Sunday, May 20, 2007

Paha, Dada, dan Ayam Goreng

Ketika dunia merayakan abad milenium, seorang kawan bingung, "Kenapa abad rusak ini harus dirayakan?" Ya, biar saja dirayakan. Hak penjahat merayakan pesta kegelapannya. Hak penjaja seks merayakan syahwatnya. Hak politisi merayakan penipuan terhadap rakyatnya. Hak pemimpin dunia merayakan kezalimannya. Hak ulama dan kiai merayakan keprihatinannya. Memangnya kenapa? Ya, kalau sudah demikian mau apa lagi.

Yang jelas milenium kita ini juga dirayakan dengan pamer udel, paha dan dada. Inilah abad "bupati" alias buka paha tinggi-tinggi. Selanjutnya terserah Anda, sebab jalan yang lurus sudah lempang, jalan yang bengkok sudah gamblang.

Dalam suatu wacana sufi, Ibnu Athaillah menegaskan, “Kalau Allah ingin menghina suatu kaum, bangsa dan seseorang, maka kaum, bangsa dan individu itu ditakdirkan menuruti sahwat dan hawa nafsunya.”

Karena itu jika nafsu Anda bergejolak hari ini, ingatlah jangan-jangan Allah sedang menghina Anda. Jika suatu peradaban sudah memamerkan udel, paha dan dada jangan-jangan itulah cara Allah menghina suatu peradab bangsa.

Dan menikmati hinaan Allah adalah pertanda bahwa Anda berada dalam satu jalan bengkok.

Pada waktu yang lama terdengar musik konser yang digelar oleh iblis dan suku-sukunya untuk menguatkan kekuasaan lebih besar di muka bumi ini. Bagaimana soal hukum, soal syariat, soal aturan tertib kehidupan yang beradab? Bagi iblis itu kecil. Sebab, soal syariat pun ia gampang melakukan manipulasi. Atas nama syariat, iblis bisa berpidato dan menyelenggarakan seminar penerapan syariat di mana-mana.

Tapi soal jiwa, soal mereka yang sudah mapan qalbu di hadirat Allah, iblis memang angkat tangan. Karena itu peradaban harus dibangun melalui Qalbu Force (kekuatan hati) bukan Intellectual Force (kekuatan intelektual). Kekuatan akal telah gagal membangun peradaban kecuali ia bangun gedung pencangkar langit dan segala show of force nya, tetapi ternyata keropos fondasinya.

Kalau dunia gelap sudah banyak yang mulai menengok dunia terang, apakah Anda yang sudah di dunia terang juga ingin menengok, coba-coba merasakan dunia gelap? Itu pun terserah Anda. Kebanyakan orang yang coba-coba menikmati dunia gelap akan tersungkur di sana dalam kondisi yang mengerikan. Tetapi mereka yang mencoba membuka jendela dunia terang biasanya akan bertobat dan terus menjadi manusia yang berjuang untuk kebajikan.

Yah, sekedar soal paha, pipi, udel, pantat, dan dada, ternyata berakhir dengan kegelapan yang mengerikan. Na'udzubillah. Tapi ironisnya masyarakat kita yang sedang gila dengan titik-titik itu. Mereka malah menikmati, melahap ayam goreng. Mereka sangat menikmatinya. Bahkan muncul industri pers yang mengkonsumsi kegelapan itu untuk dijual di pasar setan.