Saturday, May 5, 2007

Mengapa Banyak Lupa?

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya seorang santri, tetapi selama belajar di pesantren saya merasa ilmu saya tidak barakah. Saya sekarang sudah keluar dari pesantren itu, dan yang saya alami sekarang jauh sekali perbedaannya dengan kebiasaan selama di pesantren. Sekarang saya tidak tekun beribadah seperti sewaktu berada di pesantren. Begitu juga saya banyak lupa dengan beberapa ilmu yang saya pelajari. Apakah sebabnya? Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Bambang Sukartono

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ilmu, derajat, manfaat maupun tidaknya tergantung pada ikhtiar kita semula. Yang pertama, kemanfaatan ilmu itu akan kita peroleh tergantung bagaimana ketaatan kita kepada kedua orangtua, yang telah membiayai dan membesarkan kita. Yang kedua, coba kita koreksi dan introspeksi pula, belajar menghargai guru.


Kita kadang-kadang kurang menghargai para guru kita, yang telah ikhlas memberikan ilmunya kepada kita. Sebab, bagi seorang guru yang mengajarkan ilmu yang benar, si murid selamanya akan menganggap guru itu sebagai gurunya. Meski, pada suatu waktu, karena terus belajar, kita lebih pandai daripada guru kita di pesantren. Namun guru adalah tetap guru kita, yang harus tetap kita hormati. Jadi penghormatan kita kepadanya akan kita lakukan sepanjang hayat.


Berikutnya, sejauh mana pula ketaatan kita kepada guru. Hal itu ditunjang sejauh mana kita membutuhkan atau memerlukan ilmu-ilmunya sebagai bekal dalam kehidupan kita di dunia dan akhirat. Sebab, sebagaimana disebutkan di dalam hadits, adalah suatu kewajiban bagi kaum muslimin atau muslimat untuk mencari ilmu. Hadits-hadits populer juga menyebutkan, "Carilah ilmu meski ke negeri Cina." Begitu juga, "Carilah ilmu dari buaian hingga liang lahat."


Karena itu, kita belajar mengulang pelajaran yang telah kita terima ketika belajar di pesantren, sebelum terlambat, yaitu ketika kita pulang ke haribaan Allah (meninggal). Sebagai langkah awal, tidak ada salahnya kalau ada kesalahan-kesalahan kita—mungkin kalau ada—kepada kedua orangtua dan kepada guru kita, kita minta maaf. Sebab, dengan keikhlasan mereka memberikan maaf, akan terbuka pintu ridha dari Allah. Sehingga insya Allah ilmu-ilmu yang kita pelajari selama di pesantren yang terlupakan, atau tertutup, akan dibukakan kembali oleh Allah (Swt).


Tentu saja, syaratnya harus kembali sadar dan bertobat dengan segala kesalahan yang kita lakukan. Kemudian mulai belajar lagi, entah kepada guru kita, atau kepada orang lain, atau belajar mengulang sendiri pelajaran yang telah kita terima. Dengan berbagai upaya tersebut, kita berharap, kita akan kembali meraih ilmu yang kita dapatkan, serta amalan ibadah yang dulu pernah kita tekuni di masa lalu.