Wah, kali ini diri kita begitu fana, karena yang baka, abadi, yang berhak dipandang hanyalah Allah. Karena itu segala hal selain Allah termasuk kecil, dan untuk memperkecil itu harus ditakbiri. Allahu Akbar.
Takbir Anda di sini adalah takbir ma'rifat kepada Al1ah. Takbir keabadian Allah. Takbir yang menyirnakan segala hal selain Allah. Takbir dari lampu merah menuju lampu hijau, dari lampu hijau menjadi lampu yang terang benderang tanpa warna. Sebab segala hal yang berwarna pasti bukan Allah.
Allahu Akbar! Kita sudah berada di arasy Allah, yaitu kemandirian kalbu kita bersama Allah. Hati kita penuh asma Allah. Jantung kita berdetak menyebut Allah. Darah mengalir berbunyi Allah. Pori-pori dan daging kita terbentuk dari bahan-bahan yang berdzikir penuh Allah.
Nah, Anda adalah manusia khalifatullah. Jangan coba-co Anda merasa jadi khalifatullah sebelum Anda menakbiri segala hal selain Allah. Banyak orang merasa jadi khalifah-Nya, tetapi hatinya masih penuh dengan dunia, nafsu dan setan. Pada saat itu anda sesungguhnya khalifahnya setan. Khalifahnya dunia dan khalifah selain Allah.
Usul punya usul, sesungguhnya Anda sudah pernah menakbiri selain Allah atau belum? Menurut sensus alam akhirat sana, ternyata yang sudah menakbiri selai Allah itu hanyalah kecil sekali jumlahnya. Tetapi jika memang belum pernah Anda lakukan, mbok mulai hari ini Anda belajar menakbiri selain Allah. Pertama menakbiri setan dan iblis, kedua hawa nafsu kita, ketiga dunia dan akhirat, keempat apa saja selain Allah, dan seterusnya. Di tulisan berikutnya dapat Anda lihat, Anda harus menakbiri apa lagi...
Ya, setelah kita menakbiri segala hal selain Allah, lalu kita mau apa? Kita terus bertakbir. Takbir itu ibadah. Takbir itu sebagai perwujudan sekaligus deklarasi setiap hari, bahwa kita hanyalah hamba Allah saja.
Benarkah kita hanya hamba Allah? Bertakbirlah sekali lagi, Anda baru sadar bahwa Anda hanyalah hamba Allah. Kalau takbir kita jadikan wirit setiap hari, maka takbir akan terus membendung segala usaha di luar diri kita yang hendak memperbudak kita. Karena itu Anda harus jadi hamba Allah yang kuat. Hamba Allah yang kuat bukan preman, juara berantem, jago ngesek, tukang perkosa, tukang nipu rakyat, bukan pula presiden yang suka menggencet rakyat dan seterusnya.
Hamba Allah yang kuat adalah hamba Allah yang bisa melawan segala hal selain Allah. Hamba Allah yang kuat adalah hamba Allah yang tidak suka mencla-mencle, glundung semprong, mengalir saja menurut arus kehidupan tanpa prinsip. Hamba Allah yang kuat adalah hamba Allah yang justru menikmati kemerdekaan dirinya, kebebasan dari ikatan hawa nafsunya, bebas dari rasa takut, gelisah dan sudah, bebas dari rasa khawatir dan angan-angan yang menyeret khayalannya.
Hamba Allah yang kuat adalah hamba yang tidak pernah merasa paling hebat, benar, kuat, top, islami, meniru Nabi, dan paling hebat agamanya. Kalau rasa superior, hanya paling-paling saja. Tak lebih dari hamba Allah yang loyo, lemah dan mudah menyerah, akhirnya jadi hamba Allah yang putus asa.
Takbir itu solusi krisis, ketakutan, kekhawatiran, putus asa, dan solusi frustrasi. Para penjahat tidak akan pernah melakukan kejahatan manakala ia lebih dahulu mengucapkan takbir. Kalau ada kejahatan diawali dengan takbir. Pasti kejahatan paling maniak, karena takbirnya hanyalah takbir untuk nafsunya.
Nah, mari kita bertakbir untuk menjalani kehambaan kita, bukan merasa kita jadi Tuhan, bukan kita menuhan-kan segala yang kita inginkan dan kita impikan. Kalau begitu anda lama-lama lepas dari jabatan Anda sebagai hamba Allah. Nah!