Berguru kepada Buah jeruk? Apa yang bisa kita jadikan pelajaran? Bukankah jeruk adalah buah yang yang sudah kita kenal bersama? Begitu-begitu saja.
Tapi, sungguh tidak ada yang 'biasa' bagi orang yang belajar ilmu hikmah dari Allah. Semua hal menjadi 'luar biasa'. Dan bisa mengantarkan kita untuk bertemu dengan Allah. Dimana saja. Kapan saja...
QS. Al Baqarah (2) : 115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
Sebelum berangkat bekerja di pagi hari, kita makan bersama keluarga. Dan, boleh jadi, buah jeruk berada di meja makan menemani kita. Dari buah jeruk yang sedang ada di meja makan itu kita bisa belajar tentang 'manfaat hidup'.
Apakah yang bisa kita petik dari si buah jeruk? Ternyata buah jeruk mengajarkan kepada kita tentang baik dan buruk. Manfaat dan mudharat. Bahwa hidup ini mesti memiliki lebih banyak manfaat dari pada mudharat.
Satu ketika, saya mengupas buah jeruk ‘Keprok’ yang terkenal segar dan manis. Begitu mudahnya mengupas si buah jeruk. Apalagi pada buah yang sudah ranum. Saya nggak tahu, kenapa buah jeruk yang ranum itu mudah dikupas.
Siapakah yang memerintahkan agar buah jeruk mudah dikupas? Padahal ketika masih muda, buah itu lebih sulit dikupas. Kalaupun bisa, biasanya menjadi rusak daging buahnya.
Apakah si buah jeruk itu sendiri yang memerintahkan dirinya agar mudah dikupas manusia? Ah, rasanya mustahil. Karena tentu, dia tidak ingin dikupas-kupas secara menyakitkan kemudian dimakan oleh manusia. Ada 'Sebuah Kehendak' di luar buah jeruk yang memerintahkan kepada pohon jeruk agar memudahkan buahnya untuk dikupas ketika sudah ranum.
Begitu kulitnya terkelupas, saya melihat daging buahnya yang kuning segar. Betapa membangkitkan selera! Saya pisah bagian-bagian buahnya, begitu mudah. Dimakan, begitu segar dan nikmat.
Saya kembali berpikir, siapakah yang mendesain daging buah yang demikian indah itu. Ada daging buah yang terbagi ke dalam potongan yang lebih kecil dengan dibungkus oleh kulit ari yang tipis, tapi liat dan lentur. Arsitekturnya demikian indah dan cermat. Apakah pohon jeruk itu demikian pintarnya, sehingga menciptakan desain yang demikian indah. Hebatnya semua jenis jeruk Keprok itu memiliki arsitektural yang sama. Berjuta-juta buah jeruk Keprok di muka bumi mempunyai rasa khas yang sama, struktur kulit dan warna yang senada, dan musim panen yang seiring. Yaitu, menjelang musim dingin di daerah empat musim. Sedangkan di daerah tropis hampir sepanjang tahun.
Siapakah yang memerintahkan si buah jeruk yang kaya vitamin C itu berbuah menjelang musim dingin, dimana tubuh manusia lebih membutuhkan vitamin C? Apakah buah jeruk itu sendiri. Ataukah ada 'Suatu Kecerdasan' superhebat yang sangat berkuasa? Subhanallah...
Semakin dipikir, semakin banyak hikmah yang terkandung di dalam buah jeruk. Itu baru menyelami salah satu jenis jeruk yang bernama jeruk Keprok saja. Padahal ada berpuluh-puluh jenis buah jeruk. Ada jeruk nipis, jeruk manis, jeruk Bali, jeruk Kikit, jeruk Nambangan, jeruk samba!, dan lain sebagainya yang saya tidak hafal satu persatu. Semuanya memiliki rasa yang khas dan kegunaan yang berbeda-beda.
Ketika sambil termenung-menung mengupas jeruk itu, tanpa sengaja air kulitnya muncrat mengenai mata. Cukup perih juga. Tapi cuma sebentar. Lantas hilang pedihnya. Saya tersenyum.
Ah, selain manfaat yang demikian banyak dari si buah jeruk, ternyata ada juga 'sisi negatifnya'. Kalau kena mata terasa pedih. Tetapi saya kemudian berpikir, jangan-jangan itu pun sebuah manfaat. Hanya saja saya belum tahu manfaat apa yang tersimpan di baliknya. Tapi, kalaupun itu sebuah `sisi negatif' saya melihat begitu sedikitnya, sisi negatif dari buah jeruk. Yang jauh lebih banyak adalah sisi positifnya. Memberi manfaat demikian banyak buat manusia.
Maka, saya pun termenung semakin dalam. Berbagai makhluk yang diciptakan Allah memiliki manfaat yang demikian banyak buat makhluk lainnya. Terutama bagi manusia. Tapi, manusia sendiri tidak demikian. Begitu banyak manusia yang tidak memberikan manfaat buat lingkungannya, melainkan malah memberikan mudharat. Bahkan berbuat bebagai kerusakan yang akhirnya merugikan dirinya sendiri.
Kenapa kita tidak berguru kepada buah jeruk? Ia korbankan dirinya untuk kemaslahatan makhluk lainnya. Untuk manfaat yang lebih luas dan lebih besar. Maka, begitu banyak orang mencarinya. merindukannya. Dan membutuhkan dirinya.
Kehadirannya bukan untuk menyusahkan orang lain, melainkan untuk membahagiakannya.
Bukankah itu yang diajarkan oleh Allah? Tidaklah Allah mengutus nabi Muhammad ke muka bumi ini kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 107
Dan tiada/ah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Tapi, sungguh tidak ada yang 'biasa' bagi orang yang belajar ilmu hikmah dari Allah. Semua hal menjadi 'luar biasa'. Dan bisa mengantarkan kita untuk bertemu dengan Allah. Dimana saja. Kapan saja...
QS. Al Baqarah (2) : 115
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
Sebelum berangkat bekerja di pagi hari, kita makan bersama keluarga. Dan, boleh jadi, buah jeruk berada di meja makan menemani kita. Dari buah jeruk yang sedang ada di meja makan itu kita bisa belajar tentang 'manfaat hidup'.
Apakah yang bisa kita petik dari si buah jeruk? Ternyata buah jeruk mengajarkan kepada kita tentang baik dan buruk. Manfaat dan mudharat. Bahwa hidup ini mesti memiliki lebih banyak manfaat dari pada mudharat.
Satu ketika, saya mengupas buah jeruk ‘Keprok’ yang terkenal segar dan manis. Begitu mudahnya mengupas si buah jeruk. Apalagi pada buah yang sudah ranum. Saya nggak tahu, kenapa buah jeruk yang ranum itu mudah dikupas.
Siapakah yang memerintahkan agar buah jeruk mudah dikupas? Padahal ketika masih muda, buah itu lebih sulit dikupas. Kalaupun bisa, biasanya menjadi rusak daging buahnya.
Apakah si buah jeruk itu sendiri yang memerintahkan dirinya agar mudah dikupas manusia? Ah, rasanya mustahil. Karena tentu, dia tidak ingin dikupas-kupas secara menyakitkan kemudian dimakan oleh manusia. Ada 'Sebuah Kehendak' di luar buah jeruk yang memerintahkan kepada pohon jeruk agar memudahkan buahnya untuk dikupas ketika sudah ranum.
Begitu kulitnya terkelupas, saya melihat daging buahnya yang kuning segar. Betapa membangkitkan selera! Saya pisah bagian-bagian buahnya, begitu mudah. Dimakan, begitu segar dan nikmat.
Saya kembali berpikir, siapakah yang mendesain daging buah yang demikian indah itu. Ada daging buah yang terbagi ke dalam potongan yang lebih kecil dengan dibungkus oleh kulit ari yang tipis, tapi liat dan lentur. Arsitekturnya demikian indah dan cermat. Apakah pohon jeruk itu demikian pintarnya, sehingga menciptakan desain yang demikian indah. Hebatnya semua jenis jeruk Keprok itu memiliki arsitektural yang sama. Berjuta-juta buah jeruk Keprok di muka bumi mempunyai rasa khas yang sama, struktur kulit dan warna yang senada, dan musim panen yang seiring. Yaitu, menjelang musim dingin di daerah empat musim. Sedangkan di daerah tropis hampir sepanjang tahun.
Siapakah yang memerintahkan si buah jeruk yang kaya vitamin C itu berbuah menjelang musim dingin, dimana tubuh manusia lebih membutuhkan vitamin C? Apakah buah jeruk itu sendiri. Ataukah ada 'Suatu Kecerdasan' superhebat yang sangat berkuasa? Subhanallah...
Semakin dipikir, semakin banyak hikmah yang terkandung di dalam buah jeruk. Itu baru menyelami salah satu jenis jeruk yang bernama jeruk Keprok saja. Padahal ada berpuluh-puluh jenis buah jeruk. Ada jeruk nipis, jeruk manis, jeruk Bali, jeruk Kikit, jeruk Nambangan, jeruk samba!, dan lain sebagainya yang saya tidak hafal satu persatu. Semuanya memiliki rasa yang khas dan kegunaan yang berbeda-beda.
Ketika sambil termenung-menung mengupas jeruk itu, tanpa sengaja air kulitnya muncrat mengenai mata. Cukup perih juga. Tapi cuma sebentar. Lantas hilang pedihnya. Saya tersenyum.
Ah, selain manfaat yang demikian banyak dari si buah jeruk, ternyata ada juga 'sisi negatifnya'. Kalau kena mata terasa pedih. Tetapi saya kemudian berpikir, jangan-jangan itu pun sebuah manfaat. Hanya saja saya belum tahu manfaat apa yang tersimpan di baliknya. Tapi, kalaupun itu sebuah `sisi negatif' saya melihat begitu sedikitnya, sisi negatif dari buah jeruk. Yang jauh lebih banyak adalah sisi positifnya. Memberi manfaat demikian banyak buat manusia.
Maka, saya pun termenung semakin dalam. Berbagai makhluk yang diciptakan Allah memiliki manfaat yang demikian banyak buat makhluk lainnya. Terutama bagi manusia. Tapi, manusia sendiri tidak demikian. Begitu banyak manusia yang tidak memberikan manfaat buat lingkungannya, melainkan malah memberikan mudharat. Bahkan berbuat bebagai kerusakan yang akhirnya merugikan dirinya sendiri.
Kenapa kita tidak berguru kepada buah jeruk? Ia korbankan dirinya untuk kemaslahatan makhluk lainnya. Untuk manfaat yang lebih luas dan lebih besar. Maka, begitu banyak orang mencarinya. merindukannya. Dan membutuhkan dirinya.
Kehadirannya bukan untuk menyusahkan orang lain, melainkan untuk membahagiakannya.
Bukankah itu yang diajarkan oleh Allah? Tidaklah Allah mengutus nabi Muhammad ke muka bumi ini kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 107
Dan tiada/ah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.