Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Langsung saja, apakah betul kata istawa pada surah Thaha ayat 5 yang berbunyi Ar-Rahmanu 'alal 'arsyistawa bermakna Allah bersemayam di Arsy. Apakah Arsy itu sama dengan Sidratul Muntaha sebagaimana tempat Rasulullah melalukan mi'raj. Lalu apakah arti tujuh langit, tujuh bumi. Apakah sekian nama itu menunjukkan bahwa Allah mempunyai tempat. Sekian, terima kasih. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Fatma Z.
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Kata istawa maknanya "yang menguasai". Bukan bersemayam seperti yang Anda katakan. Ini bisa diibaratkan dengan orang yang membuat listrik. Dalam listrik dibutuhkan gardu dan perangkat yang lain. Pencipta listrik tidak mungkin bersemayam atau duduk dalam listrik atau gardu listrik tersebut. Tapi dia cukup menciptakannya.
Sedangkan Sidratul Muntaha dan Arsy adalah dua hal yang berbeda. Sidratul Muntaha lebih tinggi dari Arsy. Allah menempatkan kekasih-Nya untuk bertemu di Sidratul Muntaha, tapi yang bertemu dengan kekasih itu adalah Allah, yang bersifat Al-Mukhalafatu lil khawadisi (berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya).
Untuk pertanyaan tujuh langit, tujuh bumi, sebenarnya Allah menciptakan sesuatu bukan untuk hiasan. Bukan pula dipakai sekadar untuk pandangan. Tujuh langit dan tujuh bumi memang mutlak ada tujuh langit dan tujuh bumi. Bukan hanya logika atau kiasan.
Kalau Anda berpikiran bahwa Allah mempunyai tempat, artinya Anda salah menafsirkan. Jikalau Dia (Swt) memiliki tempat, berarti Allah memerlukan tempat. Sesuatu yang memerlukan tempat menunjukkan sesuatu yang lemah. Maka selanjutnya kita bertanya umur tempat dan yang bertempat itu sama atau tidak? Kalau Arsy, itu memiliki waktu bermula. Sedangkan Allah (Swt) tidak memiliki sifat bermula. Sama persis dengan sebuah ayat, lam yalid wa lam yulad wa lam yaqullahu kufuan ahad. Sesuatu yang dilahirkan atau melahirkan itu menunjukkan sesuatu yang lemah. Sebab baik yang dilahirkan atau yang melahirkan memerlukan tempat.
Dengan demikian, pengertian lam yalid wa lam yulad itu memperlihatkan bahwa Allah (Swt) tidak dilahirkan dan melahirkan, sehingga Dia tidak memerlukan tempat. Definisi yang sangat mustahil kalau Allah mempunyai tempat. Sebab Sang Pencipta itu tidak dapat diukur dan tidak bermula. Sedangkan tempat berangkat dari saat bermula. Setiap yang bermula pasti ada yang menciptakan. Sedangkan Allah sekali lagi tidak memiliki sifat bermula, dan tidak ada sekutu tidak ada yang menyamai-Nya. Itu perbedaannya. Maka, satu hal yang mustahil kalau Allah mempunyai tempat.