Wednesday, March 7, 2007

Struktur Bumi Semakin Rapuh

Telah dekat kepada manusia
hari perhitungan segala amalan mereka,
sedang mereka berada dalam kelalaian
lagi tak menghiraukannya
QS. Al Anbiyaa' : 1


Ibarat orang yang sudah tua, Bumi semakin sering batuk batuk. Dan nafasnya sudah ngos-ngosan. Otot-ototnya mulai melemah. Kulitnya mengeriput. Tulangnya semakin keropos. Sendi-sendinya tak lagi kokoh untuk menopang tubuhnya. Maka, ia jadi gampang terhuyung-huyung. Atau, bahkan roboh terjatuh. Begitulah Bumi yang kita diami ini. Kondisinya semakin lama semakin lemah, rapuh, dan memprihatinkan.

Kita harus memahami kondisi ini. Jika tidak, kita akan semakin arogan memperlakukan bumi yang semakin tua dan lemah. Akibatnya, Bumi bakal lebih cepat masuk ke 'Liang kubur'. Menyongsong kematiannya.

Sebenarnya Bumi telah didesain Allah memiliki keseimbangan sempurna. Ada closed circuit mechanism yang mempertahankan Bumi selalu dalam kondisi terbaiknya untuk menopang berlangsungnya kehidupan di dalamnya.

Di antaranya adalah sirkulasi air, sirkulasi udara, rantai makanan, iklim dan cuaca, dan kandungan isi perut Bumi. Semuanya didesain Allah dalam sebuah sirkuit tertutup alias closed circuit yang membangun keseimbangannya sendiri.

Ambil contoh, sirkulasi air. Mekanisme tersedianya air bersih bagi kehidupan di muka Bumi berjalan secara alamiah dan menakjubkan sejak miliaran tahun yang lalu. Awan menurunkan hujan, sehingga terbentuklah mata air. Lantas, muncul sungai, danau dan lautan. Panas matahari menyinari air di permukaan Bumi, menguap menjadi awan. Awan menghasilkan hujan. Demikian seterusnya, dalam suatu siklus abadi selama bermiliar tahun.

Pernahkah anda berpikir, kenapa mekanisme itu demikian sempurna, sehingga bisa memelihara ketersediaan air dalam jumlah besar yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan di muka bumi yang demikian kompleks?

Tak kurang dari 400 miliar ton air disirkulasi dengan cara demikian, setiap tahunnya. Betapa dahsyat mesin pemrosesnya. Berjalan secara otomatis, dalam jumlah sangat besar, dalam kurun waktu yang sangat panjang.

QS. Al Mukminuun (23) : 18
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

'Mesin proses' ini sangat kritis. Yang jika meleset sedikit saja akan membahayakan kehidupan makhluk Bumi. Misalnya, kenapa air yang menguap karena panas matahari itu tidak membubung terus ke angkasa sehingga lepas dari atmosfer Bumi? Kenapa uap air itu mesti berkumpul menjadi awan dalam ketinggian beberapa kilometer di atas permukaan Bumi? Keseimbangan apa yang menahannya sehingga tidak lenyap ke ruang angkasa raya?

Kita tahu, bahwa hal itu salah satunya disebabkan oleh adanya gravitasi Bumi yang menahan supaya uap air itu berhenti di ketinggian awan. Selain itu, udara yang semakin dingin di bagian atas atmosfer menyebabkan bobot uap air membesar sehingga seimbang dengan gravitasi Bumi.

Akan tetapi, kenapa bobot air bisa demikian cocok? Pernahkah kita pikirkan, seandainya bobot molekul air itu seperti molekul besi? Ia akan sulit menguap. Bahkan baru meleleh pada suhu ribuan derajat. Tentu tidak akan pernah terjadi hujan, karena tidak pernah terbentuk sirkulasi air. Artinya, tidak akan pernah muncul kehidupan di muka Bumi.

Atau sebaliknya, kalau bobot molekul air jauh lebih ringan dari yang sekarang, dan atmosfer bagian atas bersuhu lebih panas, maka tidak akan pernah ada air di muka Bumi. Uap air akan membubung semakin tinggi, ke bagian atas atmosfer, dan kemudian lenyap. Dengan kata lain tak terjadi mekanisme air hujan yang dibutuhkan kehidupan di muka Bumi seperti yang kita lihat saat ini.

Akan tetapi, cobalah perhatikan lingkungan kita dewasa ini. Mekanisme air ini sudah sedemikian rusak. Disebabkan oleh ulah tangan manusia. Keseimbangan mekanisme air ini sangat bergantung pada komponen prosesnya. Di antaranya adalah suhu permukaan atau atmosfer Bumi, dan luas wilayah hutan.

Jika suhu atmosfer bumi mengalami peningkatan, maka mekanisme sirkulasi air itu akan mengalami masalah serius. Peningkatan suhu bumi ini diantaranya disebabkan oleh efek rumah kaca, akibat polusi dari industri dan kendaraan bermotor yang jumlahnya melonjak tajam.

Selain itu, juga disebabkan oleh hutan-hutan yang semakin menciut, karena terus menerus ditebangi. Mestinya, hutan itu berfungsi untuk mengimbangi polusi udara, akan tetapi yang terjadi malah saling menguatkan dampak negatifnya. Polusi meningkat, sekaligus hutannya mengalami kerusakan fatal.

Hutan yang gundul, juga menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana dalam skala yang mengerikan. Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku mengalami Banjir bandang yang menenggelamkan lebih dari tujuh provinsi. Ketinggian air bisa mencapai 3 - 6 meter. Padahal anda tahu, saat itu - bulan Juni-Juli- adalah musim kemarau ... !!!

Kejadian itu ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga menghantam daratan China dan Jepang, dalam wilayah yang cukup luas. Artinya, rusaknya mekanisme sirkulasi air ini ternyata bukan hanya terjadi dalam skala regional, melainkan terjadi dalam skala global. Ya, iklim Bumi telah mengalami kekacauan.

Bukan hanya mekanisme air yang terganggu, namun juga sirkulasi udara, rantai makanan, bahkan arus pergerakan isi Bumi yang melibatkan air bawah tanah, Lumpur dan magma.

Bergesernya jumlah maupun kualitas faktor-faktor tersebut telah menyebabkan bumi semakin kehilangan keseimbangan. Usia tua, struktur yang semakin keropos, dan hilangnya keseimbangan menjadi penyebab utama atas kondisi Bumi yang seperti ini. Kompletlah penderitaan Bumi...