Tuesday, February 27, 2007

Batas Surga

Syurga tidak hanya taman indah disuatu tempat Ia bukan dongengan cerita khayal buat bocah-bocah Ia adadlah bidang luas bagi seluruh peristiwa, struktur dan wujud nilai yang tak pernah nampak di manapun i alam semesta. Inilah syurga yang sesungguhnya Muhamad SAW meriwayatkan bahwa Malaikat Jibril pernah terbang dengan sayap Intuisi-nya yang tak pernah terhalang (ini bukan sayap fisik) Sang Malaikat pernah terbang ke semua arah untuk menemukan batas syurga tetapi tidak dapat menemukannya Betapa besar dan luasnya Syurga itu.Muhammad SAW melewati batas syurga dan melangkah ke Hadirat Qudsyiah, Taman Esensi….inilah sesuatu yang harus dilakukan oleh kita semua, oleh sebab itu manusia lebih tinggi daripada malaikat dari malaikat terpenting sekalipun. Para Malikat tidak dapat menemukan batas Syurga, padahal kita manusia harus pergi ke atas itu dan melewatinya.
Dikala Jibril bareng Muhammad melakukan perjalanan mistik alamnya, MI'RAJ, karena Jibril selalu bersama Nabi Keduanya adalah sahabat yang tak dapat dipisahkan, sahabat tercinta Secara menakjubkan dan tiba-tiba dengan Izin dan Rahmat Allah, Muhammad sampai ketepi Syurga, yang tak pernah ditemukan oleh Sang Malaikat itu sendiri. Lalu Jibril berkata kepada Nabi :"Aku tidak dapat melewati batas itu, karena aku bagian dari mahluk. Itu diluar jangkauan mahluk. Syurga masih merupa-kan bagian dari Ciptaan. Aku tidak dapat melewati batas itu. Aku akan terbakar. Aku tidak memperoleh Izin Tuhan. Aku adalah mahluk, tetapi engkau , wahai Muhammad, adalah manifestasi Esensi Tuhan. Seluruh manusia adalah Esensi Tuhan yang ditiup-kan oleh Allah kepada bentuk yang terindah. Nabi Muhammad SAW tidak pernah menegaskan bahwa ia secara Struktural berbeda dari manusia mana pun.
Malaikat Jibril mengatakan : "Engkau adalah manifestasi Esensi Tuhan, itu tempatmu disana. Pergilah…..". Namun Muhammad tidak tinggal di Taman Esensi Dia pergi dan kembali lagi sebagai Rahmat bagi dunia (Rahmatan lil alamin)… itulah mistisisme Islam yang menyeluruh atau renungan arif billah Seseorang tidak selamanya ada di Taman Esensi. Seseorang bergabung kembali sebagai energi-energi atau sifat-sifat Tuhan dalam permainan persahabatan abadi yang indah. Jika Malaikat Jibril saja tidak mampu menemukan batasnya, kita mungkin memiliki kendala dalam melakukan itu. Para ilmuwan sekalipun tidak akan mampu membatasi dan mengukurnya dengan ciptaan alat-alat empiris atau matematis mereka. Namun itinya adalah bahwa Nabi dengan izin Allah SWT mampu melakukannya Dia mewakili seluruh manusia.
Panggilan kita tidak sampai ke Syurga. Ini sebuah kesalah pahaman. "Yang aku inginkan adalah Syuga. Keluarkanlah aku dari dunia" oooh…itu bukan perilaku perenung-perenugn hakikat Syurga adalah batu loncatan ke Taman Esensi, yaitu rumah kita yang sebenarnya namun kita segera pindah dari kondisi enggabungan itu dan dengan halus tampak di sepanjang bidang wujud dalam persahabatan dengan semua wujud dan Sumber Wujud yang bercahaya......