Marah, dendam, dan benci, juga bisa membelenggu kita dari usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kedekatan seseorang kepada Allah selalu terkait dengan terbukanya segala rahasia dan dimensi langit. Dan berujung pada kebahagiaan yang digambarkan sebagai surga.
Marah, dendam dan benci adalah sifat-sifat yang menyebabkan ketidakseimbangan. Baik dalam diri kita, maupun bagi lingkungan sekitar kita. Kaitannya, biasanya, adalah dengan sifat sulit memaafkan.
Kalau kita cermati lebih jauh, sifat ini memang menonjolkan ke'aku'an. Orang yang gampang marah dan sulit memaafkan, apalagi sampai pembenci dan pendendam, orang itu biasanya sangat egois. Tidak punya toleransi dan rasa kasihan.
Dalam konteks pusaran alam semesta, dia adalah orang yang terjebak dalam dimensi parsial. Bukan universal. Padahal kita disuruh untuk menuju pusat, menjadi semakin universal. Menembus dan meliputi segala batas-batas dimensi rendah.
Dalam berbagai ayatNya Allah mendorong kita untuk tidak menjadi pemarah, pendendam, dan pembenci. Sebaliknya kita didorong untuk menjadi lebih pemaaf. Bahkan penuh betas kasihan.
QS. Asy Syuura (42) : 37
dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.
QS. Asy Syuura (42) : 40
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Kedua ayat di atas memberikan anjuran kepada kita agar menjadi oang yang pemaaf. Bahkan, seandainya kita dijahati oleh orang lain. Meskipun kita boleh membalas-kejahatan itu, kita dianjurkan untuk memberikan maaf.
Tentu saja ini tidak mudah. Bahkan sangat sulit. Tapi, itulah ajaran Islam. Allah ingin mendidik kita menjadi hamba yang sabar, ikhlas dan berkualitas tinggi. Bukan hanya kita yang dididik seperti itu. Rasulullah saw pun diperintahkan seperti itu. Tidak semua nabi dan rasul bisa sabar, seperti nabi Muhammad saw. Ayat di bawah ini mengingatkan beliau agar tidak seperti nabi Yunus yang tak mampu menahan amarahnya menghadapi umatnya.
QS. Al Qalam (68) : 48
Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang (Yunus) yang berada dalam (perut) ikan ketika is berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).
Nabi Muhammad saw digambarkan sebagai rasul yang sangat tinggi ahlaknya, penuh betas kasihan, dan sulit marah. Tapi mudah memaafkan. Kasih sayangnya kepada umat luar biasa besarnya. Meskipun dilempari batu sampai berdarah-darah oleh penduduk Tha'if, beliau tetap sabar. Dan bahkan berdoa buat mereka, agar sadar.
Ketinggian akhlak beliau itu digambarkan dalam ayat berikut ini. Betapa beliau tidak ingin umatnya menderita. Beliau menginginkan kita beriman dan selamat di dunia dan akhirat. Penuh belas kasihan kepada orang lain. Terutama mereka yang tak berdaya. Sehingga orang kafir yang sering menyakitinya pun, ketika sakit dijenguknya.
QS. At Taubah (9) : 128
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.
Nilai pemaaf memang demikian tinggi di hadapan Allah. Karena Allah adalah Dzat yang Maha Pemaaf. Siapa saja yang bisa meniru sifat-sifatNya, mereka akan menjadi hamba yang berkualitas tinggi dan universal. Dekat dengan Arsy.
QS. Ali Imron (3) : 133-134
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Orang-orang yang bisa melepaskan diri dari belenggu sifat-sifat pemarah, dendam, dan pembenci akan memperoleh ampunan Allah dan kebahagiaan surga. Begitulah memang, orang-orang yang berhak masuk surga adalah mereka yang mampu menghilangkan rasa dendam di hatinya.
QS. Al A'raaf (7) : 43
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan."