Saturday, May 5, 2007

Amalan bertemu Nabi (saw)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya senang dapat berkonsultasi. Saya mohon penjelasan tentang beberapa hal.

Pertama, benarkah ada wirid dan amalan agar dapat bertemu dengan Nabi Khidhir dan Wali Sanga? Jika benar, apa wirid dan amalan tersebut?
Kedua, ada beberapa orang yang katanya dapat bertemu dengan Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Benarkah yang mereka temui untuk berkonsultasi itu adalah Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga?

Ketiga, bolehkah penganut tarekat belajar menjadi paranormal? Samakah paranormal dengan Kahin yang disebutkan dalam Hadist Rasulullah (saw)?

Keempat, bolehkah seseorang berbaiat kepada dua orang mursyid sekaligus, misalkan Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah dan Sadziliyah? Demikian pertanyaan kami. Atas penjelasannya, kami haturkan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ahmad Taufiq S.

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Amalan atau wirid yang bisa mengantar atau membantu kita agar bertemu Nabi Khidhir dan Nabi Muhammad itu memang betul ada. Tapi masalah bertemu dengan para Wali Sembilan atau bertemu dengan para wali lainnya itu adalah bagian dari nilai tambah membaca amalan itu. Beberapa wirid yang insya Allah bisa membantu maksud dan tujuan Anda, antara lain dengan membaca al-Ismu al-A'zham yang tertera dalam kitab Sa'adatu Ad-Darrayn. Shalawat tersebut adalah milik Syekh Muhammad Taqiyyudin al-Hambali. Bunyi shalawat itu cukup panjang dan dimulai dengan kata-kata "Allahumma Inni as'aluka bismika al-a'zham" yang artinya, "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan berkat nama-Mu Yang Maha Agung." Atau bacaan lain berupa kalimat shalawat. Beberapa wirid itu dapat membantu mempermudah untuk bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad (saw) atau Nabi Khidir (as).

Masalah bertemu dengan para wali Allah, seperti pertanyaan Anda yang kedua, bisa dikatakan mudah. Para wali Allah yang sudah sempurna kedudukan dan kewaliannya adalah bagian dari para pewaris Nabi. Sedangkan setan tidak bisa menyerupai Nabi. Makanya para wali Allah yang benar-benar mencapai derajat yang tinggi adalah bagian dari pewaris Nabi, yang tidak mampu diserupai oleh setan.

Masalahnya, orang yang bertemu itu sendiri harus bisa memahami, ilmu tauhidnya harus benar, bisa membedakan mana Sunan Bonang yang sebenarnya dan mana yang mengaku sebagai Sunan Bonang (bukan menyerupai). Mengaku berbeda dengan menyerupai. Kalau menyerupai, setan dijamin tidak bisa menyerupai para wali Allah. Kebenarannya, semua berpulang kepada apa yang diberikan oleh beliau, melanggar syariah atau tidak.

Perlu dicatat, pertama, yang membedakan antara zat yang sekadar mengaku dan yang sebenarnya, terletak pada apa yang diperintahkan. Kedua, bila sudah bertemu, bagaimanakah orang tersebut, apakah ia semakin kuat dalam agamanya atau tidak. Kalau semakin tekun terhadap agamanya, itulah yang disebut khaddam. Tapi, kalau maksiatnya semakin menjadi-jadi, berarti yang datang itu sekadar mengaku. Belajar untuk memenuhi kewajiban dalam menuntut ilmu, termasuk belajar menjadi paranormal, itu tidak ada persoalan. Yang jadi masalah kalau seorang ahli tarekat yang sudah benar mau belajar menjadi paranormal. Alasannya pertama karena, pembukaan hijab (tirai) paranormal itu sudah ada dalam tarekat. Kalau paranormal hanya enam buah hijab, sedangkan tarekat itu ada sebelas buah. Makanya, sesungguhnya malah tidak masuk akal dan tidak akan terurai sebenarnya, di mana seorang ahli tarekat belajar menjadi paranormal (yang derajatnya lebih rendah).

Mengapa para ahli tarekat enggan mempelajari ilmu paranormal. Karena ada batasan atau koridor bahwa ahli tarekat itu tidak mau mendahului kehendak Allah. Ada paranormal yang bisa dikatakan sebagai seorang Kahin, dan ada yang tidak. Perbedaannya adalah bagaimana memulainya. Kalau pemahaman agamanya kuat, maka ia merupakan seorang yang beretika, beradab, dan hanya tunduk kepada-Nya. Dengan keahlian batinnya, justru akan menambah keimanan, karena ia tahu berbagai rahasia yang diberikan kepada hamba-Nya.

Tidak ada masalah kalau berbaiat terhadap dua orang mursyid, asalkan memahami benar koridor yang harus diperhatikan. harus diperhatikan bahwa baiat yang pertama itu sifatnya mutlak. Persoalannya, setelah menjalani baiat yang kedua, apakah dia menanggalkan baiat yang pertama atau tidak. Kalau sampai meninggalkan, itu berbahaya, karena bisa terkena dosa.

Selanjutnya, kenapa banyak mursyid yang tidak memperkenankan dua kali baiat, karena ada asrar (rahasia) yang berbeda dari kedua tarekat yang diikutinya. Ini bisa sangat berbahaya bagi orang yang dibaiat, apalagi kalau dia belum mengetahuinya. Satu orang mengikuti dua tarekat sekaligus bisa diumpamakan satu rumah dengan dua mesin listrik yang berasal dari mesin diesel dan listrik PLN. Diesel digunakan untuk menggantikan listrik sewaktu padam. Tapi bagaimana bisa dibayangkan kalau diesel dan listrik itu dinyalakan secara bersama-sama. Demikian, semoga Anda puas.