Sebagaimana difirmankan oleh Allah di dalam Al Qur’an, tujuan utama manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Tidak ada yang lain.
QS. Adz Dzaariyat (51) : 56
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
QS. Al Mukmin (40) : 65
Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Tetapi, sebenarnya apakah yang menjadi ruh ibadah itu? Ternyata, substansinya adalah dzikir. Terjalinnya komunikasi dengan Allah. Nyambungnya hati dengan Allah. Ingat kepadaNya.
Dalam hal shalat misalnya, seseorang dikatakan khusyuk jika hatinya selalu ingat kepada Allah, di sepanjang shalatnya. Jika hatinya teringat macam-macam, maka shalat yang dia lakukan tak lebih dari sekadar ibadah ritual. Tak mencapai makna.
Dalam hal puasa, demikian pula. Seseorang akan bisa mencapai kualitas takwa lewat puasanya jika selama berpuasa ia menyandarkan ibadahnya karena Allah. Selalu ingat Allah selama berpuasa, sehingga perbuatamya terkontrol dengan baik.
Berhaji pun demikian. Jika seseorang bisa selalu ingat Allah selama berhaji, maka ia akan memperoleh banyak hikmah di tanah suci. Ujung-ujungnya ia akan menjadi haji mabrur. Ibadah hajinya telah mampu merubah jiwanya menjadi lebih pasrah kepada Allah sebagaimana keluarga nabi Ibrahim.
Jadi, inti segala ibadah adalah dzikir. Ingat kepada Allah, sebagai satu-satunya orientasi ibadah kita. Bahkan sebagai satu-satunya tujuan hidup. Maka Allah mengajarkan kepada kita agar berdzikir terus kepada Allah dalam segala situasi.
QS. Al Ahzab (33) : 41-42
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
Itulah yang diajarkan Allah kepada hamba-hambaNya. Bahwa sebagai orang yang beriman, kita diajari untuk selalu ingat Allah. Dzikir kepadaNya sebanyak-banyaknya. Bertasbih setiap saat. Pagi hari maupun petang hari. Bagaimana caranya? Ayat berikut ini mengajarkan salah satu bentuk ibadah spesifiknya adalah dengan cara Shalat. Shalat adalah bentuk khusus dari berdzikir.
QS. Thaahaa (20) : 14
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka beribadahlah kepadaKu dan dirikanlah shalat untuk berdzikir kepadaKu.
QS. Al A'laa (87) : 15
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.
QS. Al Ankabuut (29) : 45
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya berdzikir kepada Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Selain dalam bentuk shalat, berdzikir bisa dilakukan dengan cara mengucapkan kalimat-kalimat dzikir seperti Asma'ul Husna, istighfar, tasbih, hamdalah, takbir, dan tahlil. Afdhalnya dibaca pada waktu-waktu tertentu, terutama seusai shalat.
QS. Qaaf (50) : 40
Dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.
QS. An Nisaa' (4) : 103
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu. Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Begitulah salah satu bentuk dzikir yang diajarkan Allah dan Rasulullah saw kepada kita. Dzikirlah dalam shalat. Dan berdzikirlah setiap selesai shalat. Maka, sebelum kita melangkah ke bentuk Dzikir Tauhid, kita perlu memahami dulu 'Dzikir Dasar' yang jadikan landasan untuk melangkah ke Dzikir Tauhid. Beberapa point yang menjadi pokok dalam melakukan Dzikir Dasar adalah sebagai berikut:
Bacaan yang kita baca mengambil potongan-potongan ayat Qur'an. Seperti Astaghfirullah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan Laa ilaaha illallah.
- Melafadzkan dengan penuh penghayatan dan paham maksudnya.
- Boleh berdzikir di dalam hati, atau diucapkan dengan lisan. Dilakukan saat-saat tertentu, utamanya seusai shalat.
- Seluruh potensi akal dan hatinya terhubung kepada Allah. Merasakan kehadiran Allah. Ini menjadi point terpenting dari Dzikir. Karena, kata 'dzikir' itu memang bermakna 'ingat' kepada Allah. Lucu jadinya, jika seseorang berdzikir tetapi hatinya tidak ingat Allah.
- Boleh dilakukan sambil memejamkan mata, atau pun sambil membuka mata. Tapi kebanyakan kita merasa lebih khusyuk dengan cara memejamkan mata.
Lantas, apa yang menjadi tujuan Dzikir Dasar? Sebenarnya, ini adalah manifestasi dari kehusyukan di dalam shalat dan di luar shalat sebagaimana kita bahas di depan. Bahwa yang disebut khusyuk itu adalah ketika kita yakin bisa bertemu Allah di dalam ibadah khusus kita, dan yakin bertemu Allah ketika kita kembali kepadaNya.
Maka, Dzikir Dasar adalah sebuah upaya untuk membangun kesadaran agar bisa 'bertemu' dengan Allah di dalam Dzikir dan shalat. Jika Dzikir Dasar sudah baik, Insya Allah kita akan bisa khusyuk pada level berikutnya: Dzikir Tauhid.
Untuk itu, marilah kita kaji lebih jauh teknik Dzikir Dasar ini sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Agar khusyuk, yang paling mendasar, harus kita pahami dengan baik makna seluruh kalimat dzikir itu. Yang paling banyak digunakan untuk berdzikir, adalah kalimat-kalimat: Astaghfirullah, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar dan Laa ilaaha illallah.
1. Astaghfirullah
Dzikir Dasar kita mulai dengan mengucapkan astaghfirullah. Memohon ampun kepada Allah. Kenapa kita mesti memulai dzikir dengan bacaan tersebut? Disampaikan oleh Tsaubah ra (HR. Imam Muslim 1:414 no 591), bahwa setiap selesai shalat Rasulullah memulai dzikirnya dengan membaca istighfar sebanyak 3 kali, baru kemudian membaca kalimat dzikir lainnya.
Akan tetapi, secara umum kita memang dianjurkan untuk banyak membaca istighfar kepada Allah. Istighfar adalah upaya membersihkan sekaligus merendahkan diri di hadapan Allah.
QS. Huud (11) : 3
dan hendaklah kamu meminta ampun (beristighfar) kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan, keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.
QS. An Nashr (110) : 3
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.
Istighfar adalah perwujudan dari keinginan untuk bertaubat dari segala kesalahan dan dosa. lni menjadi kunci awal terjadinya komunikasi dengan Allah secara khusyuk. Orang yang sombong dan merasa sudah bersih, sudah baik, justru akan terjauh dariNya. Allah menyukai hamba-hamba yang rendah hati. Mawas diri. Dan memohon ampun atas segala kesalahamya. Meskipun tidak disengaja.
QS. Israa' (17) : 25
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.
Allah menegaskan, bahwa kita ini seringkali sudah merasa baik. Padahal kita seringkali tidak tahu kualitas kita sendiri. Sok tahu dan merasa tahu. Padahal Allah lebih tahu kita ini orang baik atau tidak. Jika kamu benar-benar baik, Allah pasti tahu. Dan kemudian menerima taubat kita.
Intinya, Allah mengajarkan kepada kita agar tidak terlalu pede bahwa kita sudah baik. Orang-orang yang terlalu pede bahwa dirinya sudah baik, kebanyakan ketika difoto aura malah menghasilkan warna rendah. Itu adalah awal dari kesombongan. Dan sebagaimana telah kita bahas di depan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong. Surga pun haram baginya.
Karena itu mengawali dzikir dengan memohon ampun kepada Allah adalah sangat vital. Di satu sisi kita merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah. Di lain sisi, Allah menyukai orang yang datang bertaubat kepadaNya. Maka, gayung pun bersambut. Clock kita masuk ke dalam sistem 'pusaran alam semesta' secara efektif. Tune in.
Proses tune in itu lantas akan terlihat lewat video aura. Istighfar yang dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan warna yang semakin tinggi ke arah ungu, secara berangsur-angsur.
Tapi ingat, seperti yang kita bahas di depan, Kuncinya adalah kejujuran dan keikhlasan di dalam berdzikir. Jangan dibuat-buat. Datang dari hati nurani, bahwa kita memang banyak dosa. Dan karenanya mohon ampun kepadaNya. Bahkan lebih bagus, sampai meneteskan air mata. Tapi jangan sampai menangis meraung-raung. Allah tidak suka yang berlebihan. Itu tanda kita tidak bisa mengontrol diri. Menangis yang seperti itu, malah bakal menghasilkan aura merah. Sudah saya buktikan!
Yang bagus, kata Allah jangan terlalu keras, dan jangan terlalu pelan. Antara keduanya. Berbisik-bisik dalam kekhusyukan, ketakutan dan kerinduan hati seorang hamba.
QS. Al A'raaf (7) : 205
Dan sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
QS. Al Israa' (17) : 110
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkamya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
2. Subhanallah
Bertasbih bemakna mensucikan Allah. Kalimat ini berbeda dengan istighfar. Kalimat istighfar berpusat pada diri kita. Bukan ingat Allah, tapi ingat dosa-dosa kita. Lantas kita merasa hina di hadapan Allah. Dan mohon perkenannya untuk mengampuni dan memaafkan segala dosa kita. Itulah password alias kata kunci untuk berkomunikasi dengan Allah secara efektif. Masuk dalam pusarannya.
Sedangkan kalimat Subhanallah - Maha Suci Allah - fokusnya adalah memuji Allah. Disinilah kita baru memulai dzikir yang sesungguhnya. Dan inilah makna dzikir yang sebenarnya: ingat Dzat Allah dengan segala sifat Maha-Nya. Diri kita, 'hilang' terlupakan. Yang kita ingat hanya Allah.
Akan tetapi untuk bisa menghilangkan diri kita, dan 'menghadirkan' Allah dalam seluruh kesadaran kita, bukanlah pekerjaan instant. Butuh proses panjang, butuh pembelajaran, pemahaman dan latihan. Ada yang bisa melakukan dengan cepat, tetapi tidak sedikit yang perlu waktu lama, bertahun-tahun.
Dalam Diskusi ini saya hanya memberikan guidance alias tuntunan saja. Prakteknya harus kita latih sendiri. Dicoba, dievaluasi, diulangi lagi, dan seterusnya. Dicoba lagi, dievaluasi lagi, dan diulangi lagi. Syukur ada yang membimbing secara langsung.
Bahkan untuk memahami kata Subhanallah pun tidak akan habis kita bahas dalam Diskusi ini. Namun demikian, Diskusi-Diskusi saya lainnya banyak bercerita tentang kedahsyatan Dzat Allah. Dan itulah yang saya maksudkan dengan Subhanallah. Maha Suci Allah. Maha Hebat Allah. Bukan Sekadar Maha Bersih. Atau, Maha Suci dari segala kekurangan...
Makna Maha Suci itu diantaranya dijelaskan oleh ayat berikut ini.
QS. Ali Imran (3) : 191
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring, serta mereka selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ayat ini sangat sering saya jadikan contoh, dan telah saya bahas secara mendetil pada Diskusi PUSARAN ENERGI KA'BAH. Karena itu tidak akan saya ulang lagi. Intinya: seseorang akan bisa menghayati makna subhanallah secara mendalam jika sudah mempelajari berbagai ciptaan Allah di alam semesta. Sampai dia memahami betul. Sampai bisa mengucapkan : Ya Allah, ternyata tidak ada yang sia-sia dalam semua ciptaanMu. Barulah dzikirnya keluar: Subhanaka! Hebat sekali Engkau, ya Allah...!
Inilah langkah kedua dalam Dzikir Dasar. Memahami dan merasakan Kehebatan Allah. Sampai bergetar hatinya. Bergetar seluruh tubuhnya. Dengan getaran yang lembut. Bukan berguncang-guncang. Apalagi sampai tak terkendali. Rasanya seperti kesemutan ringan, mulai dari ubun-ubun sampai ke ujung kaki.
Getaran lembut itu semakin tinggi, dan akan menghasilkan aura jernih. Warna cahaya aura yang dicapai saat tune in, dalam fase ini akan menjernih. Bergerak di warna-warna terang.
Semakin intensif tasbihnya akan semakin terang warna auranya. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan dzikir yang efektif, pada langkah pertama ini sudah akan bisa mencapai warna keputih-putihan. Meskipun tidak terlalu jernih. Biasanya masih bercampur dengan warna-warna hijau, atau biru atau ungu.
Sangat jarang saya temui, warna putih bercampur dengan warna-warna bawah, seperti merah, jingga dan kuning. Biasanya minimal dengan warna hijau. Sekali, saya pernah menemui warna merah bercampur dengan putih. Tapi terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak, memang bisa terjadi kombinasi dan lompatan warna-warna aura yang lebih bebas, dan bervariasi...
3. Alhamdulillah
Langkah ke tiga adalah berucap alhamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah. Fokusnya juga kepada Allah. Ingat Allah. Bukan ingat segala macam. Termasuk juga bukan ingat diri kita sendiri.
Memang, kita berucap alhamdulillah karena Allah telah memberikan segala kenikmatan kepada kita. Maka kita bersyukur kepadaNya.Tetapi jangan sampai kita terjebak kagum kepada diri kita sendiri. Karena telah diberi berbagai kelebihan oleh Allah. Kalau itu yang terjadi, maka kita bukan dzikrillah, ingat kepada Allah. Melainkan dzikrina, ingat kepada diri kita sendiri. Allah mengajarkan sebagai berikut.
QS. Al Baqarah (2) : 152
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Dengan jelas, Allah mengajari kita agar berdzikir kepadaNya. Jika kita ingat kepadaNya, maka Allah pun akan ingat kepada kita.
Inilah langkah ke tiga dari Dzikir Dasar. Bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya: Alhamdulillah..
Lantas, Allah menyambut orang yang bersyukur kepadaNya dengan syukur pula. Barangsiapa bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya, maka Allah akan menambah kenikmatamya. Itulah yang terjadi di fase kedua ini.
QS. Ibrahim (14) : 7
Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Maka, ketika menghayati lafadz alhamdulillah ini, kita akan merasakan peningkatan kekhusyukan lebih dalam. Allah menambahkan kenikmatan kepada orang yang bersyukur! Syukur yang sesungguhnya. Syukur yang memuji Allah. Syukur yang berterima kasih setulus-tulusnya. Itulah hikmah yang disampaikan Luqman kepada anaknya.
QS. Luqman (31) : 12
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, (ketika mengatakan kepada anaknya): Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Pada fase bersyukur ini, warna aura akan semakin jernih. Allah meningkatkan kualitas jiwa kita pada saat berdzikir. Dan akan tampak pada aura yang terekam.
'Alhamdulillah' bisa dijadikan booster untuk mendorong efektifitas dzikir kita. Asalkan, dibarengi dengan kepasrahan yang muncul dari keikhlasan hati paling dalam. Betul-betul memuji Allah Yang Maha Terpuji. Dan betul-betul bersyukur kepada Allah Yang Maha Mensyukuri...
QS. Faathir (35) : 30
agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Maha Mensyukuri adalah salah satu sifat Allah yang selalu memberikan lebih banyak, ketika kita berterima kasih atas segala pemberiannya. Apa pun bentuknya. Kita bersyukur tentang rezeki, Allah akan member rezeki lebih banyak. Kita bersyukur tentang kesehatan, Allah juga akan memberikan lebih baik lagi. Kita bersyukur atas ilmu, Allah pun akan memberikan hikmah lebih mendalam lagi. Demikian pula dalam berdzikir, syukur itu akan memberikan dorongan kekhsuyukan lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi...
4. Allahu Akbar
Langkah ke empat adalah membaca takbir. Inilah lafadz yang digunakan Allah untuk menggiring kekhusyukan shalat. Kalimat dzikir yang paling banyak diucapkan oleh orang yang sedang shalat adalah takbir. Dimulai dengan Takbiratul Ihram. Dan mengiringi setiap gerakan dengan Takbir.
Kenapa kok menggunakan kalimat Takbir? Intinya adalah untuk merendahkan dan mengecilkan diri kita sekecil-kecilnya di hadapan Dzat Yang Maha Besar, Tak Berhingga Besarnya.
Karena kita seringkali merasa diri kita ini besar. Pusat Perhatian. Pusat kepentingan. Pusat kekuasaan. Pusat keberadaan. Dan pusat segala-galanya. Kita mengukur segala yang ada dan semua peristiwa dari kepentingan kita sendiri. Kalau tidak menguntungkan kita, maka semua itu tidak penting dan tidak perlu. Bahkan tidak ada...
Maka, Allah membalik semua itu. Dia mengajarkan bahwa diri kita ini kecil. Kita memang ada. Bukannya tidak ada. Tapi sekali lagi, kita ini kecil. Bahkan sangat kecil! Tidak percaya ?
Cobalah anda naik pesawat terbang. Pilih tempat duduk di sebelah jendela. Lantas amatilah sosok manusia di daratan dari jendela pesawat yang sedang terbang itu. Maka anda akan tahu bahwa manusia ini begitu kecilnya. Awalnya sih cukup besar. Tapi setelah anda mencapai ketinggian 3-4 kilometer, sosok manusia itu kelihatan semakin kecil. Dan ketika mencapai ketinggian terbang 10 km, manusia pun sudah tidak terlihat lagi.
Padahal, kalau mau, pesawat itu bisa terbang lebih tinggi lagi. Tebal atmosfer kita kurang lebih 1.000 km. Kalau kita lihat dari ketinggian itu, maka sosok manusia adalah ibarat debunya bumi! Tidak ada apa-apanya dibandingkan planet ini.
Kalau anda mau lebih tinggi lagi, naiklah pesawat luar angkasa. Katakanlah kita bergerak menjauhi matahari, ke arah planet Mars, Jupiter, saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan Xena. Maka kita berada pada jarak Miliaran kilometer dari Bumi. Apa yang bakal anda saksikan? Bumi ternyata adalah planet kecil di tatasurya ini. la bagaikan sebutir debu dalam tata surya.
Ah, apalagi manusia. Ternyata kita hanyalah debunya debu. Sebutir debu kecil yang bertengger di debu lainnya yang 'agak besar' bernama Bumi.
Kalau anda punya kesempatan untuk bergerak lebih jauh lagi, anda akan menyaksikan betapa tatasurya ini pun bagaikan sebutir debu dari benda yang 'lebih besar' yang disebut galaksi. Ya, tatasurya kita ini adalah debunya galaksi Bima Sakti.
Dan seterusnya, galaksi Bima Sakti adalah debunya Superkluster. Superkluster itu debunya alam semesta langit pertama, debunya langit kedua, debunya langit ketiga, dan seterusnya sampai langit ke tujuh. Dan langit yang ke tujuh itu debunya Arsy Allah. Akhirnya, Arsy Allah itu debunya Dzat Allah yang Maha Besar...
ALLAHU AKBAR,
Sungguh ALLAH BENAR-BENAR MAHA BESAR ... !!
Manusia ini adalah makhluk yang benar-benar kecil. Bahkan kalau ada pilihan kata yang bisa menggambarkan lebih kecil dari 'kecil', saya akan memakai kalimat itu. Atau kita sebut : amat sangat kuueeecill sekali ... !!
Maka kalimat Allahu Akbar dipilih oleh Allah untuk membangun kesadaran bahwa kita ini kecil tak ada apa-apanya. Tak berdaya apa-apa. Allah adalah Dzat yang sangat layak untuk dipuji-puji Kebesaramya, karena DIA memang MAHA BESAR.
Inilah langkah ke empat dalam Dzikir Dasar yang digunakan untuk 'menghancurkan' ego kemanusiaan kita. Ego kita langsung dibandingkan dengan EGO Allah. Maka, hancurlah kesombongan kita selama ini. Hancurlah arogansi. Dan hancur pula segala keaku-an kita. Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa dan Maha Perkasa. Tiada bandingnya...
Tiba-tiba warna aura kita bergerak semakin jernih dan terang. Karena ego kemanusiaan kita memudar. Yang muncul adalah cahaya ketuhanan yang terang benderang...
Cakra-cakra di seluruh tubuh sedang bergerak menuju keseimbangan alamiahnya. Cakra Dasar aktif dengan warna merahnya. Cakra Seks aktif dengan warna jingganya. Cakra Solar Pleksus terbuka dengan warna kuning. Cakra Jantung bergetar dengan warna hijau. Cakra Tenggorokan membesar dengan cakra biru. Cakra Kening berpendar dengan warna nila. Dan Cakra Mahkota mengembang dengan warna ungu. 'Maka, keselarasan seluruh warna itu melebur menjadi warna putih...!
5. Laa ilaaha illallah
Inilah puncak dari Dzikir Dasar. Langkah kelima ini berfungsi menyempurnakan efek langkah-langkah sebelumnya. Dimulai dengan mohon ampun dan merendahkan diri sebagai 'pintu masuk' berkomunikasi dengan Allah. Dilanjutkan dengan memuji Allah Sang Maha Suci atas segala kekurangan dan kelemahan. Meniadakan ingatan akan diri sendiri, dan membangun ingatan hanya kepada Allah.
Diteruskan dengan membaca alhamdulillah untuk membooster efektifitas dzikir. Karena Allah setalu memberikan lebih banyak dari yang kita syukuri. Dan Allahlah yang mengatur dan mengendalikan segala kebutuhan kita.
Langkah ke empatnya kita masuk ke suatu kondisi 'penghancuran' ego pribadi, dan memunculkan EGO Allah yang bersifat universal. Allah meliputi seluruh alam semesta. Dialah yang Maha Besar dari segala yang besar. Dialah yang mengendalikan pusaran energi yang tiada terhingga ukurannya. Dan mengendalikan kerajaan dari Arsy-Nya yang mulia.
Maka langkah ke 5 adalah langkah penyempurnaan, untuk 'melenyapkan' segala-galanya dari kesadaran kita, kecuali Allah saja. Tiadalah yang ada ini, kecuali Dia yang benar-benar ada. Laa ilaaha illallah...
Langkah 'penghancuran' ego lewat kalimat Allahu Akbar belum sempurna jika tidak diikuti oleh 'peniadaan' diri lewat kalimat tauhid itu. Inilah inti dari seluruh tujuan dzikir kita. Bahkan inilah inti sebenarnya dari pelajaran agama kita.
Kalimat Tauhid inilah yang diwariskan secara turun temurun dari nabi ke nabi. Dari rasul-rasul terdahulu ke para rasul kemudian. Substansi agama yang tidak pernah berubah sejak zaman manusia pertama sampai akhir zaman nanti.
QS. Zukhruf (43) : 28
Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 92
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
QS. Al Mukminuun (23) : 52
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.
Maka, berdzikir dengan melafadzkan kalimat tauhid ini bagaikan menanamkan kembali kesadaran akan tujuan utama kita beragama. Begitulah Allah mengajarkan dalam ayat di atas: "supaya mereka (seluruh manusia) kembali kepada kalimat tauhid..."
Inilah memang puncak dzikir kita kepada Allah: munculnya kesadaran tauhid bahwa kita harus kembali meng-Esakan Allah sebagai satu-satunya Penguasa Jagad semesta...!
Ketika kita bisa mencapai kekhusyukan tertinggi itu di dalam dzikir, maka aura kita akan memancarkan warna putih terang benderang. Seluruh frekuensi cakra kita bergetar dalam harmoni dan keselarasan. Dan bukan hanya selaras, melainkan terang benderang...
lnilah yang disebut Allah dalam berbagai ayatNya, bahwa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan bakal memancarkan cahaya yang terang benderang di hari kiamat nanti. Di ayat yang lain disebut wajah mereka putih berseri-seri.
QS. Al Hadiid (57) : 12
(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu'min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. ltulah keberuntungan yang banyak.
QS. Ali Imran (3) : 107
Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah; mereka kekal di dalamnya.
Sampai sekarang saya belum menemukan orang-orang yang memancarkan cahaya seperti itu. Maksimal hijau keputih-putihan. Atau biru keputih-putihan. Atau pun ungu keputih-putihan. Bukan putih murni. Apalagi yang terang benderang. Barangkali hanya orang-orang setingkat nabi dan rasul saja yang bisa memancarkan aura seperti itu...
Kita semua sedang berusaha untuk mencapai warna itu. Dari pengamatan yang saya lakukan kebanyakan mereka yang rajin shalat dan berdoa, biasanya sudah memiliki aura di atas rata-rata. Kecuali jika dia sedang sakit, menyimpan masalah, tertekan, atau dalam kesibukan tinggi yang menyita energinya.
Secara umum, kunci tingginya aura itu terletak pada kepahaman tauhid. Jika Tauhidnya sudah benar, insya Allah warnanya akan menjadi selaras, menuju ke warna putih terang. ltulah manifestasi dari kalimat dzikir : Laa ilaaha illallah. Tidak ada 'yang lain-lain' kecuali DIA saja. Sang Harmoni Sejati. Sang Keselasaran Hakiki...!
Pada orang-orang yang tauhidnya salah, dalam pengamatan yang saya lakukan, ternyata auranya tidak bergerak. Meskipun dipakai untuk berdzikir atau bermeditasi. Yang merah, tetap aja merah. Yang kuning, ya tetap aja kuning. Ini memang sangat menarik. Dan saya masih terus melakukan pengamatan untuk memperoleh data yang lebih representatif dan valid.
Tetapi, saya mencurigai, dan berasumsi bahwa mereka yang tauhidnya salah itu, dzikir dan perbuatamya tidak akan berdampak. Kata Allah, seperti orang yang ingin minum dan mengambil air dengan kedua telapak tangan terbuka, tentu saja tidak sampai ke mulutnya...telapak tangamya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, tetapi air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do'a orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.
QS. Ar Ra'd (13) : 14
Hanya bagi Allah-lah do'a yang benar. Dan berhalaberhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membuka kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.
QS. Al Kahfi (18) : 104
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatamya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.