Hal mendasar yang penting untuk kita pahamkan dari pembahasan sebelum ini adalah, bahwa seluruh alam semesta ternyata sedang bergerak berpusar tiada henti, dan berpusat ke Arsy. Dari balik Arsy itulah Allah memproyeksikan seluruh kejadian dan mengendalikannya.
Hal penting kedua, ternyata Arsy yang menjadi pusat pergerakan itu berada sangat dekat dengan seluruh penjuru alam semesta, dan meliputinya. Sehingga Allah mengatakan di ayat terakhir yang kita kutip sebelum ini: 'Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan'.
Tidaklah mudah untuk memahami sebuah pusat pergerakan yang sekaligus meliputi segalanya. Biasanya yang disebut sebagai pusat adalah lokasi yang berada jauh dari posisi parsialnya.
Katakanlah pusat bola yang sedang berputar. Tentu, permukaan bola itu memiliki jarak tertentu dari pusatnya. Tapi sekarang marilah kita berpikir dan membayangkan perumpamaan secara berjenjang ke arah dimensi yang lebih tinggi.
Kita bahas terlebih dahulu konsep 'meliputi'. Bayangkan sebuah benda berada di dalam ruang berdimensi lebih tinggi. Gambarlah sebuah 'garis' -benda berdimensi 1- di permukaan luasan kanvas -benda berdimensi 2.
Kita bisa mengatakan bahwa garis itu adalah benda berdimensi 1 yang sedang berada di dalam 'ruang' berdimensi 2. Atau dengan kata lain, kita juga bisa mengatakan bahwa garis itu sedang 'terendam' di dalam ruang berdimensi 2.
Karena ia terendam, maka ia sedang diliputi oleh ruangan berdimensi lebih tinggi. Dan karena ia sedang terendam, maka pada dasarnya garis itu sangat dekat dengan dimensi yang lebih tinggi tersebut. Bahkan, dimensi 1 itu adalah 'bagian' dari ruang dimensi 2 itu sendiri. Sebab sebuah luasan memang tersusun dari garis-garis berjumlah tak berhingga.
Jika garis itu kita bentuk menjadi sebuah lingkaran -sebuah lingkaran di atas kanvas- maka lingkaran itu pun 'terendam' di ruang berdimensi 2 yang kita jadikan kanvas bagi eksistensi garis tersebut. Pusat lingkaran itu, juga ikut terendam di dalam ruang berdimensi 2. Jadi sepotong garis, apa pun bentuknya bakal selalu 'terendam' di dalam dimensi yang lebih tinggi. Itulah yang dimaksud dengan 'meliputi'.
Yang lebih menarik, jarak antar dua titik di sepanjang garis itu akan berjarak lebih dekat ketika garis itu dilengkungkan. Apalagi menjadi sebuah lingkaran.
Ambil sepotong garis. Tandailah ujung satunya dengan huruf A, dan ujung lainnya dengan huruf B. Kemudian lengkungkan sembarang, maka jarak kedua titik A ke B itu menjadi lebih dekat. Apalagi jika dilengkungkan sampai membentuk sebuah lingkaran. Titik A dan B akan semakin mendekat, dan akhirnya bertemu di satu titik. Terjadilah lingkaran.
Jadi, jarak kedua titik sembarang di sebuah benda berdimensi 1 yang melengkung akan menjadi lebih dekat ketika diakses atau ditempuh dari ruang berdimensi 2. Jika ditingkatkan dimensinya, kondisinya akan sama. Benda berdimensi 2 jika dilengkungkan, jarak antar kedua titiknya akan mendekat
Ambillah selembar kertas, kemudian lengkungkan sampai membentuk silinder, maka jarak antar 2 titik sembarang di permukaan lembaran itu akan lebih dekat jika ditempuh dari dimensi 3. Lewat ruang di tengah silinder. Apalagi, permukaan silinder yang 2 dimensi itu sebenarnya sedang 'terendam' dan menjadi bagian dari ruang 3 dimensi di sekitarnya.
Dan seterusnya, kita bisa membuat perumpamaan tentang benda-benda yang berada di dalam ruang berdimensi lebih tinggi. Bahwa langit yang lebih rendah adalah penyusun dari langit yang lebih tinggi. Bahkan 'terendam' di dalam langit yang lebih tinggi
Langit pertama dengan segala isinya 'terendam' di dalam langit kedua. Langit kedua - dan segala isinya- 'terendam' di dalam langit ke tiga. Langit ketiga dan seterusnya sampai langit ke enam, 'terendam' di dalam langit ke tujuh yang berdimensi Sembilan. Dan akhirnya seluruh langit bersaf tujuh itu 'terendam' di dalam Arsy Allah.
Karena itu, Allah sang Pemilik Arsy itu sebenarnya meliputi seluruh makhluknya. Mulai dari Arsy sampai ke langit yang pertama. Bahkan seluruh bagian terkecil dari langit pertama pun diliputi oleh Arsy. Dan, Arsy itu diliputi oleh Allah.
Maka, kini menjadi agak jelas, bahwa Arsy yang menjadi pusat pusaran seluruh energi dan materi alam semesta itu sebenarnya sangat dekat dengan kita, sekaligus meliputi. Bahkan, sebenarnya kita ini adalah 'bagian' dari pusaran energi alam semesta.
Arsy bukanlah black hole. la berada di balik black hole. Sedangkan black hole itu sendiri hanya sebagian dari eksistensi alam semesta. Lubang hitam hanya menjadi salah satu bagian dari Arsy. la berisi ketiadaan mutlak. Tempat lenyapnya alam semesta -runtuh menuju pusat- di suatu waktu yang disebut sebagai kiamat kubra.
Maka, alam semesta yang 'ada' ini memiliki pasangannya di dalam black hole dalam bentuk 'ketiadaan'. Inilah pasangan abadi yang berulang kali disebut Allah di dalam Al Qur’an. Bahwa alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan.
QS. Adz Dzaariyaat (51) : 49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.
Allah menceritakan bahwa keberadaan alam semesta ini sengaja dipertahankan olehNya. Dijaga agar tidak lenyap. Akan tetapi, jika Allah menghendaki, alam semesta ini bakal benar-benar lenyap. Termasuk kita, manusia. Lenyap dalam ketiadaan abadi. Tanpa bekas!
QS. Faathir (35) : 41
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Jadi, ADA dan TIADA adalah sebuah 'keharusan' yang membentuk keseimbangan semesta. Tapi, keduanya hanya penampakan saja dari 'sesuatu' yang lebih substansial, yang justru metiputi keduanya. Itulah Arsy Allah. la adalah 'Pusat Pemerintahan' yang sangat Besar dan Agung. Yang diciptakan oleh Allah seiring dengan penciptaan langit dan bumi.
QS. Yunus (10) : 3
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izinNya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
QS. Al Mukminun (23) : 86
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"
Kita akan memperoleh kepahaman yang lebih baik tentang Arsy sebagai pusat alam semesta itu jika mempelajari teori Big Bang alias Ledakan Besar.
Dikatakan bahwa alam semesta ini dulu tercipta dari sebuah ledakan dari pusatnya. Ledakan itu terjadi karena seluruh benda-benda langit dan energi yang terkandung di dalamnya dikompres menjadi sebuah cikal bakal alam semesta yang bervolume sangat kecil -hampir nol.
Karena mengandung energi besar dalam volume yang sangat kecil itu, maka cikal bakal alam semesta menjadi tidak stabil. Dan kemudian meledak. Terbentuklah alam semesta yang mengembang seperti sekarang kita lihat. Gerakan mengembang itu diringi gerakan berpusar, secara parsial maupun universal, dengan berpusat di titik penciptaannya.
Maka, pusat itulah yang diduga sebagai black hole. Di dalam black hole adalah kekosongan mutlak. Sedangkan di balik kekosongan itu ada suatu dimensi lebih tinggi yang merangkum ADA dan TIADA, itulah Arsy. Sehingga kita menjadi lebih paham ketika Allah menceritakan keberadaan Arsy terkait dengan proses penciptaan alam semesta.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu padu, kemudian kami pisahkan keduanya.
Itulah yang dipersepsi sebagai terjadinya proses penciptaan lewat ledakan besar alias Big Bang. Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 masa. Dan Arsy-Nya berada di atas 'air'.
Penggunaan kata air - al maa'- menunjuk kepada suatu zat cikal bakal alam semesta yang berbentuk seperti jeli. Atau dalam istilah kosmologi disebut sebagai sop kosmos. Suatu zat yang bukan padat, bukan cair, bukan gas, dalam suatu kondisi bertekanan sangat tinggi, dan suhu sangat panas tiada terkira.
QS. Huud (11) : 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
Itulah zat yang meledak menjadi alam semesta. Zat yang berukuran sangat kecil itu -hampir nol- dipersepsi sebagai 'muncul dari ketiadaan'. Maka, dalam ayat berikut ini Allah mengatakan Arsy-Nya berada di atas al maa' - cikal bakal alam semesta.
Maka, seluruh materi, energi, ruang, waktu dan informasi yang bakal terjadi, semuanya tersimpan dan muncul dari dalam sop kosmos itu. Termasuk seluruh tata hukum alias sunnatullah yang berlaku di seluruh penjuru alam semesta. Itutah yang disebut : Allah memerintah dan mengendalikan seluruh kerajaan langit dan bumi.
Dengan penjelasan di atas kita dapat memperoleh gambaran yang universal, bahwa ternyata kita ini hanyalah bagian kecil dari sebuah tatanan besar, tiada berhingga, yang disebut sebagai langit bersaf tujuh. Dan langit bersaf tujuh itu adalah bagian dari 'sesuatu' yang lebih besar lagi yang disebut Arsy. Dan Arsy itu juga merupakan 'sebagian' dari SESUATU yang jauh lebih besar lagi yaitu ALLAH AZZA WAJALLA. DZAT YANG MAHA AGUNG DAN MAHA PERKASA...
Hal penting kedua, ternyata Arsy yang menjadi pusat pergerakan itu berada sangat dekat dengan seluruh penjuru alam semesta, dan meliputinya. Sehingga Allah mengatakan di ayat terakhir yang kita kutip sebelum ini: 'Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan'.
Tidaklah mudah untuk memahami sebuah pusat pergerakan yang sekaligus meliputi segalanya. Biasanya yang disebut sebagai pusat adalah lokasi yang berada jauh dari posisi parsialnya.
Katakanlah pusat bola yang sedang berputar. Tentu, permukaan bola itu memiliki jarak tertentu dari pusatnya. Tapi sekarang marilah kita berpikir dan membayangkan perumpamaan secara berjenjang ke arah dimensi yang lebih tinggi.
Kita bahas terlebih dahulu konsep 'meliputi'. Bayangkan sebuah benda berada di dalam ruang berdimensi lebih tinggi. Gambarlah sebuah 'garis' -benda berdimensi 1- di permukaan luasan kanvas -benda berdimensi 2.
Kita bisa mengatakan bahwa garis itu adalah benda berdimensi 1 yang sedang berada di dalam 'ruang' berdimensi 2. Atau dengan kata lain, kita juga bisa mengatakan bahwa garis itu sedang 'terendam' di dalam ruang berdimensi 2.
Karena ia terendam, maka ia sedang diliputi oleh ruangan berdimensi lebih tinggi. Dan karena ia sedang terendam, maka pada dasarnya garis itu sangat dekat dengan dimensi yang lebih tinggi tersebut. Bahkan, dimensi 1 itu adalah 'bagian' dari ruang dimensi 2 itu sendiri. Sebab sebuah luasan memang tersusun dari garis-garis berjumlah tak berhingga.
Jika garis itu kita bentuk menjadi sebuah lingkaran -sebuah lingkaran di atas kanvas- maka lingkaran itu pun 'terendam' di ruang berdimensi 2 yang kita jadikan kanvas bagi eksistensi garis tersebut. Pusat lingkaran itu, juga ikut terendam di dalam ruang berdimensi 2. Jadi sepotong garis, apa pun bentuknya bakal selalu 'terendam' di dalam dimensi yang lebih tinggi. Itulah yang dimaksud dengan 'meliputi'.
Yang lebih menarik, jarak antar dua titik di sepanjang garis itu akan berjarak lebih dekat ketika garis itu dilengkungkan. Apalagi menjadi sebuah lingkaran.
Ambil sepotong garis. Tandailah ujung satunya dengan huruf A, dan ujung lainnya dengan huruf B. Kemudian lengkungkan sembarang, maka jarak kedua titik A ke B itu menjadi lebih dekat. Apalagi jika dilengkungkan sampai membentuk sebuah lingkaran. Titik A dan B akan semakin mendekat, dan akhirnya bertemu di satu titik. Terjadilah lingkaran.
Jadi, jarak kedua titik sembarang di sebuah benda berdimensi 1 yang melengkung akan menjadi lebih dekat ketika diakses atau ditempuh dari ruang berdimensi 2. Jika ditingkatkan dimensinya, kondisinya akan sama. Benda berdimensi 2 jika dilengkungkan, jarak antar kedua titiknya akan mendekat
Ambillah selembar kertas, kemudian lengkungkan sampai membentuk silinder, maka jarak antar 2 titik sembarang di permukaan lembaran itu akan lebih dekat jika ditempuh dari dimensi 3. Lewat ruang di tengah silinder. Apalagi, permukaan silinder yang 2 dimensi itu sebenarnya sedang 'terendam' dan menjadi bagian dari ruang 3 dimensi di sekitarnya.
Dan seterusnya, kita bisa membuat perumpamaan tentang benda-benda yang berada di dalam ruang berdimensi lebih tinggi. Bahwa langit yang lebih rendah adalah penyusun dari langit yang lebih tinggi. Bahkan 'terendam' di dalam langit yang lebih tinggi
Langit pertama dengan segala isinya 'terendam' di dalam langit kedua. Langit kedua - dan segala isinya- 'terendam' di dalam langit ke tiga. Langit ketiga dan seterusnya sampai langit ke enam, 'terendam' di dalam langit ke tujuh yang berdimensi Sembilan. Dan akhirnya seluruh langit bersaf tujuh itu 'terendam' di dalam Arsy Allah.
Karena itu, Allah sang Pemilik Arsy itu sebenarnya meliputi seluruh makhluknya. Mulai dari Arsy sampai ke langit yang pertama. Bahkan seluruh bagian terkecil dari langit pertama pun diliputi oleh Arsy. Dan, Arsy itu diliputi oleh Allah.
Maka, kini menjadi agak jelas, bahwa Arsy yang menjadi pusat pusaran seluruh energi dan materi alam semesta itu sebenarnya sangat dekat dengan kita, sekaligus meliputi. Bahkan, sebenarnya kita ini adalah 'bagian' dari pusaran energi alam semesta.
Arsy bukanlah black hole. la berada di balik black hole. Sedangkan black hole itu sendiri hanya sebagian dari eksistensi alam semesta. Lubang hitam hanya menjadi salah satu bagian dari Arsy. la berisi ketiadaan mutlak. Tempat lenyapnya alam semesta -runtuh menuju pusat- di suatu waktu yang disebut sebagai kiamat kubra.
Maka, alam semesta yang 'ada' ini memiliki pasangannya di dalam black hole dalam bentuk 'ketiadaan'. Inilah pasangan abadi yang berulang kali disebut Allah di dalam Al Qur’an. Bahwa alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan.
QS. Adz Dzaariyaat (51) : 49
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.
Allah menceritakan bahwa keberadaan alam semesta ini sengaja dipertahankan olehNya. Dijaga agar tidak lenyap. Akan tetapi, jika Allah menghendaki, alam semesta ini bakal benar-benar lenyap. Termasuk kita, manusia. Lenyap dalam ketiadaan abadi. Tanpa bekas!
QS. Faathir (35) : 41
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Jadi, ADA dan TIADA adalah sebuah 'keharusan' yang membentuk keseimbangan semesta. Tapi, keduanya hanya penampakan saja dari 'sesuatu' yang lebih substansial, yang justru metiputi keduanya. Itulah Arsy Allah. la adalah 'Pusat Pemerintahan' yang sangat Besar dan Agung. Yang diciptakan oleh Allah seiring dengan penciptaan langit dan bumi.
QS. Yunus (10) : 3
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izinNya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
QS. Al Mukminun (23) : 86
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"
Kita akan memperoleh kepahaman yang lebih baik tentang Arsy sebagai pusat alam semesta itu jika mempelajari teori Big Bang alias Ledakan Besar.
Dikatakan bahwa alam semesta ini dulu tercipta dari sebuah ledakan dari pusatnya. Ledakan itu terjadi karena seluruh benda-benda langit dan energi yang terkandung di dalamnya dikompres menjadi sebuah cikal bakal alam semesta yang bervolume sangat kecil -hampir nol.
Karena mengandung energi besar dalam volume yang sangat kecil itu, maka cikal bakal alam semesta menjadi tidak stabil. Dan kemudian meledak. Terbentuklah alam semesta yang mengembang seperti sekarang kita lihat. Gerakan mengembang itu diringi gerakan berpusar, secara parsial maupun universal, dengan berpusat di titik penciptaannya.
Maka, pusat itulah yang diduga sebagai black hole. Di dalam black hole adalah kekosongan mutlak. Sedangkan di balik kekosongan itu ada suatu dimensi lebih tinggi yang merangkum ADA dan TIADA, itulah Arsy. Sehingga kita menjadi lebih paham ketika Allah menceritakan keberadaan Arsy terkait dengan proses penciptaan alam semesta.
QS. Al Anbiyaa' (21) : 30
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu padu, kemudian kami pisahkan keduanya.
Itulah yang dipersepsi sebagai terjadinya proses penciptaan lewat ledakan besar alias Big Bang. Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 masa. Dan Arsy-Nya berada di atas 'air'.
Penggunaan kata air - al maa'- menunjuk kepada suatu zat cikal bakal alam semesta yang berbentuk seperti jeli. Atau dalam istilah kosmologi disebut sebagai sop kosmos. Suatu zat yang bukan padat, bukan cair, bukan gas, dalam suatu kondisi bertekanan sangat tinggi, dan suhu sangat panas tiada terkira.
QS. Huud (11) : 7
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah 'Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata".
Itulah zat yang meledak menjadi alam semesta. Zat yang berukuran sangat kecil itu -hampir nol- dipersepsi sebagai 'muncul dari ketiadaan'. Maka, dalam ayat berikut ini Allah mengatakan Arsy-Nya berada di atas al maa' - cikal bakal alam semesta.
Maka, seluruh materi, energi, ruang, waktu dan informasi yang bakal terjadi, semuanya tersimpan dan muncul dari dalam sop kosmos itu. Termasuk seluruh tata hukum alias sunnatullah yang berlaku di seluruh penjuru alam semesta. Itutah yang disebut : Allah memerintah dan mengendalikan seluruh kerajaan langit dan bumi.
Dengan penjelasan di atas kita dapat memperoleh gambaran yang universal, bahwa ternyata kita ini hanyalah bagian kecil dari sebuah tatanan besar, tiada berhingga, yang disebut sebagai langit bersaf tujuh. Dan langit bersaf tujuh itu adalah bagian dari 'sesuatu' yang lebih besar lagi yang disebut Arsy. Dan Arsy itu juga merupakan 'sebagian' dari SESUATU yang jauh lebih besar lagi yaitu ALLAH AZZA WAJALLA. DZAT YANG MAHA AGUNG DAN MAHA PERKASA...