Jangan-jangan usai lebaran ini nafsu kita semakin liar. Karena itu harus ditakbiri lagi, agar nafsu kita menghilang di sudut sampah kotoran kita. Nafsu kita harus kita jadikan sebagai musuh bersama. Karena itu nafsu juga paling takut dengan takbir. Ia bisa gemetaran ketika berhadapan dengan takbir.
Nafsu kita bisa liar ketika unsur kejahatan dibiarkan tumbuh menjamur. Nafsu turut mendorong untuk memuaskan setan, si tuan nafsu. Setan memperbudak nafsu untuk tujuan penyesatan manusia.
Nafsu kita bisa ditransformasikan, ketika kita teriakan takbir diteriakkan secara mendalam. Nafsu ammarah dan lawwamah, yang menjerumuskan kita pada kejahatan dan kesenangan sia-sia. Ketika takbir dikumandangkan, maka setan bisa sirna dan lahirlah nafsu sejati yang diawali dengan muthmainnah, nafsu yang tenang dan tenteram bersama Allah. Ketika sudah tenang bersama Allah, nafsu akan lahir kesekian-kalinya menjadi nafsu yang murji'ah (kembali terus kepada Allah), lahir kembali menjadi nafsu rodliyah (nafsu yang senantiasa hanya menginginkan ridho Allah). Lalu muncullah nafsu mardliyyah (nafsu yang terus menerus dalam atmosfir ridho Allah). Baru kemudian nafsu mulhamah (nafsu yang terus menerus dilimpahi ilham Allah). Muncul kemudian nafsu kasyifah (nafsu yang dibukakan rahasia Ilahiyah). Puncak kesempurnaan nafsu itu muncul menjadi nafsu 'arifah (nafsu yang terus menerus memandang dan melihat Allah dalam kema'rifatan Allah).
Nah, hebat bukan takbir kita itu. Baru menakbiri kedua kali saja, setan dan nafsu sudah berantakan. Apalagi ketika Anda sedang dibelai terali besi, berada di diskotik, di sisi perempuan semlohe. Cobalah ucapkan takbir, pasti nafsu Anda jadi beringsut dan ketika itu pula, Anda rnenyadari bahwa apa yang Anda lakukan hanyalah akibat dari liarnya hawa nafsu Anda, yang menjerumuskan kita dan kepentingan Allah.
Sering-seringlah mengucapkan takbir, terutama untuk diri sendiri, agar nafsu kita terkendali. Ketika nafsu kita rnengalami perubahan pemurnian yang luar biasa selayaknya kita lahir dalam fitrah suci.
Akhir dari segala keparipurnaan adalah takbir itu sendiri. Takbir adalah puncak sebutan hamba Allah kepada Allah. Di situlah makna substansi takbir yaitu sebagai manifestasi dari kefanaan hamba Allah. Tiada daya dan upaya kecuali Allah. Allahu Akbar. Maka hanya bagi Allah saja yang memiliki hak pujian. Wali llahilHamd.
Nafsu kita bisa liar ketika unsur kejahatan dibiarkan tumbuh menjamur. Nafsu turut mendorong untuk memuaskan setan, si tuan nafsu. Setan memperbudak nafsu untuk tujuan penyesatan manusia.
Nafsu kita bisa ditransformasikan, ketika kita teriakan takbir diteriakkan secara mendalam. Nafsu ammarah dan lawwamah, yang menjerumuskan kita pada kejahatan dan kesenangan sia-sia. Ketika takbir dikumandangkan, maka setan bisa sirna dan lahirlah nafsu sejati yang diawali dengan muthmainnah, nafsu yang tenang dan tenteram bersama Allah. Ketika sudah tenang bersama Allah, nafsu akan lahir kesekian-kalinya menjadi nafsu yang murji'ah (kembali terus kepada Allah), lahir kembali menjadi nafsu rodliyah (nafsu yang senantiasa hanya menginginkan ridho Allah). Lalu muncullah nafsu mardliyyah (nafsu yang terus menerus dalam atmosfir ridho Allah). Baru kemudian nafsu mulhamah (nafsu yang terus menerus dilimpahi ilham Allah). Muncul kemudian nafsu kasyifah (nafsu yang dibukakan rahasia Ilahiyah). Puncak kesempurnaan nafsu itu muncul menjadi nafsu 'arifah (nafsu yang terus menerus memandang dan melihat Allah dalam kema'rifatan Allah).
Nah, hebat bukan takbir kita itu. Baru menakbiri kedua kali saja, setan dan nafsu sudah berantakan. Apalagi ketika Anda sedang dibelai terali besi, berada di diskotik, di sisi perempuan semlohe. Cobalah ucapkan takbir, pasti nafsu Anda jadi beringsut dan ketika itu pula, Anda rnenyadari bahwa apa yang Anda lakukan hanyalah akibat dari liarnya hawa nafsu Anda, yang menjerumuskan kita dan kepentingan Allah.
Sering-seringlah mengucapkan takbir, terutama untuk diri sendiri, agar nafsu kita terkendali. Ketika nafsu kita rnengalami perubahan pemurnian yang luar biasa selayaknya kita lahir dalam fitrah suci.
Akhir dari segala keparipurnaan adalah takbir itu sendiri. Takbir adalah puncak sebutan hamba Allah kepada Allah. Di situlah makna substansi takbir yaitu sebagai manifestasi dari kefanaan hamba Allah. Tiada daya dan upaya kecuali Allah. Allahu Akbar. Maka hanya bagi Allah saja yang memiliki hak pujian. Wali llahilHamd.