Untunglah penjahitnya sangat ahli. Kalau tidak, tentulah bahan yang sudah jelek, robek-robek dan kotor ini akan menjadi pakaian yang sangat jelek pula.
Pak JK, awalnya adalah seorang pemuda yang sangat ‘aktif’ dalam kehidupan 'abu-abu'. Atau bahkan kehidupan yang agak gelap. Ia berkecimpung dalam kehidupan itu cukup lama.
"Saat itu, pergaulan saya, cara mencari rezeki, sampai dalam ibadah, semua tak ada yang benar. Kenangnya.
"Alhamdulillah, sekarang, meskipun dalam hal ekonomi saya dan keluarga saat ini sedang kesulitan, tetapi hati kami gembira. Yah, semua kita buat ketawa ajalah..."sahut Yn, istri pak Jk.
Pak Jk dan istrinya Yn sudah lama membina rumah tangga. Saat ini mereka sedang membesarkan kedua anaknya yang sudah beranjak remaja.
Ketika malam itu saya mampir ke rumahnya, mereka berdua menyambut dengan penuh antusias. Maklum sudah kurang lebih dua tahun kami nggak pernah ke rumahnya.
Saat berada di rumahnya, saya perhatikan ada sesuatu yang lain dibanding dua atau tiga tahun yang lalu. Kalau dahulu rumahnya penuh dengan barang-barang dagangan, tetapi gersang dari suasana keagamaan, kini rumah itu telah 'berisi'.
Selama dua tahun terakhir, setelah mereka datang dari ibadah haji, sebetulnya saya sudah beberapa kali mampir kerumahnya, tetapi tidak jadi masuk ke rumah sebab selalu bersamaan dengan adanya aktifitas pengajian.
Dahulu kehidupan ekonominya menjulang, kehidupan spiritual tidak nampak sama sekali. Mungkin tertutup oleh sibuknya mengurusi duniawi. Sekarang ketika kehidupan ekonominya menurun, justru kehidupan rumah tangga mereka nampak meningkat dan lebih harmonis. Bahkan kami rasakan, keluarga itu kini 'lebih hidup' dan lebih berisi dalam menjalankan amanah Ilahi.
Kurang lebih satu setengah jam kami ngobrol, sungguh asyik sekali. Sehingga waktu 90 menit itu terasa kurang. Malam itu mereka berdua ‘melampiaskan’ cerita-cerita unik yang mereka temui sejak mereka mau berangkat ibadah haji. Padahal ketika itu mereka tidak punya uang sepereserpun. Termasuk pengalaman-pengalaman spiritual yang mereka temui di sepanjang perjalanan haji.
Mereka bergantian, memberikan informasi seputar kehidupan mereka yang dirasa sangat aneh. Mulai dari awal perkawinannya yang tidak punya pekerjaan tetap, sampai dengan kesuksesan ekonomi. Saat itu omsetnya sampai ratusan juta rupiah. Ironisnya ketika mereka akan melakukan ibadah haji, justru kondisi ekonominya menurun tajam.
Ada saja yang menyebabkan kami rugi, dan akhirnya kami terpuruk dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Tetapi satu hal yang menjadi prinsip kami. Bahwa ONH yang kami bayarkan untuk pergi ibadah itu, betul-betul kami saring. Jangan sampai sedikit pun terkena uang yang tidak benar.
Kami tidak perduli dengan kondisi kami yang saat itu tidak punya uang. Modal kami dan tekad kami pergi haji hanya satu, yaitu mohon ampun kepada yang membuat hidup. Kami merasa sudah terlalu banyak berbuat khilaf dan salah. Tapi tekad dan keinginan tersebut ternyata betul-betul berat.
Sebab setelah itu datanglah berbagai cobaan demi cobaan secara bergantian. Bersamaan itu kondisi ekonomi pun semakin menurun"
"Tetapi anehnya, kami bisa menerima cobaan dan ujian itu dengan tabah dan tawakal" kata pak Jk. Semua cobaan itu kami ikuti aja, seperti mengikuti aliran air, yang kami tidak tahu, kemana kami akan dibawa..."
Pokoknya kami ikut ajalah, sambil belajar hidup.." Sampai sekarang ini sudah berjalan dua tahun. Tapi kami merasa waktu berjalan begitu cepatnya....! Pokoknya setelah pulang dari haji, kehidupan ekonomi kami, tambah hancur deh, kayak mimpi aja ya.." kata mereka.
Tetapi anehnya, dengan kondisi kami yang sedang turun kami jadi lebih bersyukur. Sebab, berawal dari menurunnya ekonomi itulah, kami menjadi sadar. Dan alhamdulillah Mas..Jk bisa berubah menjadi seperti itu. Hati sayapun mengalami perubahan yang sangat berarti.
Kalau dahulu, wah, jangankan shalat! Tapi sekarang, dengan kondisi ekonomi yang sangat sulit ini, justru kami rajin menjalankan shalat malam! Saya lebih tentram seperti ini dari pada seperti dahulu, yang selalu berurusan dengan dagangan yang tak ada henti-hentinya, sampai-sampai lupa pada segala sesuatu..." katanya Yn.
"Tetapi sebagai manusia biasa, ujian dan cobaan ini sungguh berat lho...! Bayangkan aja kalau dahulu seperti itu, kini seperti Andaikata bisa memilih, tentu saya kepingin rezekinya seperti dahulu, hatinya seperti sekarang...he he he.. "kata Yn. Insya Allaah..., sahut saya.
Satu hal yang tak akan dapat dilupakan oleh mereka, adalah terjadinya suatu peristiwa ketika mereka mau berangkat haji. Ketika semua orang sekitarnya mengerti bahwa keluarga pak Jk, ini mau berangkat haji. Para tetangganya selalu bertanya
Kapan pak, kapan bu, syukurannya? Waduh rasanya hati ini seperti diiris pisau." kata pak Jk.
Bayangkan duit sepeserpun tidak punya, bagaimana mau ngadakan syukuran? Ketika itu uang yang ada, hanya tinggal dua ratus lima puluh ribu rupiah saja. Akhirnya uang yang tinggal sekian itu, mereka titipkan di acara syukuran RT. untuk ikut 'nebeng' syukuran haji.
"Ketika acara resmi sudah selesai, dan tiba waktunya makan, sungguh kami berdua menjadi deg-degan setengah mati. Semua orang menikmati makanan dengan lahapnya, sungguh kami tidak berani makan.!
Kami takut kalau makanan yang tersedia tidak cukup. Apalagi setelah kami melihat jumlah mereka yang datang. Betapa gemetarnya hati kami. Perkiraan tamu yang datang hanya sekitar tetangga kanan kiri saja. Itupun sudah berjumlah dua ratus lima puluh orang
Tetapi malam itu yang datang tidak kurang dari enam ratus orang. Keringat dingin membasahi sekujur tubuh kami. Bahkan saya sempat bersembunyi dibawah meja untuk melihat orang-orang yang makan, dan melihat apakah masih cukup makanan yang tersedia itu, kata Yn.
Kami hanya bisa berucap ".. ya Allah, ya Allah, berkali-kali.."tidak bisa berucap lainnya, saking gugup dan takutnya. Tetapi ada satu keanehan yang terjadi saat itu. Ternyata semua tamu bisa makan, bahkan masih ada kelebihan makan yang cukup banyak setelah acara selesai..."
Kami berdua, hanya bengong. Sungguh, kami hanya bisa menangis saja. Tidak percaya dengan kejadian yang baru saja kami alami. Ya Allah, ya Allah..."
Demikian salah satu kejadian mau berangkat haji...yang tak kan terlupakan selamanya..."Kata pak Jk dan Mbak Yn hampir bersamaan.
Wah, kalau melihat kehidupan kami dahulu seperti itu, dan sekarang bisa seperti kami hanya bisa bertanya pada diri sendiri, kok bisa ya? Sekarang
Mas Jk, menjadi orang yang Pinter masak...lho" kata Yn sambil menahan ketawanya.
Malam itu ketika kami ke rumahnya, saya lihat Pak Jk, dan Mbak Yn berbinar-binar. Mereka saat itu nampak gembira, selalu berseri. Meskipun kondisi ekonominya sangat sulit....
Saya hanya bisa mengatakan ;"Pak Jk, mbak Yn, jangan kuatirlah., ujian itu hanya sebentar kok. Buktinya secara bathin kalian berdua beserta keluarga sekarang bahagia sekali. Toh, memiliki uang banyak itu kan maksudnya juga untuk mambahagiakan bathin kita, kalau bathin sudah bahagia, dan semua kebutuhan juga sudah terpenuhi..walaupun mencarinya dengan perjuangan yang sangat sulit, kan sama saja..! Dengan kesabaran pak Jk sekarang semua yang nampaknya sulit itu rupanya menjadi mudah, Iya kan...? Dengan izin Allah, insya Allah semuanya akan menjadi lebih baik lagi…kok, hibur saya. Kamipun tertawa bersama.
Hari sudah cukup malam. Saya lihat beberapa orang sudah mulai berdatangan ke rumah pak Jk membawa kitab Al-Qur'an. Rupanya malam itu di rumah pak Jk sedang ada aktifitas rutin kajian al-qur'an bersama. Maka sayapun mohon pamit...
Pak Jk. Menutup pembicaraan saya, sambil mengantar saya keluar dari rumahnya.
Hebat ya 'PENJAHIT'nya! Kain yang sudah rusak, robek, dan kotor seperti saya masih bisa diubah menjadi baju yang layak untuk dipakai..." katanya sambil tertawa lepas. Alhamdulillaah...; jawab saya....!