Dan janganlah kamu merugikan manusia pada
hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di
muka bumi dengan membuat kerusakan;
QS. Asy Syu'araa' (26) : 183
hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di
muka bumi dengan membuat kerusakan;
QS. Asy Syu'araa' (26) : 183
Manusia telah menghancurkan lingkungan hidupnya sendiri. Semua itu disebabkan oleh kebodohan, keserakahan dan akhlak buruk. Sehingga di waktu-waktu ke depan diperkirakan manusia akan mengalami krisis lingkungan hidup. Kini, Bumi sedang berada dalam keadaan kritis untuk menyeimbangkan kembali kondisinya. Karena kerusakannya sudah demikian parah...
Apa sajakah yang telah dilakukan manusia sehingga menyebabkan Bumi kita kritis? Yang paling besar adalah kegiatan pertambangan. Yang kedua, perusakan hutan. Yang ketiga, kegiatan industri yang tidak berwawasan lingkungan. Dan keempat, perilaku masyarakat yang membabi buta.
1. Pertambangan
Apa sih yang telah dilakukan manusia dengan tambang? Wah, ternyata sangat mengkhawatirkan dan berbahaya buat kelangsungan hidup kita.
Untuk mengejar kemajuan peradaban, manusia memerlukan sumber-sumber energi dan sejumlah bahan tambang. Yang paling banyak dieksplor adalah minyak bumi, batubara, gas alam, emas, tembaga, perak dan nikel.
Tambang-tambang itu adalah bahan yang tidak bisa diperbarui. Begitu habis, ya habislah. Tak ada lagi yang tersisa di dalam perut Bumi. Kita tidak bisa memproduksinya lagi. Seandainya pun bisa, butuh waktu jutaan tahun sebagaimana telah terjadi secara alamiah.
Kegiatan penambangan itu semakin hari semakin besar dan mengkhawatirkan. Ini seiring dengan laju perkembangan peradaban manusia. Agar tetap bisa eksis bahkan lebih maju, manusia membutuhkan sumber energi untuk aktifitasnya. Terutama Minyak, batubara dan gas alam.
Tahukah anda berapa besar kebutuhan minyak di seluruh dunia setiap tahunnya? Menurut catatan Energy Information Administration .USA, setiap harinya penduduk bumi menghabiskan minyak sekitar 80 juta barel. Alias hampir 30 miliar barel per tahun. Kalau kita jumlahkan dalam kurun waktu seabad, maka manusia telah menghabiskan minyak sebanyak sekitar 3 triliun barel. Setara dengan 450 triliun liter. Atau lebih dari 300 triliun ton.
Artinya, dalam 100 tahun terakhir ini isi perut Bumi telah kehilangan cairan minyak sebanyak 300 triliun ton. Atau, bervolume 450 triliun liter. Kalau sebuah kapal tangker isinya 100.000 liter, maka ini sama dengan 4,5 miliar kapal tanker.
Bisa anda bayangkan betapa besarnya volume tersebut. Tentu, ini jumlah yang bukan main besarnya. Yang bisa menyebabkan problem di dalam perut Bumi. Sebab, jumlah sedemikian banyak itu betul-betul hilang dari perut Bumi. Kemudian dibakar untuk membangkitkan energi.
Berbeda dengan air tanah yang disedot misalnya, volume yang hilang itu masih bisa kembali lewat sirkulasi air hujan. Meskipun tentu tidak sama persis. Karena itu, penyedotan air tanah yang berlebihan juga bisa menimbulkan masalah pada struktur tanah.
Yang terjadi pada penambangan minyak Bumi lebih serius lagi. Isi perut Bumi benar-benar hilang, dan strukturnya menjadi lebih keropos. Meskipun boleh jadi, lantas disuntik dengan cairan pengisi. Tapi tentu tidak sebesar yang telah hilang disedot.
Kalau ini diterus-teruskan ke masa depan tanpa ada kepedulian, bisa dipastikan Bumi kita akan mengalami masalah besar dengan struktur dalam perutnya. 100 tahun lagi, kondisinya akan semakin memburuk. Dan dampaknya pasti akan kembali kepada kita semua sebagai bencana...
Belum lagi batubara. Bahan bakar fosil padat ini menempati urutan ke dua dibandingkan dengan minyak Bumi. Sumber data yang sama menginformasikan bahwa manusia di muka Bumi telah menghabiskan rata-rata 5,5 miliar ton batubara setiap tahunnya. Atau 550 miliar ton dalam 100 tahun terakhir.
Bahan bakar ini pun kemudian dibakar dan tidak kembali ke dalam tanah. Kecuali abu yang sudah jauh lebih kecil bobotnya. Lantas bisa anda bayangkan bagaimana kondisi struktur tanah yang ditinggalkannya?
Keadaan ini ditambah lagi dengan volume gas alam yang semakin hari juga semakin besar disedot dari perut Bumi. Tak kurang dari 75 triliun cub feet setiap tahunnya gas disedot dari dalam perut Bumi. Berarti seabad terakhir Bumi telah kehilangan gas sebesar 7.500 triliun cub feet.
Dari ketiga jenis bahan tambang ini saja kita sudah bisa membayangkan betapa isi perut Bumi telah mengalami nnasalah besar. Terjadi kerusakan yang bukan main parahnya di dalam struktur Bumi. Yang pada gilirannya nanti menjadi bencana buat manusia sendiri...
2. Perusakan Hutan
Selain kerusakan akibat aktifitas pertambangan, Bumi juga mengalami kerusakan penggundulan hutan secara brutal. Terutama hutan di daerah tropis, termasuk di Indonesia dan Amazon di Brazil, Amerika Latin. Padahal hutan tropis ini menjadi paru-paru planet Bumi.
Setiap tahunnya ratusan ribu hektare atau bahkan jutaan hektare hutan kita ditebangi oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Dengan demikian berarti ada jutaan meter kubik kayu yang juga dipindah tempatkan. Lintas kota, lintas propinsi, atau lintas negara.
Belum lagi kebakaran hutan yang terus melanda hutan-hutan kita. Setiap tahunnya berapa ribu kayu yang terpanggang sia-sia. Di Kalimantan di Sumatera dan daerah-daerah lainnya.
Data kerusakan hutan di permukaan Bumi selama abad-abad terakhir ini sungguh mengerikan. Mestinya, hutan tropis di permukaan Bumi ini bisa mencapai luasan 20 juta km persegi. Akan tetapi, lebih dari separonya kini telah musnah. Baik karena kebakaran, dirusak, atau pun ditebangi untuk kepentingan bisnis. Yang tersisa kini hanya sekitar 8.5 juta kilometer persegi.
Kecepatan perusakan hutan bukannya semakin menurun, melainkan bertambah dahsyat. Kalau di abad yang lalu manusia menggunduli hutan dengan kecepatan sekitar 50 juta hektare selama 100 tahun, maka di era modern ini meningkat sangat fantastik. Manusia kini merusak hutan dengan menggunakan mesin-mesin berkecepatan 900 ton per 2 jam. Dengan kata lain, kita bisa menggunduli hutan seluas 1 hektare hanya dalam waktu 1 detik. Atau 60 hektare per menit. Atau 86.000 hektare per hari. Dan setiap tahunnya, manusia modern telah menghancurkan hutan-hutan tropis dengan berbagai cara sebanyak 31 juta hektare!
Antara tahun 1960 - 1985 saja, manusia telah menggunduli 40% hutan di muka Bumi. Dan dalam 3 tahun belakangan, hutan Amazon mengalami kerusakan seluas 60.000 km persegi. Maka diperkirakan, jika kerusakan berlangsung terus seperti ini, hutan Amazon bakal musnah di tahun 2025!
Ya, hutan-hutan kita mengalami kerusakan yang luar biasa parahnya. Padahal ini sungguh suatu perbuatan konyol yang akan menghancurkan kita sendiri. Kerusakan hutan telah menyebabkan timpangnya mekanisme air hujan di planet biru ini. Sekaligus merusak struktur permukaan tanah menjadi tandus dan poris.
Maka jangan heran, di musim kemarau ini banyak wilayah yang dilanda banjir bandang. Di Indonesia, daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Pulau Jawa mengalami banjir bandang yang mengerikan. Bisa mencapai ketinggian 3-6 meter, dalam wilayah yang luas.
Dan, bukan hanya Indonesia, daratan China dan Jepang pun tak luput dari banjir besar yang mengorbankan ratusan jiwa dan merusak ribuan tempat tinggal
Selain itu, dengan rusaknya hutan, mekanisme sirkulasi udara pun menjadi terganggu. Persediaan oksigen dan kelembaban dipastikan menurun. Suhu udara meningkat. Angin bergerak lebih liar dari biasanya. Efeknya, lantas berpengaruh pada iklim Bumi secara global.
3. Revolusi Industri
Kerusakan lingkungan hidup semakin besar dengan melesatnya kemajuan dunia industri. Asap-asap hitam berhamburan dari cerobong pabrik. Limbah-limbah kimia begitu saja dibuang ke sungai ke laut atau ke dalam tanah. Jumlah kendaraan bermotor yang semakin berjubel dan mengotori udara perkotaan. Mesin-mesin pembangkit listrik, mesin produksi dan berbagai air conditioning yang menebar hawa panas ke lingkungan, dan sebagainya, dan sebagainya. Semua itu memberikan andil merusak lingkungan hidup kita. Dan memberi beban yang semakin besar kepada planet Bumi...
Gejala paling mengkhawatirkan dari revolusi industri itu adalah meningkatnya suhu permukaan bumi. Idealnya, rata-rata suhu udara di Bumi adalah sekitar 16'C. Akan tetapi, abad lalu tercatat suhu atmosfer Bumi mengalami kenaikan 0,6'C. Diperkirakan kalau kita tidak segera mengantisipasi gejala ini, Bumi akan mengalami peningkatan lebih serius, sebesar 0,8'C - 3'C. Bahkan, jika kita bisa mengurangi gas-gas polutan itu pun planet Bumi masih mengalami pemanasan 0,5 - 2'C.
Efek rumah kaca itu kini mulai menampakkan dampaknya dalam skala yang luas di permukaan Bumi. Melintasi berbagai wilayah. Benua Antartika di kutub selatan misalnya, meleleh lebih banyak pada beberapa dekade terakhir.
Sejak 1945, diketahui Antartika mengalami kenaikan suhu sebesar 2,5'C. Lapisan es di wilayah Larsen A meleleh seluas hampir 2000 km persegi, pada tahun 1995. Antara tahun 1998-1999, lapisan es di daerah Larson B dan Wilkins runtuh seluas hampir 3000 km persegi. Padahal daerah ini sangat stabil dalam kurun 400 tahun terakhir.
Ketebalan es di beberapa permukaan danau disana juga dikabarkan menipis sekitar 40%, sejak tahun 1950, karena suhu airnya naik l'C. Dan pada tahun 2002, permukaan benua di kutub selatan ini dikabarkan mengalami runtuh lagi seluas 3,250 km persegi. Sehingga total luasan es yang hilang sejak 1974 adalah 17.500 km persegi.
Bukan hanya di kutub selatan, dikabarkan setengah lapisan es di pegunungan Kaukasus, Rusia juga telah lenyap meleleh, dalam kurun 100 tahun terakhir. Demikian pula di pegunungan Himalaya, dan Tien Shan di China yang kehilangan seperempat gletsernya dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.
Di sebagian besar daratan Eropa terjadi pergeseran lamanya musim panas. Hari-hari panas menjadi lebih panjang dibandingkan hari-hari dinginnya. Dan rata-rata suhunya naik sekitar 0,5'C. Bahkan pada tahun 2000, muncul gelombang panas yang menyapu wilayah mulai dari Turki, Yunani, Romania, Italia dan Bulgaria, dengan suhu mencapai 44'C.
Demikian pula daratan Amerika, Canada, sampai Alaska, juga mengalami peningkatan suhu di musim dingin sampai 3-6 derajat di atas biasanya. Dikabarkan, ketebalan es dan luas wilayah gletser semakin menyempit dengan kecepatan yang signifikan setiap tahunnya. Sehingga Glacier National Park di Montana diprediksikan bakal hilang di tahun 2070.
Begitulah pemanasan yang sedang terjadi di muka Bumi. Seluruh wilayah benua dan kutub mengalami dampak secara sistematis dan konsiten. Permukaan air laut mengalami kenaikan beberapa sentimeter setiap tahunnya. Salah satu dampaknya, pantai Waimea Bay di Hawaii diprediksi bakal lenyap dalam kurun waktu 90 tahun ke depan. Dan, sejumlah pulau lain di berbagai penjuru permukaan bumi bakal mengalami hal yang sama.
Bukan hanya mencairnya es yang terjadi akibat pemanasan global itu, iklim bakal ikut kacau. Hujan pun menjadi tidak teratur, yang bakal menyulitkan para petani dan pekerja perkebunan...
Efek lain dari revolusi industri adalah menurunnya kualitas air dan udara disebabkan oleh polusi yang demikian besar. Diperkirakan abad mendatang manusia bakal memperebutkan air bersih, sebagaimana kini berebut minyak bumi, sampai rela saling bunuh dalam peperangan.
Mengeringnya berbagai sumber air disebabkan oleh gundulnya hutan, dibarengi dengan pencemaran yang tinggi, menjadikan kita semakin sulit untuk memperoleh air bersih bagi kehidupan sehari-hari. Sungai-sungai dan danau tidak lagi memiliki air berkualitas baik. Kebanyakan telah tercemar oleh limbah industri yang dibuang secara sembarangan.
Bahkan buah dan sayuran segar pun kini telah banyak tercemar oleh pestisida. Demikian pula daging ayam, sapi, seafood, semuanya berpotensi mengandung zat-zat kimiawi tertentu yang bersifat merusak kesehatan dalam jangka panjang...
Maka, apakah yang harus kita lakukan ke depan? Apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita? Dan seberapa lama lagi Bumi kita bisa bertahan terhadap kebrutalan manusia yang sok pintar dan serakah ini?
Entahlah. Yang jelas Bumi mulai memberikan sinyal negatif atas segala tingkah laku kita selama ini. Bencana bermunculan di mana-mana. Dalam bentuk gempa. Dalam bentuk tsunami. Gunung meletus. Banjir dan tanah longsor. Sengatan hawa panas dan dingin. Penyakit yang semakin aneh-aneh dan sulit diobati. Serta, kejahatan yang semakin merajalela di seluruh permukaan planet Bumi...
Kita telah merusak habitat kita sendiri. Sehingga beginilah akibatnya