Maka masing-masing Kami siksa
disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan
batu kerikil dan di antara mereka ada yang
ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di
antara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang
Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
tidak hendak menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya
diri mereka sendiri.
QS. Al Ankabuut (29) : 40
Planet Bumi ini, sebenarnya tiap hari dihajar oleh bencana. Mulai dari gempa, angin kencang, banjir, hawa panas-dingin, tanah longsor, sampai pada gelombang pasang atau mungkin menjadi tsunami yang menakutkan. Karena begitulah memang kondisi planet ini. Akan tetapi, semua itu bukan terjadi dengan sendirinya. Selalu ada penyebabnya...
Allah membuat sistem tertutup yang saling mempengaruhi antarkomponen struktur Bumi ini. Tidak ada yang terpisah. Semuanya saling terkait membentuk keseimbangan. Sekecil apa pun perubahan yang terjadi, akan menyebabkan pergeseran pada komponen yang lain.
Kesaling terkaitan itu bagaikan sebuah jala ikan yang dibentangkan kencang. Jika anda memotong salah satu benang pada jala itu, maka akan terjadi perubahan bentuk secara keseluruhan. Begitulah kondisi Bumi. Perubahan sekecil apa pun pada kondisi Bumi kita akan menyebabkan perubahan pada keseluruhan.
Ini terjadi pada planet secara global. Perubahan di suatu wilayah, bakal menyebabkan perubahan di wilayah lain. Sebagai contoh konkret adalah gempa. Terjadinya gempa di Aceh, telah nnenimbulkan ketidakstabilan pada wilayah berikutnya. Maka, beberapa waktu kemudian, gempa itu merembet ke sepanjang pantai selatan pulau Jawa, terus bergerak sampai ke Indonesia Timur.
Atau, ketika muncul tsunami, maka gelombangnya bukan hanya berhenti di sekitar Aceh, melainkan menghantam wilayah yang luas, pantai-pantai di sekitar lautan Hindia dan kemudian merambat sampai ke pantai Afrika.
Bahkan, sentakan gempa yang mencapai angka 9 skala Richter ini sempat menggoyahkan Bumi dan menggeser sumbu putarnya. Setelah peristiwa itu, Bumi kita berputar pada sumbu yang lebih miring sekitar 2,5 cm. Hal ini dikemukakan oleh Richard Gross dan kawan-kawannya, para peneliti NASA.
Lebih jauh, para ahli geofisika memprediksi getaran gempa yang mengakibatkan tsunami di Aceh itu telah mempercepat putaran planet Bumi sebesar 3 mikrodetik. Hal ini disebabkan oleh gelombang kejut yang terjadi. Mereka mengumpamakan seperti seorang pemain papan seluncur yang bergerak mengibaskan tangannya untuk memberikan efek tambahan kecepatan.
Perubahan periode rotasi Bumi ini juga disebabkan oleh bergesernya massa di pusat Bumi saat lempeng tektonik samudera Hindia melaju menabrak lempeng Eurasia. Demikian penjelasan para peneliti di Laboratorium Propulsi Jet NASA.
Jadi sangat jelas, bahwa perubahan sedikit apa pun yang terjadi pada suatu wilayah Bumi bakal mempengaruhi wilayah yang lain. Meskipun itu terjadi di material padatan seperti kerak Bumi. Apalagi pada material gas alias atmosfer yang melingkungi Bumi. Pergerakan jauh lebih liquid.
Polusi di suatu wilayah akan sangat berpengaruh pada kualitas atmosfer Bumi secara keseluruhan. Ketika hutan kalimantan terbakar, asapnya menyengsarakan bukan hanya orang kalimantan. Melainkan semua negara tetangga.
Ketika gunung Krakatau meletus di tahun 1883, selain memunculkan gelombang tsunami yang memakan korban 36.500 jiwa di pantai ujung barat pulau Jawa, asap letusannya membubung tinggi sampai terlihat dari daratan Eropa dan Amerika.
Atau, ketika banyak penduduk Bumi menggunakan gas freon dan pengisi tabung semprot dengan gas perusak Ozon, maka lapisan Ozon di bagian atas atmosfer mengalami kerusakan. Dan menurut pengamatan dari luar angkasa, lapisan ozon di atas kutub selatan mengalami lubang sangat besar. Hal ini, kacau tidak segera diatasi, bakal mengancam kelangsungan hidup di muka Bumi.
Planet ini akan mengalami pemanasan global. Permukaan laut akan mengalami kenaikan ketinggian, dan menenggelamkan sebagian daratan karena es di kutub mencair. Pemanasan global semakin mengkhawatirkan karena tingkat polusi gas-gas rumah kaca juga semakin besar.
Efek selanjutnya dari pemanasan global itu adalah pergeseran mekanisme iklim di Bumi. Pergerakan angin menjadi lebih `liar' dari biasanya. Hawa panas dan dingin lebih sering muncul di wilayah-wilayah empat musim sehingga memakan korban lebih banyak. Mekanisme hujan pun menjadi kacau, menimbulkan berbagai banjir bandang dalam skala luas. Dan, secara keseluruhan kondisi Bumi semakin sulit diprediksi. Inilah yang terjadi dewasa
Bagaimana dengan gempa dan Tsunami? lni juga agak aneh. Selama ini, dalam sejarah bencana tsunami dunia, kawasan lautan Hindia tidak termasuk kawasan yang rawan tsunami. Yang paling sering adalah kawasan lautan Pasifik. Dan kemudian Atlantik. Karena itu sistem deteksi tsunami di kawasan ini tertata dengan baik. Negara-negara di kawasan lautan Hindia merasa tidak perlu memasang alat berharga jutaan dolar itu, karena dianggap tidak efektif. Akan tetapi, ternyata di kawasan inilah justru muncul gelombang tsunami terbesar dalam sejarah manusia yang paling mengerikan, dan meminta korban lebih dari 150 ribu jiwa.
Bencana Tsunami lainnya dalam sejarah manusia tidak sebesar ini. Kebanyakan terjadi di wilayah Pasifik. Tahun 1782 terjadi gelombang tsunami di Laut China Selatan, memakan korban jiwa 40.000 orang, dan ribuan rumah hancur disapu gelombang. Tahun 1883, muncul tsunami akibat letusan gunung Krakatau, korbannya lebih dari 36.500 jiwa. Tahun 1868 bencana yang sama menyapu Chilie dan menewaskan sekitar 25.000 orang.
Namun demikian, pantai di wilayah Atlantik juga pernah dihancurkan oleh tsunami. Tahun 1775 terjadi gempa Bumi di Lisbon yang menyebabkan tsunami menghajar pantai Portugal, Spanyol dan Afrika Utara. Korbannya tak kurang dari 60.000 orang. Gelombangnya mencapai ketinggian 7 meter di laut Karibia.
Daerah ini beberapa kali dilanda tsunami, tapi dalam skala yang lebih kecil. Sejak tahun 1498 terjadi 37 kali tsunami yang memakan korban total sekitar 9.500 orang. Tsunami besar lainnya muncul dengan gelombang raksasa pada tahun 1999 di laut Marmara, dekat Turki setelah gempa Izmit...