Thursday, May 10, 2007

Konsep Dasar

Di rumah, pagi ini saya menguraikan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan paling modern dengan cara sederhana. Konsep itu antara lain Quarks yang mewakili dunia kuantum dengan 6 citarasa dasarnya yang ditemukan sejak tahun 1964 yaitu UDSCBT, teori atom yang sudah dikenal idenya sejak zaman Demokritus Yunani dengan proton, elektron dan netronnya (PEN), unsur-unsur dasar penunjang kehidupan yaitu carbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen (CHON) yang merupakan unsur-unsur dasar yang bisa ditemui di meteorit, dan komposisi genetika manusia yang telah diuraikan menjadi suatu untaian rumus dengan komposisi senyawa kimiawi yang disebut ACGT. Selain tatanan materialistik diatas, saya kemudian menggabungkannya dengan konsep Energi dan Gaya Fundamental yaitu Gravitasi (G), Elektromagnetik( E), dan Energi Nuklir (GEN), dan satu sumber azali sebagai ALLh atau A.

Pemilihan ke-5 konsep tatanan materialistik itu kemudian saya uraikan dengan teori dasar bilangan dan huruf yang tercakup dalam pengertian Geometry Matrix atau Gematrix atau al-Jumal. Pilihannya adalah huruf Arab yang mempunyai 28 huruf dan sistem desimal 0-9.


Hanya dengan mengkomposisikan huruf-huruf awalnya saja, saya kemudian menggunakan Geometri Matrix hurufnya dan menguraikannya dengan cara jumlah, tambah, kurang , bagi, kali dan unifikasi.

Hasilnya ternyata mencitrakan Makna dan Rasa yang tersembunyi dalam komposisi bilangan dengan artikulasi yang menarik seperti bilangan 66 (Lafaz Allah), bilangan 69 (Thaasin, QS 27:1), bilangan 76 (‘Abd, QS 76), bilangan 195 (Kaf ha Ya Ain Shaad, QS 19:1), dan komposisi sebelah tangan kita (tangan kanan) dimana Ibu Jari dan Telunjuk kita yang setiap akhir rakaat ke-2 selalu kita acungkan ke depan (untuk rinciannya, saya serahkan pembaca menguraikannya sendiri hehehe..).

Kesimpulan awalnya adalah, setiap rasa dan gerak yang kita nyatakan sejatinya muncul dari keinginan dan kehendak ALLh sebagai suatu kenyataan alamiah yang muncul dari rasa dan gerak yang penuh Kemahaindahan dan Kemahaagungan ALLh, yang akhirnya menguraikan Pesan Tuhan menjadi sistem simbolik, bilangan dan huruf atau abjad, desimal, dan biner yang dinyatakan sebagai 12 huruf Laa Ilaaha illaa Allah (numeriknya 165).

Melalui suatu proses yang selama ini kita sebut sebagai rasa, gerak dan tindakan dan kemudian kita nyatakan dengan simbol, geometri, bilangan dan huruf, menjadi nama-nama, kata-kata, kalimat-kalimat, wacana-wacana, dan kitab-kitab, semuanya itu adalah keinginan ALLh untuk dikenal oleh makhluk yang berbeda dengan Realitas DiriNya. Baik dari dongeng, legenda, mitos, tulisan, maupun muncul sebagai karya ilmiah dan gosip murahan, baik dari teori kuantum maupun Kitab Wahyu, semuanya merupakan simbologi gerak dan keinginan yang direspon manusia sesuai dengan pemahamannya sampai akhirnya muncul sebagai tindakan.

Makhluk adalah diskontinuitas yang dihadirkan dari sifat-sifat dasar ALLh untuk dikenal. Sifat dasar itu dikenali dari ketidaksempurnaan makhluk yang tidak bisa secara utuh mengenali bentuk-bentuk kesempurnaan atau bentuk ideal. Bentuk ideal tersebut yang masih dikenali adalah bentuk titik atau zarah menjadi suatu lingkaran wujud yang ideal dengan nilai irrasional karena tak pernah habis bagi yaitu rasio lingkaran 1:2:4 yang merupakan komposisi Golden Ratio.

Setelah bentuk-bentuk ideal melakukan transformasi dalam keadaan yang mematuhi hukum asal yaitu keseimbangan dan dinamika perubahan (QS 67:3-4), muncul bentuk ideal lain yaitu bentuk 69 (Thaasin) atau bentuk yang terpetakan dalam konstruksi kerang Nautilius dan proporsi ideal lainnya yang berkaitan dengan simbologi 6 sebagai bilangan sempurna.


Makhluk baru bisa mengenaliNya dengan apa yang kemudian disebut PengetahuanNya yang dinyatakan yaitu Rasa dan Gerak yang kemudian diikat, dilukiskan dan dibunyikan menjadi simbol, bilangan dan huruf.

Jadi setiap simbol dasar sebenarnya muncul karena KETIDAKSEMPURNAAN MAKHLUK yang tidak bisa mengenali dan membangun BENTUK SEMPURNANYA meskipun bentuk itu sudah dihadirkan didalam IDEA dasarnya yaitu AKAL dan HATI sebagai wadah manifestasi keinginan dan kehendak ALLh yang disebut secara generik sebagai TUHAN YANG MAHA ESA.

Ketika Gerak dan Rasa dinyatakan, maka gerak dan rasa itu dilukiskan dengan simbol yang muncul dari rasa dan gerak si makhluk. Karena itu, jejak kaki binatang, kerang, bentuk bunga, perubahan gerak si Geulis kaki 1000, polah, tingkah gerakannya dan semua penampilannya sebenarnya Pesan-Pesan Tuhan yang tersembunyi yang dapat mengilhami makhluk yang mampu menyimpan, mengolah, dan menjelaskan Pengetahuan Tuhan dengan bantuan geometri, desimal maupun abjad dan sistem huruf lainnya.

Dalam hal ini makhluk itu adalah Makhluk Yang Mengemban Amanat Penciptaan yaitu Amanat Untuk mengenal Tuhan dan menjadi HambaNya yang patuh dengan Perintah dan LaranganNya. Anugerah Tuhan kepada makhluk tersebut adalah anugerah untuk bisa MEMAHAMI DAN MEMAKNAI GERAK DAN RASA ITU sebagai gerak dan rasa Penciptanya. Karena itu ungkapan “Yang akan mengenal dirinya akan mengenal Tuhannya” merupakan konsep kesejatian untuk mengungkapkan hubungan makhluk tersebut dengan Peciptanya. Makhluk itulah yang kita sebut sekarang sebagai Manusia Anak Cucu Adam atau animale rationale.

Setiap ungkapan keinginan dan kehendak Tuhan yang diucapkan maupun dituliskan, maupun dinyatakan dengan tindakan sejatinya mengandung Pesan-pesan. Pesan Nyata adalah akhlak dan perilaku yang mencitrakan kemuliaan, kesucian, keindahan dan keagungan Penciptanya yang dikonfirmasikan di QS 9:128-129. Dari pengertian ini setiap pesan dasar sebagai KATA adalah KUNCI pengenalan akan keinginan dan kehendakNya.

KATA paling dasar yang menjadi fondasi diwakili oleh ungkapan CINTA atau al-Mahabbah dengan keintiman disebut ISYIQ. Tapi dari setiap kata terdapat inti KUNCI yang tidak lain adalah HURUF PERTAMA.

Dari huruf pertama yang diungkapkan dengan sempurna maka huruf itu adalah ALIF dengan simbol numerik dan makna 1 sebagai ALIF, ALPHA, ESA, ONE, SATU, SIJI, HIJI, dan berbagai ungkapan lainnya. Setiap huruf awal karena itu mengandung makna yang mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep dasar pengetahuan Tuhan yang kemudian diungkapkan oleh manusia dengan akal pikiran dan hatinya yang telah mengintegrasikan pengertian simbolik, filosofis, rational dan kreatifnya menjadi suatu ungkapan multidimensional dengan tujuan yang tertentu. Tujuan paling utama adalah ungkapan yang mengarahkan manusia mengenal Tuhan dan sampai kepadaNya (Wushul) yang saat ini kita kenal sebagai Firman-firman Tuhan dalam Kitab Suci Agama.

Bagaimana suatu Idea diungkapkan menjadi suatu konsep pengetahuan dan diyakini kebenaran relatifnya berkaitan dengan sintesis filosofis, rasional dan kreatif. Dalam ruang-waktu kekinian dapat diambil contoh misalnya ketika orang menemukan suatu partikel dasar yang tak bisa diindra, manusia kemudian mengungkapkannya dengan cita rasa yang dikenal sebagai QUARKS dengan nama UDSCBT, demikian juga ketika dunia atom dikenal dan muncul PEN semua itu sebenarnya diwakili oleh HURUF PERTAMANYA. Dengan geometri dan simbol yang muncul dari kemampuan RASA ME-MAQNAA-I dengan CINTA atau SUKA BGT, ia kemudian dijembatani dengan LOGIKA yaitu bilangan.

Dari sini maka hubungan antara bilangan dan huruf dinyatakan dengan sebutan GEOMETRY MATRIX atau Gematrix atau al-Jumal. Karena itu pula maka saya bisa menguraikan konsep-konsep dasar RASA dan GERAK dari huruf pertama setiap ungkapan kata yang mewakili suatu kalimat atau uraian seperti Energi, Quarks, Atom, Unsur, Gen, Sel, Jaringan, Obyek, Benda Bermassa (batu), Benda Bernyawa (binatang dan tumbuhan), dan Benda Berakal dan Berhati (manusia).

Ketika benda bermassa, berakal, dan berhati dihadirkan di bumi, maka pengenalan benda tersebut, yang kemudian kita sebut sebagai Manusia sebagai BANI ADAM atau An-Naas, hanya dimungkinkan jika dan hanya jika terdapat INTEGRASI HORISONTAL ANTARA TINDAKAN-AKAL- HATI sebagai suatu siklus tertutup yang pertama. Namun, yang diungkapkan dengan TINDAKAN-AKAL- HATI yang benar adalah suatu kenyataan yang diungkapkan sebagai suatu integrasi vertikal (dalam arti khusus maksudnya transenden) dengan suatu lingkaran yang berada di dalam lingkaran yang lebih besar dan maha meliputi yang kita sebut dengan ungkapan TUHAN YANG ESA .

Jadi lingkaran tersebut bukan sekedar membatasi, namun juga menembusi ke semua arah atau mencelup semua eksistensi makhluk, simbologi CintaNya barangkali adalah sebuah CINCIN tipis berlapis dua atau sebuah Bunga Sidrath. Akan tetapi simbologi logisnya kemudian muncul sebagai bentuk melingkar dengan nilai perbandingan keliling dan diameternya disebut pi=355/113 yang irrasional, dan dapat dapat dinyatakan sebagai PHI=1,618 dan PI=22/7 yang REAL.

PI dan PHI YANG IDEAL, yang membangun Lingkaran Wujud Yang Maha Meliputi adalah lingkaran yang mewakili Keinginan, Kehendak dan Kekuasaan Tuhan yang meliputi semua makhluk untuk DIKENAL dengan melalui sistem inderawi yang dinyatakan ada pada makhluk yang mengemban amanat penciptaan yakni manusia. Sebelum muncul dikenali, Lingkaran Wujud diwakili oleh Rasa dan Gerak FundamentalNya yaitu GRAVITASI dan Elektromanetisme.

Dari GRAVITASI maka RASAlah yang bisa menangkapnya karena semua itu akan mengikat apa yang akan ditampilkan oleh Gelombang Elektromagnetik sebagai Implementor Gerak dan Perubahan Dinamis di muka bumi, di akal pikiran manusia dan dihadirkan di dalam HATI dengan aktualnya MAQNAA dan Yaqin dengan Haqq untuk kemudian dengan GRAVITASI yang nilainya identik dengan nilai asli JAMAL dan JALAL disampaikan kembali kepada TUHAN sebagai ORIGINATOR segala sesuatu, maka jadilah manusia menjadi asma yang menampilkan Jamal dan Jalal Allah dimuka bumi, menjadi kekasih yang diterima Tuhan karena mampu merespon asma dan sifatNya dengan benar, tegak lurus, dan murni, serta memenuhi hukum dasar dan ketentuan yaitu INHARMONIA PROGRESSIO, yang mematuhi perintah dan larangan-Nya dan akhirnya akan kembali kepadaNya dengan meniti GRAVITASI KUANTUM atau SHIRATHAAL MUSTAQIIM yang telah menghadirkan Bunga-bunga Cinta Ilahi di Muka Bumi dengan menjadi HambaNya dengan kekhususan menjadi Kekasihnya (Habib), Temannya (Khalil), HadiahNya (Hibah), dan istilah-istilah lainnya yang menunjukkan keistimewaan WaliNya dan KhalifahNya atau Penguasa PengetahuanNya.

Jadi, yang menerima kekhususan bukan sekedar HambaNya semata, karena atribut Hamba adalah anugerah bagi semua makhlukNya, Hamba adalah RahmatNya yang tak pandang bulu, tapi atribut kekhususan sebagai Khalifah hanya milik makhluk yang dikendakiNya semata, yang mampu merespon Asma, Sifat dan Af’alNya dengan murni, dan TEGAK LURUS sehingga mampu mengembalikan CahayaNya dengan utuh tanpa Gradasi Warna, kontaminasi hasrat hawa nafsu, dan embel-embel lainnya.

Bentuk Pesan Tuhan pertama kali yang aktual adalah simbol, geometri, bilangan dan huruf yang kita kenal saat ini dengan sempurna yaitu susunan 2 dijit dari penguraian 10 dijit 0 sampai 9, dan menjadi huruf sempurna 28 buah ditambah 1 huruf istimewa sebagai simbol Cinta dan Unifikasi Akbar yaitu Laam-Alif.

Simbol, geometri, bilangan dan huruf yang elementer menajdi Wahyu-wahyu Elementer, ketika kata bermakna muncul maka Asmaa-a Kullaha dipahami. Setelah geometri suci dinyatakan sebagai simbol ideal, maka bilangan muncul dengan ideal juga, dan akhirnya huruf dilukiskan dengan MAQNAA paling murni dan mewakili citarasa, akal pikiran, keinginan dan kehendak pembuatnya, makanya perbedaan bentuk huruf sebenarnya suatu rahmat bahwa POTENSI ORANG untuk menangkap PESAN TUHAN berbeda-beda, Bhinneka Tunggal Ika adalah Realitas Rahmaatan Lil Aalamin!

Apa konsep fundamental manusia ketika pertama kali memahami pesan Tuhan. Ternyata setelah manusia melihat ke atas, ke bawah, ke samping kiri dan kanan, ke depan dan ke belakang, konsep itu merujuk kepada diri sendiri. Lha, siapa saya, darimana, mau kemana dan ngapain. Itulah pertanyaan Sangkan Paraning Dumadhi yang menjadi picu barokah manusia untuk kemudian melakukan pengenalan intensif siapakah aku dan siapakah Tuhan.

Umat Islam sebenarnya Umat Manusia yang paling beruntung dimuka bumi sebagai pewaris ajaran Kebijaksanaan Agung yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW dengan pedoman yang diformalkan sebagai Kitab Suci al-Qur’an dan as-Sunnah. Keberuntungan itu nampak nyata dengan adanya Kitab Wahyu dan pendukungnya, dan tatacara ubudiyyah yang menjadi implementasi praktis dari semua pengetahuan tentang Tuhan dan Manusia sebagai suatu penyatuan akbar antara makhluk dan PenciptaNya. Ketika Isra dan Miraj dilakukan Nabi, maka anugerah itu adalah barokah Allah bagi Muhammad untuk disampaikan kepada umat manusia bagaimana cara praktis paling murah dan meriah supaya makhluk bisa meniti Shirathaal Mustaqiim dan sampai PadaNya dengan selamat dan sentosa.

Barokah itu adalah Maghfirah dengan Shalat sebagai mirajnya Umat Islam ketika ia berada didalam shalat dengan IHSAN setelah fase Iman dan Islamnya dilalui. Didalam Shalat lah Rasul merasakan kebahagian, jadi bukan karena BISA sholat tetapi karena DI DALAM SHOLAT kesadaran kudus manusia BISA disuperposisikan atau diunifikasikan dengan kepatuhan pada sunnatullah yaitu hukum keseimbangan dinamis, dengan Kesadaran akan RASA dan MAQNAA Allah sebagai satu-satunya Realitas Absolut atau AL-HAQQ.

Sholatnya sendiri adalah anugerah Allah dengan la Hawla Walla Quwaata illa Billah. Artinya ketika Umat Islam shalat sebenarnya itulah puncak penyaksian atau musyahadah ketuhanan yang dinyatakan oleh Allah sebagai suatu tanda bagaimana Allah sebagai Pecinta menghadirkan Yang Dicinta sebagai KekasihNya dengan simbologi Laam-Alif.

Didalam sholat gerak dan ucapan kita adalah keinginan dan kehendak Tuhan yang dinyatakan dengan REAL, maka dari gerakan sholat itu pula sebenarnya tersembunyi Maqnaa dan arti tentang segala sesuatu. Ketika dengan ketukan 2 rakaat kita mengakhiri satu fase shalat, maka ketukan itu mewakiki aktualisasi dari titik di bawah huruf Ba kalimat Basmalah. Dan dengan posisi duduk akhir dengan tangan kanan di atas paha, telunjuk tangan kita menuding ke depan bertumpu pada Ibu Jari dan 3 jari lainnya yang dilipat.

Maka dari situlah terpancar air sebagai simbologi Pengetahuan Tuhan Murni yang kelak melahirkan simbol yang dituliskan dengan PENA, konsep geometris ideal golden ratio, bilangan dan huruf, dari tangan-tangan yang diciptakan Tuhan itulah kita pun mengenal diri dengan UBUDIYAH SHALAT 5 WAKTU dan akhirnya menatap Tuhan dengan keintiman dan kekhususan seorang Hamba dan Kekasih, Hamba dan Teman, Hamba dan HibahNya dan atribut istimewa lainnya. Dan dari tangan kita dengan Sidik Jari yang Unik semua perbuatan manusia akan dihisab satu demi satu, seorang demi seorang, untuk apa semua anuherah Tuhan itu, untuk menetapkan keberadaaNya atau mendustakanNya. Makanya tidak heran kalau dalam surat al-Rahmaan disebutkan “Nikmat Mana Lagi Yang Kamu Dustakan?” sebanyak 31 kali.

Jadi, sungguh beruntung Umat Islam yang melaksanakan UBUDIYAH SHALAT dengan sadar, ikhlas dan ihsan bukan dengan niat busuk materialistik yang berujung kepada syirik. Dan celakalah manusia yang shalat tapi lalai dengan shalatnya maupun yang melalaikan warisan Rasulullah dengan mengabaikan shalat, perintah dan laranganNya. Maka Umat Islam yang shalat tapi tidak mampu menyataka SHALAT sebagai suatu kepatuhan Hamba kepada PenciptaNya ia akan terjebak dalam sikap kebodohan yang mengarahkannya menjadi kaum syirikus, munafikus, zindikus, dan kafirus sebagai manusia yang bodoh dan lalai sampai akhirnya menjadi SUMMUM, BUKMUM, dan UMYUN, yaitu Dajjal yang buta mata hatinya. Nah, kalau sudah begini ternyata hanya Tuhanlah yang bisa membuka mata hatinya bukan manusia, seperti halnya Rasul yang hanya memberi petunjuk kepada manusia untuk memuliakan akhlaknya dengan cara menyampaikan pengetahuan Tuhan dengan Shalat, Al Qur’an dan as-Sunnah. Maka, jangan menjadi sombong dan ghurur kalau cuma baru bisa mengaku-aku Umat Islam tapi tidak menampilkan Jamal dan Jalal Allah di muka bumi yang menghadirkan peradaban berbasis Tauhid Base Society dengan Kalimat Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim. Mulailah Shalat dengan S3URIEUS serta jangan diembel-embeli ilmu ngipri, dan BACALAH AL-QUR’AN dengan jiwa yang murni dan suci, jagalah wudhumu sebisa mungkin, dan nyatakan akhlakmu sebagai AKHLAK MUHAMMAD dengan kodefikasi 47 alias 007 (00 dari biner 4 yaitu 100). Jadilah al-Mukminun yang menjadi Jundullah yang hadir menjadi cermin-cermin Allah yang jernih, yang bisa meneruskan Cahaya Diatas Cahaya kepada semua makhlukNya dengan anugerah simbol, geometri, bilangan dan huruf yang melahirkan penampilan lukisan, tulisan, kata-kata, tindakan, gambar, atau pun penampilan multimedia lainnya dengan sadar, mematuhi hukum-hukum keseimbangan dan keadilan, dan menjadi Citra Tuhan yang real bukan yang semu, karena yang semu adalah limbah materialistik penciptaan, sebagai limbah atau kotoran yang berbau busuk yang disebut Asfalaa Safilin (sejelek-jeleknya makhluk Tuhan bahkan bisa lebih jelek dari binatang sekalipun).