Suatu ketika saya ngobrol dengan seorang teman. Rupanya ia kehausan, dan kemudian mengambil segelas air putih yang memang tersedia di ruangan tersebut. Seteguk demi seteguk dia nikmati air putih itu. Dan kemudian ia bergumam spontan:
“…Aahh, nikmat sekali minum air putih, selagi haus...”
Mendengar gumaman itu saya jadi merasa aneh sendiri. Ada sesuatu yang janggal dengan ungkapannya. Ia merasakan nikmat minum air putih, ketika sedang kehausan. Spontan saya pun bertanya:
" ...Lho, seandainya sedang tidak haus, apakah air putih itu menjadi tidak nikmat? Teman saya juga menjawab dengan spontan : "...wah, tentu saja tidak senikmat ini!"
Ia menjawab dengan penuh yakin. Saya tambah kepikiran dan merenung. Kalau tidak haus, air putih itu rasanya tidak nikmat! Kalau lagi haus, maka air putih yang sama itu, rasanya menjadi nikmat...!
Wah, menarik juga pernyatan teman saya itu! Kalau pernyataan teman saya tersebut dapat dibenarkan oleh pendapat umum, maka ada sesuatu yang sangat menarik, yang tidak pernah terperhatikan sebelumnya, yaitu: bahwa, yang menjadi sebab nikmatnya air, ternyata BUKAN RASA AIR itu sendiri, tetapi adalah RASA HAUS! Jadi terasa aneh. Dan luar biasa!
Berarti, rasa haus itu lebih mendasar dari rasa air. Karena itu yang harus kita cari bukalah rasa air itu, melainkan rasa haus. Bukankah dengan rasa haus itu kita jadi bisa merasakan nikmatnya segelas air putih? Saya jadi terkejut sendiri. Berarti, yang namanya rasa haus itulah sebenarnya yang menjadi penentu nikmat tidaknya seseorang minum air. Maka, 'rasa haus' sebenarnya adalah karunia Allah yang sangat besar kepada kita.
Jika hal ini kita teruskan, maka kita akan menemukan sesuatu yang `lebih aneh' dan luar biasa. Jika lapar adalah yang menyebabkan seseorang menjadi nikmat makan, berarti lapar adalah juga karunia dan kemurahan dari Allah Swt.
Jika sakit adalah yang menyebabkan seseorang dapat menikmati masa sehatnya, maka sakit juga merupakan karunia dan kemurahan Allah Swt....
Sungguh bertambah aneh , pernyataan itu! Rasa haus, rasa lapar, rasa sakit, ternyata adalah kemurahan Allah Swt kepada hamba-hambaNya.
Tapi, mampukah kita melihatnya? Mampukah ketika merasa haus, kita berucap syukur alhamdulillah? Karena, bukankah itu adalah kemurahan dari Allah yang sangat mahal ?
Bisakah ketika lapar, kita juga tersenyum seraya berbisik dengan kalimat alhamdulillah? Sebab, kita juga tahu bahwa lapar adalah kemurahan Allah ?
Dan ketika sakit, mampukah kita dengan tulus ikhlas juga melantunkan kalimat indah alhamdulillah?
Subhanallah. Kita sehat bertemu dengan Allah, kita sakitpun bertemu dengan Allah Swt. Kita kenyang bertemu Allah, kita laparpun bertemu dengan Allah. Sungguh, setiap saat kita akan bertemu dengan kasih sayang Allah Swt.
(QS. Al Baqarah : 115)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
“…Aahh, nikmat sekali minum air putih, selagi haus...”
Mendengar gumaman itu saya jadi merasa aneh sendiri. Ada sesuatu yang janggal dengan ungkapannya. Ia merasakan nikmat minum air putih, ketika sedang kehausan. Spontan saya pun bertanya:
" ...Lho, seandainya sedang tidak haus, apakah air putih itu menjadi tidak nikmat? Teman saya juga menjawab dengan spontan : "...wah, tentu saja tidak senikmat ini!"
Ia menjawab dengan penuh yakin. Saya tambah kepikiran dan merenung. Kalau tidak haus, air putih itu rasanya tidak nikmat! Kalau lagi haus, maka air putih yang sama itu, rasanya menjadi nikmat...!
Wah, menarik juga pernyatan teman saya itu! Kalau pernyataan teman saya tersebut dapat dibenarkan oleh pendapat umum, maka ada sesuatu yang sangat menarik, yang tidak pernah terperhatikan sebelumnya, yaitu: bahwa, yang menjadi sebab nikmatnya air, ternyata BUKAN RASA AIR itu sendiri, tetapi adalah RASA HAUS! Jadi terasa aneh. Dan luar biasa!
Berarti, rasa haus itu lebih mendasar dari rasa air. Karena itu yang harus kita cari bukalah rasa air itu, melainkan rasa haus. Bukankah dengan rasa haus itu kita jadi bisa merasakan nikmatnya segelas air putih? Saya jadi terkejut sendiri. Berarti, yang namanya rasa haus itulah sebenarnya yang menjadi penentu nikmat tidaknya seseorang minum air. Maka, 'rasa haus' sebenarnya adalah karunia Allah yang sangat besar kepada kita.
Jika hal ini kita teruskan, maka kita akan menemukan sesuatu yang `lebih aneh' dan luar biasa. Jika lapar adalah yang menyebabkan seseorang menjadi nikmat makan, berarti lapar adalah juga karunia dan kemurahan dari Allah Swt.
Jika sakit adalah yang menyebabkan seseorang dapat menikmati masa sehatnya, maka sakit juga merupakan karunia dan kemurahan Allah Swt....
Sungguh bertambah aneh , pernyataan itu! Rasa haus, rasa lapar, rasa sakit, ternyata adalah kemurahan Allah Swt kepada hamba-hambaNya.
Tapi, mampukah kita melihatnya? Mampukah ketika merasa haus, kita berucap syukur alhamdulillah? Karena, bukankah itu adalah kemurahan dari Allah yang sangat mahal ?
Bisakah ketika lapar, kita juga tersenyum seraya berbisik dengan kalimat alhamdulillah? Sebab, kita juga tahu bahwa lapar adalah kemurahan Allah ?
Dan ketika sakit, mampukah kita dengan tulus ikhlas juga melantunkan kalimat indah alhamdulillah?
Subhanallah. Kita sehat bertemu dengan Allah, kita sakitpun bertemu dengan Allah Swt. Kita kenyang bertemu Allah, kita laparpun bertemu dengan Allah. Sungguh, setiap saat kita akan bertemu dengan kasih sayang Allah Swt.
(QS. Al Baqarah : 115)
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.