Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan. Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 35
akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan. Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 35
Bencana datang beruntun! Sebagian kawan bilang ini adalah ujian dari Allah. Sebagian lagi mengatakan bahwa ini adalah cobaan. Dan sebagian lainya mengatakan ini adalah azab alias siksa. Manakah yang benar? Kita sedang diuji oleh Allah, atau sedang dicobai ataukah sedang disiksa. Masing-masing memberikan konsekuensi yang berbeda...
Kata kawan saya, ujian berbeda dengan cobaan, berbeda pula dengan azab. Ujian, katanya, adalah suatu masalah yang diberikan kepada kita untuk mengetahui seberapa tinggi kualitas kita. Jika lulus ujian, berarti kualitas kita meningkat. Naik kelas.
Cobaan, ia menjelaskan, hampir sama dengan ujian. Akan tetapi memiliki konotasi yang agak berbeda. Jika ujian menjurus pada kenaikan tingkat, maka cobaan terkesan hanya mencoba apakah kita bisa bertahan.
Sedangkan azab alias siksaan, katanya lagi, memiliki konotasi yang negatif. Masalah diberikan kepada seseorang disebabkan ia telah melakukan kesalahan atau kejahatan. Besar kecilnya azab bergantung kepada besar kecilnya kesalahan yang diperbuat.
Lantas bagaimanakah Al Qur’an menjelaskan tentang bencana yang yang menimpa manusia? Al Qur’an memiliki beberapa istilah berkait dengan bencana atau musibah yang menimpa seseorang atau suatu komunitas manusia.
Ada yang disebut fitnah. Ada yang disebut balak. Ada yang diistilahkan rijza. Dan ada yang kita kenal sebagai adzab. Makna istilah-istilah itu bisa kita pahami ketika kita mengutip ayat-ayat yang bersangkutan dengan kata tersebut.
Maka, agar kita bisa memperoleh nuansa makna katanya, sebaiknya saya kutipkan ayat-ayat yang berkait dengan kata-kata tersebut. Membaca beberapa ayat saja, kita sudah akan bisa merasakan maknanya.
1. FITNAH
Kata 'fitnah' dalam konteks yang akan kita bicarakan ini mungkin agak berbeda dengan yang kita pahami selama ini. Yang terbayang di benak kita pada saat mendengar kata 'fitnah' adalah sebuah informasi bohong yang menyudutkan seseorang. Misalnya, si A difitnah oleh si B. Maksudnya, si B menyebarkan berita bohong yang menyudutkan si A. Yang demikian ini diceritakan di dalam Al Qur’an di antaranya ayat berikut ini. Allah mengecam 'fitnah' sebagai sebuah kejahatan yang lebih kejam dari pada membunuh.
QS. Al Baqoroh (2) : 191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.
Akan tetapi dalam konteks yang akan kita bahas ini, makna fitnah adalah cobaan atau ujian. Banyak ayat Qur'an yang menggunakan kata 'fitnah' dengan maksud tersebut. Misalnya beberapa di bawah ini.
QS. Al Anfaal (8) : 28
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai Fitnah (cobaan, ujian) dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
Ayat di atas menjelaskan bahwa harta benda duniawi, anak-anak, dan segala yang kita miliki, sebenarnya diberikan Allah kepada kita sebagai 'alat uji' untuk mengetahui apakah kita terjebak oleh dunia ataukah lebih menyiapkan bekal untuk akhirat. Kata fitnah di sini bermakna cobaan atau ujian.
Ada nuansa, cobaan dan ujian itu diberikan dalam konotasi yang baik. Berupa anugerah kekayaan, anak-anak, kekuasaan dan sebagainya. Karena itu hati-hatilah. Banyak orang terjebak pada urusan dunia dan lupa mempersiapkan kehidupan akhirat. Allah mengingatkan, karena kebanyakan kita suka lupa jika memperoleh 'ujian enak'.
Ayat yang lain memberikan konotasi yang sedikit berbeda, yaitu ketika kita terlepas dari suatu bahaya. Biasanya, jika sedang dalam keadaan kritis dan bahaya, kita berdoa minta tolong kepada Allah. Akan tetapi setelah terlepas, kita menepuk dada sendiri sambil mengatakan bahwa yang terjadi itu adalah karena usaha kita sendiri.
Allah mengingatkan dengan menggunakan kata 'fitnah'. Bahwa Allah ingin menguji atau ngetes, apakah kita menjadi sombong dan bangga diri ataukah tidak. Lha asalnya kita ketakutan, minta tolong kepada Allah, kok setelah ditolong mengatakan itu karena usaha kita sendiri.
QS. Az Zumar (39) : 49
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah fitnah (cobaan, ujian), tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.
Penggunaan kata 'fitnah' dalam kaitannya dengan bencana terlihat pada ayat berikut ini. Ketika nabi Musa berdoa kepada Allah, sehubungan dengan bencana yang menimpa kaumnya pada waktu itu.
Nabi Musa digambarkan sempat gelisah karena Allah menurunkan bencana gempa Bumi. Beliau kemudian mengadu kepada Allah: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau telah membinasakan kami sebelum ini.
Artinya, nabi Musa berharap Allah tidak membinasakan umatnya lewat gempa itu. Apalagi penyebab turunnya gempa itu adalah perbuatan jahat orang-orang kafir. Yang disebutnya sebagai orang-orang yang 'kurang akal'. Maka, Musa memohon ampun kepada Allah, sambil berharap bahwa semua itu hanya cobaan untuk menguji ketaatan umatnya.
QS. Al A'raaf (7) : 155
Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi, Musa berkata: "Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah Yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun yang terbaik.
Ayat tersebut menarik, karena memberikan gambaran kepada kita hubungan antara bencana, perbuatan 'kurang akal', cobaan, dan taubat.
Bahwa bencana yang datang itu ternyata disebabkan oleh perbuatan ‘ngawur’ tak menggunakan akal secara baik. Dan, kemudian Allah menurunkan bencana sebagai cobaan untuk mengingatkan bahwa perbuatan ngawur itu mengundang masalah. Jika tidak digubris, bencana bakal datang lebih besar dan bakal menghancurkan. Maka nabi Musa mengajak umatnya untuk bertaubat kepada Allah.
Pemahaman itu menjadi semakin jelas dengan ayat berikut ini. Bahwa Allah memberikan cobaan untuk mengigatkan. jika mereka tetap berpaling alias tidak menggubris, Allah bakal memberikan adzab yang amat berat.
QS. Al Jin (72) : 17
Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat.
Jadi kata 'fitnah' dalam konteks ini bermakna menjajal sikap kita. Jika tidak menghiraukan bakal diteruskan. Jika bertaubat dihentikan. Juga bermakna menguji keimanan dan keislaman kita. Memilih dunia ataukah memilih akhirat. Memilih Allah ataukah selain Dia...
2. BALAK
Kata yang senada dengan fitnah yang terkait dengan bencana atau musibah adalah 'balak'. Jika 'fitnah' bisa bermakna ujian atau cobaan, maka balak pun bisa bermakna ujian dan cobaan. Kalau fitnah bisa berkonotasi positif dan negatif, maka balak pun punya konotasi positif dan negatif. Untuk jelasnya, cermati ayat berikut ini.
QS. Al A'raaf (7) : 141
Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu adalah (balak) cobaan yang besar dari Tuhanmu".
Kata balak digunakan untuk menggambarkan betapa kejamnya kejahatan yang dilakukan oleh Fir'aun dan pengikutnya kepada bani Israil. Bayi-bayi lelaki mereka dibunuhi hanya karena Fir'aun memperoleh informasi dari ahli nujumnya bahwa kekuasaannya kelak akan jatuh oleh seorang lelaki yang lahir dari bani Israil.
Maka, Allah menggunakan kata balaa-un min rrabbikum 'Adhiim - cobaan yang besar dari Tuhanmu. Artinya, Allah ingin menjelaskan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh Fir'aun itu benar-benar keji dan menyengsarakan bani Israil. Akan tetapi, sekaligus Allah menginformasikan agar bani Israil bersabar, karena Allah selalu meliputi seluruh kejadian, termasuk peristiwa yang menyengsarakan mereka itu. Allah punya rencana tertentu.
Makna balak yang berkonotasi ujian yang berat juga tampak pada ayat berikut ini. Yaitu ketika Allah menguji nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya, Ismail. Ujian itu sedemikian berat bagi Ibrahim sehingga disebut sebagai balak. Balaa-ul mubiin - ujian yang nyata.
QS. Ash Shaaffaat (37) : 104-107 - balak
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu (balak) ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Namun ternyata, kata balak tidak selalu berkonotasi negatif. Allah juga menggunakan kata balak untuk makna positif. Hal itu tampak pada ayat berikut ini, yaitu balaa-an hasanan yang berarti 'kemenangan' alias 'ujian yang baik'.
QS. Al Anfaal (8) : 17
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu'min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Konotasi positif itu juga ditunjukkan dalam ayat berikut ini ketika Allah menceritakan kemenangan nabi Musa dan bani Israil terhadap Fir'aun. Allah mengatakan bahwa kepada bani Israil itu telah diberikan kenikmatan berupa berbagai mukjizat untuk mengalahkan Fir'aun. Balaa-un mubiin.
QS. Ad Dukhaan (44) : 33
Dan Kami telah memberikan kepada mereka di antara tanda-tanda kekuasaan (Kami) sesuatu yang di dalamnya terdapat nikmat yang nyata.
Jadi, selain kata fitnah yang bermakna ujian dan cobaan, Allah juga menggunakan kata 'balak' untuk menggambarkan ujian dan cobaan. Akan tetapi, penggunaan kata 'balak' lebih menunjukkan betapa beratnya cobaan dan ujian itu. Misalnya, pembunuhan bayi-bayi lelaki bani Israil. Atau, nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk mengorbankan anaknya.
Perbedaannya adalah dari sisi sudut pandangnya. Kalau kita merasakan cobaan itu sangat berat dan menyengsarakan, kita bisa menyebutnya sebagai ujian yang bersifat balak. Sebaliknya kalau itu sebuah kemenangan yang besar, kita juga bisa menyebutnya balak yang baik. Sedangkan fitnah, lebih menunjukkan kepada ujian yang bersifat lebih ringan. Allah menjajal kemampuan dan kualitas keislaman kita. Dengan cobaan baik, maupun cobaan buruk.
3. AZAB
Kata ke tiga yang sering digunakan untuk menggambarkan bencana adalah 'azab'. Berbeda dengan fitnah atau balak yang hampir sulit dibedakan, azab memiliki konotasi yang jelas, yang bersifat negatif. Yaitu bermakna siksa.
Ini bukan lagi ujian atau cobaan, melainkan balasan atas perbuatan jahat. Dan biasanya, kata azab ini digunakan untuk menggambarkan siksaan yang berat dan mengerikan. Seringkali dikaitkan dengan siksa neraka.
QS. Ali Imran (3) : 77
Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.
Selain berkait dengan siksa akhirat, kata azab digunakan oleh Allah untuk menggambarkan siksaan di dunia. Misalnya siksaan Fir'aun kepada bani Israil. Fir'aun dan pengikutnya mengazab bani Israil dengan azab yang sangat jahat. Menyiksa dan membunuhi anak-anak lelakinya.
QS. Al A'raaf (7) : 141
Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. Dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu".
Di ayat yang lain, Allah menggambarkan malaikat yang akan menghancurkan negeri Luth. Dua malaikat itu mampir ke rumah Ibrahim, dan memberitahukan informasi bahwa mereka ditugasi Allah untuk mengazab kaum Luth dengan hujan batu dari angkasa secara bertubi-tubi.
QS. Huud (11) : 76
Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak.
QS. Huud (11) : 82
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami jungkir balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi,
Maka, kata azab memiliki arti yang sangat jelas, yaitu siksa yang pedih baik di dunia maupun di akhirat. Baik azab antar sesama manusia, maupun yang dikirimkan Allah untuk orang-orang yang kafir dan berbuat jahat...
QS. Al An'aam (6) : 65
Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami.