Monday, March 5, 2007

Sebutir Debu di Kedipan Mata

Betapa kalang kabut orang yang matanya kemasukan debu. Terasa perih. Mengganjal. Sakit, berurai air mata. Dan, tidak bisa melihat apa Baja.

Lebih kalang kabut, kalau debu tidak juga mau keluar. Ditiup, tak mau keluar. Dirambang air juga tak mau keluar. Dikucek-kucek, semakin perih. Mata memerah berurai air mata. Tak bisa melakukan aktifitas apa-apa. Bahkan berkedip pun terasa sakit. Sungguh tersiksa...

Tapi betapa jarangnya kita berpikir, seandainya mata kita terganggu seperti itu. Sangat merepotkan dan tersiksa. Siapakah yang bisa menolong kita selain Allah? Barangkali anda akan mengatakan, "bukankah dokter bisa menolong kita"?

Ya, kalau dokter itu pun dicobai oleh Allah dengan problem mata seperti itu, tidak ada yang bisa menghalangi. Betapa banyaknya, dokter jantung terkena penyakit jantung. Dokter saraf terkena penyakit saraf. Dan dokter mata terkena penyakit mata. Tidak ada yang bisa menjamin, bahwa dokter adalah jaminan atas segala problem kesehatan kita.

Itu baru persoalan sebutir debu masuk mata. Belum lagi, soal-soal yang lebih serius berkaitan dengan kesehatan mata kita. Banyak sekali penyakit mata aneh-aneh yang diderita oleh manusia di muka bumi ini.

Sehingga, soal kedipan mata saja, sebenarnya adalah persoalan yang serius dalam kesehatan kita. Bayangkan kalau anda tidak bisa berkedip. Apa jadinya? Setiap kedipan itu membawa nikmat tiada berhingga bagi kesehatan mata kita.

Berkedip adalah mekanisme untuk menetralisir kembali kondisi mata yang kering dan kelelahan. Orang yang melotot terus di depan komputer selama berjam-jam dianjurkan untuk sering berkedip-kedip agar matanya tidak cepat rusak.

Radiasi layar komputer yang mengenai mata kita terus menerus akan menyebabkan pemanasan terhadap kornea mata. Ini bisa menyebabkan kekeruhan dalam jangka panjang. Dengan sering berkedip, mata kita akan basah dan sejuk kembali.

Coba bayangkan, setiap kedipan mata itu, Allah memberikan nikmat dan penjagaan kepada mata kita. Dengan ketelitian yang sangat tinggi. Kandungan air, protein, dan mineral yang terdapat di dalam air mata kita itu terukur dengan cermat. Setiap berkedip Allah mengusap bola mata kita. Subhanallah. Tapi kita tidak merasakannya. Biasa saja.

Coba hitung berapa kalikah Allah mengusap mata kita lewat kedipan itu dalam sehari semalam. Saya hitung, dalam setiap menit, seseorang bisa berkedip antara 60 sampai 80 kedipan. Anggap saja 70 kedipan. Maka dalam 1 jam kita berkedip sebanyak 4.200 kali. Dalam sehari, di luar tidur, kita berkedip sekitar 16 jam x 4200 = 67.200 kali.

Dalam setahun kita bekedip 24.192.000 kali. Dan pada orang yang berumur 40 tahun, mereka sudah berkedip sekitar 967,68 juta kali. Subhanallah. Hampir 1 miliar kali Allah mengusap mata kita agar tidak cepat rusak dan sakit, sehingga merepotkan pemiliknya. Pernahkah kita berterima kasih? Tidak. Kalau pun ada, sangatlah jarang. Tapi, Allah tetap saja menyayangi kita. Memberikan kemampuan berkedip untuk menjaga kesehatan mata kita.

Maka betapa indahnya kalau setiap bangun tidur membuka mata, di pagi hari, kita lantas teringat kepada nikmat Allah yang demikian besar itu. Allah memberikan ijin agar kita masih bisa membuka mata, dan berkedip.

Belum lagi kita bicara hidung, telinga, lidah, mulut, gigi, jantung, liver, ginjal, otak dan lain sebagainya. Bertriliun-triliun kondisi kesehatan kita dikendalikan oleh Allah dengan kecermatan yang tiada tara.

(QS. An Nanl : 18)
Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.