Sunday, March 11, 2007

Memutar Video Kehidupan

Bisakah di Masjidil Haram memutar video...?



Pak Imran, seorang jamaah dari Makassar, pernah bercerita tentang pengalaman ruhaninya ketika berada di dekat ka'bah. Sejak berangkat dari tanah air pak Imran sudah mempunyai pendirian, bahwa nanti sesampai di Mekah, khususnya ketika di masjidil Haram, ia tidak akan mencium hajar aswad seperti keinginan para jamaah haji pada umumnya.

Entah apa yang menyebabkan pendiriannya semacam itu. Tetapi satu hal yang pak Imran inginkan yaitu bahwa ia ingin berdo'a senikmat mungkin di dinding Ka'bah. Yang disebut multazam! Keinginan tersebut rupanya sudah terpatri kuat-kuat dalam hatinya sejak pak Imran mengikuti manasik haji.

Sesampai di Masjidil Haram, begitu pak Imran melihat setiap jamaah ternyata ingin mencium hajar aswad, hati pak Imran tetap tidak tergerak sedikit pun untuk menciumnya. Bahkan ketika ada seorang jamaah perempuan yang ingin mencium hajar aswad, pak Imran dengan gigihnya mengawal orang sebut dari kerumunan jama'ah lainnya. Dan akhirnya orang tersebut berhasil menciumnya. Maka dengan wajah sangat puas, orang tersebut mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada pak Imran.

Ternyata sudah ada beberapa orang yang tertolong oleh pak Imran berkaitan dengan masalah pencium hajar aswad. Keesokan harinya, pak Imran ternyata tergoda juga untuk ikut merasakan bagaimana rasanya bisa mencium batu hitam itu. Maka dengan teknik dan pengalaman yang ia miliki, ketika ia beberapa kali berhasil menolong orang lain, pak Imran mulai beraksi mendekati hajar aswad.

Berdesak-desakan di antara kerumunan orang banyak, dan dengan teknik 'canggih' yang dimilikinya, pak Imran yang posisinya berada jauh dari ka'bah bisa berangsur-angsur bergerak mendekati hajar aswad. Akh, betapa gembiranya hati pak Imran.

Dalam hati pak Imran cukup berbangga dengan caranya ia bisa mendekati hajar aswad di tengah keramaian yang luar biasa itu. Ketika dirinya tinggal meraih batu itu untuk diciumnya, ternyata pak Imran merasa kesulitan. Beberapa kali ia mental keluar lagi. Begitu sudah dekat mukanya ke batu tersebut, tinggal menciumnya saja, kembali ada semacam gelombang manusia yang menghantamnya, dan kembali ia terpental dan tidak berhasil untuk menciumnya. Sampai akhirnya pak Imran putus asa.

Maka ia membiarkan saja ketika dirinya mengikuti putaran thawaf sampai akhirnya ia keluar dan menjauh dari hajar aswad yang ditujunya. Dan pak Imran pun hanya bisa mengeluh seorang diri:
" ...Kenapa ya, kemarin begitu mudahnya aku menolong orang lain, bahkan beberapa orang bisa aku lindungi untuk membantu mereka bisa mencium hajar aswad. Tetapi sekarang ketika giliranku untuk menciumnya, begitu sulitnya aku mencapainya. Padahal tinggal sejengkal saja.... Tapi tetap saja aku gagal untuk menciumnya..."

Akhirnya pak Imran merasa betul-betul gagal dalam upayanya mencium batu hitam yang terkenal dengan nama hajar aswad itu.

Pada keesokan harinya, pak Imran sudah melupakan kejadian itu. Ia dan keluarganya menuju masjid untuk melakukan aktivitas rutin yang berupa thawaf maupun shalat di masjidil Haram.

Ketika hari menjelang dhuhur, pak Imran mendapat tempat duduk di shaf yang agak dekat dengan ka'bah. Di tengah kerumunan jama'ah yang luar biasa banyaknya itu, pak Imran berusaha mendekati ka'bah. Ia tidak ambil peduli tentang kegagalannya mencium hajar aswad kemarin. Kini pak Imran terfokus ingin sekali mohon ampun atas segala kesalahannya, baik selama ia melakukan perjalanan musim haji ini, atau juga kesalahan masa lalunya.

Pak Imran begitu gagal mencium hajar aswad kemarin, sudah merasa bahwa ada kesalahan yang besar yang ia lakukan. Yaitu ia telah merasa berbangga diri dapat menolong beberapa jamaah perempuan ketika ia di dekat hajar aswad. Ia merasa bahwa yang membuat beberapa orang tersebut bisa mencium hajar aswad karena berkat pertolongannya. Pak Imran kini merasa sadar. Bahwa semua peristiwa adalah karena Allah semata. Ia sungguh merasa salah. Maka ingin sekali pak Imran saat itu bertaubat, dan mohon ampun kepada Allah atas segala kekeliruannya.

Tanpa disadarinya, pak Imran berjalan menuju ke arah ka'bah. Yaitu pada suatu area sempit, tetapi begitu banyaknya kerumunan para jama'ah di tempat itu. Pak Imran terus saja maju ke arah kerumunan para jamaah. Hatinya begitu ingin masuk ke dalam kerumunan itu.

Ketika pak Imran sudah dekat dengan ka'bah, tiba-tiba kerumunan itu 'membuka' memberi jalan pada pak Imran. Maka dengan begitu mudahnya pak Imran masuk ke dalam berjubelnya para jamaah, dan iapun langsung menempelkan muka dan tangannya, dan juga seluruh tubuhnya di dinding ka'bah. Sambil tiada hentinya air matanya meleleh membasahi pipinya. Tak tahu apa yang diucapkannya.

Yang jelas seluruh perasaannya tumpah bersama air matanya membasahi dinding ka'bah. Begitu nikmatnya pak Imran, seluruh persoalan hidupnya seolah tak ada lagi. Semua ia serahkan kepada Sang Penciptanya. Pak Imran pun tenggelam dalam dekapan Sang Kekasih.
Ketika kutanyakan apa yang dirasakan saat itu, pak Imran hanya bisa menjawab :
"... Saya barusan memutar video kehidupan saya. Saya melihat dengan jelas betapa banyaknya saya melakukan kesalahan dan kekeliruan. Bahkan saya merasa sering lupa mensyukuri nikmat Allah yang begitu banyak saya terima setiap harinya... Ah, betapa tidak adilnya saya. Allah begitu murahnya memberi apa saja untukku. Sementara aku begitu tak tahu diri. Kemurahan itu, aku tukar dengan pengabdian yang tidak semestinya...."

Yang aneh, kata pak Imran :
"...Begitu lamanya saya berada di Multazam. Padahal banyak sekali orang antri, dan banyak yang tidak mempunyai kesempatan meskipun hanya sesaat untuk sekedar berdo'a. Sementara saya bisa begitu lamanya melihat video kehidupan saya..."

Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan atau bahkan menjadikan kesimpulan pak Imran.
Ternyata jika sejak awal hati itu sudah tidak ingin akan sesuatu, ada saja jalannya, sehingga keinginan yang muncul secara spontan, tidak akan tercapai. Karena tidak sesuai dengan maksud hati semula. Contohnya adalah ketika ia sudah sejak awal tidak ingin mencium hajar aswad, sampai berupaya semaksimum apa pun, tetap saja keinginan pak Imran itu tak terwujud. Bahkan ironisnya ia bisa menolong dan membantu beberapa jamaah yang ingin mencium hajar aswad, sampai mereka bisa melakukannya.

Sebaliknya jika sejak awal hati sudah terfokus akan sesuatu, dan hati sudah begitu inginnya untuk menikmatinya, ada saja jalannya, maka dengan mudahnya akan terwujudlah keinginan itu. Contohnya adalah begitu mudahnya pak Imran meraih multazam. Bahkan ia bisa berlama-lama disitu.

Menurut pak Imran begitu mudahnya ia mencapai maksud hatinya. Menurut kesimpulan pak Imran, hati memiliki kekuatan yang luar biasa dahsyatnya. Bisa membuat sesuatu menjadi mudah. Juga bisa membuat sesuatu menjadi sulit. Bergantung bagaimana sikap hati kita.

Ketika hati tak tergerak untuk mencium hajar maka dengan upaya apa pun tetap saja keinginan itu tak tercapai. Ketika hati sejak awal berangkat sudah dengan ikhlas berniat ingin berdo'a di multazam, maka begitu mudahnya mencapai keinginan itu.

Bersabda Rasulullah saw :
Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi Allah melihat langsung dan memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu.
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)