Setelah seharian, atau lebih, kita meninggalkan rumah dan keluarga, tentu perasaan rindu pada suasana rumah akan muncul kembali. Mungkin makan di luar rumah dengan makanan yang istimewa sudah kita lakukan, tapi kita akan kembali rindu dengan makanan yang lebih istimewa yang ada di atas meja makan di rumah kita. Meskipun hanya dengan lauk pauk sederhana.
Justru keistimewaan akan muncul pada kesederhanaan itu, jika kerinduan sudah menjalar di hati. Demikian juga dengan keberadaan rumah dan halaman kita. Demikian pula dengan keberadaan anak-anak kita, ibu kita, ayah kita, suami-listri kita, atau anggota keluarga lainnya. Semuanya adalah istimewa.
Pernah suatu saat mengunjungi teman saya. Salah satu yang dibicarakan dalam obrolan itu adalah tentang kesehatan anak-anaknya. Ia mempunyai lima orang anak, yang paling besar usia tujuh belas tahun, yang paling kecil masih berumur satu tahun. Di sela-sela tawa riangnya, ia selalu merasa bersyukur kepada Allah, bahwa anak-anaknya sehat semuanya. Ketika semua anaknya berkumpul nonton televisi di ruang keluarga, ia melihat anaknya satu persatu, yang tingkahnya berbeda-beda. Alhamdulillah anak-anak sehat semua. Saya selalu merasa menjadi orang yang kaya, begitu melihat anak-anak ada di rumah dan dalam kondisi sehat semua...
Demikian kata-kata yang sering ia ucapkan. Saya hanya bisa mengambil sebuah kesimpulan, dari kata-kata teman saya itu, bahwa kekayaan yang paling utama adalah kesehatan.
Kalau kesimpulan itu kita tarik ke atas, maka kesimpulan itu akan menjadi lebih universal. Sehat adalah sebuah kondisi prima. Kalaulah itu dikenakan pada kita sebagai insan yang memiliki lahir dan bathin atau jasmani dan ruhani, maka sehat yang sempurna adalah jika kita memiliki sehat di jasmani kita, dan jugs sehat di ruhani kita.
Demikian dengan kondisi rumah kita. Ada rumah yang secara fisik nampak sehat, indah dan menawan hati. Ada rumah yang secara ruhani memiliki keindahan yang lebih tinggi. yaitu rumah yang di dalamnya bisa membuat tentramnya hati. Yang itu diakibatkan oleh para penghuninya yang rendah hati.
Rumah adalah tempat kita kembali dari perjalanan kita. Rumah adalah tempat kita berteduh dari gangguan cuaca. Dengan kembalinya kita setiap hari / setiap waktu, ke rumah kita masing-masing, maka sebenarnya kita sedang berlatih untuk pulang...
Keteduhan jiwa yang paling hakiki adalah ketika sorang hamba kembali kepada Tuhannya. Kembali mendapatkan kasih sayangNya. Setelah lama merantau kesana kemari, yang kadang tak tentu arah, mengurusi duniawi yang kadang sering salah.
Dengan melihat rumah kita, mari kita ingat akan rumah kita yang sesungguhnya. Mari kita kembali kepada ridha Ilahi...
Mencari ilmu, mencari rezeki, adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup ini. Tetapi ketika Sang Khaliq telah memanggil, ketika suara adzan telah diserukan, mari kita penuhi untuk sujud dan rukuk, dalam nikmat yang hakiki...
Justru keistimewaan akan muncul pada kesederhanaan itu, jika kerinduan sudah menjalar di hati. Demikian juga dengan keberadaan rumah dan halaman kita. Demikian pula dengan keberadaan anak-anak kita, ibu kita, ayah kita, suami-listri kita, atau anggota keluarga lainnya. Semuanya adalah istimewa.
Pernah suatu saat mengunjungi teman saya. Salah satu yang dibicarakan dalam obrolan itu adalah tentang kesehatan anak-anaknya. Ia mempunyai lima orang anak, yang paling besar usia tujuh belas tahun, yang paling kecil masih berumur satu tahun. Di sela-sela tawa riangnya, ia selalu merasa bersyukur kepada Allah, bahwa anak-anaknya sehat semuanya. Ketika semua anaknya berkumpul nonton televisi di ruang keluarga, ia melihat anaknya satu persatu, yang tingkahnya berbeda-beda. Alhamdulillah anak-anak sehat semua. Saya selalu merasa menjadi orang yang kaya, begitu melihat anak-anak ada di rumah dan dalam kondisi sehat semua...
Demikian kata-kata yang sering ia ucapkan. Saya hanya bisa mengambil sebuah kesimpulan, dari kata-kata teman saya itu, bahwa kekayaan yang paling utama adalah kesehatan.
Kalau kesimpulan itu kita tarik ke atas, maka kesimpulan itu akan menjadi lebih universal. Sehat adalah sebuah kondisi prima. Kalaulah itu dikenakan pada kita sebagai insan yang memiliki lahir dan bathin atau jasmani dan ruhani, maka sehat yang sempurna adalah jika kita memiliki sehat di jasmani kita, dan jugs sehat di ruhani kita.
Demikian dengan kondisi rumah kita. Ada rumah yang secara fisik nampak sehat, indah dan menawan hati. Ada rumah yang secara ruhani memiliki keindahan yang lebih tinggi. yaitu rumah yang di dalamnya bisa membuat tentramnya hati. Yang itu diakibatkan oleh para penghuninya yang rendah hati.
Rumah adalah tempat kita kembali dari perjalanan kita. Rumah adalah tempat kita berteduh dari gangguan cuaca. Dengan kembalinya kita setiap hari / setiap waktu, ke rumah kita masing-masing, maka sebenarnya kita sedang berlatih untuk pulang...
Keteduhan jiwa yang paling hakiki adalah ketika sorang hamba kembali kepada Tuhannya. Kembali mendapatkan kasih sayangNya. Setelah lama merantau kesana kemari, yang kadang tak tentu arah, mengurusi duniawi yang kadang sering salah.
Dengan melihat rumah kita, mari kita ingat akan rumah kita yang sesungguhnya. Mari kita kembali kepada ridha Ilahi...
Mencari ilmu, mencari rezeki, adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup ini. Tetapi ketika Sang Khaliq telah memanggil, ketika suara adzan telah diserukan, mari kita penuhi untuk sujud dan rukuk, dalam nikmat yang hakiki...