Wednesday, March 7, 2007

Menurunnya Akhlak Manusia

Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka
dengan akhlak yang tinggi, yaitu selalu
mengingatkan kepada negeri akhirat.
QS. Shaad (38) : 46


Akhlak merupakan kunci kesuksesan seorang manusia atau kelompok manusia, dalam mencapai kesuksesan yang sesungguhnya. Sepandai apa pun seseorang atau suatu bangsa, jika akhlaknya rusak, bangsa itu sedang menyiapkan jurang kehancurannya sendiri di masa depan. Sebaliknya, meskipun tidak terlalu pintar atau maju peradaban suatu bangsa, jika akhlaknya baik, mereka akan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik.

kehidupan modern telah memberikan bukti konkret terhadap hipotesa itu. Baik dalam skala perorangan maupun komunitas, maupun bangsa. Dalam kehidupan perseorangan misalnya, kini sebagian besar kita dan para ahli menyepakati bahwa IQ bukanlah kunci utama keberhasilan seseorang di dalam hidupnya.

Kita telah melihat bukti sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari betapa banyaknya orang pandai yang tidak sukses hidupnya. Padahal sejak kecil ia selalu juara. Dites IQ-nya tinggi, di atas rata-rata. Akan tetapi ia salah pergaulan. Dan kemudian rusak akhlaknya, maka hidupnya pun lantas amburadul.

Pekerjaannya kini tak lebih hanya di sekitar narkoba, judi, dan mencuri. Atau, setidak-tidaknya menjadi pengangguran. Tidak punya motivasi hidup. Tidak punya motivasi maju. Juga tidak ingin menjadi orang yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang-orang di sekitarnya.

Semua itu berangkat dari kematangan akhlak. Bukan sekadar IQ dan kecerdasan. Boleh jadi, seseorang sangat pandai dan kemudian dia berhasil mencapai suatu posisi strategis dalam pekerjaannya. Akan tetapi jika akhlaknya buruk, dia bakal menuai masalah di masa depannya.

Misalnya saja, ternyata dia tidak jujur dalam bekerja. Tidak amanah. Tidak bisa dipercaya. Pastilah perusahaannya bakal menyingkirkan secara perlahan-lahan. Atau, malah dipecat sama sekali. Bukan memajukan perusahaan, malah merugikan.

Ada juga orang yang pintar tapi kurang memiliki jiwa sosial. Sangat egois. Tidak bisa bekerja dalam sebuah tim. Dia juga bakal menuai masalah di masa depannya. Terutama ketika dia harus bekerja dalam sebuah komunitas dan teamwork.

Akhlak merupakan kunci keberhasilan seseorang, jangka pendek maupun jangka panjang. Di dunia maupun di akhirat. Sendirian maupun kelompok. Dimana pun dan kapan pun. Karena itu Allah mengutus Rasulullah, tugas utamanya adalah memperbaiki akhlak manusia.

Rasulullah saw menyampaikan kepada kita, bahwa tidaklah beliau diutus ke muka Bumi kecuali untuk memperbaiki akhlak manusia. Dan memang keutamaan nabi kita adalah kemuliaan akhlaknya. Sehingga di dalam Al Qur’an Allah pun memuji-muji beliau beberapa kali.
QS. Al Qalam (68) : 4
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Sejak kecil beliau sudah mennperoleh julukan al Amin alias Yang Bisa Dipercaya. Jujur. Tak pernah berbohong. Beliau tidak digambarkan sebagai nabi yang berilmu pengetahuan tinggi sebagaimana nabi-nabi bangsa Israel: Daud, Sulaiman, Musa, sampai 'Isa. Melainkan digambarkan sebagai nabi yang berakhlak tinggi. Berbudi pekerti mulia. lni sesuai garis keturunan beliau. Yaitu keturunan nabi Ibrahim dari jalur nabi Ismail.

Nabi Ismail dikenal sebagai nabi yang memiliki ketaatan dan kesalehan luar biasa. Beliau adalah putra nabi Ibrahim dari Siti Hajar. Putra yang lain adalah Ishak dari Sarah. Ismail bertempat tinggal di Mekkah, sedangkan Ishak di sekitar Palestina.

Dari kedua putranya inilah Ibrahim menurunkan para nabi dan Rasul. Yang dari Ishak melahirkan banyak nabi yang bermukim di sekitar Palestina. Di antaranya adalah Daud, Sulaiman, Musa, dan Isa. Mereka terkenal memiliki ilmu-ilmu yang tinggi dan mukjizat-mukjizat luar biasa.

Daud dengan kemampuan perangnya yang luar biasa. Ia juga menguasai teknologi metalurgi untuk membuat peralatan-peralatan perang. Termasuk juga bisa menguasai binatang-binatang dan alam.

Sulaiman, putranya, juga mewarisi ilmu-ilmu nabi Daud. Bahkan ia menguasai teknologi angin, teleportasi, konstruksi, bangsa jin, dan sebagainya

Musa, bahkan dikenal menguasai ilmu yang tinggi, sekaligus memiliki mukjizat yang menakjubkan. Ia memiliki 9 buah mukjizat, di antaranya tongkat yang bisa membelah laut Merah dan memunculkan sumber air ketika dipukulkan ke batu.

Dan kemudian nabi Isa yang memiliki mukjizat tak kalah hebat. Ia bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Termasuk bisa menghidupkan orang mati. Dan membuat burung-burungan dari tanah menjadi burung yang hidup betulan. Itulah keturunan nabi Ishak yang diutus oleh Allah untuk menundukkan bangsa Israil alias Yahudi.

Tetapi apa yang terjadi? Bangsa Yahudi tidak pernah menjadi bangsa yang benar-benar tunduk kepada Mereka selalu berbuat kerusakan di muka bumi. Sampai sekarang.

Maka, Allah memindahkan risalah kenabian itu dari keturunan Ishak kepada keturunan nabi Ismail yang memiliki tipikal berbeda. Bukan nabi-nabi yang berilmu pengetahuan tinggi dengan segala mukjizat hebat-hebat, melainkan seorang nabi yang sangat rendah hati dan berakhlak mulia. Penuh kasih sayang kepada umat manusia. Menginginkan semua manusia selamat dengan cara beriman dan taat kepada Allah. Itulah nabi penutup seluruh rangkaian risalah kenabian, yaitu Muhammad saw.

QS. At Taubah (9) : 128
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.

Maka, agama Ibrahim ini dimulai dari keilmuan yang tinggi, dan kemudian disempurnakan dengan budi pekerti yang mulia. Itulah agama Islam yang sempurna. Sejak dibawa oleh Rasulullah saw itulah agama Islam kemudian berkembang pesat melintasi batas-batas negara dan bangsa. Kini sudah tersebar di seluruh muka Bumi dengan jumlah pengikut lebih dari 1,3 miliar.

Maka, kita sekali lagi melihat pembuktian dalam sejarah kemanusiaan, bahwa akhlak adalah kunci utama dari kesuksesan yang sesungguhnya.

Karena itu, ketika kita dihadapkan pada kehidupan manusia modern yang mendewa-dewakan kepintaran -sains Et teknologi- semata, dan kemudian mengesampingkan akhlak mulia, kita seperti dihadapkan pada jaman para nabi di sekitar Palestina kembali. Riuh rendah berbagai peristiwa dahsyat, tetapi hasilnya adalah kekacauan tiada henti.

Apalagi, kita juga melihat bangsa Israel menjadi pusat dari kekacauan itu. Baik lewat negara-negara Barat, maupun yang diperagakannya sendiri di wilayah sekitar Palestina. Korban berjatuhan tiada henti. Jiwa maupun harta benda.

Mukjizat-mukjizat yang dulu dikuasai oleh para nabi dan rasul itu kini telah banyak dikuasai oleh manusia. Malahan oleh orang-orang yang tidak berorientasi kepada Allah. Dulu nabi Daud dan Sulaiman bisa membangun armada perang yang hebat, kini manusia pun telah menguasainya.

Dulu nabi Musa bisa membelah lautan, kini dengan teknologinya manusia juga telah bisa membelah lautan. Baik berupa jembatan, maupun terowongan bawah laut. Dulu, nabi Isa bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, kini para ahli kedokteran pun memiliki kemajuan yang luar biasa dalam bidang medis. Dan dulu, para nabi memiliki mukjizat yang bisa menghancurkan kaum kafir dengan gempa, hujan batu, petir, banjir, dan sebagainya, kini manusia pun bisa nnelakukan tak kalah dahsyatnya.

Amerika, Inggris, Israel dan sekutu-sekutunya telah menghancurkan negeri-negeri di Timur tengah dan mengontrol sebagian besar bangsa-bangsa Islam dengan menggunakan mesin perang yang sangat dahsyat. Sekaligus menggunakan mesin-mesin ekonomi dan budaya yang mencengkeram di seluruh sendi-sendi kehidupan kita.

Sejarah telah berulang secara terbalik. Sains dan teknologi yang berkembang pesat telah menciptakan potensi merusak yang luar biasa besar. Dan dikuasai oleh orang-orang yang berakhlak jahat. Maka, sungguh Bumi ini sedang terancam mengalami kehancuran yang bukan main.

Namun, memang Allah telah menginformasikan di dalam Al Qur’an bahwa bangsa Yahudi bakal membuat kerusakan di muka Bumi ini dua kali. Dulu dan sekarang. Setelah itu mereka bakal musnah di akhir jaman.

QS. Al Israa' (17) : 4
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar."

Bagaimanakah mengatasi ancaman bencana ini? Tirulah nabi Muhammad. Bukankah Allah telah memberikan contoh konkret dalam sejarah kenabian, bahwa segala kekacauan itu akan bisa diatasi dengan akhlak yang baik, sebagaimana yang dicontohkan oleh beliau selama perjuangan syiarnya.

Mulailah dengan akhlak mulia. Kejujuran. Amanah. Kasih sayang dan lemah lembut. Sekaligus tegas dan jelas dalam komitmen perjuangan yang hanya berorientasi kepada Allah...

Begitulah Rasulullah selama tugas kerasulannya. Dengan contoh akhlak yang baik itu, Rasulullah berhasil membangun umat yang kuat dan tangguh. Mulai dari beberapa orang saja di Mekkah, hingga mencapai puluhan ribu ketika di Madinah.

Semua memiliki dan menerapkan akhlakul karimah. Tidak mementingkan diri sendiri. Selalu berorientasi kepada Allah dan kehidupan akhirat. Maka pasukan Islam menjadi pasukan yang sangat kuat dan ditakuti. Bahkan bisa mengalahkan pasukan yang jauh lebih besar dan persenjataan lebih lengkap. Pantang mundur. Tapi juga pantang melakukan perusakan dan kekejaman sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir. Begitulah akhlak para nabi dan para pejuang Islam.

QS. Shaad (38) : 46
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan kepada negeri akhirat.

Hal ini sekarang kurang begitu terlihat di kalangan umat Islam. (Tapi konon, Hizbullah menerapkan cara Rasulullah ini dalam perjuangannya di Lebanon). Pondasi akhlak kita tidak sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw. Kita kurang jujur. Kurang amanat. Kurang berkasih sayang. Terlalu kasar dan kurang lemah lembut.

Kita menjadi pemarah dan sering emosional. Padahal Rasulullah selalu menunjukkan ketenangan dan kelemah lembutannya. Allah sendiri yang mengajarkan kepada beliau agar sabar dalam menghadapi orang-orang kafir. Jangan seperti nabi Yunus yang tidak sabar terhadap umatnya, dan kemudian meninggalkan mereka dalam keadaan marah.

QS. Al Qalam (68) : 58
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).

Maka, kalau seluruh umat Islam menerapkan akhlak yang mulia sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw, insya Allah, Dia akan menolong hambaNya dengan cara yang di luar dugaan kita. Yang penting kita tetap berjuang sekuat daya, dalam kesabaran dan keikhlasan.

QS. Al Qalam (68) : 44-45
Maka serahkanlah kepada-Ku orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Qur’an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,

dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.