Wednesday, March 7, 2007

Bencana Iklim dan Musim

Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
kamu dari Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?"
QS. Al Ahzab (33) : 17

Ya, musim dan iklim telah mengalami kekacauan. Ini tidak bisa tidak, disebabkan oleh terjadinya pergeseran mekanisme keseimbangan di permukaan Bumi. Penyebabnya adalah aktifitas manusia sendiri. Kerusakan lapisan ozon, meningkatnya gas-gas rumah kaca, kerusakan hutan dan menipisnya jumlah pepohonan, telah mengacaukan mekanisme sempurna itu.

QS. Ar Ruum (30) : 41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Padahal, dengan mekanisme musim itulah Allah memberikan berbagai rahmat kepada manusia. Di antaranya adalah munculnya berbagai jenis buah-buahan, sayuran, perkembangbiakan segala macam jenis binatang di darat maupun di lautan. Dengan iklim dan musim itu juga Allah memberikan suasana yang indah dan nikmat dalam kehidupan manusia.

Musim hujan yang sejuk, musim kemarau yang panas, musim semi yang indah berwarna-warni, musim panas yang bertaburan cahaya matahari, musim rontok yang meranggas, dan musim dingin yang eksotik. Semuanya itu memberikan nuansa kehidupan yang dinamis penuh keindahan. Enak dipandang mata.

QS. Qaaf (50) : 7
Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata

Bagi kalangan petani, nelayan, dan pekerja yang dekat dengan alam, pergerakan musim telah memberikan gerak kehidupan yang penuh dengan harapan. Mereka bercocok tanam dan melaut di waktu-waktu tertentu. Dan menikmati hasilnya di waktu-waktu yang lain.

Semuanya berjalan secara alami dan teratur seiring dengan perputaran Bumi sepanjang tahun. Seorang petani mengatakan: "Dulu iklim dan musim berjalan secara teratur. Sehingga memudahkan kami untuk bercocok tanam dan berkebun. Kini semuanya jadi serba sulit dan tidak bisa diduga," paparnya.

Ia menjelaskan, di kalangan petani Jawa ada yang disebut sebagai Pranoto Mongso. lni adalah patokan para petani ketika menjalankan pekerjaannya. Mereka tahu persis, kapan harus memulai menanam bibit padi. Kapan menuai. Kapan menggantinya dengan tanaman palawija. Kapan dan bagaimana memberantas hama secara alamiah. Dan seterusnya.

Tapi semua itu kini telah kacau. Manusia lebih mengandalkan teknologi, zat-zat kimiawi, dan pemaksaan-pemaksaan atas kondisi alam. Yang terjadi bukan produktifitas yang meningkat. Melainkan semakin kacaunya proses produksi pertanian. Hama lebih sulit dikendalikan. Unsur-unsur hara di dalam tanah mengalami kerusakan. Dan yang paling merepotkan, iklim dan musim kini semakin sulit diprediksi.

Hujan salah musim. Volume air yang turun jauh melebihi biasanya. Banyak lahan-lahan gundul yang memicu terjadinya tanah longsor. Lapisan subur permukaan tanah pun mengelupas, sehingga semakin banyak daerah kritis dan tandus. Maka, Indonesia yang demikian subur dan luas ini pun terpaksa harus mengimpor beras, gula, sayuran dan berbagai macam buah-buahan dari negara-negara tetangga yang lebih kecil ... !!?

Sebenarnya, Bumi kita ini telah memiliki mekanisme sempurna untuk mengendalikan musim dan iklim. Rezeki yang disediakan Allah di muka Bumi untuk kehidupan manusia ini tidak akan habis sampai tujuh turunan. Asal saja manusia tidak serakah. Mementingkan diri sendiri.

QS. Al Baqoroh (2) : 22
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui

QS. An Nahl (16) : 11
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.

QS. An Nahl (16) : 14
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karuniaNya, dan supaya kamu bersyukur.

QS. Al An'aam (6) : 142
Dan di antara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Jadi, mekanisme alam sudahlah sangat jelas. Ada sebuah keseimbangan yang mengatur iklim, cuaca, dan musim agar bermanfaat dan mengenakkan kehidupan manusia.

Tapi akibat perbuatan kita sendiri mekanisme yang memberi nikmat itu kini berubah menjadi bencana yang setiap saat mengincar kita.

Mekanisme air bersih mengalami gangguan yang sangat serius. Sehingga, kalau abad lalu manusia bertengkar karena berebut minyak dan sumber energi lainnya, maka diperkirakan abad ini manusia akan banyak bertengkar untuk berebut air bersih. Air bersih menjadi kebutuhan yang sangat langka. Buka hanya karena jumlahnya yang semakin sedikit, namun kualitas air yang ada pun telah tercemar oleh berbagai macam polusi bahan-bahan kimia yang berbahaya. Baik karena limbah industri, transportasi, maupun dampak kehidupan sehari-hari lainnya.

Selain langka air, udara bersih juga semakin sulit. Udara perkotaan penuh polusi. Sedangkan jumlah pepohonan dan hutan semakin menyusut seiring dengan bertambahnya penduduk Bumi.
Bayangkan, jumlah manusia di muka planet Bumi sekarang telah mencapai angka 6 miliar. Padahal seabad sebelumnya baru sekitar 1,5 miliar. Hanya dalam kurun waktu 100 tahun penduduk Bumi telah meningkat 4 kali lipat. Betapa berat beban planet Bumi.

Secara drastis Bumi harus menyediakan dalam waktu yang bersamaan: bahan pangan, air bersih, udara segar, sumber energi, dan berbagai kebutuhan pokok kehidupan lainnya, empat kali lipat dari biasanya. Padahal, dalam waktu yang sama manusia telah merontokkan sendi-sendi keseimbangan bumi itu sendiri, dengan cara merusak ekosistemnya secara brutal.

Bumi mulai limbung. Setidak-tidaknya mulai terlihat pada rusaknya iklim, cuaca dan musim. Di beberapa negara Utara - Eropa dan Amerika -, dikabarkan sedang diserang cuaca panas yang menyengat. Dan ratusan orang meninggal dunia.

Bencana iklim dan musim kini semakin sering menerpa kehidupan manusia. Barangkali karena kita semakin jauh dari alam. Tidak bersahabat dengan alam. Padahal alam setiap saat memberikan milik terbaiknya untuk kebahagiaan manusia.

QS. Al Ahqaf (46) : 24
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: "Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami". (Bukan)! bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,