Saturday, May 5, 2007

Tarekat Bukan Wirid Yang Aneh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ingin menyampaikan beberapa permasalahan. Pertama, sebagaimana dalam pelajaran tarekat, niat mengamalkan wiridnya adalah mencari keridhaan Allah semata, dan bukan lantaran kenikmatan surga atau pedihnya api neraka maupun motif dunia. Ilahi anta maqsudi wa ridhaka matlubi a'tini mahabbataka wa ma'rifataka.


Pertanyaannya, kalau ada orang yang berdoa dengan tujuan dunia, misalnya, agar usahanya lancar, bolehkah mengamalkan wirid tarekat? Saya pernah mendengar keterangan, mengamalkan wirid tarekat niatnya harus mencari ridha-Nya semata, tidak boleh ditujukan untuk urusan duniawi sebab kita rugi lantaran salah niat sehingga pahala amal tarekat tidak teraih. Padahal, meskipun dalam mengerjakan wirid tarekat hanya mengharap ridha-Nya semata, akan tetapi efeknya tetap ada, yaitu masalah duniawi yang dengan sendirinya—tanpa diminta—akan ikut terselesaikan. Benarkah keterangan tersebut?


Pertanyaan selanjutnya, untuk urusan dunia, wirid manakah yang cepat makbul, wirid tarekat atau wirid non tarekat seperti shalawat, Asma Al-Husna, Basmalah, Al-Fatihah, surat Al-Waqi’ah dan sebagainya? Mohon dijelaskan! Terima kasih atas perhatiannya, semoga keterangannya dapat bermanfaat. Amin. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Supomo

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Wirid Tarekat itu sebenarnya bukan wirid yang aneh atau ganjil.


Wirid tarekat sebagian besar adalah kalimat La ilaha illallah atau Allah sebanyak yang ditentukan oleh tarekat itu sendiri. Ada yang mewiridkannya secara sirr (dalam hati/pelan) dan ada pula yang mewiridkannya secara jahr (keras). Jadi, wirid tarekat tidak ada yang baru. Kalaupun ada tambahan, hanya shalawat, Asma Al-Husna, dan pembacaan La hawla wala quwwata illa billah.


Lalu, apakah dengan bertarekat—atau dengan mengamalkan wirid tarekat tertentu—itu tak boleh berdoa untuk meraih harta dan dunia? Kita harus ketahui bahwa meminta dunia—termasuk kekayaan, kesejahteraan—tidak dilarang dalam Islam. Doa Sapu Jagat yang kita kenal, Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah wa qina adzab an-nar, adalah doa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Salah satu bentuk kebahagiaan di dunia adalah memiliki harta yang bisa dimafaatkan secara benar.


Banyak Hadist yang menyatakan agar seseorang selamat dari kemiskinan dan kefakiran. Misalnya, Rasulullah (saw) menganjurkan untuk rajin membaca surah Al-Waqi'ah. Nabi (saw) menjamin bahwa barangsiapa yang kerap membacanya, maka tidak akan jatuh miskin. Hal itu menunjukkan bahwa boleh saja seorang berdoa untuk memohon kekayaan atau lainnya asal dengan cara yang benar. Mendapat kekayaan di jalan yang halal adalah hal yang sangat terpuji. Nabi Sulaiman sendiri tercatat sebagai seorang Nabi yang kaya raya. Meskipun dalam Hadist disebutkan bahwa rentang waktu masuk surga antara para nabi dengan Nabi Sulaiman adalah selama seratus empat puluh tahun masa akhirat yang jauh lebih panjang dari masa hidup di dunia.


Harus diakui, bertarekat adalah dalam upaya mencari ridha dan rahmat Allah. Seorang yang mendapatkan ridha dan rahmat-Nya niscaya akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan itu memang tidak senantiasa berbentuk harta berlimpah, karena itu bisa saja berbentuk lainnya seperti anak-anak yang cerdas, yang penurut, yang taat agama, hidup yang sehat, disukai tetangga, isteri yang salehah, pekerjaannya lancar, dan lain sebagainya. Tapi, kita tidak bisa mengingkari kemanusiaan kita yang memiliki nafsu, termasuk nafsu duniawi. Jadi, sah saja jika kita meminta rahmat dan ridha Allah juga terselip permohonan duniawi. Selama yang kita minta adalah hal yang tidak bertentangan dengan agama, yang masih dalam jangkauan ridha dan rahmat Allah, maka hal itu tak menjadi masalah.


Lalu wirid yang terbaik adalah membaca Al-Qur'an. "Barangsiapa ingin berdialog dengan Allah, maka bacalah Al-Qur'an," begitu sabda Rasulullah (saw). Dialog dengan Tuhan adalah wirid yang paling indah. Kemudian, membaca kalimah thayyibah seperti La Ilaha Illallah. Allah menjaminkan surga bagi para pembaca kalimat itu. Lainnya adalah istihgfar, shalawat, tahmid, tasbih, Asma al-Husna, doa-doa matsar dari Rasulullah. Wirid tarekat adalah juga wirid ma’tsur dari Rasulullah.