Sunday, March 11, 2007

Ikrar

Setelah semuanya usai,
Maka berjanji untuk diri sendiri,
menjadi penting adanya...



Saat-saat akhir perjalanan ibadah haji adalah ketika para jama'ah berikrar di Mina dengan cara melemparkan ‘senjata' yang telah diambilnya di waktu malam dari mudzdalifah. Mereka melempar jumrah ke tiga tempat, yaitu: jumratul ula, jumratul wustha, dan jumratul aqobah.

Inilah sebuah ikrar yang sangat penting dari rangkaian perjalanan haji. Inilah sebuah ‘janji’ dari setiap jama'ah haji sebelum mereka pulang ke tanah air. Janji kepada dirinya sendiri. Janji telah menjadi hamba Allah yang taat, yang akan selalu menganggap setan dan perbuatannya sebagai musuh utamanya. Dalam janji ini, yang menjadi saksi adalah diri sendiri. Bukan orang lain. Dan tentu Allah Swt sebagai saksi utamanya.

Ketika nabi Ibrahim as akan melaksanakan perintah Allah, maka setan dengan berbagai caranya menggoda dan mempengaruhi hati nabi Ibrahim agar menentang perintah Allah. Tetapi dengan kekuatan hatinya dan dengan kekuatan iman serta cintanya kepada Allah, berhasillah nabi Ibrahim melempar dan menjauhi pengaruh syaitani.

Kini tinggallah para jamaah haji, bagaimana mereka berikrar dan berjanji untuk tetap memusuhi perbuatan syaitani tersebut. Setelah kembali menjalani aktivitas sehari-harinya.

Ikrar adalah sebuah moment penting dalam hidup beragama. Dengan ikrar manusia menjadi mampu untuk berkomitmen dan beristiqomah.

Rukun islam yang pertama, sebelum menjalani rukun yang lain, seorang muslim harus berikrar dan menjiwai dua kalimat syahadat. Kalimat kesaksian bahwa Tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.

Dalam setiap kita melakukan shalat, sebelum membaca Al-Fatihah, disunahkan untuk membaca do'a iftitah, yang di dalamnya terdapat sebuah ikrar yang indah dari seorang hamba kepada tuhannya. “...inna shalaati wa nusuki, wamah yaaya wamamaati, lillaahi rabbil alamiin…”
Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanyalah karena Allah tuhan semesta alam..

Bahkan dalam masalah iman, janji adalah suatu kebajikan yang harus ditepati. Allah akan menagih janji itu. Sebab Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat manusia.

QS. Al-Baqarah (2) : 177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

QS.An-Nahl (16) : 91
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpahsumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

Proses melakukan ikrar, sungguh sangat berat. Seorang jamaah harus berjuang melawan situasi dan kondisi yang sangat melelahkan, baik secara fisik maupun mental. Tidak jarang ketika melakukan proses melempar jumrah tersebut, terjadi banyak kurban. Ada yang terinjak, tertindih, tergencet, terdorong, sampai tak bisa bernafas. Bahkan sampai-sampai banyak yang meninggal dunia dalam proses tersebut. Sebuah proses yang memerlukan perjuangan keras, dengan komitmen yang tinggi.

Ketika pak Yono, sedang melempar jumrah, saat itu ia terpisah dengan rombongan. Semua sudah pulang kembali ke tenda masing-masing, pak Yono belum pulang juga. Sehingga dihinggapi rasa khawatir yang sangat dalam. Tetapi setelah lama ditunggu, akhirnya ia datang juga dengan nafas memburu, dengan pakaian dan rambut yang lusuh. Pak Yono bercerita, dengan penuh haru.

"Ya Allah, sungguh saya sudah pasrah, andaikata saya harus menghadap Allah pada saat itu juga. Sungguh luar biasa! Lautan manusia menghimpit saya. Dari kiri, kanan, muka, belakang... Bahkan kaki saya tidak menginjak tanah lagi. Kedua kaki saya terangkat, badan saya terombang-ambing kesana kemari...ya Allah.." Kenangnya sambil mengusap keringat dan air matanya.

Inilah sebuah ikrar, yang memerlukan perjuangan yang ekstra keras untuk mencapainya. Semoga ikrar itu menjadikan motivasi tersendiri bagi para jama'ah haji dalam kehidupan kesehariannya... insyaAllah.