Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh
Kepada kaumnya (dengan memerintahkan):
"Berilah kaummu peringatan sebelum
Datang kepadanya azab yang pedih".
QS. Nuh (71) : 1
NABI NUH, dikenal dengan bencana banjir bandangnya. Inilah banjir terbesar yang pernah terjadi di muka Bumi. Digambarkan gelombang air bah itu sampai setinggi gunung. Sehingga Kan'an, anak nabi Nuh yang dicap kafir dan berusaha menyelamatkan diri ke puncak bukit pun dilibas oleh gelombang setinggi gunung itu. Umat nabi Nuh semuanya binasa, termasuk istri dan anaknya. Yang selamat hanyalah beberapa orang yang jumlahnya tidak banyak. Beserta beberapa pasang binatang yang sengaja dibawa.
Cerita tentang nabi Nuh itu panjang lebar difirmankan Allah di dalam Al Qur’an agar kita bisa mengambil pelajaran dari padanya.
QS. Al Ankabuut (29) : 14-15
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.
Dalam ayat tersebut Allah memang menyebut bencana itu sebagai banjir besar. Dan seluruh umat kafir pada waktu itu ditenggelamkan, tanpa tersisa. Kemudian perahu nabi Nuh mendarat di sebuah puncak bukit bernama Judi.
Besarnya banjir pada waktu itu ditandai oleh beberapa kejadian, di antaranya adalah gelombang yang menggunung. Yang ke dua digambarkan Kan'an lari ke puncak gunung. Yang ke tiga, nabi Nuh diperintahkan untuk membawa serta binatang berpasang-pasangan. Artinya, bukan hanya manusia yang mengalami kebinasaan pada waktu itu, melainkan juga binatang-binatang, dalam wilayah yang sangat luas. Sehingga dikhawatirkan tak ada kehidupan yang tersisa.
QS. Huud (11) : 42-43
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
QS. Huud (11) : 40
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
Begitulah Allah memusnahkan kaum Nuh disebabkan oleh kedurhakaan mereka. Padahal nabi Nuh mencoba menyadarkan umatnya dalam kurun waktu yang panjang. Digambarkan oleh Al Qur’an usia nabi Nuh adalah seribu tahun kurang lima puluh tahun. Alias 950 tahun. Jika tugas kerasulan itu dimulai usia 40 tahun, maka masa kerasulan beliau adalah 910 tahun. Sungguh waktu yang sangat panjang.
Akan tetapi umat nabi Nuh tergolong bandel. Bahkan kemudian mereka lebih berani dalam menentang tugas kerasulan beliau. Mulai dari mengejek, mencaci maki, sampai pada mengancam secara fisik. Hal itu digambarkan oleh Allah dalam beberapa ayat yang cukup jelas memberitakan peristiwa itu.
QS. Huud (11) : 32
Mereka berkata: "Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
Awalnya, masih bisa diajak diskusi dan berdebat tentang kebenaran risalah yang dibawa nabi Nuh. Akan tetapi lama kelamaan mereka tak mau lagi mendengarkan nasehatnya. Bahkan menantang untuk didatangkan azab.
Nabi Nuh masih berusaha untuk bersabar. Akan tetapi mereka semakin brutal. Dan mengancam akan menyiksa secara fisik dengan cara merajam, yaitu hukum mati dengan cara melempari batu. Maka nabi Nuh pun mengadu kepada Allah. Mereka sudah sangat membahayakan dan melampaui batas.
QS. Asy Syu'araa' (26): 116-118
Mereka berkata: "Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam".
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; maka adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mu'min besertaku".
Itulah keputusan final yang diambil oleh nabi Nuh. Setelah sekian lama berusaha menyadarkan mereka, namun tak memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Bahkan semakin jauh. Maka, tak ada jalan lain lagi kecuali membuat keputusan tegas. Beliau memohon kepada Allah agar diturunkan ketetapan yang bersifat final. Serta menyelamatkan orang-orang yang sudah beriman, bersama nabi Nuh. Karena situasinya semakin tidak kondusif dan membahayakan.
QS. Al Mukminuun (23) : 26
Nuh berdo'a: "Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku."
Sehingga di ayat lain, digambarkan nabi Nuh pun akhirnya menantang orang-orang kafir yang menentangnya. Jika memang mereka mau menangkap dan merajamnya, silakan dilakukan secara terbuka. Tidak usah bermain tipu muslihat. Terang-terangan saja. Nabi Nuh dan pengikutnya siap menghadapi.
QS. Yunus (10) : 71
Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan sekutu-sekutumu. Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
Dalam kondisi genting itulah Allah memerintahkan kepada nabi Nuh dan umatnya untuk membuat perahu besar. Allah mewahyukan bakal terjadi banjir bandang yang akan membinasakan orang-orang kafir semuanya. Termasuk anggota keluarga nabi Nuh yang durhaka, yaitu istri dan anaknya, Kan'an.
Maka orang-orang kafir seperti memperoleh bahan ejekan baru, karena nabi Nuh membuat perahu besar. Padahal tempatnya jauh dari laut.
QS. Huud (11) : 38
Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek.
Karena kedurhakaan dan kekafiran mereka itu, sampai-sampai terlontar kalimat doa dari bibir nabi Nuh agar mereka dimusnahkan saja, seluruhnya. Jangan sampai ada yang tertinggal. Beliau rupanya sudah menyimpulkan bahwa mereka adalah umat yang tidak bisa diperbaiki lagi. Buktinya, diajak pada kebaikan selama lebih dari 900 tahun tidak juga sadar. Tak ada gunanya lagi dipertahankan.
QS. Nuh (71) : 26
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
Begitulah, umat nabi Nuh dibinasakan oleh Allah akibat perbuatan mereka sendiri. Tak ada yang tersisa. Kecuali orang-orang yang beriman, yang menumpang perahu besar bersama nabi Nuh.
QS. Asy Syu'araa' (26) : 119
Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan.