Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sering kita membaca sejarah para wali dalam kisah hidupnya sebelum menjadi wali. Ada di antaranya yang melakukan dosa besar, baik kepada Allah maupun sesama manusia. Singkat kata, akhirnya mereka bertobat. Tobat inilah yang menjadi akar permasalahannya. Sebab, walaupun sudah bertobat secara total, dimungkinkan masih terdapat sisa dosa kepada sesama manusia, yang belum semuanya termaafkan, mengingat besarnya dosa yang telah dilakukan. Apakah Allah dengan sifat ar-Rahman dan ar-Rahim-Nya akan mengangkat seseorang menjadi kekasih-Nya (wali) walaupun masih memiliki dosa dan noda yang belum seratus persen bersih?
Selanjutnya, apakah hal itu merupakan makna dan tafsir dari Hadist, "Likulli sya'in istiqalah wa stiqalatul-galbi bidzikrillah", yang artinya, "Setiap noda pasti ada alat untuk menghapusnya. Adapun alat untuk menghapus noda hati adalah seringnya melakukan zikir kepada Allah (Swt)." Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Achmad Fatich
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Masalah dosa, itu mutlak hak Allah, bukan hak kita. Kalau Allah (Swt) sudah memilihnya dan mengangkatnya, otomatis dosa itu akan lebur dengan sendirinya. Dan Dia, yang serba Maha dalam segala sifat-Nya, jelas lebih tahu kedudukan hamba yang akan diangkat-Nya. Jadi tidak perlu dipersoalkan. Kalau Allah mau mengangkat, apa sih beratnya mengampuni? Allah (Swt) itu sangat mudah untuk mengampuni, bukan seperti kita.
Mengenai pendapat Anda seputar zikir para wali, itu betul. Semua wali walaupun sudah tidak ada dosanya, tetap berzikir kepada Allah. Yang namanya zikir itu memiliki fungsi, pertama, menghapus dosa. Kedua, menghapus sifat-sifat yang tidak baik dan tidak terpuji, yang terdapat di dalam hati. Dan yang ketiga, memoles hati yang sudah bersih, biar lebih bersih, sehingga keluar sinar bintangnya. Itu terus berlangsung dan dilakukan agar sinar bintang itu bertambah mekar dan selalu terjaga. Demikian, semoga Anda memahami.