Selingkuh itu nikmat," kata para peselingkuh. Kenapa? Sebab dalam perselingkuhan ada tantangan dan petualangan. Dalam petualangan, ada pemanjaan terhadap nafsu yang dikeluarkan dari kerangkeng kebenaran dan kejujuran.
Lalu ada dosa yang dijubahi oleh rasa takut dan khawatir. Ada rasa nikmat yang disembunyikan dalam kesemuan dan penyimpangan. Itulah nikmatnya kegelapan.
Dalam statistik perselingkuhan pria lebih menonjol. Walau pun sesungguhnya para wanita juga menginginkan perselingkuhan ketika rumah tangganya mulai tidak harmonis. Pria pun berselingkuh disebabkan adanya faktor elementer dalam hubungan suami istri mulai keropos.
Ada yang berselingkuh karena sekadar iseng atau menikmati kejenuhan. Ada juga yang berselingkuh dengan serius sampai tenggelam dalam selimut nafsunya. Ada yang berselingkuh karena memang ia petualang eksotis. Ada yang berselingkuh karena perselingkuhan tidak lagi menjadi norma tetapi memang menjadi bagian dari ideologi liberalisme. Dan yang paling aneh adalah jika berselingkuh itu sebagai status sosial dan label kejantanan.
Rumahku adalah syurgaku. Kata itu paling populer dalam agama. Elemen-elemen surgawi di era modern telah sirna dari tiang-tiang penyangganya. Para penghuni rumah itu telah merobohkan sendiri melalui pengeroposan psikologisnya setiap saat, setiap hari, setiap minggu, dan seterusnya. Lalu roboh diam-diam. Bahkan kekecewaan itu ia bangun dengan kekecewaan berikutnya: perselingkuhan.
Tetapi, sesungguhnya juga bukan karena surga rumah tangga yang utuh itu dirobohkan oleh penghuninya. Namun juga oleh tetangga, teman di kantor, eksotisme di luar, industri eksotisme, dan fasilitas yang memanjakan.
Sudah waktunya pasangan-pasangan membangun masa depan muthmainnah (ketentraman dan kedamaian). Syaratnya sederhana. Memulai pandangan hidup dengan mengembalikan usaha, ikhtiar, dan kegagalan kepada Allah.
Ketentraman dan kedamaian akan terus sirna manakala jiwa Anda tidak pernah kembali kepada Allah sebagai tujuan hidup. Bahkan ketika Anda masih mengembalikan prestasi yang Anda peroleh saat ini sebagai upaya dan daya Anda sendiri. Bukan sebagai Anugerah Allah dan Anda pun akan terus digoda oleh perselingkuhan.
Perselingkuhan, karenanya adalah eksploitasi dari nafsu lawwamah. Nafsu yang ambisius terhadap hal-hal yang hedonis, materialistis dan kemewahan lainnya. Apalagi dunia lawwamah telah muncul dalam tawaran pesonanya melalui goyang para inulmania, pusar perut Para wanita, seksisme yang berbunga di sejuta trotoar dan etalase, dalam prostitusi kebudayaan kita.
Ibu-ibu sangat membenci perselingkuhan. Kaum perempuan lajang yang sedang berpacaran juga paling dendam dengan perselingkuhan. Dan sesungguhnya, kaum pria juga membencinya setengah mati jika pasangannya berselingkuh. Tetapi kesimpulan dan semua perselingkuhan di dunia ini hanya karena seluruh pasangan telah kehilangan Tuhan dalam harmoninya.
Membangun kejujuran itu sulit. Menjadi tidak sulit ketika Anda mulai belajar jujur. Jujurlah kepada Allah dengan mengatakan apa adanya kepada-Nya. Minus dan plus diri Anda. Katakan dosa-dosa Anda kepada Allah, niscaya Allah memeluk Anda dengan pelukan yang lebih membahagiakan ketimbang keinginan bahagia semu di balik perselingkuhan itu.
Lalu ada dosa yang dijubahi oleh rasa takut dan khawatir. Ada rasa nikmat yang disembunyikan dalam kesemuan dan penyimpangan. Itulah nikmatnya kegelapan.
Dalam statistik perselingkuhan pria lebih menonjol. Walau pun sesungguhnya para wanita juga menginginkan perselingkuhan ketika rumah tangganya mulai tidak harmonis. Pria pun berselingkuh disebabkan adanya faktor elementer dalam hubungan suami istri mulai keropos.
Ada yang berselingkuh karena sekadar iseng atau menikmati kejenuhan. Ada juga yang berselingkuh dengan serius sampai tenggelam dalam selimut nafsunya. Ada yang berselingkuh karena memang ia petualang eksotis. Ada yang berselingkuh karena perselingkuhan tidak lagi menjadi norma tetapi memang menjadi bagian dari ideologi liberalisme. Dan yang paling aneh adalah jika berselingkuh itu sebagai status sosial dan label kejantanan.
Rumahku adalah syurgaku. Kata itu paling populer dalam agama. Elemen-elemen surgawi di era modern telah sirna dari tiang-tiang penyangganya. Para penghuni rumah itu telah merobohkan sendiri melalui pengeroposan psikologisnya setiap saat, setiap hari, setiap minggu, dan seterusnya. Lalu roboh diam-diam. Bahkan kekecewaan itu ia bangun dengan kekecewaan berikutnya: perselingkuhan.
Tetapi, sesungguhnya juga bukan karena surga rumah tangga yang utuh itu dirobohkan oleh penghuninya. Namun juga oleh tetangga, teman di kantor, eksotisme di luar, industri eksotisme, dan fasilitas yang memanjakan.
Sudah waktunya pasangan-pasangan membangun masa depan muthmainnah (ketentraman dan kedamaian). Syaratnya sederhana. Memulai pandangan hidup dengan mengembalikan usaha, ikhtiar, dan kegagalan kepada Allah.
Ketentraman dan kedamaian akan terus sirna manakala jiwa Anda tidak pernah kembali kepada Allah sebagai tujuan hidup. Bahkan ketika Anda masih mengembalikan prestasi yang Anda peroleh saat ini sebagai upaya dan daya Anda sendiri. Bukan sebagai Anugerah Allah dan Anda pun akan terus digoda oleh perselingkuhan.
Perselingkuhan, karenanya adalah eksploitasi dari nafsu lawwamah. Nafsu yang ambisius terhadap hal-hal yang hedonis, materialistis dan kemewahan lainnya. Apalagi dunia lawwamah telah muncul dalam tawaran pesonanya melalui goyang para inulmania, pusar perut Para wanita, seksisme yang berbunga di sejuta trotoar dan etalase, dalam prostitusi kebudayaan kita.
Ibu-ibu sangat membenci perselingkuhan. Kaum perempuan lajang yang sedang berpacaran juga paling dendam dengan perselingkuhan. Dan sesungguhnya, kaum pria juga membencinya setengah mati jika pasangannya berselingkuh. Tetapi kesimpulan dan semua perselingkuhan di dunia ini hanya karena seluruh pasangan telah kehilangan Tuhan dalam harmoninya.
Membangun kejujuran itu sulit. Menjadi tidak sulit ketika Anda mulai belajar jujur. Jujurlah kepada Allah dengan mengatakan apa adanya kepada-Nya. Minus dan plus diri Anda. Katakan dosa-dosa Anda kepada Allah, niscaya Allah memeluk Anda dengan pelukan yang lebih membahagiakan ketimbang keinginan bahagia semu di balik perselingkuhan itu.