Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pada tahun 1997, setelah selesai kuliah, saya menemukan pengalaman yang sangat berbekas. Diawali dari sebuah mimpi pada suatu malam. Saya menggemari bacaan tasawuf karangan Imam Al-Ghazali dan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.
Suatu ketika, saya berkeinginan merantau ke Jakarta. Saat itu saya bertemu seorang ustad dari Lubuk Basung, Pasaman, Sumatra Barat. Dari mata batinnya beliau mengatakan, saya lebih baik tetap tinggal di kampung tanpa perlu pergi jauh dari orangtua. Karena, menurut beliau, saya termasuk orang yang suka membantah. Sejak saat itu saya sering bermimpi. Bahkan mimpi-mimpi yang saya temui sempat berpengaruh terhadap kejiwaan. Berikut ini mimpi-mimpi yang saya alami secara berturut-turut.
Dalam salah satu mimpi, saya bertemu dengan orang yang tidak dikenal. Ia berambut hitam legam, tidak bisa dilihat untaian rambutnya. Waktu itu saya akan masuk rumah, sementara beliau duduk. Saya coba menyapa, namun beliau diam dan hanya memandang. Pandangan matanya yang tajam, mampu menembus hati saya. Makin dalam memandang, makin terasa seperti melihat ke batin sendiri. Mata beliau berwarna hijau, sedangkan bulatan mata seperti batas antara laut dan langit. Batas itulah yang makin saya pandang makin jauh hingga ke dalam lubuk hati. Peristiwa ini terjadi di Padang.
Lalu, saya bermimpi melihat orang disiksa pada hari Kiamat. Bangun tidur saya berkeringat dan pucat, dan itu terjadi di Tangerang. Pada saat di Tangerang pula, saya bermimpi mengenal seseorang yang mengaku bernama Zaid bin Haritsah. Waktu itu saya belum mengenal nama tersebut. Setelah itu timbul keinginan membaca buku agama, sehingga mengetahui siapakah Zaid bin Haritsah. Kemudian saya bermimpi melihat dua orang berbadan cokelat hitam dan berbulu. Orang di depan mengatakan, ia orang baik-baik. Sedangkan di belakangnya mengatakan, ia orang jahat.
Kemudian keduanya masuk ke dalam jasad tubuh saya. Habis itu saya terbangun di waktu subuh. Mimpi ini terjadi di Jakarta.
Lantas, saya bermimpi bahu belakang dipegang sepasang tangan. Itu kira-kira pukul 24.15 WIB tanggal 01 Maret 2004 di kampung halaman kami di Batu Sangkar, Sumatra Barat. Kebetulan rumah tersebut berada di atas makam yang sudah hilang pusaranya. Orang di kampung sering melihat penunggu yang hanya bisa dilihat oleh keturunan dari pihak Ibu. Almarhum adalah seorang datuk atau pemimpin kampung kami. Dari kedua tangan tersebut, terasa seperti ada tusukan jarum yang menusuk ke seluruh aliran darah.
Sekarang saya merasakan pada saat-saat tertentu berada dalam kondisi yang baik, dan di lain saat dalam kondisi tidak stabil. Saya merasakan perjuangan dalam batin ini dan benar-benar sadar, sehingga berusaha melawannya, namun sering gagal, karena kurangnya ilmu dan bimbingan - belum pernah belajar secara serius pada seorang guru. Dan setelah kejadian itu, jika saya berzikir, merasa panas dan berkeringat. Sampai sekarang pun saya masih merasakan, jika berzikir dikhusyukkan pada pikiran dengan hati hanya ke Allah (Swt), terasa badan tersentak-sentak dan bergetar. Demikianlah ungkapan hati saya. Wassalamualaikum warah-matullahi wabarakatuh.
Riswandi Nazar
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya sarankan saja, perbanyaklah membaca shalawat Nabi. Zikirnya sementara dikurangi sedikit dari jumlahnya, tapi bukan berarti meninggalkan sama sekali. Hanya mengurangi, dan diganti dengan memperbanyak shalawat kepada Baginda Nabi (saw). Semoga dengan adanya shalawat akan mendatangkan syafaat Baginda Nabi (saw) dalam menjalankan kebaikan dan ketaatan kepada Allah (Swt), kepada RasulNya, dan juga kepada kedua orangtua.
Anda sebaiknya bertanya kepada orang yang ahli. Saya ingin mengingatkan Anda, jangan sampai terpengaruh oleh bujukan dan rayuan yang datang dari nafsu sendiri. Itu satu gambaran saja. Mungkin dengan bisa menahan diri dari bisikan atau rayuan nafsu, kita akan mengurangi perbuatan-perbuatan yang kurang baik.
Menyikapi masalah mimpi, baiknya kita berpegang pada suatu Hadist Nabi (saw). Kalau mimpi itu ada kaitannya dengan Baginda Nabi, itu satu hal yang baik sekali. Sesungguhnya beliau bersabda, "Seorang yang melihat aku dalam mimpi orang, ia dalam keadaan yang sesungguhnya. Karena sesungguhnya setan itu tidak bisa menyerupaiku."
Itu Hadist tentang mimpi yang bisa kita pegang kuat. Namun adakalanya mimpi itu sebagai isyarat atau perlambang, tapi sulit untuk bisa memecahkannya. Dan hal-hal yang demikian memerlukan uraian atau bahasan yang ukup panjang. Ringkasnya, menurut hemat saya, jangan terlalu banyak mengikuti kata mimpi. Kita kembalikan semuanya kepada Allah (Swt). Kalau kemudian perlambang itu memiliki pertanda yang baik, mari kita ikuti. Tapi kalau perlambang itu kurang baik dan kurang kita pahami, jangan kita yakini. Sekalipun yang baik, jangan terlalu percaya. Sebaiknya kita hanya percaya kepada Sang Maha Pemberi, yang memberikan perlambang itu, yaitu Allah (Swt).