Wednesday, March 7, 2007

Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang?
QS. Al Mulk (67) : 3



Bumi mulai kehilangan keseimbangannya. Perusakan besar-besaran seperti yang kita bahas sebelum ini ternyata membawa dampak yang sangat berat bagi planet ini. Keseimbangan geraknya mulai terganggu. Keseimbangan iklimnya juga terganggu. Keseimbangan sirkulasi air hujan terganggu. Keseimbangan sistem rantai makanan pun terganggu pula. Bumi memasuki kondisi tak seimbang!

Saya ingin mengajak anda untuk menyoroti keseimbangan gerak Bumi secara lebih detil. Dengan demikian saya berharap bisa mengajak pembaca untuk memahami lebih jauh, kenapa kini semakin banyak gempa, tsunami, banjir dan tanah longsor. Ternyata salah satu penyebabnya adalah mulai hilangnya keseimbangan gerak Bumi. Ya, planet ini mulai limbung.

Kita tahu bahwa Bumi melakukan 2 macam gerakan sekaligus. Yang pertama, Rotasi. Yaitu, Bumi berputar pada sumbunya sendiri seperti gasing. Hanya saja tidak pada posisi tegak. Melainkan miring sekitar 23,5 derajat. Kecepatan rotasi Bumi adalah 1.669 km per jam.

Gerakan yang ke dua adalah gerakan mengitari matahari, yang disebut sebagai gerakan Revolusi, pada jarak sekitar 150 juta km. Satu kali mengitari matahari adalah 1 tahun alias 365 1/4 hari. Kecepatan rata-ratanya sekitar 107 ribu km per jam.

Putaran Bumi pada porosnya -rotasi- ternyata sangat berpengaruh pada keseimbangan planet ini. Bayangkan saja sebuah gasing. Jika gasing tidak seimbang, maka putarannya juga bakal bergetar-getar tak keruan. Atau, bahkan terguling.

Tapi Bumi bukanlah gasing. Karena Bumi tidak hanya tersusun dari benda padat, melainkan memiliki benda padat, cair, lembek, dan gas, sebagai penyusunnya. Bagian yang padat ada di kerak Bumi. Bagian cair sebagian besarnya di permukaan, dalam bentuk samudera. Dan sebagian lagi ada di lapisan bawah tanah. Sebagian yang lain berupa padatan lembek, seperti magma dan lumpur. Dan sisanya adalah berbentuk gas, yaitu atmosfer yang menyelimuti Bumi setebal 1000 km.

Maka perputaran Bumi adalah sebuah keseimbangan antara berbagai material penyusun itu. Perubahan sedikit saja pada salah penyusun akan berpengaruh pada keseimbangan secara keseluruhan. Mekanismenya sangat khas. Yang bergerak duluan adalah gasnya. Yang ke dua adalah cairan. Disusul material lembek. Dan kemudian padatannya bereaksi. Begitulah saling pengaruh mempengaruhi sehingga terjadi gerakan berputar yang harmonis dalam satu paket, planet Bumi.

Yang menarik, adalah lapisan kerak Bumi. Lapisan paling keras ini ternyata berada di atas lapisan lembek yang ada di bawahnya. Sehingga, permukaan Bumi ini seperti melayang terbawa oleh putaran rotasi Bumi, berpadu dengan gaya-gaya lain yang bekerja padanya.

Lapisan kerak bumi yang melingkupi lapisan lembek di bawahnya ini ternyata terpecah menjadi lempeng-lempeng yang satu sama lain bisa bergerak secara relatif. Ada 5 lempeng besar yang sudah kita bicarakan di depan, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia, lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, lempeng Arabia, dan lempeng Afrika.

Namun menurut sejarahnya, lempeng-lempeng itu dulunya membentuk satu benua tunggal berukuran besar yang disebut sebagai super benua Pangaea. Jadi, Asia, Australia, Amerika, Eropa dan Afrika dulunya adalah satu kesatuan sebagai superbenua Pangaea itu. Hal ini disimpulkan oleh para ahli geologi dari banyak hal, di antaranya adalah bentuk benua yang ternyata klop satu sama lain. Seperti mainan anak-anak, sebuah gambar utuh yang dipotong-potong, dan kemudian menjadi klop ketika disatukan kembali. Seperti gambar di bawah ini.


Bagaikan potongan kertas yang klop

Asumsi itu ternyata mennperoleh dukungan dari berbagai penelitian yang dilakukan kemudian. Misalnya, terdapat kesamaan jenis binatang dan tumbuhan pada benua yang berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa dulunya kedua benua itu sebenarnya menyatu. Demikian pula jenis bebatuan dan tanahnya.

Lantas, bagaimana perpecahan itu bisa terjadi? Belum ada penjelasan yang memuaskan tentang hal itu. Tetapi diperkirakan ratusan juta tahun yang lalu superbenua itu mengalami gaya putar yang sangat besar yang merobek keutuhan Pangaea.

Kenapa demikian? lni karena Bumi tersusun dari material dengan kepadatan yang berbeda. Bagian yang paling atas, kerak Bumi, mengalami tarikan seiring dengan perputaran bagian bawahnya yang lebih lembek. Dengan kata lain, bagian bawahnya sudah terkena dampak gaya putar terlebih dahulu, baru kemudian bagian keraknya mengikuti.

Karena gaya yang bekerja itu bersifat melingkar seiring dengan perputaran Bumi, maka superbenua Pangaea 'robek' dengan arah yang berlawanan dari gaya putar tersebut. Hal ini digambarkan dengan sangat baik oleh The Continental Drift Theory. Sedangkan pergerakan lempeng-lempeng tektoniknya kemudian di bahas secara lebih detil pada The Plate Tectonic Theory.

Di bawah ini saya sajikan gambar-gambar yang menjelaskan terjadinya perpecahan superbenua Pangaea, sehingga menjadi benua-benua yang ada dewasa ini.


Arah pecah superbenua Pangaea


65 juta tahun setelah terpecah


135 juta tahun setelah terpecah

Dari gambar tersebut kita bisa melihat bahwa pergerakan benua-benua itu ternyata bergerak memuntir, melawan pergerakan rotasi Bumi.
Yang menjadi sangat menarik adalah, ternyata pusat perputaran itu ada di daerah Timur Tengah. Di sekitar tanah Palestina. Saya jadi teringat betapa daerah di sekitar ini adalah daerah tertua di muka Bumi.

Sejak awal, manusia pertama digambarkan diciptakan dan ditempatkan di daerah ini. Para nabi dan rasul juga ditempatkan di sekitar daerah ini. Dan 'kehebohan' dunia juga berasal dari wilayah ini. Apalagi, di situ ada Israel yang terus menjadi 'trouble maker'.

Apakah memang pusat dunia, sejak awal, ditempatkan di sini? Dan apakah sumbu perputaran Bumi juga pernah melewati daerah ini? Semuanya masih misterius dan perlu dikaji lebih jauh.


Teori yang dikemukakan oleh James P. Dawson ini memang masih terus dikaji. Akan tetapi, jika kita amati lebih jauh memang banyak hal yang mendukung teori tersebut. Di antaranya adalah posisi sabuk api, pegunungan aktif di muka Bumi.

Ia mencoba melihat dari perspektif yang berbeda dalam melihat sabuk api tersebut. Kebanyakan ahli geologi melihat sabuk api itu dari Samudera Pasifik, seperti gambar di bawah ini. tetapi ia melihat dalam skala yang lebih makro, seperti ditunjukkan pada gambar berikutnya, dengan menempatkan wilayah Timur Tengah sebagai pusatnya.

Ternyata, dia berhasil menunjukkan bahwa jejeran gunung berapi aktif itu mengikuti suatu pola yang mendukung The Continental Drift Theory yang dijelaskannya sebagai gerakan melayang melawan rotasi Bumi itu.


Sudut pandang Samudera Pasifik


TimurTengah sebagai pusatnya

Lantas, kita bisa melihat suatu benang merah antara beberapa informasi agama dengan bukti-bukti ilmiah yang selama ini belum kita pahami. Kenapa daerah Timur Tengah terkesan demikian istimewa dalam sejarah kemanusiaan. Kenapa pula daerah sekitar situ disebut sebagai wilayah yang dirahmati dan diberkati. Dan, kenapa juga nabi Adam dan para rasul sesudahnya selalu muncul dari wilayah sekitar sana...

QS. Ali Imran (3) : 96
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

QS. Al Anbiyaa' (21) : 71
Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.

Ada suatu misteri besar terkait dengan wilayah-wilayah tersebut. Yang kini secara geologis mulai memberikan sinyal-sinyal kesejarahan-nya.

Kemudian apa kaitannya dengan keseimbangan Bumi yang semakin memburuk? Ya, pergeseran keseimbangan itu muncul disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama, disebabkan oleh Continental Drift alias pergerakan lempeng tektonik.

Pergerakan selama jutaan tahun ini sedang mencari keseimbangan finalnya. Dalam pergerakan ini muncul tabrakan-tabrakan antar lempeng sehingga terjadi gempa-gempa tektonik dalam berbagai skala, dan juga aktifitas gunung berapi.

Akan tetapi, kejadian ini sebenarnya memang sudah menjadi bawaan planet Bumi. Bumi selalu bergetar-getar dalam gerakannya. Menurut para ahli geologi, sebenarnya setiap hari Bumi kita ini selalu mengalami gempa berkali-kali. Mulai dari getaran rendah sampai yang sedang. Bahkan, tak kurang dari 5 kali sehari, Bumi kita selalu diguncang gempa di atas 5 skala Richter.

Kita tidak merasakan gempa itu karena posisinya jauh dari kita atau berada di kedalaman perut Bumi, sehingga teredam. Tetapi getaran itu terekam oleh alat pencatat gempa, Seismograf.

Yang ke dua, memburuknya keseimbangan itu disebabkan oleh aktifitas manusia yang berlebihan dalam merusak kondisi Bumi, seperti telah kita bahas di depan. Maka Bumi pun oleng dan limbung. Bagaimana menjelaskan hal ini?

Bumi, sebagaimana kita tahu adalah benda bulat berputar seperti gasing. Sebuah benda berputar jika bobotnya tidak seimbang bakal memunculkan getaran yang semakin besar seiring dengan tidak meratanya bobot tersebut.

Bayangkan sebuah ban mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi. Pernahkah anda merasakan mobil anda bergetar-getar karena ban mobil anda tidak balance? Mungkin karena velgnya penyok. Mungkin karena permukaan bannya sudah cuil di sana-sini. Atau, barangkali dikarenakan aus secara tidak merata.

Jika kondisi itu terjadi, maka ban mobil anda berada dalam keadaan tidak seimbang. Dan jika bergerak berputar dengan kecepatan tinggi, bisa dipastikan anda akan merasakan getaran yang semakin lama semakin besar seiring dengan derajat ketidakseimbangannya.
Maka anda harus segera membawanya ke bengkel spooring & balancing. Montirnya akan membuat ban itu seimbang kembali dengan cara menambahkan timah di velg-nya. Maksudnya untuk menyeimbangkan bobotnya kembali.

Begitutah keadaan Bumi kita. Ia adalah benda bulat yang berputar dengan kecepatan 1.669 km per jam. Jika bulatan Bumi tidak lagi seimbang, pastilah ia akan bergetar-getar seperti sebuah ban mobil yang tidak balance. Maka, harus ditambahkan benjolan-benjolan tertentu di tempat-tempat tertentu, agar putaran Bumi tetap seimbang. Itulah yang dikatakan Allah bahwa Allah menempatkan gunung-gunung untuk menjadikan Bumi ini berputar secara seimbang. Tidak berguncang-guncang.

QS. An Nahl (16) : 15
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,

Selain itu, aktifitas manusia yang melakukan perusakan secara berlebihan ternyata ikut andil membuat bobot Bumi tidak seimbang. Bayangkan, dari aktifitas pertambangan saja manusia telah memindahkan sebagian bobot Bumi ke tempat-tempat lain. Sudah kita bahas di depan, penambangan minyak bumi dan batubara saja telah menyebabkan berpindahnya bobot sebesar ratusan triliun ton ke berbagai tempat di muka Bumi.

Belum lagi aktifitas perusakan hutan, industrialiasi, transportasi, ledakan jumlah penduduk Bumi yang berlipat 4 kali, menjadi 6 miliar orang hanya dalam waktu satu abad. Dan berbagai aktifitas manusia lainnya. Sungguh Bumi menjadi limbung.

Ini ibarat ban mobil, Bumi mulai tidak balance. Mengalami aus dan cuil di sana-sini, bahkan mungkin velgnya juga penyok-penyok. Struktur di dalam perut Bumi mengalami kerusakan yang parah akibat penambangan yang semakin brutal. Maka, Bumi terus bergetar-getar seiring dengan derajat ketidakseimbangan yang terjadi.

Seandainya, Bumi kita tersusun hanya dari material padat, planet ini sudah hancur berkeping-keping, dan tercabik-cabik oleh getaran-getaran gaya-gaya sentrifugal yang terus terjadi secara tidak merata.

Untungnya, bumi juga tersusun dari material cair dan lembek. Maka cairan dan material lembek itulah yang bergerak kesana kemari mencari keseimbangan. Magma di perut Bumi terus bergerak mencari keseimbangannya. Dan kemudian muncul di gunung-gunung berapi terdekat. Jadilah letusan gunung berapi. Atau, setidak-tidaknya meningkatkan aktifitasnya. Seperti ditampakkan oleh Merapi.

Jika pergerakan dan perpindahan arus magma ini cukup besar, maka ia akan meninggalkan ruang kosong di lapisan tertentu di perut Bumi. Lantas menimbulkan patahan tektonik. Jadilah gempa. Gempa itu menghasilkan ketidakstabilan pada struktur di dalam perut Bumi, dan kemudian merembet ke struktur lainnya yang terkait. Maka jadilah gempa beruntun di sepanjang lempeng yang tidak stabil tersebut.

Jika patahan tersebut terjadi di bawah laut, cukup fatal dan menyebabkan getaran yang hebat, gempa tersebut akan disusul dengan gelegak ombak berskala besar yang disebut tsunami.

Bahkan tanpa gempa itu pun, air di permukaan Bumi terus menerus mencari keseimbangan akibat bumi yang mulai limbung itu. Kejadian banjir di mana-mana, tanah longsor, air pasang, dan angin badai adalah bentuk-bentuk upaya Bumi untuk memperoleh keseimbangannya kembali...