satu butir biji lada. Maukah Anda memberikannya?" "Oh, boleh saja," jawab tuan rumah. "Anda baik sekali Tuan, tapi maaf, apakah anggota rumah ini belum pernah ada yang mati?" "Oh, ada, paman kami meninggal tahun lalu." Wanita itu segera berpamitan karena dia tahu bahwa ini bukan rumah yang tepat untuk meminta biji lada yang dibutuhkannya.Ia mengetuk rumah - rumah berikutnya, semua penghuni rumah dengan senang hati bersedia memberikan biji lada untuknya, tetapi ternyata tak satu pun rumah yang terhindar dari peristiwa kematian sanak saudaranya. "Ayah kami barusan wafat...," "Kakek kami sudah meninggal...," "Ipar kami tewas dalam kecelakaan minggu lalu...," dan sebagainya.Ke mana pun dia pergi, dari gubuk sampai istana, tak satu tempat pun yang memenuhi syarat tidak pernah kehilangan anggotanya. Dia malah terlibat dalam mendengarkan cerita duka orang lain. Berangsur - angsur dia menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam penderitaan ini; tak seorang pun yang terlepas dari penderitaan. Pada penghujung hari, wanita ini kembali menghadap Sang Guru dalam keadaan batin yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia mengucap lirih, "Guru, saya akan menguburkan anak saya." Sang Guru hanya mengangguk seraya tersenyum lembut.Mungkin saja Sang Guru bisa mengerahkan kesaktian dan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi kalau pun bisa demikian, apa hikmahnya? Bukankah anak tersebut suatu hari akan mati lagi juga? Alih - alih berbuat demikian Sang Guru membuat wanita yang tengah berduka itu mengalami pembelajaran langsung dan menyadari suatu kenyataan hidup yang tak terelakkan bagi siapa pun: siapa yang tak mati?Penghiburan sementara belaka bukanlah solusi sejati terhadap peristiwa duka cita mendalam seperti dalam cerita di atas. Penderitaan hanya benar - benar bisa diatasi dengan pengertian yang benar akan dua hal : (1) kenyataan hidup sebagaimana adanya, bukan sebagaimana maunya kita(2) bahwasanya pada dasarnya penderitaan dan kebahagiaan adalah sesuatu yang bersumber dari dalam diri kita sendiri.

Bagaikan Ikan Mencari Lautan

Alkisah ada dua pemuda yang tengah duduk santai di tepi pantai menikmati indahnya lautan diterpa oleh cahaya matahari sore. Tak habis-habisnya dua pemuda tadi memuji warna lautan yang yang amat luas dan biru berkilauan, serta sangat kaya dengan mutiaranya yang amat termasyhur yang selalu dicari-cari manusia, bahkan juga menjadi kebanggaan permaisuri raja.

Rupanya kekaguman dan pujian dua pemuda tentang lautan tadi didengar oleh dua ekor ikan yang lagi berenang ke tepian. “Wah kalau manusia saja jauh-jauh datang ke sini untuk menikmati indahnya lautan, mengapa kita tidak turut melihat seperti apa indahnya lautan itu?” kata seekor ikan kepada temannya. “Ya’ kata manusia tadi lautan juga memiliki mutiara yang sangat indah dan mahal harganya, bahkan jadi kebanggaan permaisuri raja”, sambungnya. Maka dua ekor ikan tadi sepakat untuk meneruskan perjalanan ingin menemukan dan menikmati indahhnya dan luasnya lautan.

Demikianlah dua ekor ikan tadi terus berenang bermil-mil untuk menemukan lautan yang telah dipuji-puji manusia. Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu dan dari bulan ke bulan, bahkan tahunan sampai dua ekor ikan tadi akhirnya mati namun keduanya merasa belum berhasil menemukan lautan.

Mungkinkah nasib kita seperti ikan tadi? Mereka sesungguhnya sudah berada di dalam pelukan lautan yang begitu luas, indah dan nyaman namun keduanya tidak mampu merasakan dan melihatnya. Begitu luas dan lapangnya lautan sehingga dia tidak pernah menolak aliran sungai dari manapun datangnya, entah bersih ataupun kotor airnya. Permukaan airnya ditawarkan pada matahari untuk memproses terjadinya penguapan sehingga tidak lagi asin rasanya, lalu dikirm ke darat melalui angin untuk menyuburkan bumi demi memenuhi kebutuhan manusia.

Begitu luas, indah dan dermawannya lautan, namun ikan tidak mampu melihatnya karena tidak mampu menciptakan jarak imajiner. Ikan-ikan itu sudah dalam pelukan lautan, tetapi sekali lagi mereka tidak memiliki kapasitas intelektual dan hati untuk melihat (syuhud), karena mereka memang bukan manusia yang di dalamnya ditiupkan ruh Illahi serta nalar.

Sebagaimana ikan dan lautan, manusia hidup dalam jagad raya yang demikian luas dan penuh pesona serta selalu menyediakan apa yang kita butuhkan. Masihkan kita bertanya adakah dan dimanakah Tuhan sebagaimana ikan akhirnya mati tanpa menemukan lautan?

Tuhan adalah Sang Pelukis Agung, alam semesta adalah kanvas dan hasil lukisan-Nya. Tuhan adalah Sang Penari Agung, gerak alam raya yang demikian akbar adalah bayangan tarian-Nya. Tuhan maha pengasih, semesta yang begitu mempesona adalah belaian kasih-Nya pada manusia.

Atau mungkin saja manusia bagaikan kelelawar yang tidak bisa terbang siang karena matanya tidak mampu menatap gemerlap cahaya matahari? Atau mungkin matahati kita yang tertutup?. Ketika kita memulai pekerjaan dengan membaca bismillahirrahmanirrahim, pada tahap awal bisa jadi kita maksudkan untuk memohon bimbingan dan ridho-Nya agar yang kita lakukan mendatangkan keberhasilan dan keberkatan. Tetapi jika kita hayati terus lebih mendalam lagi, bisa jadi kita akan sampai pada kesadaran bahwa apa yang kita perbuat atas nama Tuhan, sehingga harus dipertanggungjawabkan pada-Nya. Dan kalau kita masuk dan pasrah lebih dalam lagi pada Allah, kita sadar bahwa kita sesungguhnya tidak memiliki daya dan upaya, bahkan kita tidak memiliki diri sendiri sehingga sesungguhnya kita berbuat dan hidup ini sudah di dalam genggaman dan kekuasaan Allah. Tetapi mungkin sekali kita bagaikan ikan yang selamanya dalam pelukan lautan, tetapi tidak pernah menyadari. Bukankah salah satu sifat Allah adalah Al-Muhit, yang maha melingkupi? Bisakah kita keluar dari pelukan kasih-Nya? Allah berfirman: kemanapun kau pergi dan memalingkan muka, tak ada yang kamu tatap kecuali wajah Allah.

Berapa Lama Kita di Kubur

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan Menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim Sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi,
sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya. Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan

"Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905:20-01-1965"
"Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk neneknya...

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah." Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya.
"Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah..." kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung.
"Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun ... " Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910"

"Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah" jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
"Memangnya kenapa ndhuk ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya.
"Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka " kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"
Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di kubur .... ya nggak yah?"
Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas .....
"Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya ... 36 tahun ... hingga sekarang ...kalau kiamat datang 100 tahun lagi ....136 tahun disiksa .. atau bahagia di kubur .... Lalu ia menunduk ... meneteskan air mata ...
Kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya ... lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un ... air matanya semakin banyak menetes.....Sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan ..kalau 2000 tahun lagi ? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah ...ia semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas..bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri jenggotnya ..... Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak ... dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu... dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur ...tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya .. arti Sebuah kehidupan... dan apa yang akan datang di depannya...

Lautan Tawakkal

Deretan huruf di halaman muka sebuah koran besar ibu kota menyentak nurani, membuat udara pagi yang sejuk menjadi panas yang menyesakkan. “Seorang wanita tewas karena melompat dari lantai 6 sebuah rumah sakit” demikian berita tersebut. Setelah ditelusuri, ternyata si korban putus asa karena penyakit asma akut yang dideritanya selama bertahun-tahun tak kunjung sembuh.

Keesokan harinya sebuah pesan pendek masuk: “Penyakit leukimia kakak saya makin kritis tapi tidak mau lagi meneruskan pengobatan. Sejak semalam masuk SRJ karena ngamuk dan berusaha bunuh diri mohon doa:

Dua kasus tersebut bisa jadi merupakan amulasi dari kekecewaan dan kesedihan menggunung yang bermuara pada satu titik, putus asa! Hal itu bisa menimpa siapa saja. Apakah pada wanita dari keluarga miskin seperti kasus pertama, atau bahkan pada pria dengan status sosial ekonomi mapan seperti kasus kedua. Yang jelas, perasaan putus asa hanya menghinggapi diri orang-orang yang tidak sabar pada ujian dan ketetapan Allah.

Di dalam Al-Qur’an Allah menyatakan bahwa orang-orang yang disayang dan memperoleh rahmat dari-Nya adalah orang-orang yang sabar. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikt ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan bauh-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS 2:155-157.

Al-Qur’an juga menggambarkan bahwa hidup ini adalah perjalanan dari waktu ke waktu. Dan hakikatnya kita semua sedang berada dalam antrian perjalanan menuju kepada Allah swt. Bekal utama yang harus dimiliki agar selamat sampai pada-Nya adalah KESABARAN. Termasuk kesabaran ketika datang desakan nafsu. Artinya ketika nafsu mendesak kita untuk melakukan hal-hal yang dimurkai Allah, kita mampu melawnnya dan tetap memilih jalan yang diridhoi-Nya.

Kesabarab dan keimanan ibarat dua sisi dari sekeping mata uang. Karena kesabaran dalam menghadapi penderitaan hidup hanya dimiki oleh orang-orang yang tingkat keimanannya sudah mapan. Sebuah penderitaan akan memiliki makna berbeda manakala berhadapan dengan sebuah kesadaran bahwa hidup itu hakikatnya tidak selalu menyenagkan. Namun bahwa Allah senantiasa menciptakan keseimbangan untuk untuk alam semesta ini, adalah sebuah kenyataan tak terbantah. Ada siang ada malam. Ada laki-laki ada perempuan. Ada matahari dan ada rembulan. Demikian pula ada saat sedih dan ada saat gembira. Manusia diberi kebebasan penuh untuk memberi makna atas setiap peristiwa yang menghampiri hidupnya. Berarti bahagia atau tidak bahagia, tergantung dari sisi mana kita melihat hidup kit. Apakah dari sisi positif yang melahirkan sikap optimis, ataukah dari sisi negatif yang kemudian akan membuat kita pesimis dan lelah dalam menjalani hidup.

Contohnya ketika kita sedang sakit. Apakah situsi ini bermakna penderitaan ataukah justru dianggap sebuah kesempatan berharga untuk dapat beristirhat dari segala hiruk pikuk pekerjaan, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Semakin parah sakit seseorang berarti nilai ujiannyas semakin tinggi. Karena pada saat itulah akan terlihat makna apa yang diberikan atas situasi berat yang dihadapi. Kita punya pilihan. Apakah akan bersabar, yang akan melahirkan sikap optimis dan tegar sehingga mungkin saja Allah berkenan memberikan keajaiban untuk sembuh? Atau justru marah pada keadaan dan tenggelam dalam kesedihan berkepanjangan? Yang jelas Allah menyatakan dalam Al-Qur;an surat Ali-Imron: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” QS 3:139

RAHMAT ALLAH
Rasulullah saw bersabda: “Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahn (kepayahna), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” HR. Al-Bukhori.
M dari hadist tersebut sangat jelas. Ternyata ketika kita sedang sakit, merupakan saat-saat sangat berharga dimana Allah swr sedang mencurahkan rahmat-Nya kepada kita untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kesalahan. Lalu bagaiamana caranya agar kita dapat menerima kenyataan hidup seperti apapun dengan rasa syukur? Barangkali kita harus mencari cara agar pikiran kita tetap SADAR, sehingga tidak salah memberi makna pada situasi sulit yang sedang dihadapi. Karena kesadaran adalah energi yang dapat membuka mata pada banyak hal. Jika kesadaran kita hilang, maka kita akan kehilangan kesempatan besar untuk menerima Rahmat Allah tersebut. Kesadaran juga akan menuntun kita pada sebuah keyakinan bahwa sesungguhnya Allah tidak pernah membiarkan kita menderita sendirian. Dia pasti hadir untuk membimbing, menjaga dan menyelamatkan. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh: “Apakah kamu mengira bahwa kamu masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Merek a ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan,erta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” QS. 2:214

Perlu diingat bahwa Allah itu Maha Adil. Dia memberikan anugerah dan cobaan-Nya kepada siapapun tanpa pandang bulu. Tidak ada orang yang lebih menderita daripada orang lain. Kalau perasaan itu sampai ada, itu hanya prasangka yang muncul akibat dari miskinnya keyakinan kita kepada Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Kita juga tidak akan merasa menjadi orang paling malang kalau saja kita mau menoleh sejenak untuk melihat kehidupan orang lain. Karena lewat pengamatan dan pengalaman berinteraksi dengan sesama, dapat memberi kita wawasan pengalaman sekaligus pencerahan. Dengan memberi kesempatan pada diri kita untuk melihat dan peduli pada persoalan orang lain, akan membuat persoalan kita sendiri menjadi lebih ringan. Bahkan hal itu akan membuat keimanan kita tertempa berkembang menjadi kian matang. “Sekali-kali tidak akan menimpa kepada kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus tawakal.” QS. 9:51.

Keutamaan Tabah

Ketika seorang muslim mencapai taraf iman dan keyakinan yang tinggi, mempercayai ketentuan takdir , baik dan buruknya itu adalah dari Allah SWT, maka akan nampak kecil segala peristiwa dan musibah yang menimpa dirinya.

Rasulullah SAW memberitahukan bahwa siapapun yang ditinggal mati anaknya, kemudian bersabar dan mengucapkan :
“Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan sesunggunya kepadaNyalah kami akan kembali” QS. Al Baqoroh{2} :156
Maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah yang diberi nama Baitul Hamdi(Rumah Pujian)

Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Apabila anak seorang hamba telah mati , maka Allah SWT berfirman kepada para malaikatNya, Apakah kalian telah mematikan anak hambaKu?. Mereka menjawab, Ya. Dia berfirman, apakah kalian telah mematikan buah hatinya?. Mereka menjawab, Ya Dia berfirman, âApa yang diucapkan hambaKu?. Mereka menjawab, ia telah memujiMu dan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilahi rajiun (sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah SWT dan sesungguhnya kepadaNya lah kami akan kembali). Maka dia berfirman, bangunlah sebuah rumah di surga untuk hambaKu dan namakan Baitul Hamdi” [ HR. Tirmidzi ]

Dari Abu Said AL Khudri r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada kaum wanita :
“Tidak ada seorang wanita pun di antara kamu sekalian yang kematian tiga orang anaknya, kecuali anak anaknya itu akan menjadi pelindung baginya dari api neraka. Seorang wanita bertanya dan dua orang anak ?. Rasulullah SAW menjawab, dan dua orang anak[ HR. Bukhari * HR. Muslim ]

Dari Jabir r.a : aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
Siapa yang kematian tiga orang anaknya, namun ia rela, maka ia akan masuk surga. (Jabir berkata). Kami bertanya : wahai Rasulullah, bagaiman dengan dua orang anak? Beliau menjawab, Dan dua orang anak [ Ahmad & Ibnu Hibban]
Seorang perawi berkata kepada jabir, aku berpendapat, bahwa sekiranya engkau berkata satu, niscaya beliau akan mengatakan satu juga. Jabir berkata, aku kira demikian

Dari habibah bahwa ketika ia dekat Aisyah r.a lalu Nabi Saw datang menghampirinya , beliau bersabda :
Tidak ada di antara dua orang muslim yang kematian tiga orang anaknya yang belum mencapai masa balig, kecuali pada hari kiamat nanti anak anak mereka itu akan didatangkan kembali. Hingga ketika mereka berhenti di depan pintu syurga, mereka diperintahkan, masuklah kalian ke dalam syurga. Mereka berkata , ( kami tidak akan masuk ) hingga bapak bapak kami masuk. Maka dikatakan kepada mereka, masuklah kedalam syurga kamu bersama dengan bapak bapak kalian [ HR. Tabrani ]

Dari Abu Hasan :
Aku telah ditinggal mati dua orang anakku. Kemudian aku bertanya kepada Abu Hurairah r.a, Apakah engkau pernah mendengar sebuah hadist dari Rasulullah Saw yang akan engkau ucapkan kepada kami dan yang akan menyenangkan jiwa kami atas kematian dua anak kami itu?’. Abu hurairah menjawab, ya.
( Yaitu ) anak anak kecil mereka tidak akan berpisah dengan surga. Salah seorang di antara mereka akan menggiring kedua kedua orang tuanya. Ia akan menuntunnya dengan sudut bajunya atau tangannya, sebagaimana aku memegang bajumu ini. Ia tidak akan meninggalkannya hingga Allah memasukkannya dan dirinya ke dalam surga

Salah satu hal yang bisa dicontoh adalah kisah ketabahan Ummu Sulaim, seperti diriwayatkan HR Bukhari dan HR. Muslim :

Diceritakan bahwa anak Thalhah merintih sakit, sedangkan Abu Thalhah keluar rumah. Kemudian anak itu meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang, ia bertanya, Bagaiman keadaan anakku?. Ummu Sulaim menjawab., Ia tenang seperti sedia kala( yg dimaksud adalah mati, sedangkan Abu Thalhah mengira bahwa anaknya dlm keadaan sehat ). Kemudian Ummu Sulaim menyediakan makan malam untuk Abu Thalhah. Setelah itu ia berhias diri, lebih cantik daripada biasanya, hingga Abu Thalhah menggaulinya. Setelah ia melihat bahwa suaminya sudah melepaskan rindunya dan merasa puas, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu, jika suatu kaum meminjamkan suatu pinjaman, apakah yang meminjam itu berhak menolak mereka jika memintanya kembali? Abu Thalhah menjawab, Tentu saja tidak. Kemudian Ummu Sulaim berkata, Demikian pula dengan anakmu. Anakmu telah mati, maka mintalah pahala dari Allah Swt. Abu Thalhah berkata sambil marah, Engkau telah membiarkan aku, hingga setelah berjunub karena bergaul denganmu, engkau beritahukan tentang anakku. Kemudian ia pergi mendatangi Rasulullah Saw untuk memberitahukan apa yang terjadi. Rasulullah Saw membenarkan apa yang telah dikerjakan Ummu Sulaim, lalu bersabda: Barokallahu lailatakuma ( semoga Allah memberkahi malam kalian berdua )

Dalam sebuah riwayat dikatakn bahwa beliau bersabda :
Allahumma bariklahuma ( Ya Allah, berilah berkah kepada mereka berdua )

Kemudian Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah oleh Nabi Saw. dan salah seorang di antara kaum Anshar berkata, kemudian aku melihat tujuh orang anak, semuanya pandai membaca Al Qur’an, yakni anak anak dari Abdullah. Semua itu tidak lain karena dikabulkannya doa Rasulullah Saw ketika beliau berdoa, Ya Allah berikanlah berkah kepada mereka berdua.

Ya Allah , ringankanlah kami menanggung beban musibah dunia. Berikanlah kami sifat rida atas qada dan QadarMu. Pimpinlah kami di dunia dan akhirat, karena hanya engkaulah sebaik baik pemimpin, wahai Tuhan Seru sekalian alam

Mangkuk Tak Beralas

Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini:Apa yang engkau inginkan dari dariku?Si pengemis itu tersenyum dan berkata:Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.Sang raja terkejut, ia merasa tertantang: Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!Maka menjawablah sang pengemis:Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang pengemis. Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya.Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah: Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku inginkan.Bukan main! Raja menjadi geram mendengar 'tantangan' pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas! Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya : Sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk sedekah ini? Pengemis itu menjawab sambil tersenyum:Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu. Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru.Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan.Anak cucumu kelak mengatakan : power tends to corrupt; kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak. Raja itu bertanya lagi :Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu? Tentu ada, yaitu rasa syukur kepada Allah SWT. Jika engkau pandai bersyukur, Allah akan menambah nikmat padamu Ucap sang pengemis itu, sambil ia berjalan kemudian menghilang dari mata khalayak.[ dari QS Ibrahiim; 14:7 ]

Gelisah Dalam Kehidupan

[TANYA] Mas, mengapa sampai dengan sekarang saya masih merasa galau dengan diri saya sendiri (seingat saya saya mulai bertanya-tanya tentang diri saya sejak SD sampai dengan sekarang, kurang lebih 15 th), apalagi setelah saya baca kalimat "Siapa yang mengetahui dirinya, dia akan mengetahui Tuhannya". Saya sangat berharap dengan balasannya.Terima kasih atas perhatiannya.* * * * * * *
Sahabat, seringkah anda dihampiri pertanyaan-pertanyaan seperti 'untuk apa semua ini? Apakah makna hidup saya? Kenapa hidup saya terasa datar saja, berputar-putar dari hari ke hari? Hanya pergantian episode senang dan sedih? Mengapa saya seperti dikuasai oleh kehidupan saya?' pun mulai muncul di hati anda.Sebenarnya, Allah setiap saat 'memanggil-manggil' kita untuk kembali kepada-Nya. Dengan cara apa saja. Dia, dengan kasih sayang-Nya, terkadang membuat suasana kehidupan seorang anak manusia sedemikian rupa sehingga kalbunya dibuat-Nya 'menoleh' kepada Allah. Hanya saja, teramat sedikit orang yang mendengarkan, atau berusaha mendengarkan, panggilan-Nya ini.Allah terkadang membuat kita terus menerus gelisah, atau terus menerus mempertanyakan 'Siapa diri saya ini sebenarnya? Apa tujuan saya? Apa makna kehidupan saya?,' dan sebagainya. Bukankah kegalauan semacam ini adalah sebuah seruan, panggilan supaya kita mencari kesejatian? Mencari kebenaran? Mencari 'Al-Haqq'? Allah, percayalah, akan selalu menurunkan pancingan-pancingan pada manusia untuk mencari-Nya.Dalam hal ini, Allah amatlah pengasih. Apakah seseorang percaya kepada-Nya atau tidak, beragama atau tidak, Dia tidak pandang bulu. Apakah seseorang membaca kitab-Nya atau tidak, percaya pada para utusan-Nya ataupun tidak, semua orang pernah dipanggil-Nya dengan cara seperti ini. Setiap orang pasti dipanggil-Nya seperti ini untuk mencari kesejatian, untuk mencari hakikat kehidupan.Bentuk 'pancingan' semacam ini pula yang dialami oleh para pencari, maupun para Nabi. Nabi Ibrahim yang gelisah dan mencari tempat mengabdi (ilah), yang diabadikan dalam QS 6:74-79. Juga kita lihat Nabi Musa, misalnya. Setelah hanyut di sungai nil, dia dibesarkan oleh salah seorang maha raja yang terbesar sepanjang sejarah, Ramses I. Hidup dalam kemewahan, kecukupan, hanya bersenang-senang. Tapi dia selalu 'galau' ketika melihat di sekelilingnya, bangsa Bani Israil, yang ketika itu menjadi warga mesir kelas rendahan, sebagai budak. Dia yang hidup dengan ayahnya Ramses I, tentunya setiap hari melihat sisi kemanusiaan ayahnya, normal saja. Dia mungkin hanya sedikit heran mengapa masyarakat mesir mau menyembah ayahnya.Hanya saja, kadang kemewahan, kenyamanan, mengubur harta kita yang sangat berharga itu: potensi kita untuk mencari siapakah diri kita sebenarnya. Kita disibukkan oleh pekerjaan, dibuai oleh kesibukan, mengejar kesuksesan kerja, atau ditipu oleh dalih mengejar karir atau sekolah, atau nyaman bersama keluarga. Sangat sering, ketika hal ini terjadi, pertanyaan-pertanyaan esensial seperti itu, yaitu potensipencarian kebenaran yang kita bawa sejak lahir, yang ketika kanak-kanak sangat nyata, terkubur dan terlupakan begitu saja seiring waktu kita menjadi semakin dewasa. Padahal, itu adalah 'potensi mencari Allah' yang Dia bekali untuk kita ketika lahir. Bukan berarti kita harus meninggalkan semua itu, bukan sama sekali. Tapi, janganbiarkan semua itu menenggelamkan potensi pencarian kebenaran yang telah Allah turunkan pada kita semenjak lahir.Ketika kita tenggelam dalam dunia seperti itu, kita bahkan tidak menyadari bahwa kehidupan kita berputar-putar saja dari hari ke hari. Sekolah, mengejar karir, pergi pagi pulang sore, terima gaji, menikah, membesarkan anak, menyekolahkan anak, pensiun, dan seterusnya setiap hari, selama bertahun-tahun. Apakah hanya itu? Bukankah kita tanpa sadar telah terjebak kepada pusaran kehidupan yang terusberputar-putar saja, tanpa makna? Celakanya, kita mencetak anak-anak kita untuk mengikuti pola yang sama dengan kita. Pada saatnya nanti, mungkin hidup mereka pun akan mengulangi putaran-putaran tanpa makna yang pernah kita tempuh.Sangat jarang orang yang potensi pencariannya akan Allah belum terkubur. Dalam hal ini, jika kita masih saja gelisah mencari makna kehidupan, maka kegelisahan kita merupakan hal yang perlu disyukuri.Berapa orang, sahabat, yang masih mau mendengarkan kegelisahannya sendiri? Padahal kegelisahannya itu merupakan rembesan dari jiwa yang menjerit tidak ingin terkubur dalam kehidupan dunia. Dia 'menjerit' ingin mencari Al-Haqq, dan 'rembesannya' kadang naik ke permukaan dalam bentuk kegelisahan.Sayang, sebagian orang segera membantai kegelisahannya, potensi pencarian kebenarannya ini, justru pada saat ketika ia timbul; karena secara psikologis hal ini memang terasa tidak nyaman. Maka untuk melupakannya, ia semakin menenggelamkan diri lebih dalam lagi dalam pekerjaannya, kesibukannya, bersenang-senang, atau berdalih menutupi kegelisahannya dengan berusaha lebih lagi mencintai istri dan anak, atau keluarga, menenggelamkan diri dalam keasyikan hobi... dansebagainya.Atau, membantainya dengan kesenangan spiritual sesaat, seperti datang ke pengajian bukan dengan niat mencari-Nya tapi hanya untuk melenyapkan kegelisahannya, seperti obat sakit kepala saja: ketika sakit kepala, cari obat. Kegelisahan hilang, dia pun pergi lagi..Atau juga dengan mengindoktrinasi dirinya: "Manusia diciptakan untuk beribadah!! Segala jawaban telah ada di Qur'an!!" Oke, tapi ibadah yang seperti apa? Bisakah kita benar-benar beribadah, tanpa mengetahui maknanya? Atau lebih jauh lagi, mampukah ia menjangkau makna Qur'an?Beranikah kita jujur pada diri kita sendiri: Jika qur'an benar, mengapa kegelisahannya tidak hilang? Mengapa qur'an seperti kitab suci yang tidak teratur susunannya? Mengapa ayatnya kadang melompat-lompat, dari satu topik ke yang lainnya secara mendadak? Jika kita beriman, apakah iman itu? Apakah takwa itu? Apakah Lauhul Mahfudz? Apakah Ad-diin? Apakah Shiratal Mustaqim? Jalan yang lurus yang bagaimana? Mengapa qur'an terasa abstrak dan tak terjangkau makna sebenarnya? Inisebenarnya pertanyaan-pertanyaan jujur, dan sama sekali bukan menghakimi qur'an.Kadang orang terus saja mengindoktrinasi dirinya sendiri, padahal qur'an sendiri menyatakan bahwa tidak ada yang mampu menjangkaunya selain orang-orang yang disucikan/ Al-mutahharuun, (QS 56:77-79). [Q.S. 56] "Sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia (77). Pada kitab yang terpelihara (78). Dan tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan/ Al-muthahharuun (79)."Apakah dia berani yakin bahwa dia adalah seorang yang telah disucikan, sehingga makna qur'an telah terbentang begitu jelas dihadapannya? Jika demikian, apa implikasi pernyataan : "Semua jawaban telah ada di Qur'an" baginya? Apakah ia akan terus saja membohongi diri dengan membaca terjemahan qur'an dan memaksakan diri meyakini bahwa ia telah mendapatkan maknanya?Jeritan jiwanya tersebut ia timbun dengan segala cara. Ia tidak ingin mendengarkan-nya. Hal ini, sudah barang tentu akan membuat seseorang semakin terperangkap saja dalam rutinitasnya, dan semakin terkuburlah potensi pencariannya akan kebenaran. Padahal seharusnya 'jeritan jiwa' tersebut didengarkan. Jika anak kita menangis karena lapar, apakah kita akan pergi bersenang-senang untuk melupakannya, dan berharap anak kita akan berhenti menangis dengan sendirinya? Bukankah seharusnya kita mencari tahu, kenapa anak kita menangis?Kembali kepada kisah Musa as. Demikian pula Musa, ia pun, sebagaimana kita semua, sejak kecil dibekali pertanyaan-pertanyaan dari dalam dirinya. Dibekali kegelisahan pencarian kebenaran. Bibit-bibitnya ada. Allah, untuk menumbuhkan bibit-bibit pencariannya itu supaya tidak terkubur dalam kemewahan kehidupan istana, menyiramnya dengan kebingungan yang lebih besar lagi.Ia dipaksaNya menelan kenyataan bahwa ayahnya pernah membantai jutaan bayi lelaki Bani Israil. Ia dipaksaNya menelan kenyataan bahwa ayahnya menganggap Bani Israil adalah warga kelas dua yang rendah, bodoh, dan memang patut diperbudak. Puncaknya, ia dipaksaNya menelan kenyataan bahwa dirinya sendiri ternyata merupakan seorang anak Bani Israil, keturunan warga budak kelas dua, yang dipungut dari sungai Nil. Pada saat ini, pada diri seorang Pangeran Musa lenyaplah sudah hargadirinya. Hancur semua masa lalunya. Dia seorang tanpa sejarah diri sekarang. Ditambah lagi ia telah membunuh seorang lelaki, maka larilah ia terlunta-lunta, menggelandang di padang pasir, mempertanyakan siapa dirinya sebenarnya.Justru, pada saat inilah ia berangkat dengan pertanyaan terpenting bagi seorang pejalan suluk, yang telah tumbuh disiram subur oleh Allah dengan air kegalauan: "Siapa diriku sebenarnya?".Pertanyaan ini telah tumbuh kokoh dalam diri Musa as., dan sebagaimana kita semua mengetahui kisah lanjutannya, di ujung padang pasir Madyan ada seorang pembimbing untuk menempuh jalan menuju Allah ta'ala, yaitu Nabi Syu'aib as, yang lalu menyuruh anaknya untuk menjemput Musa dan membawa Musa kepadanya.Di bawah bimbingannya, Musa dididik menempuh jalan taubat, supaya "arafa nafsahu", untuk "arif akan nafs (jiwa)-nya sendiri". Dan dengan bimbingan Syu'aib akhirnya ia mengerti dengan sebenar-benarnya (ia telah 'arif), bahwa dirinya diciptakan Allah sebagai seorang Rasul bagi bangsa Bani Israil, bukan sebagai seorang pangeran Mesir. Ia menemukan kembali misi hidupnya, tugas kelahirannya yang untuk apa Allah telah menciptakannya. Ia telah menemukan untuk apa dia diciptakan, yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Setiap orang dimudahkan untuk mengerjakan apa yang telah Dia ciptakan untuk itu." (Shahih Bukhari no. 2026)Maka dari itu, sahabat-sahabat, jika ada diantara anda yang mungkin ingin sekali bertemu seorang guru sejati, atau seorang mursyid yang Haqq untuk minta bimbingannya, maka terlebih dahulu anda harus benar-benar mencari Allah, mencari kebenaran, mencari Al-Haqq. Pertanyaan "Siapakan aku? Untuk apa aku diciptakan?" harus benar-benar telah tumbuh dalam diri kita (dan itu pun bukan menjadi jaminan bahwa perjalanannya akan berhasil). Anda memang telah benar-benar butuh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Jika tidak demikian, atau jika belum merasa benar-benar membutuhkan, percayalah, tidak akan ada seorang mursyid sejati yang akan mengutus anak-anaknya untuk menjemput anda."Man 'arafa nafsahu, faqad 'arafa rabbahu", bukan semata-mata artinya "siapa yang mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya." Kata " 'Arafa", juga "Ma'rifat," berasal dari kata 'arif, yang bermakna 'sepenuhnya memahami', 'mengetahui kebenarannya dengan sebenar-benarnya'; dan bukan sekedar mengetahui. dan nafsahu berasal dari kata 'nafs', salah satu dari tiga unsur yang membentuk manusia (Jasad, nafs, dan ruh).Jadi, kurang lebih maknanya adalah "barangsiapa yang 'arif (sebenar-benarnya telah mengetahui) akan nafs-nya, maka akan 'arif pula akan Rabbnya". Jalan untuk mengenal kebenaran hakiki, mengenal Allah, hanyalah dengan mengenal nafs terlebih dahulu.Setelah arif akan nafs kita sendiri, lalu 'arif akan Rabb kita, maka setelah itu kita baru bisa memulai melangkah di atas 'Ad-diin'.'Arif akan Rabb, atau dalam bahasa Arab disebut 'Ma'rifatullah' (meng-'arifi Allah dengan sebenar-benarnya), sebenarnya barulah --awal--perjalanan, bukan tujuan akhir perjalanan sebagaimana dipahamikebanyakan orang. Salah seorang sahabat Rasul selalu mengatakankalimatnya yang terkenal: "Awaluddiina ma'rifatullah", Awalnya diinadalah ma'rifat (meng-'arif-i) Allah.