Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kami pernah mendapat ijazah amalan dari seorang kiai untuk keselamatan dunia-akhirat, yaitu membaca surah A-Fatihah seratus kali dan shalawat Nariyah seribu kali. Amalan tersebut dibaca setiap malam.
Kalau ini kami amalkan selama 40 hari secara istiqamah, apakah kami akan didatangi dan diikuti khadam? Khadamnya itu malaikat atau jin muslim? Kalau betul khadam mengikuti kami, bolehkah kami menyuruhnya untuk urusan pribadi? Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Ismi Fahriyah
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Segala bentuk bacaan, mulai dari Al-Qur'an sampai bacaan yang sesuai dengan yang diajarkan Baginda Nabi (saw) serta para ulama dan aulia'-Nya, adalah bagian bentuk ritus ibadah untuk menambah pendekatan kita kepada Allah (Swt), selain yang diwajibkan seperti shalat lima waktu. Kekosongan di antara shalat lima waktu itu perlu ditambah, dan yang disebut ibadah itu tidak hanya yang bersifat ritual. Di antaranya, misalnya, seorang anak ingin membantu orangtuanya yang kesusahan atau kurang mampu, supaya kehidupan mereka tertunjang. Dia bersedia bekerja. Kalau hasil pekerjaan yang halal itu diniati untuk bekal dirinya maupun untuk membantu orang lain, pekerjaannya itu dinilai sebagai ibadah.
Sebetulnya cukup banyak kesempatan untuk menambah ibadah di antara kekosongan shalat lima waktu. Ada yang berupa bacaaan atau wirid, tetapi juga ada ibadah mu'amalah (perilaku), seperti kita mencari nafkah sehari-hari, untuk anak-istri atau keluarga yang lain. Bila diniati ibadah, aktivitas mu'amalah itu juga bernilai ibadah.
Yang sulit, niatnya ibadah, tetapi sesudahnya pekerjaan itu mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan niatnya. Maksudnya niat untuk ibadah, untuk bekal pribadainya dalam menempuh segala kebaikan yang berhubungan dengan habluminallah dan habluminannas, tetapi hasilnya justru maksiat kepada Allah. Ini sangat disayangkan.
Walaupun pertanyaan Mbak Ismi ini saya berikan jawaban yang agak menyimpang, perlu saya gambarkan dan jelaskan lebih jauh mengenai nilai ibadah. Dalam mengisi kehidupan dengan ibadah, selain ibadah shalat lima waktu, kita kadang juga membaca wirid. Tetapi perlu diketahui, tidak semua bacaan itu mempunyai kandungan khaddam.
Dan dalam masalah khadam, agama Islam tidak mewajibkan. Sunnah pun tidak. Namun, silakan saja kalau ada orang yang ingin menggapai tingkatan itu sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab yang mengupas masalah sirr (rahasia) ayat per ayat Al-Qur'an, lalu doa-doa dari Baginda Nabi (saw). Memang ada kandungan-kandungan rahasia yang adakalanya di situ juga ada kecintaan para malaikat dan jin yang terpilih oleh Allah menyiapkan dirinya untuk menjadi khaddam ayat dan doa itu supaya mereka berbakti kepada Allah (Swt).
Namun pembaca ayat-ayat dan doa tersebut tidak harus atau semata-mata mendapatkan khaddam. Jadi membaca ayat dan doa itu bukan karena ingin mendapat khaddam, melainkan untuk menambah nilai pendekatan diri kepada Khaliknya. Wirid itu boleh saja dibaca sepuluh kali sehari, seratus kali sehari, atau seribu kali sehari. Yang penting bacaan-bacaan itu sebagai sarana pendekatan diri kepada Allah.
Pertanyaannya kembali kepada kita sendiri, sejauh mana kita perlu mendekatkan diri kepada Allah selain shalat lima waktu. Kalau kita masih merasa perlu, pasti akan tekun membaca wirid tersebut, sebab tujuan utamanya adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (Swt). Entah itu membaca Al-Qur'an, Hadits, atau doa-doa yang ada di dalam Al-Qur'an dan Hadits, serta dari para ulama dan aulia'.
Adakalanya, bagi yang mempunyai hajat ada batasan-batasan jumlah bacaan, maksudnya untuk meringankan kita semua. Karena watak manusia tidak lepas dari bosan, bacaannya dibatasi atau disesuaikan dengan kemampuan kita. Bisa juga dibaca setiap waktu, setiap hari atau per minggu, sebagaimana dilakukan dalam sistem tharekat. Titik beratnya sekali lagi bukan pada khadamnya, karena tujuan utamanya adalah mendekatkan diri kepada Allah (Swt) dan Rasul-Nya.