Tuesday, March 6, 2007

Selaraskan Diri

Tidak ada benda diam di alam semesta ini. Semuanya sedang bergerak. Dan uniknya, semua bergerak mengikuti sebuah pusaran dengan pola tertentu. Dari kecil semakin membesar. Dan akhirnya menuju sebuah pusaran raksasa sebesar alam semesta.

Memang tidak semuanya bergerak searah. Tetapi dalam skala yang lebih besar selalu terbentuk keseimbangan dari gerakan yang berbeda arah itu. Sejumlah kawan ada yang menduga bahwa gerakan semua benda di alam semesta mengikuti gerakan bertawaf, yaitu berlawanan dengan arah jarum jam.

Tetapi itu tidak nnemperoleh pijakan dalam realitas. Karena mulai dari partikel terkecil, di dalam inti atom maupun elektron-elektron di luarnya ada yang berputar searah jarum jam atau sebaliknya. Demikian pula di alam makro, benda-benda langit ada yang berputar searah jarum jam atau berlawanan dengannya, yang disebut sebagai putaran retrograde.

Termasuk makhluk hidup, tidak semuanya bergerak searah. Bahkan banyak yang berlawanan arah. Jadi, kita tidak boleh mengambil penyederhanaan sedrastis itu, dengan menyimpulkan seluruh gerakan benda di alam semesta sedang melakukan gerakan yang searah dengan gerakan tawaf. Akan tetapi, yang menarik, memang dalam skala yang lebih besar semua benda membentuk sebuah sistem keseimbangan dalam pusaran yang lebih besar. Dan semakin besar. Semakin besar, sampai entah seberapa besar...

Dalam bagian ini saya hanya ingin memberikan gambaran kepada pembaca bahwa seluruh alam semesta sedang bergerak dalam sebuah tatanan tunggal yang berpusat di satu 'titik' di pusat alam semesta. Tidak ada benda yang diam. Semuanya bergerak berpusar-pusar tunduk kepada 'Hukum' yang 'Satu'.

Pusaran itu tidak hanya berhenti pada langit pertama saja. Kita tahu, bahwa alam semesta ini sebenarnya terdiri dari 7 ruangan langit yang yang tersusun secara dimensional. Ruang berdimensi 3 sampai ruang yang berdimensi 9

Selama ini kita mempersepsi pergerakan itu hanya berlaku pada benda-benda pengisi langit. Seperti planet, matahari, gugusan bintang alias galaksi, superkluster dan seterusnya. Namun agaknya kita harus memandangnya dalam skala yang lebih besar lagi. Bahwa alam semesta ini tersusun dari Ruang, Waktu, Materi, Energi dan Informasi. Kelima parameter itulah penyusun alam semesta.

Jika materi bergerak, pasti energinya juga bergerak. Kalau geraknya berpusar, energinya juga akan ikut berpusar. Dalam waktu yang bersamaan, materi dan energi itu berada di dalam ruang dan waktu. Padahal dimensi waktu 'mengikat' materi dan energi, sehingga materi dan energi mengalami perubahan menjadi bertambah tua, seiring dengan berjalannya waktu.

Maka, secara sederhana, kita pun bisa mengambil kesimpulan bahwa 'waktu' yang mengikat materi dan energi itu ikut bergerak berpusar-pusar.

Namun karena Waktu adalah dimensi yang mengikat materi dan energi, maka pusaran 'waktu' bergerak dalam skala yang lebih besar dibandingkan pusaran materi dan energi.

'Waktu' bergerak melingkar dan linear sekaligus, seiring dengan perkembangan alam semesta yang sedang mekar. Dalam sudut pandang yang lebih kecil - langit pertama -, waktu seperti bergerak mengikuti garis lurus ke arah depan. Tapi dari sudut pandang yang lebih besar -langit kedua waktu bergerak melingkar dan berpusar.

Seluruh benda dan energi pengisi langit pertama bergerak berpusar dengan berpusat di tengah-tengah langit pertama, yang sampai sekarang belum ketahuan tempatnya. Akan tetapi, dalam waktu yang bersamaan, langit pertama ini berpusar mengitari pusat langit kedua. Termasuk ruang dan waktu, bergerak mengitari pusat langit kedua. ini dimungkinkan, karena langit-langit itu berjenjang secara dimensional.

Coba bayangkan sebuah bola yang berputar. Bola adalah sebuah benda berdimensi 3. Punya 3 ukuran, yaitu garis membujur, garis melintang, dan diameteral ke dalam bola. Atau kalau pada 'benda kotak', ada yang disebut panjang, lebar dan tebal.

Karena ia benda 3 dimensi, maka ia memuat benda-benda dua dimensi dalam bentuk luas sisi kotak atau luas permukaan bola. Dan, benda 1 dimensi berupa garis-garis yang membujur atau melintang, atau pun yang mengarah masuk ke pusat bola secara diameteral.

Nah bayangkan, seluruh garis-garis yang berdimensi 1 itu sedang berputar-putar di permukaan bola. Masing-masing membentuk lingkaran kecil-kecil. Lingkaran kecil-kecil itu kemudian mengitari lingkaran yang lebih besar. Jadi, lingkaran besar dibentuk oleh sejumlah lingkaran yang lebih kecil.

Seperti: bulan mengeliling bumi. Bumi dan bulan mengelilingi matahari. Bulan, bumi dan matahari mengelilingi pusat galaksi. Galaksi-galaksi mengelilingi superkluster. Dan seterusnya. Begitulah. Bayangkan, di permukaan bola itu adalah lingkaran-tingkaran yang semakin besar seperti sistem alam semesta tersebut.

Maka, kalau bola itu kita putar, lingkaran-lingkaran yang ada di permukaan bola itu pun akan ikut berputar mengitari pusat bola, seiring dengan berputarnya bola.

Jadi, dalam waktu yang bersamaan, lingkaran-lingkaran kecil itu melakukan gerak berputar dengan berpusat pada dua titik yang berbeda. Yang pertama, mengelilingi titik pusat lingkarannya. Yang kedua, mengelilingi pusat bola.

Begitulah pergerakan alam semesta. Dalam waktu yang bersamaan mengelilingi pusat-pusat lingkaran di langit pertama, tapi dalam waktu yang bersamaan seluruh isi langit pertama : ruang, waktu, materi, energi dan informasi, mengelilingi pusat langit ke dua.

Materi dan energi berpusar mengelilingi pusat langit pertama. Ruang, waktu, dan informasi, mengembang seiring dengan 'mekarnya' alam semesta. Tapi secara keseluruhan, semuanya sedang bergerak melingkar mengitari pusat langit kedua.

Dan yang menarik, sebagaimana kita ketahui langit-langit itu terus bersusun-susun secara dimensional. Langit pertama dan kedua itu pun sedang bergerak berpusar mengitari pusat alam yang lebih tinggi, yaitu di langit ketiga.

Langit ketiga, kedua dan langit pertama mengitari pusat langit ke empat. Mengitari pusat langit ke lima, langit ke enam dan langit ke tujuh. Lantas, kemanakah semua langit yang bersaf tujuh itu berputar? Ternyata semuanya sedang mengitari 'Arsy. Inilah pusat pergerakan seluruh alam semesta. Sehingga berulang-ulang Allah menginformasikan kepada kita tentang 'Arsy.

QS. Ar Ra'd (13) : 2
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.

Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa Allah sedang terus meninggikan langit ke segala arah. Bukankah langit adalah seluruh ruang di 'atas' bumi. Karena bumi berbentuk bulat, maka atasnya bumi itu berbentuk meruang, ke segala penjuru. Artinya Allah sedang menginformasikan kepada kita bahwa alam semesta sedang mengembang ke segala penjuru - expanding universe.

Berkembang kemana? Bukankah langit adalah seluruh ruang itu sendiri? Selama di situ ada ruang, maka itu masih disebut langit. Jadi kemana langit kita ini mengembang? Jawabnya: ke langit ke dua yang berdimensi lebih tinggi. Yang sekarang ini juga sedang mengembang.

Seperti sebuah 'garis' yang memanjang ke arah melengkung permukaan bola. Garis berdimensi 1, dan permukaan bola berdimensi 2. Permukaan bola itu sendiri sedang mengembang ke arah ruang sekitarnya yang berdimensi 3. Itulah yang sedang terjadi dengan langit kita, yang bersaf tujuh.

Selain menginformasikan bahwa langit ini sedang mengembang, Allah juga menginformasikan bahwa seluruhnya sedang beredar alias berpusar seiring dengan pergerakan waktu.

Kemana putaran itu berpusar? Ke arah Arsy. Dari pusat itulah Allah mengendalikan seluruh putaran. Menundukkan pergerakan matahari dan bulan. Jika kita tahu, bahwa jumlah matahari di alam semesta ini bertriliun-triliun, maka kita akan bisa merasakan bahwa ayat itu sebenarnya bukan hanya menggambarkan tata surya kita, melainkan sedang menggambarkan langit pertama secara keseluruhan.

Bahkan di ayat berikut ini, Allah menggambarkan bahwa Arsy itu bukan hanya menjadi pusat benda-benda langit, tetapi sekaligus menjadi pusat dari seluruh langit yang bersaf tujuh.

QS. Al Mukminuun (23) : 86
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

QS. Al A'raaf (7) : 54
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang, tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Allah menegaskan bahwa seluruhnya itu tunduk kepada perintahNya. Pemerintahan dan kerajaanNya berpusat di Arsy. Dan kemudian Dia tegaskan, bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam. Yang mengendalikan seluruh dimensi langit yang tujuh.

QS. Ali Imran (3) : 189
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. Al Baqarah (2) : 107
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.

Beberapa kawan menafsirkan Arsy itu sebagai singgasana. Sehingga kita seringkali membayangkan sebuah kursi singgasana milik raja. Kita membayangkan Allah duduk di atas kursi itu. Kemudian kita terjebak kepada merendahkan sifat-sifatNya.

Bagaimana tidak? Kalau kita membayangkan Allah duduk di atas singgasana, berarti kan singgasana itu lebih besar dari Allah. DzatNya bisa 'diwadahi' oleh Arsy? Sungguh salah besar. Atau, jangan-jangan kita membayangkan bahwa Arsy itu adalah bagian dari unsur ketuhanan.

QS. Al Anbiyaa (21) : 22
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Sama sekali bukan seperti bayangan kita itu. Allah adalah pemilik Arsy. Bahkan penciptanya. Sehingga di dalam ayat yang lain Allah mengatakan, Allah adalah tuhannya Arsy. Berarti Arsy itu tunduk kepadaNya. Mengikuti perintaNya. Maha Suci Allah dari yang kita sifatkan.

QS. Al Mukminuun (23) : 116
Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan 'Arsy yang mulia.

Maka saya mempersepsi Arsy secara lebih proporsional. la bukan singgasana seperti yang kita bayangkan, melainkan pusat kendali seluruh alam semesta. Langit yang tujuh. Pusat kendali itu berada 'di atas' dimensi tertinggi yang dimiliki oleh langit ke tujuh. Malaikat pun tidak bisa masuk ke dalamnya. Hanya bisa berkeliling di sekitarnya.

Itulah yang bakal disaksikan pada saat hari akhir nanti. Manusia akan bisa mempersepsi langit ke tujuh yang berdimensi sembilan. Para malaikat berkeliling di seputar Arsy. Tidak bisa masuk ke wilayah inti pusaran tersebut. Segala makhluk tidak akan mampu masuk ke dalamnya karena bakal hancur tak berbentuk. Inilah Pusaran energi tertinggi di alam semesta, yang tidak bisa diukur lagi. la menjadi pusat dari seluruh pusaran maha raksasa yang melibatkan bertriliun-triliun materi, energi, ruang, waktu, dan informasi.

QS. Az Zumar (39) : 75
Dan kamu akan melihat malaikat-malaikat berlingkaran di sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".

Dalam konteks itmu kosmologi, wilayah seperti ini dikenal sebagai black hole alias lubang hitam. Tidak ada seorang ilmuwan pun yang tahu, ada apa di dalam lubang hitam itu. Apalagi di balik keberadaan lubang hitam itu. Gravitasinya luar biasa dahsyat. Segala yang ada di sekitarnya ditarik menuju pusat gravitasinya. Termasuk cahaya pun tidak bisa keluar dari lubang hitam itu. Cahaya hanya bisa bergerak dan berpusar di jarak tertentu, di bagian luar medan gravitasinya. Para ilmuwan mengarah kepada kepahaman ini, karena pusat alam semesta memang harus memiliki gravitasi luar biasa besarnya agar bisa mengendalikan gerakan alam semesta yang berpusar-pusar dalam jarak bermiliar-miliar tahun cahaya. Dan jumlah materi-energi yang demikian raksasa.

Tidak ada benda apa pun di alam semesta yang gravitasinya bisa menandingi black hole. Karena itu bisa dipahami, kalau pendapat para ahli kosmologi mengarah kepada black hole sebagai pusat pusaran alam semesta.

Yang menarik, di pusat black hole itulah diperkirakan seluruh hukum alam semesta ini runtuh. Hitungan matematis dan pendekatan fisika tidak bisa digunakan lagi untuk memprediksi segala kondisinya. Karena semua kondisi menjadi kosong mutlak.

Jadi, seluruh realitas di alam semesta ini ternyata sedang bergerak melingkari sebuah pusat yang kosong. 'Yang kosong' mengendalikan 'yang berisi'. Keber-ADA-an berputar-putar di sekitar keTIDAK ADA-an. Inilah pasangan abadi dan serasi yang diciptakan oleh Allah dalam keseimbangan sempurna.

Alam semesta diciptakan dari 'Ketiadaan' menjadi 'ada', dan berkembang sampai kini. Suatu ketika nanti, segala yang 'ada' itu akan berhenti bergerak dan kemudian membalik ke arah pusatnya -kekosongan. Akhirnya, lenyap dalam 'Ketiadaan' sempurna.

Di balik kekosongan itulah pusat 'kerajaan' alam semesta. Semua 'realitas' yang ada di alam semesta hanyalah proyeksi dari sebuah REALITAS TUNGGAL dari 'SESUATU' yang berada di baliknya.

Realitas ini tak lebih dari sebuah permainan cahaya yang berasal dari balik 'kekosongan mutlak' itu. Seperti saat kita menonton film di sebuah bioskop. Gambar 'hidup' yang bergerak di layar hanyalah proyeksi dari film yang disorot lampu dari sebuah proyektor, di belakang penonton.

Di zaman sekarang kita bisa menonton permainan cahaya yang lebih canggih yang disebut hologram. Jika bioskop adalah proyeksi di layar dua dimensi, maka hologram bisa diproyeksikan ke 'layar' tiga dimensi di dalam ruang.

Maka sejumlah sinar laser bisa digunakan untuk membentuk bayangan manusia, binatang tumbuhan dan sebagainya. Bayangan itu bisa bergerak di dalam ruang persis seperti benda asli yang diproyeksikan dari suatu ruang proyektor yang ada di belakang penonton. Begitulah Allah mengambarkan.

QS. An Nuur (24) : 35
Allah mencahayai langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Ayat di atas menggambarkan suatu perumpamaan yang mirip dengan ruang proyektor. Ada sebuah ruang gelap tak tembus, dimana di dalamnya ada sumber cahaya yang sangat terang. Cahaya itu bersinar dari sebuah 'PELITA' yang menyala dengan sendirinya.

Cahayanya memancar lewat sebuah lubang menuju ruang yang terhampar di seluruh langit dan bumi. Cahaya yang dipancarkan itu berlapis-lapis dengan segala macam warna dan tingkat frekuensinya. Dan kemudian membentuk seluruh realitas yang ada. Cahaya hanyalah pancaran dari SANG PELITA. Dan seluruh realitas yang dihamparkan di 'layar' langit dan bumi ini hanyalah sekadar proyeksi dari permainan cahaya-cahaya tersebut. Sangat mirip dengan sebuah permainan hologram.

Bedanya, hologram diproyeksikan ke dalam ruang 3 dimensi. Sedangkan seluruh realitas ini diproyeksikan ke ruang 9 dimensi: 7 petala langit.

Maka, black hole itu hanyalah sekadar lubang proyeksi untuk langit pertama. Di balik black hole itulah SANG REALITAS sedang memancarkan cahaya-cahaya yang menyorot menjadi semacam hologram: dunia dengan segala isinya.

Black hole yang menjadi pusat pergerakan langit pertama dengan segala isinya itu ikut berputar mengelilingi pusat langit kedua. Di sana ada black hole yang menjadi pusat proyeksi langit kedua. Dimana, langit pertama ini menjadi bagian kecil dari realitas langit kedua.

Seluruh reatitas kehidupan di langit kedua itu adalah permainan proyeksi hologram juga. Begitulah seterusnya, sampai langit yang ke tujuh. Yang berdimensi 9. Nah, seluruh realitas yang terhampar di ruang berdimensi 9 itu adalah proyeksi dari REALITAS TUNGGAL yang berada di balik Arsy.

QS. Al Mukmin (40) : 7
(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala

QS. Al Haqqah (69) : 17
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas mereka.

Allah menggambarkan bahwa cahaya-cahaya kemalaikatan itu mencapai seluruh penjuru langit. Tapi, di sekitar Arsy itu sendiri berkeliling para malaikat yang terus bertasbih. Di antaranya ada delapan malaikat yang menjadi petugas utama dari proyeksi 'hologram' alam semesta.

Malaikat adalah makhluk-makhluk cahaya yang diutus oleh Allah menjembatani proyeksi tersebut. Bahkan, sebenarnya malaikat pun menjadi bagian dari proyeksi hologram itu. Ada 8 'berkas cahaya' yang 'menopang' Arsy. Ke-delapan berkas yang keluar dari Arsy itu kemudian berpusar di sekeliling Arsy dan memancar ke segala penjuru alam semesta. Mereka ‘melesat’ dengan kecepatan berbeda-beda sesuai dengan derajat dan tugasnya.

QS. Ash Shaaffaat (37) : 164-165
Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu,
dan sesungguhnya Kami benar-benar bershaf-shaf (bertingkat-tingkat).

QS. Faathir (35) : 1
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai 'sayap', masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.