Monday, March 5, 2007

Dimana Tempat Sembunyi Yang Aman

Tahukah kita, adakah suatu tempat yang paling aman untuk bersembunyi? Dimana tempat itu? Aman bagi seseorang, apakah juga aman bagi orang yang lain? Dari intaian siapa, kita bisa menyembunyikan diri?

Inilah sebuah cerita yang cukup menarik, lucu, dan mengandung pelajaran bagi kita semua. Saya punya seorang famili, yang cukup lucu dan menarik kalau ia lagi bercerita tentang pengalamannya.

Cara ia bercerita menyebabkan yang mendengarkannya menjadi begitu tertarik. Ibarat mau pergi menjadi terduduk lagi untuk mendengarkan kisahnya.

Ketika bulan puasa datang, pada umumnya sebagai hamba Allah yang taat beribadah, orang-orang akan ramai menyambutnya dengan gembira. Tetapi ada juga sekelompok orang yang menjadi repot dan menjadi susah jika ramadhan tiba. Apalagi jika ia berada di lingkungan keluarga muslim yang taat. Atau bertetangga dengan orang-orang alim. Atau berada di lingkungan yang kental dengan suasana religius.

Seorang yang `setengah-setengah' Ia akan serba susah dengan datangnya bulan ramadhan. Mau puasa takut kelaparan, tidak puasa malu dengan tetangga. Maka setiap datangnya bulan puasa menjadi sebuah 'malapetaka' bagi orang-orang seperti dia. Tidak terkecuali dengan pak 'NR' yang pada saat mudanya ia punya pengalaman menarik. Tentang hal itu.

Ceritanya, terjadi di hari ketiga bulan puasa. Hari itu, pak NR, sejak pagi sudah berpuasa dengan ‘gagah'. Tetapi begitu hari sudah mulai siang, perutnya sudah mulai berbunyi. Ditahan-tahannya rasa lapar itu sekuat-kuatnya, dan iapun berhasil menjalankan puasa sampai dengan jam 15.00

Tetapi jam berikutnya, ia sudah mulai gelisah. Ingin rasanya berbuka tetapi malu dengan seisi rumah yang semuanya ternyata juga berpuasa.

Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya pak NR diam-diam pergi keluar rumah untuk berbuka dengan cara sembunyi di tempat yang paling aman, yang dirasa tidak akan ada orang yang mengetahuinya.

Maka dipilihnyalah sebuah restoran non muslim. Yang jaraknya dari rumah cukup jauh. Sehingga tidak mungkin ada tetangga atau teman yang melihatnya. Apalagi restoran non muslim, pasti akan aman dari pantauan orang muslim, yang sedang berpuasa.

Maka setelah sampai di depan restoran tersebut pak NR berindap-indap masuk ke dalam. Di dalam restoran itu ternyata sudah cukup banyak orang yang lagi makan. Tentu dengan menu khususnya masing-masing. Akhirnya pak NR mengambil duduk di tempat yang paling sudut, yang di sebelahnya terdapat papan kayu pembatas kursi.

Selanjutnya pak NR memesan makanan yang sesuai dengan seleranya. Karena pengunjung cukup banyak, maka makanan yang dipesannya begitu lama sekali baru selesai dibuat oleh juru masaknya.

Hampir satu jam pak NR menunggu selesainya pesanan yang telah dipilihnya itu. Sehingga setelah waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 lebih barulah makanan yang dipesan itu selesai dibuat.

Maka meskipun agak sedikit kecewa karena menunggunya terlalu lama, bahkan waktu maghrib pun sebenarnya sudah tinggal beberapa saat lagi. Karena sudah kepalang basah, dimakannya juga pesanan itu. Dan pak NR pun 'berbuka' puasa pada waktu yang sudah hampir maghrib.

Setelah selesai makan dengan perasaan yang tidak karuan, sehingga rasa makanannya pun menjadi tidak enak lagi. Pak NR kembali berindap-indap menuju ke kasir untuk membayar makanan. Takut-takut kalau ia sampai ketahuan oleh orang yang dikenalnya.

Ketika pak NR menuju ke tempat kasir itulah, ada seseorang yang juga berdiri dari tempat duduknya yang berbatas dinding kayu dengannya, orang itu juga berindap-indap menuju tempat kasir untuk membayar makanan yang telah selesai di santapnya.

Apa yang terjadi? Ternyata dengan begitu kagetnya, orang tersebut menyapa lebih dulu kepada pak NR. Lho koq mas NR di sini? Lagi apa mas? kata orang itu sambil menutupi mulutnya yang masih ada sedikit bekas makanan.

Sahut pak NR : Lho kok pak MS juga disini? Lagi beli makanan buat buka pak? Jawab pak MS, i iya mas...!. Mari ya... saya duluan !sambil pak MS cepat-cepat pergi meninggalkan pak NR, yang sedang kaget dan juga bengong sembari membayar makanan )..

Wah...wah..seru sekali pokoknya. Pingin makan di tempat yang tersembunyi, ehh,...nggak taunya juga ada orang yang bersembunyi. Bahkan duduk bersebelahan dengan saya. Eh eh,..lha kok ternyata, la adalah tetangga depan rumah yang sehari-harinya berpenampilan muslim sejati. Wah,... wah, saya malu sekali. Wah, tentu dia lebih malu lagi, ya. He he he. Wah, sungguh sulit ya, mencari tempat yang tersembunyi itu?! Kata pak NR, sambil menutup kisahnya yang diceritakannya kepada saya.

Apa yang kita dapatkan dari peristiwa yang cukup unik dan konyol itu?
Benar kata pak NR, ternyata tidak ada tempat yang tersembunyi
Kalau Allah menghendaki, dimanapun saja kita sembunyi akan bertemu dengan sesuatu yang kita hindari.
Pak NR sembunyi, pak MS juga sembunyi dari penglihatan orang lain, ternyata keduanya saling mengetahui keadaan masing-masing yang berbuka puasa sebelum waktunya.

Uniknya, keduanya bersembunyi, tetapi ternyata mereka duduk bersebelahan yang hanya dihalangi oleh dinding kayu sebagai pembatas kursi.

Kita mungkin juga baru menyadari bahwa, dunia ini begitu kecilnya, dimanakah lagi kita mau sembunyi? Semua telah nyata bagi Allah Swt. Kemana saja kita berlari, disitulah Allah mengetahui.

Semoga pak NR ikhlas, bahwa kisah uniknya telah tertulis dalam diskusi ini. Dengan harapan akan ditemuinya berapa hikmah yang insya Allah akan mempunyai manfaat di kemudian hari...