Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Seorang rekan memiliki dua pengalaman menarik setelah mengamalkan zikir tarekat La Ilaha Illallah, sehari ia baca sebanyak 30.000 kali selama sebulan.
Pengalaman pertama, ia yang ketika itu masih pelajar di madrasah aliah mendapat ranking pertama. Padahal sebelumnya tak pernah lolos sepuluh besar. Tetapi setelah zikir itu ditinggalkan, prestasinya turun lagi. Pengalaman kedua, ia menemukan batu kerikil di rumahnya. Letaknya di atas TV. Semua anggota keluarga tidak ada yang merasa meletakkannya. Ditanyakanlah pengalaman itu ke gurunya, dan katanya batu kerikil itu memiliki tuah untuk penglaris.
Bagaimana pendapat pengasuh atas dua pengalaman rekan saya tersebut? Bagaimana pula jika zikir tarekat tersebut terus diamalkan, bahkan bila perlu jumlahnya ditambah, apakah tidak berbahaya, karena jumlahnya yang sangat banyak? Terima kasih atas jawabannya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Asep Setiawan
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Di sinilah letak manfaat mengikuti bacaan atau aurad seperti yang telah ditentukan oleh orang-orang yang tahu tentang rahasia bacaan itu. Coba kita merenung sejenak, melihat kunci-kunci lemari atau brankas, semuanya tidak ada yang memiliki bentuk yang sama.
Kita kembali pada nilai ibadah di atas. Dengan mengambil permisalan kunci itu, bisakah kita pakai kunci tersebut untuk membuka lemari yang kita inginkan setelah ukuran anak kuncinya ditambah besar? Saya kira, karena kuncinya itu dibesarkan, lemari tersebut tidak akan terbuka. Tapi, kalau pas dengan ukuran yang telah ditentukan, kunci itu akan membuka apa saja yang ingin kita buka.
Kalau berpengaruh atau tidak, itu jelas mempengaruhi. Banyak pengaruhnya dalam belajar. Kita tidak dituntut oleh Allah (Swt) mendekatkan diri mutlak lalu kita memegang tasbih dan tidak berikhtiar. Itu tidak dibenarkan. Nah, di sinilah kemuliaan yang diperoleh orang yang mendekatkan diri, bukan pengaruh wiridnya. Semua wirid itu baik, karena tujuannya untuk mengingatkan diri kepada Allah (Swt). Tapi, satu sisi, tidak boleh meninggalkan atau melalaikan berbagai kewajiban syariat. Itu semua harus dilakukan sesuai dosisnya, dan di sinilah pentingnya seorang guru. Kalau tidak punya guru, bisa-bisa akan overdosis, dan itu bisa berbahaya untuk dirinya.
Allah (Swt) telah memberikan satu bukti, apa yang telah diciptakan tidak hanya meliputi pandangan kosong. Semuanya diberi kelebihan. Seperti dedaunan, ada yang untuk obat-obatan, kayu, dan sebagainya. Batu pun demikian halnya. Walaupun bentuknya batu kerikil, tetap saja diberi kelebihan dan keistimewaan oleh Allah (Swt). Jadi, bukan sekadar batu kerikil biasa.