Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya tertarik dengan sufisme. Kehidupan modern yang congkak ini membuat manusia telah menjadi robot. Karena itu, untuk melipur diri, saya upayakan untuk belajar tasawuf. Tapi, bagaimana mungkin belajar tanpa guru. Sebab, saya pernah mendengar Hadist Rasululah (saw): "Barangsiapa belajar agama tanpa seorang guru, maka yang menjadi gurunya adalah setan." Dalam hal ini saya ingin mempelajari tarekat dan kalau perlu saya ingin masuk tarekat. Apa sebenarnya tarekat itu, bagaimana cara terlibat di dalamnya, dan di manakah saya bisa menghubunginya? Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Muhammad Ali Nu'man
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ketertarikan Anda pada dunia tasawuf adalah hal yang wajar pada akhir-akhir ini. Tren sufisme kini telah menjadi warna di kota-kota besar di beberapa negara. Tarekat sendiri merupakan organisasi sufisme berdasarkan beberapa aliran. Wirid tarekat itu sama yaitu La ilaha Wallah dan Ya Allah yang dibaca dalam jumlah dan waktu tertentu. Jika tertarik pada tarekat atau perkumpulan zikir tertentu, Anda memang harus bisa melihat seperti apakah tarekatnya dan siapakah yang memimpinnya. Walapun pada zikir-zikir itu dibaca zikir ma'tsur (yang datang dari Rasulullah) namun bisa saja terjadi "penyelewengan" atau "penyimpangan" sehingga keluar dari jalur yang benar.
Muhammad Ali Nu'man
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ketertarikan Anda pada dunia tasawuf adalah hal yang wajar pada akhir-akhir ini. Tren sufisme kini telah menjadi warna di kota-kota besar di beberapa negara. Tarekat sendiri merupakan organisasi sufisme berdasarkan beberapa aliran. Wirid tarekat itu sama yaitu La ilaha Wallah dan Ya Allah yang dibaca dalam jumlah dan waktu tertentu. Jika tertarik pada tarekat atau perkumpulan zikir tertentu, Anda memang harus bisa melihat seperti apakah tarekatnya dan siapakah yang memimpinnya. Walapun pada zikir-zikir itu dibaca zikir ma'tsur (yang datang dari Rasulullah) namun bisa saja terjadi "penyelewengan" atau "penyimpangan" sehingga keluar dari jalur yang benar.
Pada tarekat, pertama kali yang perlu Anda perhatikan pertama adalah alirannya. Misalnya, Tarekat Naqshabandiyyah, Tarekat Qadiriyyah, Tarekat Syadziliyyah, Tarekat Syattariyyah, dan lain sebagainya. Menurut data yang ada pada Jam'iyyah Ahli Thariqah al-Mutabarah an-Nandhiyyah (perkumpulan ahli tarekat muktabar Indonesia), jumlah tarekat yang muktabar (diakui) itu ada sekitar tujuh puluh tarekat. Penegasan muktabar atau tidaknya sebuah tarekat, tentu melalui suatu penelitian. Pertama dari ajarannya. Adakah dari ajaran itu yang menyimpang dari ajaran Islam. Kedua, dari ketentuan wiridnya, tergolong ma'tsur atau tidak. Ketiga, memiliki silsilah (mata rantai) guru yang jelas hingga pada pendiri tarekatnya.
Selanjutnya, jika tarekat itu muktabar, maka Anda bisa mendatangi dan melihat gurunya. Guru tarekat yang merupakan guru ruhani itu haruslah orang yang mengerti agama. Jika tidak mengerti, maka bisa diragukan kapasitas keguruannya. Sebab, bagaimana ia memimpin sebuah organisasi ritual dan keruhanian sementara ia tidak mengerti agama? Sebab seseorang yang telah menapak jalur tarekat haruslah sudah sempurna syariatnya. Ia telah menjalani semua kewajiban agama bahkan termasuk shalat sunnahnya. Hal ini juga terkait dengan akhlak sang guru. Seseorang dianggap mengerti agama minimal bisa dilihat dari bacaan Al-Qur’annya. Sebab seorang ulama diukur pertama kalinya dari pemenuhan syarat menjadi imam shalat yang antara lain dari kefasihannya membaca Al-Qur'an.
Dari sini Anda bisa mempertanyakan syarat yang diperlukan untuk menjadi pengikut tarekat. Jika terlalu memberatkan Anda, maka tak perlu masuk. Carilah tarekat yang ringan dan tidak memberatkan. Sebab, dalam agama itu dikenal Hadist yang bunyinya: "Yassir wala tu'assir" atau artinya "Permudah dan jangan dipersulit".
Bisa saja Anda berlaku sufi tanpa harus masuk tarekat. Tapi, bagaimanapun harus melalui guru seperti yang kami sebut di atas tadi. Juga bisa dikaji beberapa buku tentang sufisme, yang sekali lagi harus dimengerti melalui seorang guru. Sebab, pada pemikiran sufisme juga terpantul pemikiran falsafah yang bisa membingungkan orang awam jika tidak dipandu oleh seorang guru yang benar. Sebab, seperti kata Syaikh Ruslan dalam Az-Zubad: "Barangsiapa mengamalkan sesuatu tanpa mengerti ilmunya, maka amalnya itu akan ditolak oleh Allah."