Saturday, May 5, 2007

Ketika Kesulitan Ekonomi Menghadang

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya laki-laki yang telah berkeluarga dan lahir di Jakarta 2 Desember 1965. Pada usia memasuki 40 tahun ini, saya mengalami cobaan yang menurut saya berat sekali, cobaan ekonomi.

Saya bekerja dari satu perusahaan ke perusaahaan lain dengan baik, tidak pernah ada masalah. Tapi ada saja persoalan di perusahaan tempat saya bekerja. Entah perusahaan itu tutup, atau saya diberhentikan karena PHK.

Saya sekarang menganggur, padahal harus mencukupi kebutuhan keluarga. Sampai saat ini saya sudah banyak berusaha, beberapa di antaranya sudah sempat wawancara, tapi belum juga ada yang menerima saya sebagai karyawan. Sepertinya saya sudah pasrah dengan keadaan ekonomi yang mengimpit dari hari ke hari yang terasa semakin berat. Saya mohon dengan sangat saran serta bimbingan, dan doa apa yang harus saya baca sebagai makhluk Allah yang lemah ini. Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Eko Saputra

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pertama, harus saya akui dan salut pada Saudara, karena berani terbuka dengan keadaan dan kenyataan yang Saudara rasakan. Tapi Saudara juga harus bersabar, karena banyak saudara kita yang saat ini mengalami hal yang kurang lebih sama dengan apa yang Saudara rasakan.

Ujian tersebut memang tidak bisa dikatakan enteng, meski mereka yang belum pernah merasakan bisa mengatakan bahwa itu belum seberapa. Namun, yang paling penting kita ketahui di sini adalah, bila Allah (Swt) telah mengasihi seseorang, Dia akan memberi pendidikan. Dengan bahasa yang populer, ujian atau cobaan. Latar belakang cobaan ini adalah mendidik kita semua, terkait dengan masalah keimanan. Satu contoh, bila kita sudah berusaha ke sana-kemari, kemudian mentok, seperti yang Saudara Eko alami, dari situ kita akan banyak belajar. Hati kita akan kembali kepada Allah (Swt). Artinya, semuanya itu "mengajak" kita kembali kepada-Nya. Ini supaya hati kita bersih. Mengharapkan sesuatu semata-mata kepada Allah (Swt), sedangkan yang selain Allah itu sekadar ajang ikhtiar.

Bila kita sudah kembali kepada-Nya, kemantapan itu akan muncul. Dan dari situlah akan timbul percaya diri, tanpa ketergantungan kepada siapa pun. Langkah kita akan selalu kembali kepada Allah, dan ikhtiar semata-mata karena perintah-Nya. Karena itu saya yakin, pintu rezeki tidak akan tertutup hanya karena ikhtiar yang kita lakukan sudah mentok. Pasti akan ada jalan keluarnya. Karena, bagi orang yang bertakwa, sudah ada jaminan Allah, "Wa man yattaqillah yaj'allahu makhrajan wa yarzuquhu min haytsu la yahtasib", atau artinya, "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah (Swt), akan diberi kemudahan dan rezeki yang tidak disangka-sangka" (Ath-Thalaq: 2 dan 3).

Tugas kita bukan mencari kemudahan rezeki, atau mengharap datangnya rezeki yang tidak disangka itu. Karena itu adalah hak mutlak Allah (Swt) dalam memberikan rezekiNya. Kewajiban kita adalah meningkatkan takwa kita. Itulah yang penting. Sehingga kita bisa makin mendekatkan diri kepada Allah (Swt). Dan dari situlah kita akan rnendapat kemudahan-kemudahan dari Allah (Swt). Tidak ada orang yang akan menangis terus. Pada saatnya nanti pasti akan menemukan tawa (ina ma'al 'usri yusra). Tinggal kemantapan pribadi, keimanan, dan pendekatan kita. Hindarilah rasa putus asa dan kecil hati. Kayakanlah hati kita. Mari bersama-sama berikhtiar. Di situlah nanti akan terbuka segalanya dari anugerah Yang Mahakuasa, terutama dalam hal kebaikan. Itulah hikmah yang bisa dipetik dari apa yang Saudara alami saat ini.

Sedangkan pendekatan yang lain, cobalah membaca surah Al-Falaq (Qul a'udzu birabbil-falaq) sebanyak tujuh puluh kali selepas shalat Maghrib. Semoga dengan jalan ikhtiar ini pintu rezeki Anda segera terbuka.