Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. Saya ingin bimbingan dan nasihatnya. Saya seorang wanita muslim dari keluarga yang alhamdulillah cukup taat. Kedua orangtua saya selalu mendidik kami menjadi muslim, untuk selalu menegakkan shalat dan meneladani Rasulullah (saw).
Setelah menginjak dewasa, saya merasa, ada pergulatan batin. Saya berusaha menjaga hati dan akidah ketauhidan. Namun saya pernah salah ucap mengenai keimanan yang secara tidak sengaja menyentuh kemusyrikan. Saya merasa terpukul dan sangat menyesal atas perbuatan itu, saya merasa amat bersalah karenanya.
Maka saya sering mengucapkan kalimah Syahadatain dan istigfar. Namun, hal itu masih membuat hati saya tersiksa, khususnya tatkala teringat kejadian tersebut. Seakan-akan saya merasa tertekan karena diteror. Apakah saya ini masih tetap sebagai seorang muslimah atau bukan di hadapan Allah (Swt)? Saya mohon bimbingan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ferozah
Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya salut pada Ibu Ferozah, yang menyesali perbuatan di masa lalu, dan sering membaca kalimah syahadat dan istigfar, agar kejadian itu tidak terulang lagi. Walau demikian, penyesalan itu tidak harus selama-lamanya. Lebih baik dijadikan pelajaran, supaya tidak terulang kembali. Kalau penyesalan itu berlarut-larut, nanti akan berakibat pada penyiksaan diri sendiri yang tidak berujung.
Menyesallah karena kebodohan kita kala itu. Ya, semua itu semata-mata karena kekurangan dan kebodohan kita. Karena itu, kita semua harus selalu merasa perlu menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya ilmu agama.
Jadikanlah pengetahuan itu sebagai bekal menuju hari esok. Dan perbuatan yang lalu adalah cambuk untuk bangkit, berjuang dari kebodohan menuju penguasaan pengetahuan. Selanjutnya, dari pengetahuan menjadi pengertian, dan dari pengertian menjadi kesadaran untuk meningkatkan kepribadian kita guna memenuhi kewajiban seorang hamba kepada Tuhan-nya.